Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS BEP (BREAK EVEN POINT) TERHADAP TOKO ROTI SARENA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Ekonomi

Dosen Pengampu : Dr. Nuriana Rachmani Dewi (Nino Adhi), S.Pd., M.Pd.

Oleh

Galuh Ayu (4101417004)

Firmanila Kurnia Ulfa (4101417006)

Krisna Yulianti (4101417028)

Aprilia Eka Pratiwi (4101417091)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 2
2.1 Pengertian Break Even Point .................................................................. 2
2.2 Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point .......................... 3
2.3 Keterbatasan Analisis Break Even Point ................................................ 6
2.4 Perhitungan Dalam Analisis Break Even Point ...................................... 6
2.5 Margin of Safety ..................................................................................... 7
2.6 Asumsi Dasar Break Even Point ............................................................ 8
2.7 Kegunaan Analisis Break Even Point ..................................................... 8

BAB III ANALISIS BEP .............................................................................. 10


3.1 Menentukan FC(Biaya Tetap Produksi) ................................................. 10
3.2 Menentukan VC(Biaya Variabel) ........................................................... 10
3.3 Menentukan BE(dalam rupiah) Penjualan Roti ...................................... 11
3.4 Menentukan BE(dalam rupiah dan unit) Masing-Masing Jenis Roti ..... 12

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 14


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
DOKUMENTASI .......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Toko roti Sarena merupakan usaha yang kelompok kami pilih untuk melakukan
wawancara guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika Ekonomi terkait analisis
“Break Event Point”. Toko yang sudah berdiri selama kurang lebih 1 tahun beralamat di
Jl. Lamongan Raya No.8 (depan klinik mata papandayan). Dalam mendirikan toko ini
pengusaha toko menggunakan modal awal sebesar Rp 70.000.000,-. Saat ini toko ini
memiliki 3 kayawan dengan gaji masing-masing karyawan per bulan sebesar Rp
1.000.000,-. Uang sewa toko per tahun adalah Rp 20.000.000,-. Dalam sehari toko Sarena
memproduksi 20-40 kotak roti. Banyaknya roti yang terjual setiap harinya adalah 20
sampai 35 roti. Produk roti dan kue dari toko ini mampu bertahan sampai 3 hari saja. Jika
roti atau kue ada yang tidak laku atau masih sisa dalam waktu dua hari maka pengusaha
toko tersebut mengolah roti-roti tersebut menjadi roti kering. Pendapatan per bulan yang
diperoleh pengusaha tiap bulannnya adalah Rp 5.000.000,- sampai Rp 6.000.000,-.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Break Even Point


Banyak para ahli berpendapat tentang pengertian break even point, dimana
pengertian satu dengan lainnya berbeda tetapi pada prinsipnya mempunyai konsep
dasar yang sama. Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point
adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total biaya).
Sedang Mulyadi (1997 : 72) menyatakan bahwa “impas adalah suatu keadaan
dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain
suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah
biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
saja”.
Hansen dan Mowen (1994 : 16) menyatakan “Break Even Point is where total
revenues equal total costs, the point is zero profits”.
Menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even
analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship between
sales volume and profitability”.
Tetapi analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui
keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even mampu
memberikan informasi pada pimpinan perusahaan berbagai tingkat volume penjulan
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan
yang dihasilkan.
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan perusahaan mencapai break
even point apabila dalam satu periode kerja tidak memperoleh laba tetapi juga tidak
menderita rugi, dimana laba adalah nol. Jadi dapat dikatakan break even point adalah
hubungan antara volume penjualan, biaya dan tingakat keuntungan yang akan
diperoleh pada tingkat penjualan tertentu, sehingga analisis Break Even Point ini
sering disebut cost, volume, profit analysis. Selain itu analisa Break Even Point
berguna juga untuk menentukan kebijaksanaan dalam perusahaan, baik perusahaan
yang sudah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan perencanaan.

2
2.2 Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya,
volume, harga jual serta laba itu sendiri.
Pengertian biaya dan beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan
dengan tepat. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah expense.
Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut:
“cost adalah bagian dari harga perolehan tahun harga beli aktiva yang ditunda
pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya dengan realisasi
penghasilan”. Sedang expense adalah cost yang dikorbankan di dalam usaha
memperoleh penghasilan.
Yang dimaksud dengan volume yang terdapat dalam analisa Break Even Point
adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.
Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang
timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada konsumen dalam setiap unitnya.
Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang
digunakan dalam analisa Break Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari
berbagai macam potongan.
Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini
berasal dari penghasilan setelah dikurangi biaya.
Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yang membentuk Break
Even Point adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan biaya variabel)”. Kedua
variabel tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya, perubahaan salah satu dari
variabel yang dimaksud mengakibatkan perubahan besarnya titik Break Even Point.
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu
a. Harga Jual
Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut:
“Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di
mana pengertiannya adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang
yang ditawarkan pada pembeli. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa harga
yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh
penjual, serta penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga
tersebut.
Tujuan penetapan harga menurut Kotler (1994:491-493) adalah: (1)
survival, (2) maximum current profit, (3) maximum current revenue, (4)
3
maximum sales growth, (5) maximum market skimming, (6) product quality
leadership.
Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam
penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi
kontinuitas usaha.
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga
menurut Kotler (1994:498-506), yaitu:
1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual
dengan menambah tingkat keuntungan pada biaya-biaya yang telah
dibebankan pada barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yang didasarkan
atas permintaan.
2. Buyer based pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra
yang dirasakan konsumen terhadap produk.
3. Competition based pricing
a. Going rate pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan harga
yang ditetapkan oleh pesaing.
b. Sealed – bid pricing : adalah penetapan harga jual dalam situasi
dimana perusahaan bersaing dengan cara menetapkan harga jual yang
lebih rendah dari harga yang ditetapkan pesaing.
Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada
umumnya adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-
lain di tambah dengan sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang
ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing biaya tersebut mempunyai
berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan yang lain. Seperti
halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya variabel.

b. Biaya
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis. Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang
memiliki adanya sifat kelangkaan (scarcity).
Klasifikasi biaya

4
Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu
dengan biaya lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari
sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point
klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Halim
(1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya
tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel”.
a. Biaya tetap
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya tetap
adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan volume
produksi. Atau dengan kata lain, turun naiknya volume produksi tidak
mempengaruhi besarnya biaya yang dimaksudkan. Untuk itu
karakteristik biaya tetap adalah sebagai berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi,
dalam arti semakin besar jumlah produksi maka biaya tetap per
unit semakin kecil demikian juga berlaku sebaliknya.
b. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan biaya variabel merupakan
sejumlah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tergantung volume
produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti dengan
melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga sebaliknya. Dengan
demikian karakteristik biaya variabel antara lain:
a. Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi
b. Biaya variabel per unit relatif tetap seiring dengan bertambahnya
volume produksi, tetapi secara keseluruhan total biaya variable
berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin besar
total biaya variabel jumlah produksi semakin besar pula.
c. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variabel yaitu
biaya yang merupakan kombinasi antara biaya tetap dan biaya
variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya termasuk
upah tetap dan intensif karyawan.

5
2.3 Keterbatasan Analisa Break Even Point
Beberapa ahli mengemukakan tentang keterbatasan penggunaan analisa Break
Even Point, diantaranya menurut Horngren yang mengemukakan sebagai berikut:
a. Expenses may be classified into variable and fixed catagories. Total variable
expenses very directly with volume. Total fixed expense do not change with
volume.
b. The behavior of revenues and expenses is accurately potrayed and is linear
over the relevant range.
c. Efficiency and productivity will be unchanged.
d. Sales mix will be constant.

2.4 Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point


Alwi (1994:269) menyatakan bahwa terdapat berbagai cara untuk
menentukanbesarnya Break Even Point, antara lain dengan menggunakan teknik
persamaan dan pendekatan grafik.
a. Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Y  Cx  Bx  A
Keterangan:
Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap
Berdasar definisi di atas suatu perusahaan akan impas apabila jumlah
penghasilan sama dengan jumlah biaya (laba = 0). Berangkat dari rumus
persamaan yang telah diungkapkan tersebut dengan menggunakan pengolahan
rumus yang dimaksud, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
0  Cx  Bx  A
Cx  Bx  A
Berdasar persamaan tersebut, dengan melalui berbagai penyelesaian
persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai berikut:

6
Cx  Bx  A  Cx  Bx  A  (C  B)x  A
Sebagai penyelesaian dari persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut
sebagai berikut:
A
x (BEP) 
CB
Keterangan:
Cx  Bx  A  Hasil penjualan  Biaya
Dengan demikian, rumus Break Even Point yang didapatkan dari berbagai
persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

BEP unit 
Biaya Unit
Harga Jual per Unit  Biaya Variabel per Unit

Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi (1994:274)
adalah sebagai berikut:

BEP rupiah  
Biaya Tetap
Biaya Variabel
1
Total Penjualan
b. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik
persamaan dapat juga digunakan pendekatan secara grafik, yaitu dengan
penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya di
dalam suatu grafik”. Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis
biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat menentukan
titik break even harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume
penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan penghasilan.

2.5 Margin of Safety


Alwi (1994:278) menyatakan:”Margin of safety yaitu untuk menentukan
seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian”.
Atau dengan kata lain Margin of safety memberikan informasi sampai seberapa jauh
volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun agar supaya perusahaan
tidak menderita rugi.

7
Budget Sales- BEP
M/S 
Budget Sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.

2.6 Asumsi Dasar Break Event Point


Terkait dengan masalah-masalah asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279)
mengemukakan:
Asumsi-asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai berikut:
a. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dengan
golongan biaya tetap.
b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi / penjualan.
c. Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi / penjualan.
d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi
lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara
masing-masing produk atau “sales mix”-nya adalah tetap konstan.

2.7 Kegunaan Analisa Break Even Pon


Analisa Break Even Point dapat digunakan untuk berbagai tujuan terutama
bagi perusahaan yang sedang menyusun perencanaan. Di samping itu juga dapat
digunakan sebagai alat pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan
sebelum berakhirnya suatu periode.
Menurut Adikoesoemah (1996:359), mengemukakan bahwa analisa Break Even
Point digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan untuk:
a. Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan.
b. Menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang diperlukan
untuk mengambil keputusan dan merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
c. Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal dengan suatu grafik
d. yang mudah dibaca dan dimengerti.
Sedangkan menurut Sigit (1996:3) juga menyatakan tentang berbagai
kegunaan analisa BEP adalah sebagai berikut:

8
Kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
a. Sebagai alat untuk merencanakan laba.
b. Sebagai alat untuk perencanaan budget.
c. Sebagai penentu harga jual produk.
d. Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
e. Sebagai dasar rencana pengembangan.
f. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tersebut tentang Break Even Point, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai alat pemberi informasi kepada
management secara sederhana dan singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai alat pedoman dalam
mengambil keputusan terutama yang menyangkut biaya, pendapatan, dan
perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan
hasil produknya yang diharapkan secara menyeluruh di dalam aktivitas utama
perusahaan di masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk
mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana
untuk membandingkan antara realisasi dengan perhitungan berdasarkan
analisa break even sebagai alat pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungan menurut
analisa break even dan laba yang ditargetkan.

9
BAB III
ANALISIS BEP

3.1 Menentukan FC (Biaya Tetap Produksi)


Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam suatu
relevant range tertentu. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebagai
berikut:
No Jenis biaya Biaya
1 Sewa Toko
2 Gaji Karyawan
3 Investasi Peralatan
4 Biaya Mobil
Total

Jadi, total FC (Biaya Tetap Produksi) adalah .

3.2 Menentukan VC (Biaya Variabel)


Biaya variable adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tergantung
volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti dengan
melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga sebaliknya.Berdasarkan hasil
wawancara diperoleh data sebagai berikut:
No Jenis biaya Biaya
1 Bahan Baku
2 Gaji Langsung
3 Listrik dan Air
Total

Jadi, total VC (Biaya Variabel) adalah .

3.3 Menentukan BE (dalam rupiah) Penjualan Roti


Penjualan per tahun mencapai Rp 415.632.000, perinciannya sebagai berikut:

10
No Jenis Roti Price/ Produk yang terjual Sales
Unit pertahun
1. Bolu 3 Rasa 28.000 1344 37632000

2. Bolu bulat 20.000 1344 26880000

3. Bolu gulung 17.000 1680 28560000

4. Bolu kukus 22.000 1344 29568000

5. Bolu pisang 26.000 2016 52416000

6. Brownies 21.000 1008 21168000

7. Brownies 30.000 1344 40320000


Kombinasi
8. Lapis legit 26.000 1008 26208000

9. Lapis Taalas 30.000 1344 40320000

10. Kue Tart 70.000 1008 70560000

11. Rainbow cake 25.000 1680 42000000

Total 15.120 415.632.000

 Diketahui :

 Ditanyakan:
BE Penjualan Roti (dalam rupiah)

 Penyelesaian:
BE Penjualan Roti (dalam rupiah) =

Jadi, BE Penjualan Roti (dalam rupiah) adalah Rp .

11
3.4 Menentukam BE (dalam rupiah dan unit ) Masing-Masing Jenis Roti

Misalkan :

A = banyaknya Bolu 3 Rasa

B= banyaknya Bolu Bulat

C= banyaknya Bolu Gulung

D= bAnyaknya Bolu Kukus

E= banyaknya Bolu Pisang

F= banyaknya Brownies

G= banyaknya Brownies Kombinasi

H= banyaknya Lapis Legit

I= banyaknya Lapis Talas

J= banyaknya Kue Tart

K= banyaknya Rainbow Cake

Maka didapatkan sales mix jenis jenis roti sebagai berikut:

A : B : C : D : E : F : G : H : I : J : K
37632 : 26880 : 28560 : 29568 : 52416 : 21168 : 40320 : 26208 : 40320 : 70560 : 42000

Sehingga diperoleh:

1. BEA (dalam rupiah) 5908270

BEA (dalam unit) 211 unit

2. BEB (dalam rupiah) 4220193

BEB (dalam unit) 211 unit

12
3. BEC (dalam rupiah) 4483955

BEC (dalam unit) 264 unit

4. BED (dalam rupiah) 4642212

BED (dalam unit) 211 unit

5. BEE (dalam rupiah) 8229376

BEE (dalam unit) 317 unit

6. BEF (dalam rupiah) 3323402

BEF (dalam unit) 158 unit

7. BEG (dalam rupiah) 6330289

BEG (dalam unit) 211 unit

8. BEH (dalam rupiah) 4114688

BEH (dalam unit) 158 unit

9. BEI (dalam rupiah) 6330289

BEI (dalam unit) 211 unit

10. BEJ (dalam rupiah) 11078006

BEJ (dalam unit) 158 unit

11. BEK (dalam rupiah) 6594051

BEK (dalam unit) 264 unit

13
BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil wawancara dan analisis data yang kelompok kami lakukan diperoleh hasil
bahwa BEP penjualan roti di toko roti Sarena dalam rupiah selama 1 tahun adalah Rp
65254733,2 dengan BEP masing-masing produk yaitu produk A sebesar Rp 5.908.270
dengan produk yang terjual sebanyak 211 unit, produk B sebesar Rp 4.220.193 dengan
produk yang terjual sebanyak 211 unit, produk C sebesar Rp 4.483.944 dengan produk
yang terjual sebanyak 264 unit, produk D sebesar Rp 4.642.212 dengan produk yang
terjual sebanyak 211 unit, produk E sebesar Rp 8.229.376 dengan produk yang terjual
sebanyak 317 unit, produk F sebesar Rp 3.323.402 dengan produk yang terjual sebanyak
158 unit, produk G sebesar Rp 6.330.289 dengan produk yang terjual sebanyak 211 unit,
produk H sebesar Rp 4.114.688 dengan produk yang terjual sebanyak 158 unit, produk I
sebesar Rp 6.330.289 dengan produk yang terjual sebanyak 211 unit, produk J sebesar
Rp 11.078.006 dengan produk yang terjual sebanyak 158 unit, produk K sebesar Rp
6.594.051 dengan produk yang terjual sebanyak 264 unit.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://rankingpertama.blogspot.com/2017/04/makalah-analisis-break-even-point.html
diakses tanggal 15 Mei 2019
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=2ahUKEwi2
9pGd4KfiAhUNk3AKHQ4vCaQQFjAEegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fnutzhere17.files
.wordpress.com%2F2016%2F03%2Fmakalah-break-event-point-bep-ramdhani-
iskandar1.doc&usg=AOvVaw1rldsHX_Zs4UaqHI-KnnxF
diakses tanggal 15 Mei 2019
http://chalisjr.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-analisis-break-event.html
diakses tanggal 16 Mei 2019

15
DOKUMENTASI

16
17
1

Anda mungkin juga menyukai