Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN SUGAR CONVEYOR DENGAN KAPASITAS ANGKUT (Q) : 25

TON/JAM KECEPATAN ANGKUT (V) : 1 m/s


DAN SUDUT INCLINASI (α) 12014’
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII
UNIT USAHA CINTA MANIS KABUPATEN OGAN ILIR

Mahendra, G1C0 03009


Pembimbing : Hendri Hestiawan ST., MT, MM., Nurul Iman S. ST., MT.

ABSTRAK

Dalam proses produksi, sering didapat kesulitan-kesulitan baik dari segi posisi maupun kondisi peralatan
pemindah bahan yang digunakan dalam pelaksanaan operasinya. Hal ini perlu di atasi dengan perencanaan
distribusi yang baik. Penggunaan alat pemindah bahan yang sesuai dengan material yang diangkut beserta kondisi
tempat pengoperaisannya, akan diperoleh suatu hasil kerja yang ekonomis, baik dari segi biaya maupun waktu.
Material yang diangkut pada perencanaan ini adalah gula pasir yang merupakan hasil dari proses produksi gula
pada perusahaan. Dalam pelaksanaan pengangkutan gula pasir ini ditemukan kendala-kendala yang terdapat pada
kondisi dan lokasi dilapangan setempat.Dari sekian banyak jenis peralatan handling equipment yang dapat dipakai
dalam pengoperasiannya dan dengan mempertimbangkan untung ruginya serta kelebihan-kelebihan lainnya maka
conveyor yang sangat cocok digunakan adalah jenis “Belt Conveyor”. Belt conveyor yang direncanakan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode wawancara, pengamatan langsung di lapangan,
dan tinjauan pustaka yang berhubungan dengan permasalahan di penelitian ini. Data yang diambil dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur.
Dari hasil perencanaan dan perhitungan serta berdasarkan data parameter-parameter belt conveyor
diperoleh perbedaan dalam perencanaan lebar belt dengan alat yang telah ada yang mengakibatkan berberbedanya
spesifikasi element-elemen pendukung lainya. Perbedaan ini dikarenakan pada perencanaan belt conveyor ini
faktor keamanan dan efisiensi kenerja alat diseimbangkan sesuai dengan parameter-parameter yang ada.
Perbedaan hasil perencanaan ini dengan alat yang telah ada yang dijadikan sumber penelitian, adalah Lebar belt
400 mm, Motor penggerak 3,7 kW, Sistem transmisi Motor-Kopling-Bantalan-Pulley-Backstop Cam.

Kata Kunci: Sugar Conveyor, Alat Angkat Angkut, Sudut Inklinasi, Kapasitas Angkut, Kecepatan Angkut.

I. Pendahuluan yang sesuai dengan material yang diangkut beserta


kondisi tempat pengoperaisannya, akan diperoleh suatu
hasil kerja yang ekonomis, baik dari segi biaya maupun
1.1 Latar Belakang
waktu.
Conveyor adalah salah satu alat pengangkut
Dalam kegiatan untuk memindahkan suatu yang paling banyak dipakai. Dibanding dengan alat
benda atau material dari suatu tempat ketempat lain pengangkut yang lain, conveyor tidak membutuhkan
dibutuhkan suatu peralatan atau sistem pengangkut banyak tempat atau ruangan, konstruksinya sederhana,
yang dapat beroperasi secara efisien, praktis juga perawatannya mudah, serta kapasitas angkutnya besar
ekonomis. Persyaratan ini sangat dibutuhkan di dalam dan hanya membutuhkan daya yang relatif kecil.
suatu kegiatan pengangkutan pada industri-industri. Ada dua jenis material yang dapat diangkut
Untuk pemindahan ini dibutuhkan suatu conveyor, yaitu:
peralatan bantu yang disesuaikan dengan keadaan dan a. Material curahan (bulk material)
kebutuhan yang diinginkan. Peralatan-peralatan bantu b. Material satuan (unit material)
ini terdiri dari beragam bentuk, jenis dan fungsinya, Material curahan adalah: material yang
misalnya: berbentuk butiran berupa timbunan atau curah, seperti:
- Untuk pengangkutan material atau bahan yang batu-batuan, semen, pasir, dll. Sedangkan material yang
relatif jauh digunakan: kapal laut, kereta api, dan berupa unit atau satuan, seperti: balok kayu, peti kemas,
truk. zak semen, dll.
- Untuk pengangkutan material atau bahan yang dekat Material yang diangkut pada perencanaan ini
biasanya digunakan crane, conveyor, lift, forklift, adalah gula pasir yang merupakan hasil dari proses
escalator dan lain-lain. produksi gula pada perusahaan. Dalam pelaksanaan
Dalam proses produksi, sering didapat kesulitan- pengangkutan gula pasir ini ditemukan kendala-kendala
kesulitan baik dari segi posisi maupun kondisi peralatan yang terdapat pada kondisi dan lokasi dilapangan
pemindah bahan yang digunakan dalam pelaksanaan setempat.
operasinya. Hal ini perlu di atasi dengan perencanaan Dari sekian banyak jenis peralatan handling
distribusi yang baik. Penggunaan alat pemindah bahan equipment yang dapat dipakai dalam pengoperasiannya
dan dengan mempertimbangkan untung ruginya serta - Dongkrak-dongkrak : roda gigi, skrup, hidrolik,
kelebihan-kelebihan lainnya maka conveyor yang pneumatik, tuas, dll.
sangat cocok digunakan adalah jenis “Belt Conveyor”. - Sistem pully tangan
Belt conveyor yang direncanakan berdasarkan - Lir tangan (hand winch)
pertimbangan-pertimbangan teknis.
b. Mesin-mesin pengangkat (hoisting machinery)
1.2 Rumusan Masalah Mesin-mesin pengangkat adalah pengangkat
yang diberi pesawat (mechanisme) dan yang digerakkan
dengan mesin, baik mesin listrik, motor bakar maupun
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalahnya
turbin uap. Sebagai contoh:
adalah perancangan ulang alat sugar conveyor yang
bertujuan mengetahui dan memperbaiki kelemahan alat. - Dongkrak-dongkrak: hidrolik, pneumatik dan listrik
Dalam Penelitian ini masalah yang hendak dibahas - Lir bermesin
- Crane-crane: stationary rotay crane, cable crane,
adalah mengenai:
bridge crane, over head crane, dll.
- Elevator: cage elevator, vertikal skip elevator,
a. Jenis dan sifat material yang akan diangkut portable air-operated hoists, mast type elevator,
b. Arah dan jarak pemindahan mamally proppeled stackers, dll.
c. Kapasitas angkut dibutuhkan
d. Proses pengangkutan 2.1.2 Pesawat Pengangkut
e. Kondisi daerah Pesawat pengangkut adalah suatu pesawat yang
dipakai untuk mengangkut (atau memindahkan dalam
Perencanaan ini meliputi beberapa hal yang erat jarak jauh). Pesawat pengangkut ini dapat dibagi
kaitannya dengan parameter-parameter analisa yang menjadi dalam dua kelompok yaitu:
akan dihitung, yaitu sistem belt conveyor yang a. Ban pengangkut (conveyor equipment)
direncanakan, meliputi: Adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
a. Bentuk lintasan belt conveyor mengangkut beban secara berkesinambungan, baik
b. Tahap-tahap pengangkutan berupa tumpahan (bulk) maupun bentuk satuan (unit
c. Pemilihan dan perencanaan belt conveyor load).
d. Pengaturan sistem penggerak Sebagai contoh adalah: belt conveyor, conveyor
e. Bantalan, dll. skrup, conveyor goyang (virbation conveyor), conveyor
keranjang (bucked conveyor), conveyor ban berpasak
1.3 Tujuan Penelitian metal, roller conveyor, car or flat from conveyor,
pneumatik conveyor dan hidrolik conveyor.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat
perencanaan alat sugar conveyor yang digunakan untuk b. Lori-lori pengangkut
mengangkut gula pasir pada PT. Perkebunan Nusantara Adalah suatu alat angkut yang bekerja pada
VII (Persero) Unit Usaha Cinta Manis. bidang permukaan dan dapat bergerak secara universal
kesegala arah dan bebas. Pesawat ini dipakai untuk
mengangkat dan memindahkan material dalam bentuk
1.4 Batasan Masalah
butiran maupun unit seperti: hand truks, traktor,
traillers, froklift truks, kereta kabel, lori lift, lori
Dalam penelitian ini batasan masalah yang kapstan, dll.
hendak dibahas adalah Perencanaan sugar conveyor
dengan kapasitas angkut (q) : 25 ton/jam, kecepatan 2.2 Macam-Macam Conveyor
angkut (v) : 1 m/s, jarak horizontal (L) : 35000 mm, Secara umum conveyor dapat dikelompokkan
jarak lintasan : 35814 mm dan sudut inclinasi 12 014’. sebagai berikut :

2. Landasan Teori 2.2.1 Conveyor yang Beroperasi Secara Horizontal

Merupakan alat transportasi material yang


2.1 Klasifikasi dan Fungsi Pesawat Pengangkat bekerja secara horizontal. Ada tiga macam alat pada
dan Pengangkut sistem ini:
Pesawat pelayanan beban (material handling
equipment) dikelompokkan di dalam dua bagian besar a. Conveyor Ulir (Screw conveyor)
yakni:
2.1.1 Pesawat Pengangkat Merupakan pengangkut tertua yang serba guna.
Pesawat pengangkat ini terdiri dari: Dapat digunakan atau dipakai pada variasi proses yang
a. Alat-alat Pengangkat (hoisting equipment) luas. Kalkulasi tenaga telah distandarkan walau setiap
Alat-alat pengangkat yaitu semua alat (yang bentuk mempunyai konstanta tersendiri dalam bentuk
tidak berpesawat) yang berfungsi sebagai alat yang berbeda dengan nilai yang sedikit berbeda.
pengangkat (memindahkan dalam jarak yang relatif Conveyor ulir (screw conveyor) terdiri dari tiang
dekat) beban yang digerakkan dengan tangan. baja yang berbentuk spiral (helix) dan berputar dalam
Sebagai contoh misalnya: baknya tanpa terjadi sentuhan dengan dinding bak.
Batang ulir (screw) digerakkan oleh sebuah motor yang dua macam yaitu bisa searah dengan perputaran bucket
dilengkapi roda gigi. atau berlawanan arah.
Conveyor ulir dapat dibuat dengan panjang 8 ft
sampai dengan 12 ft, tetapi dalam pemakaiannya dapat c. Head Elevator
bersama-sama sesuai dengan keinginan konstruksi yang Yaitu bagian yang paling atas berfungsi
dikehendaki. Alat ini cukup baik hanya memerlukan mengeluarkan material dari elevator (outlet elevator).
ruang yang kecil. Conveyor ulir ekonomis dalam Pada bagian ini terdapat driving pulley yang befungsi
pembiayaan dan perawatan, material yang didorong untuk menggerakkan belt conveyor.
menjadi tercampur dan ini merupakan keuntungan lain.
Untuk pengolahan bahan kasar, fin conveyor d. Bell Elevator
biasanya dibuat dari besi tuang atau campuran logam Yaitu belt yang menghubungkan driving dan
keras. Bila ditinjau dari bentuk sudunya atau elemen pengertian disini adalah alat transportasi material yang
ulit (flight/blade), conveyor ulir dapat dibedakan bekerja secara horizontal dimana pada belt tersebut
menjadi: helicoids, ribbon, dan cut flight. terdapat mangkok elevator yang berfungsi mengantongi
b. Flight Conveyor produk.
Perlengkapan seperti ini tersedia hampir dalam
variasi yang tidak terbatas. Kebanyakan aplikasinya 2.2.3 Conveyor yang Beroperasi Secara Horizontal
adalah rancangan terbuka untuk operasi yang bersifat Vertikal
trough tetapi beberapa diantaranya diciptakan dengan Merupakan suatu alat transportasi material yang
pembungkus yang benar-benar tertutup. dapat mengangkut material baik secara vertikal maupun
Flight conveyor terdiri dari satu atau dua buah horizontal. Secara umum dikelompokkan sebagai
endless chain (rantai). Rantai tersebut dapat berputar berikut:
dan melewati bagian yang melengkung. Rantai-rantai a. Belt Conveyor
tersebut juga mempunyai piringan dari kayu atau baja
yang disebut flight. Bentuk flight diatur sesuai dengan Merupakan suatu alat transportasi material yang
bentuk palung. Rantai-rantai ini menggerakkan flight dapat mengangkut material baik secara vertikal maupun
yang dapat mendorong material kearah yang horizontal dengan memakai belt sebagai alat
diinginkan. Flight conveyor conveyor digunakan untuk pengangkut material. Belt conveyor adalah mesin
membawa material halus yang tidak abrasif seperti biji- pemindah bahan yang paling banyak digunakan dalam
bijian, buangan dari kayu dan sampah batubara maupun industri. Sesuai dengan namanya, alat ini terdiri dari
material lengket. endless belt yang membawa solid dari suatu tempat
ketempat lain. Belt conveyor dapat beradaptasi terhadap
c. Drag Chain Conveyor variasi ukuran material yang besar kuantitasnya. Belt
Merupakan alat transportasi material secara conveyor membutuhkan tenaga yang relatif kecil dan
horizontal dengan memakai chain yang dilengkapi dapat mengangkut material dalam jarak yang cukup
dengan bruss flights atau skraper sebagai alat jauh. Lebar belt biasanya bervariasi antara 400-1000
pengangkut material. mm, dan jumlah idler harus sesuai. Jarak idler untuk
Drag chain conveyor terdiri dari 1 atau 2 endless belt yang tidak lebar 600 mm dan 1500 mm untuk yang
chain yang besifat malleable (sifat dapat menyesuaikan lebar.
diri), dimana pada chain terdapat batang-batang yang
melintang bisa terbuat dari kayu atau baja. Batang- Belt digerakkan oleh dua buah pulley yaitu
batang ini bergerak dalam palung dengan bantuan rantai driven pulley dan undriven pulley. Selain itu dilengkapi
tersebut. Karena aranya pergerakan dari rantai, maka juga oleh snub pulley yang berfungsi untuk menjaga
bagian-bagian ini ikut bergerak sehingga menyapu agar kontak antara belt dan driven pulley tetap besar
material keluar. serta menjaga agar belt tetap bersih. Untuk membawa
beban yang berat digunakan duel driven pulley.
2.2.2 Conveyor yang Beroperasi Secara Vertikal
Merupakan alat transportasi material yang b. Conveyor Tenaga Fluida Udara
berkerja secara vertikal. Aksi pneumatik digunakan untuk membawa
material padat dalam bentuk butiran sangat halus
a. Bucket Elevator (powder). Material dibawa sebagaimana layaknya
mengangkut fluida atau gas, yaitu dengan jalan
Alat untuk transportasi material secara vertikal mensuspensi partikel-partikel padat dalam gas atau
dengan memakai belt dan mangkok elevator sebagai cairan. Hal ini disebut fluidaisasi.
alat pengangkut produk. Kapasitas handling alat ini Kapasitas pneumatik conveyor tergantung dari:
cukup besar. Bucket elevator terdiri dari beberapa 1. Densitas dan ukuran serta bentuk partikel untuk
bagian: beberapa tingkatan
2. Energi yang dikandung oleh pemindah udara
b. Boot Elevator melewai aluran sistem
Yaitu bagian paling bawah yang berfungsi 3. Diameter garis pengangkutan tersebut
menerima material (feeding elevator). Pada bagian ini 4. Panjang equivalen dari gari pengangkutan tesebut
terdapat idler pulley yang befungsi untuk penyetelan Pneumatic conveyor dapat membawa material
tegangan belt agar tidak slip. Feeding material ini ada berupa bubuk, butiran halus, granular atau material
ringan seperti kapas. Material dibawa dalam suatu pipa 3. Metode Penelitian
atau duct dari suatu tempat ke tempat lain dengan 3.1 Pelaksanaan Penelitian
menggunakan aliran fluida.
2.2.4 Conveyor yang Beroperasi Secara Gravity Penelitian ini telah dilaksanakan di PT.
Flow Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Cinta
Manis di Desa Ketiau Kecamatan Lubuk Keliat
Transportasi cara ini sangat sederhana, karena
Kabupaten Ogan Ilir. Waktu pengambilan data dan
hanya memanfaatkan gaya gravitasi bumi, seperti
survey yaitu pada tanggal 31 Maret sampai dengan 5
menjatukan kantong kemasan gula/semen yang telah
April 2008.
selesai di kantong melalui landasan yang bersudut
kurang lebih 450 sehingga gula/semen yang telah
dikantongi tadi jatuh dengan sendirinya mengikuti alur 3.2 Metode Pengambilan Data
landasan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
2.3 Cara Kerja Belt Conveyor dengan metode wawancara, pengamatan langsung di
Adapun cara kerja belt conveyor dapat dibagi lapangan, dan tinjauan pustaka yang berhubungan
menjadi beberapa tahap, yaitu: dengan permasalahan di penelitian ini.
2.3.2 Tahap Pengisian Muatan Data yang diambil dalam penelitian ini adalah
Pengisian muatan dilakukan pada sisi pemuat. data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
Gula pasir yang akan diangkut, dicurahkan melalui pengamatan dan wawancara langsung, sedangkan data
hopper pengarah yang berfungsi untuk mengatur arah sekunder diperoleh dari studi literatur.
curahan material yang akan diangkut menuju hopper
pemuat. Dari hopper pemuat material diangkut oleh belt
conveyor menuju tempat yang diinginkan. 4. Perencanaan dan Perhitungan
2.3.3 Tahap Pengangkutan Muatan Pada perencanaan ini data-data yang diketahui
Pada tahap ini unit penggerak mulai bekerja adalah sebagai berikut:
yakni dengan menghidupkan motor listrik. Daya dan 1. Kapasitas angkut (Qt) : 25 ton/jam
putaran tinggi yang dihasilkan dihubungkan langsung 2. Jarak horizontal (l) : 35000 mm
ke drum penggerak melalui sebuah sistem transmisi. 3. Tinggi tanjakan (h) : 7592 mm
Dengan berputarnya drum penggerak ini, maka belt, 4. Sudut inclinasi (α) : 12014’
drum ekor, drum ekor roller penumpu, dan roller 5. Daya motor penggerak (P) : 5,5 kW
pembalik yang semuanya saling berhubungan langsung 6. Kecepatan angkut (V) : 1 m/s
berputar pula. Sehingga dengan adanya muatan yang 7. Material angkut : Gula pasir
berasal dari pulley penggerak, maka muatan tersebut 8. Lebar belt (B) : 600 mm
akan dipindahkan ke pulley ekor, demikian selanjutnya Dari data-data di atas maka dapat direncanakan
belt berputar pada pulley secara kontinu dan bagian-bagiam utama belt conveyor.
meneruskan muatan gula pasir ketempat yang akan
dituju sebagai tempat penampungan. Kecepatan gerak
harus disesuaikan dengan kecepatan gerak yang
direncanakan.
Arah lintasan gerak, dapat horizontal, miring
atau kombinasi dari keduanya sesuai dengan medan
yang ditempuh.

2.3.4 Tahap Pembongkaran Muatan


Pembongkaran dilakukan pada ujung belt
conveyor, melalui hopper pencurah yang terpasang
pada sisi tersebut. Sesudah dilakukan pembongkaran Gambar 4.1 Belt conveyor yang direncanakan
dari kedua belt conveyor tersebut, material dapat
langsung dicurahkan kedalam sistem selanjutnya. Dari data hasil penelitian material yang diangkut
2.3.5 Tahap Kembali Tanpa Beban adalah gula pasir. Karakteristik dan sifat gula pasir :
Pada tahap ini belt tidak mengalami beban α maks. = 150 (tabel 1)
muatan. Belt hanya kembali kedudukan semula setelah υ maks. = 300 (tabel 2)
dibersihkan bidang muatannya, untuk kemudian secara γ = 1,04 ton/m3 (lamp. 1)
periodik dan kontinu mengalami daur ulang seperti
sebelumnya. 4.1 Perencanaan Belt
4.1.1 Lebar Belt (B)
Dalam perencanaan ini terdapat dua jenis roller
idler yaitu troughed roller idler dan flat roller idler.
Dimana pada sisi yang berubah di tumpu oleh troughed
roller idler dengan tiga roll. Sudut curah untuk gula
pasir (υ) = 300 dan sudut kemiringan idler (β) = 300.
4.1.1.1 Luas Penampang Muatan
F = F1 + F2(mm) (1) dimana:
dimana: t2 : (t . n) – 0,4
F1 = 0,16 B2 C1 tan (0,35 υ) (mm) t : 1 mm/ply (tabel 2.17)
F2 = 0,0693 B2 (mm) n : 1 ply
t2 : (1 . 1) – 0,4 = 0,6 mm
t1 : 2 mm (lamp. 3)
t3 : 1 mm
T = 2 + 0,6 + 1 (mm)
T = 3,6 mm
maka:
(kg/m)
Gambar 4.2 Analisa luas penampang muatan
Jadi luas penampang secara keseluruhan: (kg/m)
F = F1 + F2 Dipilih nilai W1 = 4,5 kg/m
= 0,16 B2 C1 tan (0,35 υ) + 0,0693 B2
= B2 (0,16 C1 tan (0,35 υ) + 0,0693) (mm) (tabel
Kapasitas angkut conveyor adalah: 2.8)
Qt = 3600 F V γ (ton/jam) Jadi W1 = 4,5 kg/m (tabel 2.8)
Dengan mensubsitusikan persamaan luas
penampang ke dalam persamaan kapasitas angkut 4.1.3 Berat Muatan (Wm /q)
didapat persamaan untuk mencari lebar belt conveyor Berat muatan yang terjadi persatuan panjang
(B), yaitu: conveyor adalah:
q = Qt /0,06 V (kg/m) (10)
√ ) )
(mm) dimana:
dimana: Qt = 25 ton/jam
Qt = 25 ton/jam V = 1 m/detik = 60 m/menit
V = 1 m/detik maka:
γ = 1,04 ton/m3 q = 25 / (0,06 x 60)
C1 = 0,95 (α = 100 - 150). (Zainuri, 2006) = 6,94 kg/m
maka: q = Wm = 6,94 kg/m

√ ) ) ) )
4.2 Roller Idler
Dari tabel 2.18 didapat diameter roller yang
B = 0.283 m
disarankan oleh perusahaan roller (Rumelca, 2003)
= 400 mm (Bridgestone, 1985)
sebesar 89 mm.
4.1.1.2 Pengecekan Lebar Belt
Ukuran lebar belt harus memenuhi: 4.2.1 Gaya Yang Terjadi Pada Roller Idler
Beban pada flat roller idler merupakan gaya
B > 3,3 a’ + 200 mm (Zainuri, 2006)
lintang yang terdiri dari:
dimana:
- Berat belt (W1) = 4,5 kg/m
a' = besar butir gula pasir
- Berat roller (Wr) = 5,0 kg/m (tabel 2.6)
= ±1,5 mm
Diasumsikan bahwa beban terdistribusi secara
maka:
merata. Dengan demikian gaya yang diterima oleh satu
B > 3,3 x 2 mm + 200 mm
B > 206,6 mm (400 > 206,6) flat idler adalah:
Pf = (W1 + Wr) . lr (kg)
Jadi lebar belt memenuhi syarat dan kecepatan
dimana:
belt sebesar 1 m/s dapat dipergunakan untuk
lr = 2400 mm (tabel 2.7)
perhitungan selanjutnya.
maka:
Pf = (4,5 + 5) . 2,4 m
4.1.2 Berat Belt (W1)
= 22,8 kg
Pada perencanaan ini dipilih belt standar tipe
EP-125, dengan lebar 400 mm. kekuatan carcass 125
Gaya ini diteruskan oleh bantalan ke poros,
N/mm dan tegangan tarik 15 kN/m dengan jumlah
dimana poros roller tidak ikut berputar, jadi hanya
lapisan adalah satu.
menerima beban statis saja. Kondisi pembebanan
Maka perhitungan berat belt dihitung sebagai
terlihat dibawah ini:
berikut (Bridgestone, 1985):
Pf
(kg/m) (12)
Dimana:
W1 : Berat belt (kg/m) A B
K : 1.17 kg/m3 (tabel 2.16)
B : 40 cm
T : Tebal belt (mm)
: t1 + t2 + t3 Gambar 4.3 Diagram gaya pada poros flat idler
Fr = menentukan tipe dan jenis roller sebagai berikut
(lampiran 3):
= 11,4 kg
V = 1 m/detik
B = 400 mm
Beban pada poros troughed roller idler terdiri
Beban = 7,216 kg
dari berat belt, berat muatan yang diangkut, dan berat
troughed roller idler sendiri. Untuk mengetahui
- Troughed roller idler (carrying roller idler)
distribusi pembebanan yang terjadi pada troughed idler
Pada perencanaan ini dipilih roller jenis PLF
ini dapat dilihat pada gambar 4.4.
(Polypropylene with fiberglass) yang terbuat dari rigid
PVC (Polyvinyl chloride) dan PP (Polypropylen).
C
Pemilihan dari roller jenis PLF ini dapat memberikan
B D
keuntungan sebagai berikut:
- Memiliki batas kekuatan yang tinggi terhadap
A 300 E
berat muatan
300
- Dapat digunakan pada berbagai macam ukuran
G F material
- Temperatur kerja yang flexible, antara - 200C dan
0,2B 0,4B 0,2B + 1000 C
- Perawatan yang mudah
- Tahan terhadap kelembaban, kotoran, korosi dan
Gambar 4.4 Penampang lintang muatan debu
- Konsumsi energi yang kecil
Dari gambar diatas terlihat bahwa perbandingan No: A3 L /1A 400 F14 H125 89 (lamp 4)
luas penampang. Dengan demikian dapat ditulis Keterangan no seri dan code :
persamaan berikut: A3 L /1A = jenis roller
F1 : F2 : F3 = A1 : A2 : A3 400 = lebar belt
A1 = A3 = luas segitiga ABG F = desain spindel = dengan flat
A1 = A3 = 0,5 . 0,2B . 0,2B (tan 300 + tan 300) 14 = ch
= 0,023094 B2 H = tinggi = 125 mm
A2 = 0,2B . (tan 300 + tan 300) . 0,4B + 89 = diameter roller
0,5 . 0,4B (0,2B tan 300) Dengan data-data sbb:
= 0,11547 B2 D Φ = 89 mm ch = 14 mm
jadi: H = 125 mm Q = 640 mm
F1 : F2 : F3 = 0,023094: 0,11547: 0,023094 C = 168 mm E = 700 mm
Jumlah beban yang ditumpu poros: K = 267 mm Berat = 5.3 kg/set
Ptr = (q + qb + qp) . lc Spindel : 20
dimana: Bantalan : 6204
q = Wm = 6,94 kg/m Kapasitas beban : 129 daN = 130 kg
qb = W1 = 4,5 kg/m
qp = Wc = 6,6 kg/m (tabel 2.6) - Flat roller idler (return roller idler)
lc = 1,2 m (tabel 2.7) Pada perencanaan ini dipilih roller jenis M1
maka: yang terbuat dari baja. Pemilihan dari roller jenis M1 ini
Ptr = (6,94 + 4,5 + 6,6) . 1,2 dapat memberikan keuntungan sebagai berikut:
= 21.648 kg - Memiliki batas kekuatan yang tinggi terhadap
Distribusi beban masing-masing idler: berat muatan
F1 = F3 = 0,023094 / 0,138564 x 21.648 kg - Dapat digunakan pada berbagai macam ukuran
= 3,608 kg material
F2 = 0,023094 / 0,138564 x 21.648 kg - Temperatur kerja yang flexible, antara - 200C dan
= 14,432 kg + 1000 C
Pembebanan yang paling besar terjadi ditengah- - Perawatan yang mudah dan ringan
tengah troughed idler, maka gaya yang dipilih sebagai - Tahan terhadap kelembaban, kotoran dan debu
acuan untuk perencanaan ini ini adalah F2.
F2 No seri dan code : M1 15B 50N 508
Keterangan no seri dan code:
M = jenis roller
1 = no seri (tipe)
15 = diameter spindel
Gambar 4.5 Diagram gaya pada poros troughed idler B = desain spindel = dengan ring
Gaya reaksi = Fc = 7,216 kg 50 = diameter roller
N = desain tabung
4.2.2 Dimensi Roller Idler = steel S 235 JR (EN10027-1), ex Fe
Dari hasil perhitungan sebelumnya didapat 360 (EN 10025), St37 (DIN 17100)
parameter-parameter yang dibutuhkan untuk 508 = panjang C
Dengan data-data sbb: Pt = 0,75 kW (tabel 2.5)
D Φ = 50 mm ch = 14 mm Maka daya pada poros penggerak pulley (P)
A = 526 mm e = 4 mm adalah:
B = 500 mm s = 3 mm P = (0.48 + 0,1514 + 0,5171 + 0,75) kW
C = 508 mm g = 9 mm = 1,8985 kW
d1 = 20 mm d = 15 mm = 1,9 kW
Kapasitas beban : 40 daN = 4,04 kg Sedangkan daya motornya (penggerak mula)
Bantalan : Cup and cone (kerucut) dipengaruhi oleh efisiensi mekanis dan efisiensi
Berat : 2.7 kg/set transmisi. Pada perencanaan ini penggerak terdiri dari
motor listrik reducer (η = 0,98), kopling flens (η =
4.2.3 Kecepatan Putar Roller Idler 0,97), dan bearing penggerak pulley (η = 0,95) (Sularso,
n = (13) 2002).
maka:
dimana:
V = 1 m/det
D = 89 mm dimana:
maka: ηm = efisiensi mekanis 0,8 (Sularso, 2002)
n = ηg = 0,95 – 0,98
= 214,7 rpm mendekati 215 rpm
= 2,6 kW
4.3 Perhitungan Tenaga Penggerak Belt
Conveyor 4.4 Perhitungan Tegangan Belt
Daya yang diperhitungkan adalah pada poros - Tegangan efektif (Fp)
penggerak pulley (P).
kg (50)
P = P1 + P2 + P3 + Pt (46)
Selanjutnya daya-daya yang terjadi tersebut dimana:
dihitung sebagai berikut: P = 2,6 kW
- daya pada poros horizontal tanpa pembebanan (P 1) V = 60 m/min
) maka:
kW
kg = 265,2 Kg
dimana:
f = 0,022 (tabel 2.4)
l = 35 m - Tegangan sisi kencang (F1)
lo = 66 m (Bridgestone, 1985) (kg) (51)
W = 22 (kg/m) dimana:
(Bridgestone, 1985) Fp = 265,2 kg
V = 60 m/min u = 0,35 (tabel 2.10)
maka: θ = 2100 = 3,664 radian (tabel 2.9)
)
maka:
)
P1 = 0.4792 kW = 0.48 kW
)
- daya pada poros horizontal dengan pembebanan (P 2)
) = 367,2 kg
kW - Tegangan sisi kendor (F2)
dimana: (kg) (52)
Qt = 25 (ton/jam)
f = 0,022 )
l = 35 m = 101,9899 kg
lo = 66 m = 102 kg
maka:
) - Tegangan dikarenakan sudut tanjakan (F3 dan F3’)
F3 = W1 l (tan α – f)
= 0,1514 kW
dimana:
- daya pada poros vertikal dengan pembebanan (P 3)
W1 = 4,5 kg/m
l = 35 m
dimana: α = 12014’
h = l tan α f = 0,022 (tabel 2.4)
= 35 tan 12014’ maka:
= 7,592 m F3 = 4,5 x 35 (tan 12014’ – 0,022)
Qt = 25 (ton/jam) = 30,42 kg
maka: - Tegangan untuk arah menurun
F3’ = W1 l (tan α + f) (54)
= 4,5 x 35 (tan 12014’ + 0,022)
= 0,5171 KW
= 37,35 kg
- daya dorong dari tripper atau stacker (Pt)
K = 1,15 (tabel 2.22)
- Tegangan minimum (F4c dan F4r) n =1
F4c = 12,5 lc (Wm + W1) (55) maka:
F4r = 12,5 lc (W1) (56) D1 = 125 x 1,15 x 1
dimana: = 431.25 mm
lc = 1,35 m (tabel 2.7) Dipilih nilai D1 = 450 mm (tabel 2.23)
Wm = 6,94 kg/m (tabel 2.6) D2 = 100 x 1,15 x 3
W1 = 4,5 kg/m (tabel 2.8) = 345 mm
lr =3m (tabel 2.7) Dipilih nilai D2 = 400 mm (tabel 2.23)
maka: D3 = 75 x 1,15 x 3
F4c = 12,5 x 1,35 x (6,94 + 4,5) = 258.75 mm
= 195,05 kg Dipilih nilai D3 = 300 mm (tabel 2.23)
F4r = 12,5 x 3 x 4,5 Panjang pulley (L)
= 168,75 kg L = B + 200
- Tegangan sisi balik belt (Fr) = 400 + 200 = 600 mm
Fr = f (l + lo) (W1 + Wr/lr) (kg) (57) Tebal dinding = 15 mm (Bridgestone, 1985)
maka:
Fr = f (l + lo) (W1 + Wr/lr) 4.5.2 Berat Pulley
= 0,022 (35 +66) (4,5 + (5,0/3)) G = π/4 (D2 – d2) L γp (14)
= 13,7 kg dimana:
- Tegangan maksimum yang terjadi pada belt conveyor D = 450 mm
Belt yang direncancakan adalah type uphill d = (450 – 2x15) mm = 420 mm
conveyor penggerak head (kepala) maka: L = 600 mm
Fmax = Fp + F2 (tabel 2.26) γp = 7,8 kg/dm3
dimana: maka:
Fp = 265,2 Kg G = 3,14/4 x (4,52 – 4,22) x 6 x 7,8
F2 = 102 Kg = 95,88 kg
maka: Gaya total pada pulley
Fmax = 265,2 + 102 √ ) ) (15)
= 367.2 Kg dimana:
G = 95,88 kg
S1 = 102 kg
- Pemeriksaaan Kekuatan Belt Sa = 367,2 kg
(9) αb = 100
maka:
Dimana: √ ) )
: Kekuatan taik carcass untuk satu lapisan (kg/cm) = 481,25 kg
Fmax : 367,2 kg Dengan cara yang sama pada drive pulley
n :1 didapat berat tail pulley sbb:
SFw : 12 (lampiran 2) Gtotal = 478,76 kg
Be : Lebar belt (cm)
maka: 4.5.3 Kecepatan Putar Pulley
TS = n= (16)
= 11,016 kg/cm dimana:
= 10.8 kN/m V = 1 m/det
Ternyata Kt > F.TS D = 450 mm
15 kN/m > 10.8 kN/m maka:
Jadi belt aman digunakan.
n=
4.5 Perencanaan Pulley = 42.46 rpm = 43 rpm
Gaya-gaya yang bekerja pada pulley terdiri dari
gaya tarik pada belt, yang besarnya diasumsikan sama 4.6 Perencanaan Poros Drive Pully dan Tail
dengan gaya maksimumnya yang bekerja pada pulley Pulley
serta gaya beratnya sendiri. 4.6.1 Drive Pulley
4.5.1 Dimensi Pulley Gaya yang terjadi pada drive pulley sebesar
Perencanaan diameter pulley meliputi diameter (Gtotal) = 481,25 kg
head pulley (D1), diameter tail pulley (D2) dan diameter Gaya reaksi pada masing-masing tumpuan
snub pulley (D3). Untuk menghitung diameter ini Fr = Gtotal/2
dipakai persamaan. = 481,2 / 2 = 240,6 kg
D1 = 125 K . n Beban diasumsikan merata disepanjang pulley,
D2 = 100 K . n (tabel 2.21) seperti terlihat pada gambar ini.
D3 = 75 K . n
dimana: Gtotal
Mmax = Fr x 445 – 0,5 Gtotal x 150
= 239,38 x 445 – 0,5 x 478,76 x 150
= 70617 kg mm
Torsi (T):
Fr Fr T = (Sa – S1) x r
dimana:
Gambar 4.6 Diagram gaya pada poros pulley
S1 = F2 = 102 kg
Momen maksimum: Sa = F1 = 367,2 kg
Mmax = Fr x 445 – 0,5 Gtotal x 150 r = 400/2 = 200 mm
= 240,6 x 445 – 0,5 x 481,2 x 150 maka:
= 70977 kg mm T = (367,2 – 102) 200
Torsi (T) : = 53040 kg.mm
T = (Sa – S1) x r Dengan cara yang sama dengan poros drive pulley,
dimana: maka didapat diameter poros dan tegangan geser yang
S1 = F2 = 102 kg terjadi pada tail pulley:
Sa = F1 = 367,2 kg
r = 450/2 = 225 mm ds ≥ 5 cm
maka: Tegangan geser yang terjadi:
T = (367,2 – 102) 225  max = 3,603 kg/mm2
= 59670 kg.mm Karena tegangan geser yang diijinkan jauh lebih besar
Tegangan geser yang terjadi: dari tegangan geser yang terjadi maka poros aman
 max  (5.1 / d s3 ) M 2  T 2 digunakan.
(25)
Bahan poros dipilih SNC 2 4.6.3 Berat Poros Pulley
dimana: - Berat poros drive pulley (Gdp)
σb = 85 kg/mm2 (Gdp) = π / 4 (ds)2 x L x γ (29)
Sf1 = 6,0 (faktor koreksi akibat massa poros) dimana:
Sf2 = 2,0 (faktor koreksi akibat alur pasak) ds = 0,5 dm
Tegangan geser yang diizinkan: γ = 7,8 kg/dm3
B L = 8,9 dm
a  maka:
Sf1  Sf 2
(Gdp) = π / 4 (0,5)2 x 8,9 x 7,8
85 (28)
a  = 13.74 kg
6,0  2,0 - Berat poros tail pulley
 a  7,085 kg / mm 2 (Gdp) = π / 4 (ds)2 x L x γ (29)
Diameter poros drive pulley: dimana:
1/ 3 ds = 0,5 dm
 5,1 
ds   (K m  M )2  (Kt  T )2  (27) γ = 7,8 kg/dm3

 a  L = 8,9 dm
dimana : maka:
Km = 2,0 (untuk beban tumpukan ringan) (Gdp) = π / 4 (0,5)2 x 8,9 x 7,8
Kt = 1,5 (untuk beban sedikit kejutan) = 13.74 kg
maka:
1/ 3
 5,1  4.7 Take Up Pulley
ds   (2  70977) 2  (1,5  59670) 2  ds ≥ Take up pulley ini berfungsi untuk menjaga agar
 7,085  tegangan pada belt saat beroperasi tidak menyebabkan
120798,71/3 kendor. Caranya adalah dengan memberikan beban
ds ≥ 49,4 mm mendekati 50 mm tetap pada pulley supaya belt tetap tegang.
ds ≥ 5 cm Pada perencanaan ini dipergunakan pemberat
Tegangan geser yang terjadi: jenis “counter weight”, dikarenaklan take up jenis ini
 max  (5.1 / d s3 ) M 2  T 2 sangat flexible dan dapat meredam beban kejut. Take
up pulley ini umumnya dipasang didekat pulley
 max  (5.1/ 503 ) 70977 2  59670 2 penggerak, tapi pada perencanaan ini take up pulley ini
= 3,783 kg/mm2 dipasang didekat pulley yang digerakkan. Hal ini
Karena tegangan geser yang diijinkan jauh lebih dikarenakan pemasangan take up pulley ini disesuaikan
besar dari tegangan geser yang terjadi maka poros aman dengan kondisi daerah yang ada.
digunakan. - Panjang take up pulley (S)
Panjang dan berat take up pulley ini bervariasi
4.6.2 Tail Pulley disesuiakan dengan konstruksi dari belt dan memakai
Fr = Gtotal / 2 rumus sbb:
= 478,76 / 2 = 239,38 kg )
S = (m) (17)
Momen maksimum:
dimana:
l = 35,814 m jadi:
f1 = 0,1 % Ct = 11,4 kg . (345579)3/10
f2 = 0,15 % = 653,7 kg
F3 = 0,1 % Ternyata C > Ct 1000 kg > 653,7 kg
α = ekstra batasan untuk sambungan Jadi bantalan aman digunakan.
= 0,5 m
maka: - Umur nominal bantalan pada troughed roller idler
) Kapasitas beban dinamik yang terjadi pada
S = = 0,625 m
bantalan dihitung dengan rumus:
- Berat take up pulley (Gk)
Ct = P . L1/b
Berat yang dibutuhkan counter weight:
) dimana:
Gk = (18) P = 15,12 kg
dimana: b = 3 (untuk ball bearing)
P = Ep = 265,2 kg L = (60 . n . Lh) / 1000000 (43)
V = 1 m/s n = 215 rpm
Nn = 265,2 1 / 1000
p
= 0,2652 kW C  10 6 10 6
Lh      66,13   22,42 10 6
3

m = 1,39  P  60n 60  215 (45)


maka: Lh = 22,42 . 106 jam kerja
)
Gk = = 255 tahun, 7 bulan, 6 hari, 16 jam.
= 21,1 kg maka:
L = (60 . 215 . 22,42)
4.8 Perencanaan Bantalan = 289218
4.8.1 Bantalan Idler jadi:
Pada perencanaan ini bantalan yang dipilih Ct = 15,12 kg . (289218)3/10
adalah jenis Single Row Deep Groove Ball Bearing. = 657,53 kg
Jenis dan dimensi bantalan pada flat dan troughed roller Ternyata C > Ct 1000 kg > 657,53 kg
idler adalah sama, dengan data-data sebagai berikut: Jadi bantalan aman digunakan.
Dimensi Bantalan :
6204 menurut DIN 616 4.8.2 Bantalan Poros Pulley
Nomor seri : 6204 Bantalan yang digunakan untuk menempuh
Diameter dalam (d) : 20 mm poros pulley penggerak dipilih jenis cylindrical roller
Diameter luar (D) : 47 mm bearing 6310 dengan data-data sbb:
Lebar bantalan (B) : 14 mm 6310 menurut DIN 616
Kapasitas nominal Nomor seri : 6310
dinamis spesifik (C) : 1000 kg Diameter dalam (d) : 50 mm
Kapasitas nominal Diameter luar (D) : 110 mm
statis spesifik (Co) : 635 kg Lebar bantalan (B) : 27 mm
Kapasitas nominal
- Pemeriksaan kekuatan bantalan dinamis spesifik (C) : 4850 kg
Beban ekivalen pada bantalan: Kapasitas nominal
P = X . Fr + Y . Fα statis spesifik (Co) : 3650 kg
Karena beban yang bekerja adalah beban radial murni - Pemeriksaan kekuatan bantalan
(tanpa aksial) maka Fα = 0 dan X = 1. Beban ekivalen pada bantalan:
jadi: P = X . Fr + Y . Fα
P = Fr Karena beban yang bekerja adalah beban radial murni
- Umur nominal bantalan pada flat roller idler (tanpa aksial) maka Fα = 0 dan X = 1.
Kapasitas beban dinamik yang terjadi pada jadi:
bantalan dihitung dengan rumus: P = 1 x 240,6 kg = 240,6 kg
Ct = P . L1/b - Umur nominal bantalan
dimana: Kapasitas beban dinamik yang terjadi pada bantalan
P = 11,4 kg dihitung dengan rumus:
b = 3 (untuk ball bearing) Ct = P . L1/b
L = (60 . n . Lh) / 1000000 (43) dimana:
n = 215 rpm P = 240,6 kg
b
 C  10
6
10 6 b = 3 (untuk ball bearing)
Lh      70,175   26,8 10 6
3

 P  60n 60  215 L = (60 . n . Lh) / 1000000 (43)


(45)
n = 43 rpm
Lh = 26,8 . 106 jam kerja p
C  106 106
Lh      20,15   3,175  106
3
= 305 tahun, 7 bulan, 6 hari, 16 jam
P 60n 60  43 (45)
maka:
L = (60 . 215 . 26,8) Lh = 3,175 . 106 jam kerja
= 345579 = 362 tahun, 5 bulan, 11 bulan, 20 hari.
maka: - Tahan terhadap kelembaban, kotoran dan debu.
L = (60 . 43 . 3.175) No seri dan code: P, 400. (lampiran 9)
= 8191,5 Dengan data-data sbb:
jadi: Tipe =P C = 70 mm
Ct = 240,6 kg . (8191,5)3/10 Lebar belt = 400 mm Φ = 54 mm
= 3591,74 kg W = 300 mm E = 98 mm
Ternyata C > Ct 4850 kg > 3591,74 kg Lebar rangka = 900 mm F = 56 mm
Jadi bantalan aman digunakan. A min. = 120 mm G = 154 mm
A max. = 200 mm H = 80 mm
Bantalan yang digunakan untuk menempuh B = 320 mm berat = 20 kg
poros pulley lainnya dipilih jenis cylindrical roller
bearing 6309 dengan data-data sbb: 4.10 Perencanaan Penutup Belt Conveyor
6309 menurut DIN 616 Pada perencanaan ini dipilih penutup jenis CPT
Nomor seri : 6309 yang terbuat dari plastic PVC. Pemilihan dari
Diameter dalam (d) : 45 mm pembersih penutup jenis CPT ini dapat memmiliki
Diameter luar (D) : 100 mm karakteristik sbb:
Lebar bantalan (B) : 25 mm - Tembus cahaya dengan ketransparanan yang baik.
Kapasitas nominal - Anti karat.
dinamis spesifik (C) : 4150 kg - Permukaan halus.
Kapasitas nominal - Tidak mudah terbakar, tahan sampai dengan suhu
statis spesifik (Co) : 3100 kg 65oC.
- Pemeriksaan kekuatan bantalan - Pemasangan yang mudah.
Beban ekivalen pada bantalan: - Perawatan mudah.
P = X . Fr + Y . Fα - Tahan terhadap kelembaban, kotoran dan debu.
Karena beban yang bekerja adalah beban radial murni Tipe : CPT 1 (lampiran 10)
(tanpa aksial) maka Fα = 0 dan X = 1. Dengan data-data sbb:
jadi: Lebar lurus = 1500
P = 1 x 240,6 kg = 240,6 kg Ketebalan cover = 1,2 mm
- Umur nominal bantalan Lebar belt, W = 400 mm
Kapasitas beban dinamik yang terjadi pada bantalan tegangan max. = 50 N/mm2
dihitung dengan rumus: Lebar = 700 mm
Ct = P . L1/b tegangan putus = 50 N/mm2
dimana: Jari-jari, r = 350 mm
P = 240,6 kg Berat jenis = 1,4 kg/dm3
b = 3 (untuk ball bearing)
L = (60 . n . Lh) / 1000000 (43) 4.11 Pemilihan Sistem Transmisi
n = 43 rpm Sistem transmisi sedapat mungkin harus mampu
mengatasi gangguan-gangguan yang terjadi seperti
p
C  106 106 vibrasi atau tumbukan, sebab bila tidak maka gangguan
Lh      17,25   1.99  106
3

 
P 60 n 60  43 (45) tersebut akan menimbulkan beban berlebih pada
Lh = 1.99 . 106 jam kerja peralatan yang besarnya dengan besarnya daya yang
= 227 tahun, 2 bulan, 1 hari, 16 jam harus ditransmisikan.
maka: Unit sistem transmisi ini harus ditempatkan
L = (60 . 43 . 1.99) sedemikian rupa sehingga tidak akan mengganggu
= 5134.2 komponen pendukung yang lainnya. Sistem transmisi
jadi: akan dapat dilihat pada pada gambar dibawah ini:
Ct = 240,6 kg . (5134.2)3/10 5
= 3122,0.3 kg
Ternyata C > Ct 4850 kg > 3591,74 kg 4
Jadi bantalan aman digunakan.
3
2
4.9 Perencanaan Pembersih Belt
Pada perencanaan ini dipilih pembersih belt jenis 1
P yang membersihkan hanya pada satu arah belt.
Pemilihan dari pembersih belt jenis P ini dapat
Gambar 4.7 Sistem transmisi belt conveyor
memberikan keuntungan sebagai berikut:
- Digunakan pada material yang agak lembab dan Keterangan gambar:
lengket, hal ini sangat cocok untuk material gula 1. Motor speed reducer
pasir. 2. Kopling flens
- Pengaturan posisi yang mudah. 3. Bantalan
- Bahan pembersih yang bersifat tidak merusak belt. 4. Belt conveyor
- Perawatan yang mudah
5. Backstop cam clutch Maka didapat tipe motor speed reducer
Dengan berbagai pertimbangan baik dan GRTA370-50L5-30CB dengan data-data sebagai
buruknya sistem yang akan digunakan pada conveyor berikut:
ini, maka sistem yang dipakai adalah: Daya yang tersedia = 3,7 kW
Motor speed reducer  kopling flens  pulley Torsi yang diizinkan pada 1500 rpm = 671 Nm
penggerak  backstop. Keuntungan pemakaian sistem Putaran yang dizinkan = 43 rpm
ini: Output pada 50 Hz = 50 rpm
Diameter output = 50 mm
- Backstop cam clutch Kuantitas pelumas = 2,8 Kg
Backstop cam clutch ini adalah berfungsi untuk Perbandingan rasio = 1/30
mencegah putaran balik pada saat over load atau bila Dengan data-data yang ada, berarti motor aman
sumber listrik untuk motor mati, sehingga putaran digunakan.
tersebut tidak dtransmisikan ke roda gigi dan motor
penggerak.
Dengan demikian kerusakan yang akan terjadi
pada komponen-komponen penggerak secara dini dapat
dicegah dengan pengereman yang dilaksanakan oleh
backstop cam clutch ini.

- Memiliki umur yang panjang


- Tidak berisik
- Mudah dalam perewatan
- Tidak membutuhkan tempat yang luas Gambar 4.8 Motor penggerak
- Dapat bekerja pada saat yang tepat
- Ekonomis bila dibandingkan dengan sistem transmisi 4.13 Perencanaan Kopling
yang lain. 4.13.1 Dimensi dan Ukuran Kopling
Pada perencanaan ini, kopling yang
4.12 Pemilihan Motor Penggerak direncanakan adalah kopling flens. Kopling flens
Untuk menentukan jenis motor yang digunakan termasuk jenis kopling tetap. Fungsi dan kegunaan
maka kita harus mengetahui daya yang dibutuhkan (P m), masing-masing kopling tersebut adalah untuk
momen puntir yang terjadi (T) dan putaran pulley mentransmisikan daya dari suatu sumber daya ke
penggerak (n). pemakaian dan menguragi beban kejut yang terjadi,
sehingga tidak merusak sistem transmisi.
- Daya rencana (Pd) Kopling flens yang direncanakan adalah jenis
(Pd) = fc x Pm (kW) (22) kopling flens kaku. Kopling ini dipasang diantara roda
Dimana: gigi dengan belt. Pemilihan dimensi dan ukuran kopling
Pm = 2,6 kW flens ini berdasarkan (Nieman, 1999).
fc = faktor koreksi Dari dimensi motor penggerak didapat diameter output
= 1,2 frame size speed reducer dimana dari diameter output
Pd = 1,2 x 2,6 ini langsung dihubungkan dengan kopling flens kaku.
= 3,12 kW Maka dengan demikian didapat dimensi kopling sbb
- Putaran pulley penggerak (Menurut DIN 116 1971) :
n = 43 rpm Diameter = (40 sd 50) mm
- Momen puntir rencana Lubang baut pas (d) = 14 mm
MP (23) Jumlah baut =4
Lebar = 141 mm
Diameter luar = 160
= 70,67 kg.m Momen puntir maks. = 515 Nm
- Torsi yang terjadi Putaran maks. = 1900 rpm
T = Wo x Dp/2 (N.m) (24)
dimana: 4.13.2 Pemeriksaan Kekuatan Baut
Wo = Fp = 265,2 kg 9,8 m/s2 Pada perencanaan ini, kopling flens
= 2598,96 N mentransmisikan daya dari sistem roda gigi dengan
Dp = D1 = 0,450 m putaran rendah, maka torsi yang diterima kopling
maka: menjadi besar. Oleh karena itu perencanaan kopling
T = 2598,96 x 0,450/2 harus diperhitungkan faktor kekuatan, dengan memilih
= 584.766 N.m bahan yang kuat dan ukuran yang sesuai. Bagian yang
dengan data: perlu diperiksa terutama kekuatan baut dan kekuatan
Pd = 3.12 kW flens itu sendiri (Sularso, 2002).
MP = 70,67 kg.m Momen puntir output = 70,671 kg.m
n = 43 rpm Tegangan geser pada baut
T = 584,766 N.m (kg/mm2) (31)
Dimana: Besar tegangan geser pada pasak dapat dihitung dengan
d = 14 mm rumus sbb:
ne = 0,5 x 2 = 2 buah (36)
Bp = 132 mm
dimana:
maka:
Mp = 70,67 kg.m
= 3,48 (kg/mm2) maka:
Bahan baut direncanakan SS41B, dimana: (kg/mm2)
(kg/mm2)
= 50 (kg/mm2)
Bahan pasak direncanakan S30C, dimana:
Dengan faktor keamanan ( )= 6
faktor koreksi ( ) 2 = 48 (kg/mm2)
Tegangan geser baut yang diizinkan:
Dengan faktor keamanan ( )= 6
(32) Dengan faktor koreksi ( ) 3
= = 4,167 (kg/mm )2 Tegangan geser pasak yang diizinkan:
Ternyata tegangan baut yang diizinkan lebih (Sularso, 2002)
besar dari tegangan geser yang terjadi. Berarti baut = = 2,67 (kg/mm2)
aman digunakan.
Ternyata tegangan geser yang terjadi jauh
dibawah kekuatan bahan, berarti pasak aman
4.13.3 Pemeriksaan Kekuatan Flens
digunakan.
Tegangan geser yang terjadi pada flens:
(kg/mm2) (33) - Tekanan permukaan pada pasak
dimana: Agar pasak aman digunakan maka tekanan yang
d = diameter naf (bos) = 90 mm permukaan yang terjadi pada pasak harus lebih kecil
F = tebal flens = 20 mm dari tekanan permukaan yang diizinkan. Untuk poros
maka: dengan diameter besar, tekanan permukaan yang
(kg/mm2) diizinkan adalah:
pα = 200 N/mm2 (20,1 kg/mm2)
(kg/mm2) Tekanan permukaan pada pasak:
Bahan flens direncanakan FC20, dimana: p = 2 MP / (d x l x t1) (37)
= 2 x 70691 / (50 x 80 x 5)
= 20 (kg/mm2) = 7,0691 kg/mm2
Dengan faktor keamanan ( )= 6 Ternyata p < pα
Dengan faktor koreksi ( ) 3 berarti pasak aman digunakan.
Tegangan geser flens yang diizinkan:
(34) 4.15 Perencanaan Backstop Cam Clutch
= = 1,111 (kg/mm ) 2 Dengan diketahuinya diameter pulley penggerak,
maka dimensi dari backstop cam clutch dapat diketahui
Ternyata tegangan geser yang terjadi jauh :
dibawah kekuatan bahan, berarti flens aman digunakan. d = diameter poros = 50 mm
r = 25 mm
4.14 Perencanaan Pasak rpm = 43 mm (poros penggerak)
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai Torsi backstop cam clutch (T)
untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti: roda
gigi, sprocket, pulley, dll pada poros. Pada perencanaan (35)
ini digunakan pasak benam untuk menetapkan roda gigi Dimana:
pada porosnya mengingat pasak ini mampu meneruskan Pr = P3 – 0,7 (P1 + P2) (kW)
momen yang besar. P1 = 0.48 kW
Pada sistem transmisi ini terdapat satu buah P2 = 0,1514 kW
poros dimana diameter poros pulley sama dengan P3 = 0,5171 kW
diameter poros output roda gigi reducer (dp = d output). Maka:
Berdasarkan (Sularso, 2002) diperoleh dimensi pasak Pr = 0,5171 – 0,7 (0.48 + 0,1514) kW
sbb: = 0,07512
d = diameter poros = 50 mm N = 43 rpm
b = lebar pasak = 15 mm SF = Service Factor = 1,5 (Tsubaki, 2005)
h = tinggi pasak = 10 mm
t1 = 5 mm
t2 = 5 mm Jenis backstop cam clutch adalah : BS 65 dengan
l = panjang pasak = 80 mm spesifikasi sbb:
Pemeriksaan kekuatan pasak A = 90 mm D = 140 mm
- Tegangan geser pada pasak B = 160 mm E = 90 mm
C = 85 mm s = 20 mm
Ukuran baut = 6xM8x1.5 - Luas penampang F = 20,04 kg/m
Berat = 11.5 kg - Luas permukaan u = 0,489 m2/m
Torsi Maks. = 1.570 Nm - Momen inersia I = 62,7 cm4
Backstop cam clutch ini juga dilengkapi oleh - Jarak profil h = 140 mm
lengan torsi, maka dimensi dari lengan torsi ini adalah - Lebar kaki b = 60 mm
sebagai berikut: - Tebal kaki t = 10
A = 306 mm G = 50 mm - Tebal badan s = 7 mm
B = 210 mm I = 30 mm - Jarak pada sumbu e = 17,5 mm
C = 80 mm K = 13.5 mm Panjang batang melintang = 0,89 m
D = 140 mm L = 6 mm Panjang total batang = 70 x 0,89 m = 62,3 m
E = 90 mm H – M = (6-11) mm Maka berat kerangka = 62,3 m x 16,0 kg/m
F = 16 mm = 996,8 kg
Berat = 1.7 kg (Tsubaki, 2005) Sehingga berat total (Pb) adalah:
(248,55 + 175,03 + 276,2 + 16,64 + 16,64 + 996,8) kg =
4.16 Perencanaan Rangka Penumpu 1724,2 kg
Pada perencanaan ini struktur penumpu Disamping rangka mengalami pembebanan akibat berat
conveyor dibuat dengan kerangka sederhana yang sendiri dan berat muatan, rangka juga mengalami
mampu menahan beban yang terjadi. Adapun beban- tekanan akibat pengaruh angin yaitu (Pradnya
beban yang diterima rangka ini berasal dari muatan Paramitha, 1983):
yang dipindahkan, peralatan-peralatan utama serta P = 0,006 x v2 (kg/m2)
perlengkapannya. dimana:
Troughed roller idler dipasang pada batang v = kecepatan angin = 40 km/jam
melintang paling atas, sedangkan flat roller idler maka:
dipasang pada bagian vertikalnya. Jarak antara batang P = 0,006 x (40)2 = 10 kg/m2
vertikal direncanakan 2,4 m. Tekanan pada rangka (Pr) = P x luas seluruh batang
4.16.1 Perencanaan Batang Melintang rangka
Pada bagian ini, beban-beban yag ditumpu sebagai dimana:
berikut: luas seluruh batang = panjang total batang x luas
a. Berat akibat muatan (q) permukaan
q = 6,94 kg/m x 35,814 m = 62,3 m x 0,489 m2/m
= 248,55 kg = 30,47 m2
b. Berat belt (qb) Maka, tekanan angin terhadap rangka:
qb = 4,5 kg/m Pr = 10 kg/m2 x 30,47 m2 = 304,647 kg
- Untuk kerangka = 4,5 kg/m x 35,814 Karena tekanan angin hanya satu arah saja, maka:
= 161,16 kg Pr = 304,647 kg x 0,5 = 152,33 kg
- Untuk pulley penggerak Sehingga berat total adalah:
= 4,5 kg/m x 0,5 π D Ptotal = Pb + Pr
= 4,5 x 0,5 x 3,14 x 0,45 = 3,18 kg = (1724,2 + 152,33) kg = 1876,53 kg
- Untuk snub pulley Disini diasumsikan beban merata sepanjang batang,
= 4,5 kg/m x 0,5 π D sehingga beban persatuan panjang:
= 4,5 x 0,5 x 3,14 x 0,4 x 3 = 8,49 kg q' = Ptotal / l
- Untuk tail pulley = 4,5 kg/m π D q’ = 1876,53 kg / 35,814 m = 52,4 kg/m
= 4,5 x 0,5 x 3,14 x 0,3 Gaya reaksi pada tumpuan.
= 2,2 kg RA = RB = Ptotal / 2 = 52,4 / 2 = 26,2 kg/m
Maka, total beratnya = 175,03 kg q'
c. Berat idler
- Untuk troughed roller idler = 6,6 kg/set MA MB
Total berat = 32 set x 6,6 kg/set = 211,2 kg
- Untuk flat roller idler = 5,0 kg/set
Total berat = 13 set x 5,0 kg/set = 65 kg RA RB
Maka, total beratnya = 276,2 kg
d. Berat pulley penggerak (qdp) Gambar 4.9 Skema pembebanan batang melintang
Berat porosnya = 13,74 kg Momen lentur maksimum:
Berat bantalan = 2 x 1,45 kg = 2,9 kg Mmaks = q’ x B2 / 8 (19)
Maka, total beratnya = 16,64 kg = 52,4 kg/m x (0,89)2 / 8
e. Berat tail pulley (qtp) = 5,2 kg.m = 5200 kg.mm
Berat porosnya = 13,74 kg Tegangan normal maksimum:
Berat bantalan = 2 x 1,45 kg = 2,9 kg σmaks = Mmaks x e / I (20)
Maka, total beratnya = 16,64 kg = 5200 kg.mm x 17,5 mm / 62,7 . 104 mm4
f. Berat kerangka = 0,1448 kg/mm2
Profil yang dipilih adalah L 65 x 65 x 6 dengan Bahan yang digunakan untuk menumpu tersebut yaitu
spesifikasi sbb: S30C, dimana:
- Berat persatuan panjang G = 16,0 kg/m
= 48 (kg/mm2) Momen lentur maksimum:
Dengan faktor keamanan ( )= 6 Mmaks = q” x B2 / 8 (19)
Dengan faktor koreksi ( ) 3 = 48,916 kg/m x (2.4)2 / 8
Tegangan yang diizinkan: = 35,219 kg.m = 35219 kg.mm
(21) Tegangan normal maksimum:
σmaks = Mmaks x e / I (20)
= = 35219 kg.mm x 20,1 mm / 1910 . 10 4 mm4
= 2,67 (kg/mm2) = 0,037 kg/mm2
Ternyata tegangan yang terjadi jauh dibawah Bahan yang digunakan sama dengan bahan untuk
kekuatan bahan, berarti konstruksi aman digunakan. batang melintang yaitu S30C, dimana:

4.16.2 Perencanaan Batang Memanjang = 48 (kg/mm2)


Profil memanjang diambil adalah C 125 x 65 x 6 Dengan faktor keamanan ( )= 6
dengan spesifikasi sbb: Dengan faktor koreksi ( ) 3
- Berat persatuan panjang G = 25,3 kg/m Tegangan yang diizinkan:
- Luas penampang F = 32,2 kg/m (21)
- Luas permukaan U = 0,661 m2/m
- Momen inersia I = 19,10 104 mm4 =
- Jarak profil h = 140 mm = 2,67 (kg/mm2)
- Lebar kaki b = 60 mm Ternyata tegangan yang terjadi jauh dibawah
- Tebal kaki t = 10 kekuatan bahan, berarti konstruksi aman digunakan.
- Tebal badan s = 7 mm
- Jarak pada sumbu e = 20,1 mm 4.16.3 Perencanaan Batang Vertikal
Beban pada batang terdiri dari beban total pada Beban-beban yang diterima oleh batang vertikal
batang melintang yang terbagi sama rata pada kedua sisi adalah sama dengan beban yang diterima oleh batang
kiri dan kanan, berat sendiri yang terdistribusi merata. memanjang.
Panjang total batang = 35,814 m Berat beban:
Maka berat kerangka = 35,814 m x 25,3 kg/m P = q” x l
= 906,1 kg = 48,916 kg/m x 2,4 m = 117,398 kg
Sehingga berat total (Pb) adalah: Pemeriksaan terhadap tekukan (buckling)
(248,55 + 169,37 + 276,2 + 16,64 + 16,64 + 906,1) kg = Proses buckling disini dapat terjadi dalam dua
1633,5 kg arah yaitu pada arah sumbu X dan sumbu Y. Mengingat
P = 0,006 x (40)2 = 10 kg/m2 momen inersia pada sumbu Y lebih kecil dari sumbu X
Tekanan pada rangka sehingga arah yang memungkinkan terhadap buckling
(Pr) = P x luas seluruh batang rangka adalah arah Y. Jadi pemeriksaan cukup dilakukan pada
dimana: arah Y saja.
luas seluruh batang = panjang total batang x luas
permukaan P
= 35,814 m x 0,661 m2/m
= 23,673 m2
Maka, tekanan angin terhadap rangka:
Pr = 10 kg/m2 x 23,67 m2 = 236,73 kg
Karena tekanan angin hanya satu arah saja, maka:
Pr = 236,73 kg x 0,5 = 118,37 kg
Sehingga berat total adalah:
Ptotal = Pb + Pr
= (1633,5 + 118,37) kg = 1751,87 kg
Disini diasumsikan beban merata sepanjang batang,
Gambar 4.11 Skema pembebanan pada batang vertikal
sehingga beban persatuan panjang:
q" = Ptotal / l Diasumsikan beban batang ini bekerja pada
q” = 1751,87 kg / 35,814 m = 48,916 kg/m pusat luas penampangnya, sehingga besar beban kritis:
Gaya reaksi pada tumpuan.
RA = RB = Ptotal / 2 = 48,776 / 2 = 24,458 kg/m Pcr = (Timoshenko, 1987)
q" dimana:
E = modulus elastisitas bahan baja
MA MB = 21 x 109 kg/mm2
l = tinggi batang
= 15,300 (yang tertinggi)
Untuk batang vertikal profilnya adalah sama
RA RB profil untuk batang memanjang (Timoshenko, 1987).
Ix = 311 x 106 mm4
Gambar 4.10 Skema pembebanan batang memanjang Iy = 27,2 x 106 mm4
A = 11030 mm2
G = 80 kg = 0,9 d = 0,9 x 10 mm = 9 mm
Besar beban kritis: Jumlah ulir:
Pcr = = 6014,57 kg z = H / p = 9 / 1,5 = 6
Tegangan geser pada ulir baut:
Ternyata dari hasil perhitungan beban kritis jauh τb = W / (π . d . K . p . z) (Sularso, 2002)
lebih besar dari beban yang bekerja pada batang, hal ini dimana:
berarti batang vertikal aman terhadap buckling. K . p = tebal akar ulir
K = 0,84 (Sularso, 2002)
4.16.4 Perencanaan Sambungan Rangka maka:
Kontruksi sambungan rangka penumpu ini τb = 36,582 / (3,14 x 7,726 x 0,84 x 1,5 x 6)
direncanakan sambungan antara batangnya = 0,1995 kg/mm2
menggunakan pasangan baut dan mur. Dari perhitungan dimana:
sebelumnya telah diketahui bahwa beban yang terbesar J . p = tebal akar ulir pada mur
terjadi pada batang penumpu vertikal, sehingga J = 0,75 (Sularso, 2002)
pemeriksaan kekuatan hanya diperiksa pada sambungan maka:
batang ini saja. Cara penyambungan rangka dapat τn = 36,582 / (3,14 x 8,376 x 0,75 x 1,5 x 6)
dilihat pada gambar dibawah ini. = 0,206 kg/mm2
Ternyata τb dan τn jauh lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan, hal ini berarti mur dan
baut aman digunakan.

5. Perawatan dan Perbaikan


Gambar 4.27Sambungan rangka 5.1 Perawatan
Perawatan yang harus dilakukan terhadap belt
Bahan baut dipilih SC 42, dimana: conveyor ini ini tidak terlalu sulit dan rumit, mengingat
sistem atau mekanisme kerja alat yang sangat sederhana
= 42 (kg/mm2) dan diikuti oleh komponen alat yang tidak terlalu
Dengan faktor keamanan ( )= 8 banyak dan tergolong komponen yang tidak terlalu
Tegangan yang diizinkan: memerlukan perawatan yang ekstra tinggi. Perawatan
yang harus dilakukan diantaranya:
1. Lakukan pelumasan untuk bantalan-bantalan
= berbagai poros, poros dan sistem transmisi secara
= 5,25 (kg/mm2) berkala, atau bisa juga menggunakan pemeriksaan
Baut yang digunakan 4 buah (direncanakan), maka visual dalam artian pelumasan dilakukan tanpa
bahan tiap baut. harus menggunakan range waktu yang khusus
W = P / 4 = 146,328 kg / 4 = 36,582 kg namun berdasarkan pada pengamatan terhadap alat
Diameter baut: dilapangan.
2. Untuk belt, pembersihan berkala dilakukan untuk
d≥√ mengurangi kotoran pada belt dan pengecekan
ketebalan belt untuk menjaga belt agar tetap berjalan
d≥√ dan memuat material dengan baik.
d ≥ 3,725 mm 3. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap motor
berdasarkan standar dipilih ulir metris: M 10 dengan penggerak adalah apakah motor dalam kondisi yang
ukuran sbb: baik setelah beroperasi secara rutin. Mulai dari
- jarak bagi (p) = 1,5 mm pemeriksaan baut, instalasi listrik, poros, dll.
- diameter nominal mur atau baut (D = d) = 10 mm
- diameter efektif (dp) = 9,026 mm 5.2 Perbaikan
- diameter inti mur (dc2) = 8,376 mm Perbaikan yang dilakukan tergantung pada jenis
- diameter inti baut (dc1) dan tingkat kerusakan yang dialami oleh belt tersebut,
= dc2 – H/2 = dc2 – (0.866025P)/2 bila masih memungkinkan dilakukan perbaikan maka
= 8,376 – (0.866025 . 1,5)/2 = 7,726 mm akan dilakukan perbaikan terhadap kerusakan, namun
bila tidak memungkinkan maka akan dilakukan
Pada perencanaan ini bahan mur direncanakan sama
penggantian komponen baru.
dengan bahan baut, jadi tegangan geser yang diizinkan:
τα = 0,5 σα (Sularso, 2002)
dimana: 6. Penutup
σα = 5,25 (kg/mm2) 6.1 Kesimpulan
maka: Dari hasil perencanaan dan perhitungan serta
τα = 0,5 x 5,25 (kg/mm2) = 2,625 kg/mm2 berdasarkan data parameter-parameter belt conveyor
tekanan permukaan yang diizinkan: maka diperoleh kesimpulan :
qα = 3 (kg/mm2) (Sularso, 2002) 1. Terdapat perbedaan dalam perencanaan lebar belt
tinggi mur menurut standar: yang mengakibatkan berberbedanya spesifikasi
H = (0,8 - 0,1) d element-elemen pendukung lainya. Perbedaan ini
dikarenakan pada perencanaan belt conveyor ini - Nomor seri : 6204
faktor keamanan dan efisiensi kenerja alat - Diameter dalam (d) : 20 mm
diseimbangkan sesuai dengan parameter-parameter - Diameter luar (D) : 47 mm
yang ada. - Lebar bantalan (B) : 14 mm
2. Perbedaan hasil perencanaan ini dengan alat yang - Beban dasar (C) : 1000 N
telah ada yang dijadikan sumber penelitian, adalah - Umur bantalan : 25 tahun, 7 bulan, 6
sbb: hari, 16 jam.
- Lebar belt d. Pulley
- Motor penggerak - Drive pulley
- Sistem transmisi o Bahan = besi cor
- Jarak antar roller idler o Diameter luar (D1) = 450 mm
3. Perawatan yang harus dilakukan terhadap belt o Diameter dalam (Dd) = 420 mm
conveyor ini ini tidak terlalu sulit dan rumit, o Berat pulley (G) = 95,88 kg
mengingat sistem atau mekanisme kerja alat yang - Tail pulley
sangat sederhana dan diikuti oleh komponen alat o Bahan = besi cor
yang tidak terlalu banyak dan tergolong komponen o Diameter luar (D1) = 400 mm
yang tidak terlalu memerlukan perawatan yang o Diameter dalam (Dd) = 380 mm
ekstra tinggi. o Berat pulley (G) = 85,86 kg
4. Melakukan inspeksi peralatan belt conveyor secara - Snub pulley
rutin sehingga kerusakan dapat diketahui secara o Bahan = besi cor
dini, misalnya memeriksa bantalan, roller idler, take o Diameter luar (D1) = 300 mm
up pulley, motor penggerak belt, memeriksa o Diameter dalam (Dd) = 280 mm
kebersihan dan ketebalan belt, pembersih belt, Ketebalan dinding pulley = 15 mm
sistem transmisi, instalasi listrik, dll. Panjang pulley (L) = 600 mm
5. Perbaikan yang dilakukan tergantung pada jenis dan e. Poros pulley
tingkat kerusakan yang dialami oleh alat tersebut, - Drive pulley
bila masih memungkinkan dilakukan perbaikan o Bahan poros = SNC 2
maka akan dilakukan perbaikan terhadap kerusakan, o Diameter luar = 50 mm
namun bila tidak memungkinkan maka akan o Berat poros = 13,74 kg
dilakukan penggantian komponen baru. o Panjang poros = 89 cm
- Tail pulley
6.2 Dimensi dan Bahan Belt Conveyor o Bahan poros = SNC 2
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya, o Diameter luar = 50 mm
dapat disimpulkan dimensi dan bahan dari konstruksi o Berat poros = 13,74 kg
belt conveyor beserta alat-alat perlengkapannya sbb: o Panjang poros = 89 cm
1. Kapasitas conveyor (Q) = 25 ton/jam f. Take up pulley
2. Panjang lintasan - Panjang = 625 mm
- Horizontal : 35 mθ - Berat = 21,1 kg
- Vertikal : 35,814 m g. Pembersih belt
3. Kecepatan angkut (V) = 1 m/det Tipe : P, 400
4. Sudut inclinasi (θ) = 12014’ h. Penutup belt conveyor
5. Elemen-elemen belt Tipe : CPT 1
a. Belt 6. Bantalan poros pulley
- Bahan = Syntetic Fabric jenis EP125 - Jenis : cylindrical roller bearing
- Tegangan tarik = 630 N.mm - Nomor seri : 6310
- Lebar belt = 400 mm - Diameter dalam (d) : 50 mm
- Berat belt (W1) = 4,5 kg/m - Diameter luar (D) : 110 mm
- Ketebalan belt (t) = 8,25 mm - Lebar bantalan (B) : 27 mm
b. Roller idler - Beban dasar (C) : 4850 N
- Carrying idler - Umur bantalan : 3,175 . 106 jam
o Diameter (Dθ) = 89 mm 7. Motor penggerak
o Panjang (B) = 750 mm - Jenis : Motor speed reducer
o Diameter poros (dp) = 20 mm - Nomor seri : GRTA370-50L5-30CB
o Berat (Wc) = 6,6 kg/set - Daya : 3,7 KW
o Jumlah = 32 set - Torsi pada 1500 rpm : 671 N.m
- Return idler - Output pada 50 Hz : 50 rpm
o Diameter (Dθ) = 89 mm - Diameter output : 50 mm
o Panjang (B) = 750 mm - Kuantitas pelumas : 2,8 Kg
o Diameter poros (dp) = 20 mm - Perbandingan rasio : 1/30
o Berat (Wc) = 5,0 kg/set 8. Kopling flens
o Jumlah = 13 set - Jenis : kopling tetap
c. Bantalan poros carrying dan return idler - Diameter luar : 90 mm
- Jenis : Single Row Deep Groove Ball - Diameter dalam : 50 mm
- Bahan : FC20 New Technology Network, 2005, “Rolling Bearings
9. Pasak Handbook”, Cat. No. 9012/E. www.ntn.com.
- Jenis : Paralel key [Akses 15 September 2008].
- Panjang pasak (L) : 80 mm Rumelca Group, 2003, ”Rollers and components for
- Lebar pasak (b) : 15 mm bulk handling”, www.rulmeca.com. [Akses 25
- Tinggi pasak (h) : 10 mm Mei 2008].
- Bahan : FC20 Spivakosky A. dan Dyachkov V., 1978, “Conveyor and
10. Rangka penumpu Related Equipment”, Peace Publeches, Moscow.
- Bahan : S35C Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2002, “Dasar-dasar
- Profil : Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”,
o Batang melintang = L 65 x 65 x 6 PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
o Batang memanjang = C 125 x 65 x 6 Surdia, T & Saito, S., 2000, “Pengetahuan Bahan
o Batang vertikal = C 125 x 65 x 6 Teknik”, Edisi Kedua, PT Pradnya Paramita,
11. Sambungan rangka Jakarta.
- Jenis sambungan = pasangan baut dan mur Zainuri, Muhib, 2006, “Mesin pemindah bahan”, C.V.
- Bahan = SC 42 Andi Offset, Yogyakart
- Diameter baur = 10 mm
- Tinggi mur = 9 mm

6.3 Saran
Setelah melakukan penelitian, perencanaan dan
perhitungan belt conveyor ini, untuk penelitian lebih
lanjut disarankan:
1. Pada perencanaan fisik alat hanya dilakukan
perencanaan dan perhitungan dari segi elemen
mesin dan sistem kerja alat, namun dari segi biaya
produksi dan perakitan terabaikan. Sehingga disini
penulis menyarankan agar hendaknya pada
perencanaan selanjutnya untuk alat yang sejenis
dilakukan juga analisa sebaik-baiknya mengenai
biaya produksi yang digunakan dan penggunaan
komponen–komponen komplementer atau pengganti
untuk pembuatan alat tersebut.
2. Penggantian komponen secara terjadwal.
3. Pada peristiwa kerusakan alat, sebelum diputuskan
mengganti satu komponen hendaknya diperiksa dulu
jenis kerusakannya dan dilacak penyebabnya.
4. Dalam melaksanakan reparasi, bekerjalah dengan
cermat dan bersih agar kesehatan dan keselamantan
kerja terjamin.

Daftar Pustaka
Bridgestone Corporation, “Conveyor Belt Design
Manual”, Tokyo, Japan.
Conveyor Equipment Manufacturers Association, 2003,
“Belt Convetors for Bulk Material” Fifth
Edition. www.cema.com. [Akses 25 Mei 2008].
Emerson CO., Tsubaki, 2005, ”Tsubaki Emerson Cam
Clucth”, http://www.tsubaki-emerson.co.jp/.
[Akses 15 September 2008].
Ferdinand P.B., dan Johnston E.R., 1994, “Mekanika
Untuk Insinyur”, Erlangga, Jakarta.
G. Nieman, 1978, “Machine Element”, Volume II,
Erlangga, Jakarta.
Heij J. La, dan Bruijn La De, 1999, “Ilmu Menggambar
Bangunan Mesin”, Cetakan kedelapan, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
Holowenko A. R. et al., “Machine Design, Theory and
Practice”, Macmillan Publishing Co., Inc., New
York.

Anda mungkin juga menyukai