Anda di halaman 1dari 6

Liburan Akhir Tahun di Danau Toba

Akhir tahun 2013 yang lalu kita berkesempatan untuk liburan ke Danu Toba. Seperti
yang udah kita ketahui, Danau Toba ini merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang
terkenal banget. Di sekitar danau, udah banyak banget hotel-hotel dan resort-resort yang
dibangun. Bapak-bapak yang nawarin jasa permainan air juga udah banyak. Beda dengan kondisi
di Danau Ranau yang sektor pariwisatanya belum begitu berkembang. Jalan menuju danau juga
sudah mulus

Sebelumnya, kita mau cerita kekonyolan kita pas merencanakan liburan ke Danau Toba
ini. Awalnya kita kira karena udah di Medan, ke Danau Toba ini dekat, bisa pulang pergi.
Perbandingan kita waktu itu, kayak kalau di Bali kita nginap di Kuta, pagi-pagi bisa jalan ke
Ubud-Kintamani, sorenya udah sampai Kuta lagi.
Dannn ternyata kita salah. Danau Toba ini letaknya sekitar 4 jam perjalanan darat dari
kota Medan. Rute kita kemarin: lewat Medan – Pematang Siantar – Prapat (salah satu daerah di
pinggir Danau Toba). Ada beberapa jalur alternatif yang bisa dipilih. Boleh-boleh aja kalau mau
pulang-pergi, tapi capek di jalan dan rugi banget udah jauh-jauh datang kalau nggak nginap.
Belum lagi, kalau kita pengen nyebrang (atau nginap di Pulau Samosir).

Dari kota Medan (titik merah), kita ke arah selatan, melewati Pematang Siantar, dan
akhirnya bermalam di Prapat (salah satu daerah di pinggir danau Toba). Keliatannya, Prapat ini
merupakan tempat favorit wisatawan yang menginap, mungkin karena jumlah penginapan
banyak.

Di Prapat, ada banyak warung-warung makan, jadi nggak perlu khawatir nggak ada
makan malam (jika dibandingkan dengan Danau Ranau yang perlu persiapan bawa makanan),
berlibur ke Danau Toba memang lebih enak

Begitu sampai di hotel, kita senang banget, karena buka jendela langsung ada
pemandangan danau Toba yang indah banget. Rasa cape karena perjalanan pesawat dan darat
berjam-jam pun terbayar. Sayang rasanya kalau udah sampai sana, cuma tidur-tiduran di kamar
aja. Pemandangan dari jendela kamar hotel. Cantik kan? Di atas papan kayu itu, ada bapak-bapak
yang nyewain kapal buat main air

Langsung deh kita keluar untuk foto-foto dan tanya harga permainan air, sebelum
matahari terbenam.

Untuk permainan ini, bisa tawar-tawaran dulu, mau 30 menit atau 1 jam. Nantinya bapak
yang punya bakal beli bensin dulu sesuai kebutuhan main air kita. Nggak perlu takut keabisan
bensin, pastinya udah dihitung. Kalau berani, silakan kendarai jetski ke arah pulau Samosir di
sebrang (nggak mungkin sampai sih, hehe)

Berhubung belum gelap, lanjut deh foto-fotonya. Banyak spot cantik buat foto-foto
karena ke mana aja pemandangannya indah

Berhubung wisata di sekitar Medan ini kita pakai tur, jadi kita nggak repot-repot pesan
kamar hotel sendiri atau bikin jadwal perjalanan. Ngikut aja pokoknya karena memang rencana
awalnya nggak mau jalan-jalan dan pas akhir tahun kemarin memang lagi lumayan sibuk.
Setelah nginap semalam di Prapat, besok paginya kita nyebrang naik kapal ferry ke Pulau
Samosir, tepatnya ke Desa Tomok.

Di Samosir ini, selain Desa Tomok, ada juga Desa Tuktuk yang sama terkenalnya.
Gimana keadaaan di pulau kecil di tengah danau ini (menurut gw pulau ini nggak kecil-kecil
banget, kalau dikelilingin jalan kaki kayaknya nggak kuat – beda dengan di Gili Trawangan)

Kendaraan bermotor? Ada. Mobil aja ada, walaupun jalanannya belum aspal sempurna

Penginapan? Ada juga. Banyak kok yang nginap di sini. Mamanya Hai-hai pas ke Medan
sempat nginap 1 malam di pulau Samosir, tepatnya di desa Tuktuk. Gw juga pengen ngerasain
nginap di sini pas ke Medan lagi tahun depan.

Iya, di sini ada mobil dan motor. Untuk isi bensinnya gimana, gw kurang tau. Yang jelas,
kalau kamu ke sini bawa kendaraan pribadi, ada kapal ferry yang bisa bawa kendaraan (kayak
dari Merak-Bakauheni, Padang Bai-Lembar, Ketapang-Gilimanuk, kendaraan bermotor bisa
diangkut). Pastinya, butuh waktu lebih lama buat sampai. Jadi, kalau memang cuma rencana
kunjungan singkat, parkirin aja kendaraan di dekat terminal keberangkatan.

Di dekat terminal ini, banyak juga supir-supir yang nawarin jasa travel balik ke Medan.
Keliatannya buat wisatawan yang memang nginap lama di pulau Samosir, bukan turis paketan
kayak kita kemarin 😛\

Oh ya, jangan sampai salah naik kapal, karena ada 2 tujuan, kalau ragu-ragu, tanya dulu
aja: Desa Tuktuk dan Desa Tomok

Ferry-nya ada 2 tingkat (beda dengan ferry yang biasa kita naikin pp Merak-Bakauheni
yang ada ruang tunggu VIP, kelas 1, dst – mungkin karena bukan ferry untuk kendaraan). Kita
duduk di atas, seperti biasa, biar anginnya lebih berasa. Kebetulan pagi itu lagi panas banget. Di
kapal, ada pengamen-pengamen cilik yang nyanyi:
Kebetulan kapal yang kita naikin ini sepi. Nantinya pas pulang kita bakal balik dengan
kapal yang sama.

Setelah sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya kita sampai juga. Enaknya naik kapal gini
kalau angin cukup besar, jadi biar panas juga nggak berasa. Paling, pas malam ngaca baru sadar
kalau gosong, hehe

Kalau diperhatiin benar-benar, foto di atas tiap kapal ada namanya, contoh: Adinda, Toba
Doeboer. Kapal-kapal ini bakal parkir sekitar 1 jaman sebelum kita harus balik lagi.

Terus, kalau ketinggalan gimana? Jangan panik

Pas di Prapat, kita sore-sore itu sempat ngobrol sama 1 keluarga, kebetulan bapaknya abis
main jetski sebelum Hai-hai. Dia cerita, siangnya mereka udah ke Samosir dan
merekomendasikan kita buat ke sana juga. Dia bilang, saking betahnya dia di sana, sampai
ketinggalan kapal berangkat. Tapi berhubung dia punya sobekan tiket, jadinya dia bisa naik
kapal aja buat balik.

Yup, di sini tiketnya buat pulang-pergi, mirip dengan naik kapal di Danau Ranau. Buat
yang penasaran, silakan baca pengalaman liburan di sana.

Hello Desa Tomok!

Sebelum masuk, ada peta Pulau Samosir yang dibuat timbul. Ayo-ayo silakan dilihat mau
ke mana. Begitu sampai, kita langsung diajak buat lihat tarian tradisional orang Batak, Tari
Sigale-gale. Tariannya, ada musik sama boneka yang bisa gerak-gerak. Sementara penontonnya
keliling-keliling sambil nyelipin uang ke kantong baju si penari utama (bonekanya)

tari sigale-gale di desa tomok


Setelah itu kita pisah sama pemandu turnya, jalan sendiri ke belakang. Di sini banyak
yang jualan souvenir dan kain ulos (bener kan?). Buat yang hobi belanja silakan dipilih:

Kita jalan terus ke dalam sampai ketemu makam Raja Sidabutar, tapi nggak masuk
karena bingung nggak ada petunjuknya. Pas kita sampai, ada orang-orang yang lagi taruh
kainnya di dekat pintu masuk, tapi grup mereka ada guide-nya. Guide kita kan udah main kabur
aja balik ke terminal, udah bosan kali ke sini 😛

Akhirnya kita jalan terus aja sampai ke jalan yang agak sepi dan kita liat ada Museum
Batak. Berhubung sudah sampai sini, kita masuk terus lihat-lihat dalamnya sebentar. Buat yang
mau foto pakai pakaian adat juga bisa di dalam sini, cuma mesti pakai kamera yang agak bagus
karena ruangannya gelap:

museum batak -pulau samosir

Nggak lama, kita udah ditelpon guide kita, bilang kapalnya mau balik, akhinya kita buru-
buru keluar lagi. Ini foto pas di kapal ferry, sambil menunggu menepi. Dadah Pulau Samosir.

Anda mungkin juga menyukai