Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

NOMOR 96 TAHUN 2018

TENTANG

DISIPLIN KARYAWAN
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin tetap terpeliharanya ketertiban dan kedisiplinan


serta kelancaran pelaksanaan tugas, diperlukan suatu ketentuan yang
mengatur tentang disiplin yang berlaku di Perusahaan;
b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dalam peraturan Direktur Rumah Sakit
Petrokimia Gresik.
.
Mengingat : 1. Undang- undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun- 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, Lembaran Negara Tahun 2000, Nomor
131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3889;
3. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
6. Undang-undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia no 77 tahun 2015 tentang
pedoman organisasi Rumah Sakit;
8. Surat Keputusan Direksi PT. Petro Graha Medika nomor :
043/12/NK.02.04/SK/PGM/2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang
peraturan displin karyawan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK


TENTANG DISIPLIN KARYAWAN RUMAH SAKIT.

Paraf
Paraf
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan Direktur Rumah sakit Petrokimia Gresik ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah Sakit Petrokimia Gresik adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat;
2. Disiplin adalah ketaatan, kepatuhan dan kesadaran dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban sesuai Peraturan Perusahaan, Peraturan Tata Tertib Kerja,
dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Karyawan adalah orang yang bekerja di Perusahaan baik karyawan tetap maupun
karyawan tidak tetap;
4. Karyawan tetap adalah karyawan Perusahaan yang hubungan kerjanya tidak
dibatasi oleh jangka waktu tertentu, kecuali batas usia pensiun;
5. Karyawan kontrak adalah pekerja yang bekerja di Perusahaan berdasarkan
kontrak atau perjanjian antara Perusahaan dengan pekerja yang
bersangkutan;
6. Peraturan Disiplin Karyawan adalah Paraturan Perusahaan yang mengatur
tentang disiplin karyawan, kewajiban, larangan dan sanksi-sanksi yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan;
7. Peraturan Perusahaan adalah semua peraturan yang dikeluarkan dan berlaku
di Perusahaan, antara lain berupa Surat Keputusan Direksi, Nota Dinas Direksi
atau Instruksi;
8. Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan dan atau perbuatan
karyawan yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Karyawan;
9. Tempat kerja adalah semua tempat di mana karyawan melakukan pekerjaan
atau tugas yang diberikan oleh Perusahaan;
10. Jam kerja adalah waktu yang dipergunakan untuk melaksanakann pekerjaan
yang ditetapkan oleh Perusahaan;
11. Kendaraan dinas adalah kendaraan milik Perusahaan atau yang berada dalam
kekuasaan Perusahaan;
12. Pejabat adalah karyawan yang memegang jabatan/unsur pimpinan dalam
organisasi Perusahaan yang - terdiri dari : manajer, asisten manajer, kepala
satuan pengawasan internal, dan koordinator unit (Direktur, kepala

Paraf
Paraf
bidang/bagian, kepala seksi, kepala instalasi, kepala ruang);
13. Komite Sanksi Disiplin adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh Direktur
untuk menangani persoalan pelanggaran terhadap Peraturan Disiplin;
14. Terperiksa adalah karyawan yang diperiksa atau dimintai keterangan oleh
Komite Sanksi Disiplin karena diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
Peraturan Disiplin Karyawan;
15. Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang mempunyai
wewenang untuk menjatuhkan sanksi atau menghukum ;
16. Gaji adalah hak karyawan yang diterima dandinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari Perusahaan, yang dibayarkan menurut peraturan
perundang-undangan atau perjanjian ;
17. Tunjangan kinerja adalah suatu tunjangan yang pemberiannya berdasarkan
penilaian kinerja
18. Jasa operasional adalah kompensasi yang diterima oleh karyawan dari
Perusahaan, sebanyak satu kali setahun apabila Perusahaan mencapai target
laba sesuai RKAP atau yang besarnya ditentukan
berdasarkan hasil RUPS;
19. Peringatan tertulis adalah suatu jenis sanksi yang disampaikan secara tertulis
dan dituangkan dalam bentuk tertulis dengan kategori Peringatan Tertulis A, B
dan C.
20. Skorsing adalah pembebas-tugasan yang bersifat sementara kepada
karyawan yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Peraturan
Disiplin Karyawan atau sedang menjalani proses pidapa, menurut Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana, sambil menunggu keputusan dari pihak
yang berwenang;
21. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungap kerja antara
Perusahaan dengan karyawan yang bersangkutan, karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara karyawan dengan
Perusahaan.

Pasal 2
RUANG LINGKUP
(1) Peraturan Disiplin Karyawan ini berlaku untuk seluruh karyawan, dengan tidak ada

kecualinya;
(2) Setiap karyawan wajib beriak-r disiplin dan menjunjung tinggi berlakunya semua

Paraf
Paraf
Peraturan Perusahaan, termasuk di dalamnya Peraturan Disiplin Karyawan, serta
peraturan perundang- undangan yang berlaku;
(3) Setiap karyawan yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap Peraturan

Disiplin Karyawan, dikenai hukuman oleh Pejabat yang berwenang menghukum.

BAB II
AZAS

Pasal3
KEWAJIBAN
(1) Pada azasnya, setiap karyawan wajib melaksanakan tugas pekerjaannya,
sesuai dengan Paraturan Perusahaan;
(2) Kewajiban untuk melaksanakan tugas pekerjaannya, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi :
a. kewajiban umum;
b. kewajiban pada saat masuk kerja;
c. kewajiban pada saat bekerja; dan
d. kewajiban pada saat selesal bekerja.
(3) Kewajiban umum, meliputi:
a. Mentaati semua Peraturan Perusahaan, termasuk di dalamnya Peraturan
Disiplin, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Menyimpan rahasia Perusahaan dan rahasia Jabatan;
c. Menjaga nama baik Perusahaan, Pimpinan Perusahaan dan keluarganya;
d. Mewujudkan dan memelihara persatuan dan kesatuan karyawan,
mendahulukan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan pribadi dan
atau golongan;
e. saling menghormati, menghargai sesama karyawan, atasan
maupunbawahan, sehingga tercipta suasana kerja yang aman, tertib, dan
harmonis;
f. melaporkan kepada Perusahaan dengan benar dan jujur mengenai data
pribadi dan keluarga serta perubahannya;
(4) Kewajiban pada saat masuk kerja, meliputi;
a. Masuk kerja tepat waktu;

b. Mencatat kehadirannya pada saat masuk;

c. Memakai tanda pengenal (badge) selama bertugas;

Paraf
Paraf
d. Memakai/menggunakan perlengkapan kerja sesuai dengan lingkungan
kerjanya;
e. Memakai pakaian kerja yang telah ditentukan perusahaan;

f. Menjaga kerapian rambut, kumis, jambang dan khusus jenggot dipotong


pendek rapi maksimal 2 cm
(5) Kewajiban pada saat bekerja, meliputi:
a. tetap berada di tempat kerja selama jam kerja, kecuali untuk kepentingan
Perusahaan atau setelah ada ijin dari atasan langsung dapat
meninggalkan tempat kerja;
b. mengikuti dan mematuhi petunjuk/instruksi dari atasannya atau pimpinan
yang berwenang sesuai lingkup pekerjaannya;
c. menjaga kebersihan dan kerapian ruangan, meja, peralatan kerja dan
lingkungan Perusahaan;
d. menggunakan dan memelihara alat-alat kerja dengan sebaik-baiknya;
e. melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya;
f. menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
g. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya.
h. memberi contoh dan menjadi teladan yang baik bagi bawahan dan teman
sekerja;
i. memberi motivasi kepada bawahan untuk meningkatkan prestasi kerja;
j. memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kemampuannya;
k. menjaga lingkungan kerja dari pencemaran dan ganggungan keamanan;
(6) Kewajiban pada saat selesai bekerja, meliputi:
a. menyimpan alat-alat kerja pada tempatnya setelah selesai dipergunakan;
b. mematikan kran, lampu dan peralatan kerja yang seharusnya dimatikan
setelah selesai digunakan;
c. mencatatkan kepulangannya pada waktu pulang kerja.

Pasal 4
LARANGAN
(1) Pada azasnya, setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Perusahaan, sebagaimana larangan yang ditentukan dalam Peraturan
Perusahaan;
(2) Larangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi larangan umum dan

Paraf
Paraf
larangan menyalah- gunakan wewenang atau jabatan;
(3) Larangan umum, meliputi :
a. Melakukan tindakan balas dendam baik di dalam maupun di luar tempat kerja
b. Menghina, menyerang kehormatan, nama baik dan atau memfitnah dan atau
mengancam pejabat atau pimpinan perusahaan dan atau sesama karyawan
dan atau keluarganya
c. Menghasut dan atau mengintimidasi pimpinan perusahaan, atasannya dan
atau sesama karyawan dan atau keluarganya
d. Melakukan perbuatan deng'an sengaja yang bertentangan dengan nilai-nilai
kesusilaan
e. Memberikan dan atau menggunakan fasilitas maupun asset perusahaan tidak
sesual dengan ketentuan yang berlaku
f. Sengaja menghalang-halangi, mempersulit atau melakukan perbuatan yang
merugikan pihak yang dilayani
g. menghalang-halangi kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan
h. berjudi, mabuk, menggunakan dan atau menjual dan atau mengedarkan obat-
obat terlarang;
i. menggunakan dan atau membawa ke luar barang milik Perusahaan tanpa ijln
pejabat yang berwenang
j. mencuri dan atau menggelapkan barang dan atau uang milik Perusahaan
k. memindah-tangankan fasilitas maupun asset Perusahaan secara tidak sah
l. melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kam'panye partai politik termasuk
membawa atribut dan atau tanda gambar partai politik di lingkungan kerja
m. melaksanakan jabatan rangkap dan atau terikat hubungan kerja dengan pihak
lain yang menimbulkan benturan kepentingan
n. melakukan usaha dan atau berniaga yang secara langsung berhubungan
dengan tugas pekerjaan/jabatan di Perusahaan
o. menelantarkan dan atau membiarkan barang milik Perusahaan yang patut
diduga dapat menimbulkan kerugian
(4) Larangan menyalah-gunakan wewenang atau jabatan :
a. Menyalahgunakan wewenang, jabatan dan atau melakukan tindakan
manipulasi dan atau mark up untuk kepentingan pribadi dan atau pihak lain
b. Meminjamkan barang dan atau uang milik perusahaan kepada sesama
karyawan dan atau pihak lain, pada hal bukan merupakan wewenangnya
c. Menerima suatu janji atau pemberian yang diketahui atau patut diduga

Paraf
Paraf
berlawanan dengan kewajiban jabatan atau pekerjaannya d melakukan
korupsi, kolusi dan atau nepotisme
d. Memberikan perlakuan istimewa kepada siapapun yang dapat
mengakibatkan keuntungan secara pribadi.

BAB III
HUKUMAN

Pasal5
JENIS HUKUMAN

Jenis hukuman terdiri dari :


a. Peringatan tertulis A;
b. Peringatan tertulis B;

c. Peringatan tertulis C;
d. Pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pasal 6
PELAKSANAAN HUKUMAN
(1) Hukuman yang dijatuhkan dapat mempengaruhi dan membawa konsekuensi
terhadap golongan, nilai . pekerjaan, jabatan, penghasilan, jasa operasional, bagi
karyawan yang terbukti melakukan
pelanggaran disiplin
(2) Pelaksanaan hukuman, sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf a, b, c, d,
dan e masing-masing mempunyai masa berlaku ;
a. Peringatan tertulis A : 6 (enam) bulan;
b. Peringatan tertulis B : 12 (dua belas) bulan;
c. Peringatan tertulis C : 18 (delapan belas) bulan;
(3) Pengaruh dan konsekuensi atas pelaksanaan hukuman, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) adalah :
a. Peringatan tertulis A :
Usulan kenaikan gaji ditunda selama 6 (enam) bulan; usulan promosi
jabatan/nilai pekerjaan ditunda selama 6 (enam) bulan; tunjangan
kinerja/jasa subyektif diberikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen); jasa
operasional diberikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen);
b. Peringatan tertulis B :

Paraf
Paraf
Usulan kenaikan gaji ditunda selama 12 (dua belas) bulan; usulan promosi
jabatan/nilai Pekerjaan ditunda selama 12 (dua belas) bulan; tunjangan
kinerja/jasa subyektif diberikan sebesar 50% (lima puluh persen); jasa
operasional diberikan sebesar 50% (lima puluh persen);

c. Peringatan tertulis C :
Usulan kenaikan gaji ditunda selama 18 (delapan belas) bulan; usulan
promosi jabatan/nilai pekerjaan ditunda selama 18 (delapan belas) bulan;
tunjangan kinerja/jasa subyektif diberikan sebesar 25% (dua puluh lima
persen); jasa operasional diberikan sebesar 25% (dua puluh lima persen);

Pasal 7
KLASIFIKASI PELAKSANAAN HUKUMAN
PERINGATAN TERTULIS A
Hukuman peringatan tertulis A hanya dapat dijatuhkan terhadap pelanggaran disiplin,
yang berupa:
a. Terlambat masuk kerja dan atau pulang lebih awal selama 2 (dua) kali dalam
sebulan tanpa keterangan akan teguran tertulis A.
b. Tidak mencatatkan kehadiran dan atau kepulangannya selama 2 (dua) kali selama
sebulan tanpa keterangan.
c. Melakukan coretan-coretan, mengotori tempat kerja dan sejenisnya
d. tidak menunjukkan kesungguhan bekerja yang tercermin dari penilaian kinerja di
bawah standar yang telah ditetapkan oleh Perusahaan,
e. menghina sesama karyawan dan atau keluarganya secara langsung atau tidak
langsung baik di dalam tempat kerja
f. tidak memakai pakaian dinas / pakaian kerja beserta ketentuan sesuai dengan
yang tercantum dalam surat keputusan seragam dinas selama jam kerja
g. melakukan tukar kerja dengan karyawan lain tanpa ijin dari pejabat yang
berwenang
h. tidak masuk kerja tanpa ijin yang sah/mangkir, selama 1 (satu) hari

Pasal 8
KLASIFIKASI PELAKSANAAN HUKUMAN
PERINGATAN TERTULIS B
Hukuman peringatan tertulis B hanya dapat dijatuhkan terhadap pelanggaran disiplin,
yang berupa:

Paraf
Paraf
a. Melakukan pengulangan pelanggaran disiplin dengan hukuman Peringatan
Tertulis A
b. Tidak masuk kerja tanpa ijin yang sah/mangkir selama 2 (dua) hari, secara
berturut-turut
c. Menggunakan fasilitas milik Perusahaan dan atau pasien untuk kepentingan
pribadi tanpa ijin dari yang berwenang
d. Memasuki tempat kerja unit lain, tanpa ijin yang berwenang, yang dapat
merugikan Perusahaan
e. Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugas dan tanggung jawabnya, yang
dapat merugikan Perusahaan
f. Menjalankan pekerjaan tidak sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan
oleh Perusahaan
g. Terlibat di dalam pembocoran rahasia Perusahaan yang tidak menjadi
wewenanganya
h. Membuat keributan yang dapat mengganggu ketenangan kerja atau kelancaran
kerja serta ketenangan pasien
i. Menolak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
j. Menolak untuk dimutasikan
k. Menolak perintah yang sah dari pejabatan yang berwenang
l. Tidak melaporkan data karyawan dan atau perubahannya kepada Perusahaan
m. Melakukan corat-coret pada tempat kerja, pengumuman dan atau merobek
pengumuman/pemberitahuan dari Perusahaan yang sedang dipasang di papan
pengumuman
n. Bersikap kasar, tidak sopan kepada teman sekerja, pasien dan atau pengunjung
o. Melakukan mogok kerja selama 1 (satu) hari kerja, tanpa melalui prosedur yang
diatur menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9
KLASIFIKASI PELAKSANAAN HUKUMAN
PERINGATAN TERTULIS C*
Hukuman peringatan tertulis B hanya dapat dijatuhkan terhadap pelanggaran disiplin,
yang berupa:
a. Melakukan pengulangan pelanggaran disiplin dengan hukuman peringatan tertulis
B
b. Tidak masuk kerja tanpa ijin yang sah/mangkir selama 3 (tiga) - 4 (empat) hari

Paraf
Paraf
berturut-turut
c. Kedapatan tidur di dalam waktu kerja di lingkungan perusahaan
d. Terbukti tidak menjalankan standar profesi yang berulang 2 (dua) kali setelah
mendapat program pembinaan standar profesi
e. Terbukti tidak melaksanakan panduan layanan prima yang berulang 2 (dua) kali
setelah mendapat program pembinaan layanan prima
f. Kedapatan merokok dikawasan bebas rokok di dalam lingkungan perusahaan
g. Melakukan penganiayaan fisik dan psikologi
h. Menghalang-halangi pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan
pelanggaran disiplin
i. Tidak menjatuhkan hukuman kepada karyawan yang telah dinyatakan terbukti
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Disiplin, sesuai dengan hasil kerja
Komite Sanksi Disiplin

j. Memalsukan data kehadiran atau kepulangannya


k. Merusak fasilitas Perusahaan
l. Melakukan perkelahian dengan sesama karyawan di dalam lingkungan
Perusahaan kecuali untuk membela diri atau untuk mengamankan asset
Perusahaan

m. Melakukan mogok kerja selama 2 (dua) hari kerja, tanpa melalui prosedur yang
diatur menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

n. Memalsukan data dan atau dokumen yang dapat merugikan Perusahaan


o. Terbukti menghasut karyawan yang dapat menimbulkan keresahan;
p. Membawa bahan peledak, senjata api dan senjata tajam di tempat kerja, secara
tidak sah dan atau tanpa ijin dari pejabat yang berwenang;

q. Terbukti meminta dan atau menerirna uang dan atau hadiah dalam bentuk apapun
dari pihak lain yang berkaitan dengan tugas/jabatannya untuk kepentingan
pribadi/keluarganya;
r. Melakukan mogok kerja selama 3 (tiga) hari kerja, tanpa melalui prosedur yang
diatur menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paraf
Paraf
Pasal 10
KLASIFIKASI PELAKSANAAN HUKUMAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Hukuman pemutusan hubungan kerja hanya dapat dijatuhkan terhadap pelanggaran
disiplin, yang berupa :
a. Melakukan pengulangan pelanggaran disiplin dengan hukuman peringatan tertulis
C;
b. Dianggap mengundurkan diri karena tidak masuk tanpa ijin yang sah/mangkir
selama 5 (lima) hari berturut-turut;
c. Melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang/uang milik Perusahaan,
milik teman sekerja, milik rekanan Perusahaan, milik pasien,keluarga pasien atau
pengunjung;
d. Menadah barang hasil curian atau penggelapan, barang/uang milik Perusahaan,
milik teman sekerja, milik rekanan Perusahaan, milik pasien, keluarga pasien atau
pengunjung;
e. Terbukti melakukan perbuatan yang merugikan Perusahaan secara finansial,
termasuk di dalamny3 memperdagangkan obat-obat kepada pasien dan atau
keluarga pasien, tanpa melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Perusahaan;

f. Memberikan keterangan palsu yang dapat merugikan Perusahaan atau merugikan


negara;
g. Mabok, minum-minuman keras, madat, memakai obat bius atau menyalah-
gunakan obat-obat,. Terlarang, baik menurut Peraturan Perusahaan maupun
menurut peraturan perundang-undangan, di tempat kerja dan atau di tempat-
tempat lain yang digunakan untuk kepentingan Perusahaan;

h. Melakukan tindak asusila di lingkungan Perusahaan;


i. Melakukan perjudian di lingkungan Perusahaan;
j. Mengedarkan dan atau memperdagangkan barang-barang terlarang, baik di
dalam Perusahaan •maupun di luar lingkungan Perusahaan;

k. Menganiaya, mengancam secara fisik dan atau mental teman sekerja;


l. Menghina, menganiaya, mengancam secara fisik dan mental atasan dan atau
Pimpinan Perusahaan dan atau keluarganya;

m. Membujuk pimpinan Perusahaan atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu


perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

Paraf
Paraf
n. Ceroboh atau sengaja merusak, merugikan atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik Perusahaan;

o. Ceroboh atau sengaja merusak, membiarkan diri atau teman sekerjanya dalam
keadaan bahaya.
a. Membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan dan atau mencemarkan
nama baik Perusahaan dan atau pimpinan Perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan hukum atas perintah hakim;
b. Terbukti melakukan malpraktek di lingkungan Perusahaan;
c. Mengambil kebijakan sendiri, tanpa persetujuan dari pejabat yang berwenang,
yang dapat mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan dan atau nama baik
Perusahaan;
d. Kurang berhati-hati di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, yang
dapat membahayakan keselamatan dan atau mengakibatkan kerugian dan atau
merusak nama baik pasien, keluarga pasien, orang lain dan atau Perusahaan;
e. Melakukan mogok kerja selama 4 (empat) hari kerja, tanpa melalui prosedur yang
diatur menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Berada dalam tahanan berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.

BAB IV
KOMITE SANKSI DISIPLIN

Pasal 11
KEANGGOTAAN
(1) Komite Sanksi Disiplin dibentuk berdasarkan surat penunjukan dari Direksi;
(2) Keanggotaan Komite Sanksi Disiplin, terdiri dari Manajer SDM sebagai Ketua,
Kepala Satuan Pengawasan Internal sebagai Wakil Ketua, Asisten Manajer
Adminstrasi Personalia sebagai Sekretaris, dan atasan dari karyawan terperiksa
yang bertindak sebagai pejabat yang berwenang menghukum sebagai anggota;
(3) Apabila anggota, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan atau
berkedudukan sebagai karyawan terperiksa, maka keanggotaannya digantikan
oleh pejabat yang setara, berdasarkan surat penunjukan dari Direktur RS.

Paraf
Paraf
Pasal 12
TUGAS
(1) Komite Sanksi Disiplin bertugas memeriksa, meneliti, dan mengevaluasi dugaan
pelanggaran terhadap Peraturan Disiplin yang dilakukan karyawan terperiksa, serta
memberi keputusan tentang hukuman;
(2) Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan hukuman, serta memberi
pertimbangan kepada Direksi atas usulan atasan langsung dari-karyawan yang
sedang menjalani hukuman untuk dilakukan pengurangan hukuman.

BAB V
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM

Pasal 13
KLASIFIKASI
(1) Pejabat yang berwenang menghukum adalah Manager atau Kepala SBU;
(2) Pejabat yang berwenang menghukum untuk pemutusan hubungan kerja adalah Dlrektur
Utama, setelah mendapat pertimbangan dari Paguyuban Karyawan;

Pasal 14
WEWENANG
(1) Pejabat yang berwenang meng'nukum menjadi tidak berwenang lagi untuk
menghukum, apabila pejabat yang berwenang menghukum sedang menjalani
hukuman;
(2) Pejabat yang berwenang menghukum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digantikan oleh pejabat yang secara struktural setingkat lebih tinggi.

Pasal 15
KEWAJIBAN
(1) Pejabat yang berwenang menghukum, wajib menghukum karyawan yang sudah
dinyatakan terbukti melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Disiplin, sesuai
dengan keputusan Komite Sanksi Disiplin;
(2) Apabila pejabat yang berwenang menghukum tidak melakukan k.ewajiban,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dikenai hukuman peringatan tertulis B;
(3) Hukuman, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan, setelah ada
rekomendasi dari Komite Sanksi Disiplin, berdasarkan hasil pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan hukuman.

Paraf
Paraf
BAB VI
TATA CARA PEMERIKSAAN

Pasal 16
LAPORAN
(1) Setiap karyawan wajib menyampaikan laporan, baik secara lisan maupun secara tertulis

tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap Paraturan Disiplin kepada Komite


Sanksi Disiplin;
(2) Laporan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibuat tanda penerimaan laporan,

yang memuat tentang identitas pelapor, waktu laporan dibuat, tempat dan waktu
kejadian pelanggaran, uraian singkat tentang kejadian, dan ditanda-tangani oleh
Sekretaris Komite Sanksi Disiplin serta pelapor.

Pasal17
KERJA KOMITE SANKSI DISIPLIN
(1) Dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja setelah tanggal penerimaan laporan, Komite
Sanksi Disiplin wajib melaksanakan tugasnya, sebagaimana dimaksud pada Pasal 14
ayat (1);
(2) Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, Komite Sanksi Disiplin wajib
menyelesaikan tugasnya, dengan mengambil keputusan;
(3) Apabila dalam waktu, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ternyata belum dapat
mengambil" , keputusan, dapat meminta perpanjangan waktu kepada Direksi, paling
lama 14 (empat belas), hari kerja;
(4) Pelaksanaan tugas, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dibuat dalam Berita
Acara Pemeriksaan Saksi, Berita Acara Pemeriksaan Terperiksa, Berita Acara Sidang
Pengambilan Keputusan;
(5) Dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja, setelah keputusan diambil, keputusan itu
wajib disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum, dibuktikan dengan
Berita Acara Penyampaian Keputusan, yang ditandatangani oleh Komite Sanksi Disiplin
dan pejabat yang berwenang menghukum.

Pasal 18
PELAKSANAAN KEPUTUSAN
(1) Dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja setelah menanda-tangani Berita
Penyampaian Keputusan, sebagaimana dlmaksud pada Pasal 19 ayat (5), pejabat
yang berwenang menghukum wajib mela*sanakan hukuman kepada karyawan yang

Paraf
Paraf
sudah terbukti melanggar Paraturan Disiplin, kecuali keputusan yang berupa
pemutusan hubungan kerja atau keputusan yang menyatakan karyawan terperiksa
terbukti tidak melanggar Peraturan Disiplin;
(2) Peaksanaan keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuktikan dengan
Berita Acara Pelaksanaan Keputusan, yang ditanda-tangani oleh pejabat*yang
berwenang menghukum dan karyawan yang dihukum;
(3) Dalam waktu paling 2 (dua) hari kerja, Berita Acara, sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib disampaikan kepada Direksi, Komite Sanksi Disiplin dan unit-unit yang terkait
untuk ditindak-lanjuti;
(4) Masa berlakunya hukuman, sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2), dihitung
mulai tanggal Berita Acara Pelaksanaan Keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat

Pasal 19
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
(1) Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, setelah menanda-tangani Berita
Penyampaian Keputusan yang berupa hukuman pemutusan hubungan kerja, Direktur
Utama menunjuk pejabat atau beberapa pejabat untuk mewakili, guna melakukan
perundingan dengan Paguyuban Karyawan;
(2) Dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan kalender setelah tanggal penunjukan, pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) wajib mengadakan perundingan dengan
Paguyuban Karyawan, guna mendapatkan pertimbangan, apakah pemutusan
hubungan kerja tetap dilanjutkan atau dibatalkan;
(3) Pertimbangan dari Paguyuban Karyawan bersifat tidak mengikat;
(4) Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, setelah melakukan perundingan,
pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menyampaikan laporan secara
tertulis kepada Direktur utama;
(5) Setelah mendapatkan laporan, sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Utama
mempunyai hak prerogatif untuk mengambil keputusan yang bersifat final;
(6) Apabila keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak merupakan pemutusan
hubungan kerja; maka pelaksanaan keputusannya, berlaku ketentuan Pasal 20 ayat
(1) s/d ayat (4);
(7) Apabila keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa pemutusan
hubungan kerja, maka proses pemutusan hubungan kerja, dilaksanakan sesuai
dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paraf
Paraf
Pasal 20
PEMBEBAS-TUGASAN/SKORSING
(1) Karyawan yang dikenai hukuman berupa pemutusan hubungan kerja dapat dibebas-
tugaskan dari jabatan/pekerjaannya, selama pemutusan hubungan kerja itu belum
mendapatkan keputusan yang berkekuatan hukum tetap dari pihak yang berwenang;

(2) Karyawan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap mendapatkan hak-hak normatlf,
sebagaimana yang biasanya diterima, kecuali Perusahaan memandang perlu untuk
menangguhkan pelaksanaan pemberiannya.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 21
PERKARA PIDANA
(1) Karyawan yang sedang menjalani proses perkara pidana, sebagaimana dimaksud
dalam Kitab- Undang-undang Hukum Acara Pidana, dapat dikenai pembebas-
tugasan/skorsing, sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), kecuali
untuk kualifikasi tindak pidana ringan atau pelanggaran lalu lintas jalan;
(2) Karyawan yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang ada
hubunganya dengan jabatan atau pekerjaannya, atau apabila memenuhi ketentuan,
sebagaimana dimaksud pada Pasal
12 huruf t berdasarkan putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, dapat
diputuskan hubungan kerjanya (PHK);
(3) Karyawan yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, akan tetapi menurut pertimbangan
Perusahaan, tindakan yang dilakukan merupakan penyelamatan terhadap harta atau
nama baik Perusahaan, maka Direktur Utama dapat memberikan penghargaan;
(4) Penghargaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), merupakan hak prerogatif
Direktur Utama.
Pasal 22
GUGURNYA PEMERIKSAAN ATAU MENJALANI HUKUMAN
(1) Pemeriksaan terhadap karyawan terperiksa atau kewajiban .menjalani hukuman
menjadi gugur, apabila karyawan yang bersangkutan meninggal dunia atau memasukl
masa pensiun, terhitung mulai tanggal meninggal dunia atau tanggal mulai berlakunya
masa pensiun;

Paraf
Paraf
(2) Hak-hak karyawan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Perusahaan.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP

Pasal 23
KETENTUAN PERALIHAN
(1) Dengan berlakunya Surat Keputusan ini, maka Surat'Keputusan Direksi PT Petro Graha
Medika No. 024/05/NK.02.02/SK/PGM/2013 tanggal 31 Mei 2013 tentang Peraturan
Disiplin Karyawan dan Peraturan Perusahaan yang lain yang bertentangan dengan
Surat Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku lagi, terhitung mulai tanggal Surat
Keputusan ini ditetapkan;
(2) Pemeriksaan terhadap karyawan terperiksa yang belum mendapatkan keputusan dari
Komite Sanksi Disiplin maupun keputusan final dari Direktur Utama, disesuaikan
dengan Surat Keputusan ini.

Pasal 24
PENUTUP
Peraturan Direktur ini berlaku terhitung mulai regulasi ini terbit dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Gresik
Pada tanggal : 05 Juli 2018
Rumah Sakit Petrokimia Gresik,

dr. Candra Ferdian Handriyanto


Direktur

Paraf
Paraf

Anda mungkin juga menyukai