Konfigurasi Metedo Geolistrik
Konfigurasi Metedo Geolistrik
Oleh:
Virgian Rahmanda
(1215051054)
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
Judul Percobaan : Konfigurasi Metode Geolistrik
NPM : 1215051054
Fakultas : Teknik
Kelompok : 2 (Dua)
Mengetahui,
Asisten,
Achmadi Hasan N
NPM. 1115051002
i
KONFIGURASI METODE GEOLISTRIK
Oleh
Virgian Rahmanda
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Percobaan.................................................................... 2
iii
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Praktikum........................................................................20
B. Pembahasan..............................................................................23
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Konfigurasi Schlumberger ................................................................. 3
Gambar 2.2 Konfigurasi Wenner........................................................................... 4
Gambar 2.3 Konfigurasi Wenner-Schlumberger ................................................... 4
Gambar 2.4 Konfigurasi Dipole-dipole ................................................................. 4
Gambar 2.5 Konfigurasi pole-pole ........................................................................ 4
Gambar 2.6 Konfigurasi pole-dipole ..................................................................... 5
Gambar 2.7 Konfigurasi Square ............................................................................ 5
Gambar 3.1 Konfigurasi Wenner........................................................................... 8
Gambar 3.2 Konfigurasi Schlumberger ................................................................. 9
Gambar 3.3 Konfigurasi Wenner Schlumberger ................................................. 11
Gambar 3.4 Letak elektroda arus dan potensial di permukaan bumi .................. 16
Gambar 4.1 Laptop .............................................................................................. 17
Gambar 4.2 Alat tulis .......................................................................................... 17
Gambar 5.1 Konfigurasi Schlumberger ............................................................... 24
Gambar 5.2 Konfigurasi Wenner-Schlumberger ................................................. 25
Gambar 5.3 Konfigurasi Wenner......................................................................... 27
Gambar 5.4 Konfigurasi Dipole-dipole ............................................................... 28
Gambar 5.5 Konfigurasi pole-pole ...................................................................... 30
Gambar 5.6 Konfigurasi pole-dipole ................................................................... 31
Gambar 5.7 Konfigurasi Square .......................................................................... 32
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 5.1 Data praktikum konfigurasi metode geolistrik.................................22
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum tentang Konfigurasi Metode Geolistrik kali ini
antara lain :
1. Dapat mengetahuai jenis-jenis elektroda
2. Dapat menghitung nilai K sesuai dengan faktor geometri masing-
masing konfigurasi elektroda
3. Dapat mengetahui sensivitas masing-masing konfigurasi elektroda
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Konfigurasi Schlumberger
3. Konfigurasi Wanner-Schlumberger ;
4. Konfigurasi Dipole-dipole
6
5. Konfigurasi Pole-dipole ;
6. Konfigurasi Pole-Pole ;
7. Konfigurasi Square ; √
(Waluyo, 2008).
III. TEORI DASAR
A. Konfigurasi Wenner
Aturan elektroda wenner pertama kali diperkenalkan oleh Wenner pada tahun
1915. Aturan elektroda ini banyak berkembang di Amerika. Aturan ini dapat
dipakai baik untuk resistivity mapping maupun resistivity sounding. Jenis
konfigurasi ini hanya dapat dilakukan dengan kondisi yang sesuai dengan
syarat-syarat batas yang berlaku pada persamaan yang diturunkan pada kasus
bumi datar, sehingga konfigurasi wenner-pun harus diterapkan hanya pada
daerah yang permukaanya relatif datar. Jika konfigurasi ini diterapkan untuk
kasus permukaan bumi yang miring maka perlu adanya koreksi yang
diperlukan.
B. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini dapat digunakan dalam resistivity mapping dan resistivity
sounding. Perbedaanya dengan konfigurasi wenner adalah terletak pada letak
elektroda-elektrodanya. Sedangkan cara pelaksanaanya sama yaitu untuk
resistivity mapping, jarak antar elektroda dibuat tetap untuk masing-masing
titik amat (titik sounding) sedang untuk resistivity sounding, jarak spasi
elektroda diubah-ubah secara gradual utnuk suatu titik amat. Pada aturan
elektroda schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih besar dari spasi
elektroda potensial. Secara garis besar aturan elektroda ini dapat dilihat pad
gambar 3.2. Pada gambar ini dapat diketahui bahwa jarak spasi antar elektroda
9
arus adalah 2L, sedangkan jarak spasi antar elektroda potensial adalah 2I.
Dalam hal ini harus dipenuhi bahwa (L-x) jauh lebih besar dari pada 1.
C. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Modifikasi dari bentuk konfigurasi Wenner dan konfigurasi
Schlumberger dapat digunakan pada sistem konfigurasi yang menggunakan
aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 dan C2-P2 dengan spasi antara
elektroda P1-P2. Dimana, a adalah jarak antara elektroda P1-P2. Konfigurasi ini
secara efektif menjadi konfigurasi Schlumberger ketika faktor n menjadi 2 dan
seterusnya. Sehingga ini sebenarnya merupakan kombinasi antara konfigurasi
Wenner-Schlumberger yang menggunakan spasi elektroda yang konstan
(seperti yang biasanya digunakan dalam penggambaran penampang resistivity
2D). Disamping itu cakupan horizontal lebih baik, penetrasi maksimum dari
konfigurasi ini 15 % lebih baik dari konfigurasi Wenner. Dan untuk
meningkatkan penyelidikan kedalaman maka jarak antara elektroda P1-
P2ditingkatkan menjadi 2a dan pengukuran diulangi untuk n yang sama sampai
pada elektroda terakhir, kemudian jarak antara elektroda P1-P2 ditingkatkan
menjadi 3a (Sakka, 2001).
11
D. Konfigurasi Dipole-Dipole
Karakteristik esensial dalam metoda dipole-dipole ini adalah jarak antara kedua
dipoleh harus jauh lebih besar dibandingkan dengan masing-masing panjang
dipole. Batasan geometris ini memungkinkan kita untuk membuat asumsi-
asumsi penyederhanaan pada teori interpretasinya. Termasuk khususnya,
interpretasi data melalui transformasi schllumberger.
12
E. Konfigurasi Pole-Dipole
Konfigurasi Pole Dipole, yaitu sumber arus tunggal tetapi pengukuran beda
potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang membentuk dipole (saling
berdekatan) dengan jarak a. Konfigurasi Pole-diPole, yaitu merupakan
konfigurasi elektroda elementer dimana terdapat satu titik sumber arus dan
satu titik ukur potensial. Untuk itu salah satu elektroda arus C2 dan elektroda
potensial P2 ditempatkan di tempat yang cukup jauh relatif terhadap C1 dan
P1 sehingga pengaruhnya dapat diabaikan ( Harnovi, 2011).
F. Konfigurasi Pole-Pole
Konfigurasi Pole-Pole memiliki keunggulan untuk mendeteksi adanya
besarnya tahanan jenis (resistivitas) bawah permukaan tanah. Konfigurasi
Pole-Pole jarang digunakan dalam survei geolistrik untuk prosedur sounding.
Konfigurasi ini bertujuan mencatat gradien potensial atau intensitas medan
listrik dengan menggunakan pasangan elektroda detektor (potensial) yang
berjarak relatif dekat dibanding dengan jarak elektroda arus. Elektroda
detektor diletakkan pada bagian tengah dari susunan tersebut .Dalam susunan
13
ini empat elektroda terletak dalam suatu garis lurus.. Di mana C1=P1= na/2;
sedangkan C2=P2= ∞ (Rohim dkk, 2010).
arkeologis dangkal. Dengan menghitung rata-rata dua arah saling tegak lurus
tersebut maka pengukuran untuk menentukan resistivitas semu dengan dua
arah saling tegak lurus dapat ditentukan dalam satu konfigurasi saja. Hal ini
akan mengakibatkan survei lebih efisien. Konfigurasi persegi ini menunjukkan
nilai sensitifitas yang besar pada pengukuran anisotropik seperti dip dan
strike. Respon anomali yang dihasilkan lebih sensitif pada medan yang
memiliki struktur geologi seperti dip atau bedding yang memiliki
kecenderungan strike tertentu. Strike merupakan suatu garis maya yang
terbentuk melalui perpotongan pada struktur geologi seperti lipatan (fold),
patahan (fault) atau rekahan (fracture). Struktur geologi seperti tersebut
menjadi tujuan pada eksplorasi geofisika. Untuk dapat mendefinisikan struktur
geologi tersebut maka konfigurasi elektroda diletakkan dengan memotong
atau sejajar arah strike. Oleh sebab itu strike merupakan salah satu faktor
penting untuk meletakkan konfigurasi bentangan dalam metode resistivitas.
H. Faktor Geometri
Letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda harus saling
mempengruhi besarnya beda potansial diantara kedua elektroda potensial
tersebut. Besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua
elektroda arus disebut faktor geometri.
Jika lapisan bumi merupakan medium homogen isotropis, dan diinjeksikan arus
listrik melalui satu buah lektroda, maka berdasarkan perhitungan , potensial di
tittik sejauh r dari lektroda tersebut adalah
15
..........(3.1)
Dengan :
I : besarnya arus listrik dalam ampere
: resistivitas medium dalam ohm m
V(r) : potensial di titik sejauh r dari sumber arus
Jika pada permukaan bumi terdapat dua sumber arus yang polaritasnya saling
berlawanan (melalui dua buah lektroda arus), maka besarnya potensial di suatu
titik P adalah :
= ...........(3.2)
Dengan :
= jarak dari titik P ke Sumber arus positif
= jarak dari titik P ke sumber arus negatif
Sedangkan bentuk permukaan ekipotensial dan arah aliran arus listrik yang
terjadi akubat adanya dua buah sumber arus yang saling berlawanan
polaritasnya (besar sama yaitu I) . Pada metoda geolistrik, pengukuran
potensial dilakukan di permukaan bumi dengan mennggunakan dua buah
elektroda potensial.
Gambar 3.4 Letak elektroda arus dan potensial di permukaan bumi pada
metode geolistrik
Sehingga,
=K ..................(3.4)
Dengan,
= Faktor Geometri
Jelas pada persamaan diatas faktor geometri bergantung pada elektroda arus
maupun potensial. Penjelasan tersebut berdasarkan asumsi bahwa lapisan bumi
merupakan medium homogen isotropis. Sebetulnya perumusan faktor geometri
diatas juga berlaku untuk kasus bumi berlapis-lapis. Hal ini disebabkan karena
faktor geometri hanya mencerminkan pengaruh letak dari elektroda potensial
terhadap letak elektroda arus. Sedangkan pengaruh keadaan medium berlapis-
lapis atau tidak tercermin pada potensial V (Hendrajaya dkk, 1988).
17
I. Hukum-hukum Kelistrikan
Pada Geolistrik Tahanan jenis terdapat beberapa hukum dasar, diantara lain
hukum Coloumb ;
................(3.5)
Dimana :
F : gaya colomb
Q : muatan sumber
q : muatan uji
r : jarak kedua muatan
: Konstantanta permitivitas ruang hampa
: 8.854 x 10 -12 C2/N m2
Selain itu juga terdapat hukum Gauss, dalam hukum gauss dinyatakan bahwa
usaha yang dilakukan tidak bergantung pada llintasan tetapi bergantung pada
keadaan akhir yang disebut juga medan konservatif, dengan perumusan ;
∮ ....................................(3.6)
∫ ...............(3.7)
B. Alat Praktikum
Data praktikum diperoleh dari studi literatur tentang konfigurasi elektroda dan
faktor geometri yang berasal dari literatur berupa buku dan Jurnal Ilmiah serta
materi yang bersumber dari Internet dengan sumber yang jelas.
Pengolahan data praktikum pada praktikum ini adalah mencari nilai geometri
atau faktor geometri (K) berdasarkan konfigurasi elektroda geolistrik tahanan
jenis pada konfigurasi wenner, konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi
schlumberger, konfigurasi pole-pole, konfigurasi pole-dipole, konfigurasi
dipole-dipole dan konfigurasi kubus(square), lalu menganalisa sensitivitas
masing-masing konfigurasi terhadap eksplorasi air tanah dan eksplorasi bahan
tambang (bijih besi).
20
MULAI
SELESAI
V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Data Praktikum
Schlumberger
Wenner
Wenner-Schlumberger
22
Dipole-dipole
Pole-pole
Pole-dipole
Square
23
B. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan praktikan diharuskan untuk menganalisa
metode geolistrik dengan berbagai konfigurasi, antara lain konfigurasi wanner,
konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi schlumberger, konfigurasi
pole-pole, konfigurasi pole-dipole, konfigurasi dipole-dipole serta konfigurasi
square (persegi) serta menganalisis jenis konfigurasi yang paling sensitif
untuk eksplorasi air tanah dan eksporasi bahan tambang (bijih besi).
Pada Teknik pengukuran geolistrik ada tiga macam yaitu mapping, sounding
dan imaging. Masing-masing teknik pengukuran geolistrik dapat dilakukan
untuk tujuan yang berbeda. Untuk tujuan penentuan airtanah, struktur geologi,
litologi dan penyelidikan mineral-mineral logam, maupun untuk keperluan
geoteknik, teknik pengukuran geolistrik yang digunakan adalah teknik
sounding. Istilah sounding diambil dari Vertical Electrical Sounding (VES),
yaitu teknik pengukuran geofisika yang bertujuan untuk memperkirakan
variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman pada suatu titik pengukuran.
Konfigurasi elektoda yang sering digunakan dalam teknik sounding yaitu
konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Schlumberger memiliki jangkauan
yang paling dalam dibandingkan konfigurasi yang lain.
Untuk menentukan kedalaman akuifer dan air tanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan teknik vertical
24
elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam. Jika n semakin besar maka
kedalaman penyelidikan akan semakin besar. Kelemahan konfigurasi ini antara
lain Survey Dipole-dipole mebutuhkan waktu yang relative lama, Kedalaman
maksimal yang masih bisa di tafsir dengan baik <100 m, Kurang sensitif
digunakan untuk target yang berlapis. Kelebihan dari metode ini antara lain,
Sensitivitas konfigurasi dipole-dipole baik secara vertikal dan horisontal
(lateral) baik digunakan untuk target berupa intrusi, urat (vein) kuarsa.
Interpterasi dan aplikasi dari konfigurasi dipole-dipole ini antara lain :
1. Identifikasi lapisan batubara
2. Pencarian pagar candi
3. Energi panas bumi
4. Eksplorasi mineral sulfida
5. Penafsiran struktur geologi
6. Intrusi
7. Pillow lava
dihasilkan lebih sensitif pada medan yang memiliki struktur geologi seperti
dip atau bedding yang memiliki kecenderungan strike tertentu.
Selain itu pada eksplorasi bahan tambang seperti bijih besi, konfigurasi yang
digunakan adalah konfigirasi wanner. Alasanya digunakan Konfigurasi
Wenner, karena konfigurasi ini memungkinkan untuk menerka pada daerah
daerah yang dijadikan sasaran dan belum diketahui pasti persebaran
kandungan bijih besinya. Sehingga diperlukan konfigurasi yang dapat
memetakan persebaran bijih besi dibawah permukaan tanah(secara
lateral/horizontal atau disebut mapping) oleh sebab itu konfigurasi wanner
banyak digunakan pada survey eksplorasi bijih besi.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tentang metode konfigurasi geolistrik yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan faktor geometri diperoleh dari susunan konfigurasi elektroda-
elektroda pada metode geolistrik tahanan jenis
2. Secara umum, Konfigurasi elektroda schlumberger sensitif terhadap arah
vertikal saja sedangkan Konfigurasi elektroda Wenner, Konfigurasi
elektroda Wenner-Schlumberger, Konfigurasi elektroda Dipole- Dipole,
Konfigurasi elektroda Pole-pole, Konfigurasi elektroda Pole-Dipole
sensitivitas terhadapa arah vertikal dan horizontal (lateral)
3. Konfigurasi persegi lebih sensitif dalam perlakuan medan anisotropik di
bawah permukaan dan membutuhkan luas daerah pengukuran yang lebih
kecil daripada konfigurasi segaris, sehingga lebih efisien dalam
pengukuran anisotropik seperti dip dan strike
4. Untuk menentukan kedalaman akuifer dan air tanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan lebih cocok menggnakan konfigurasi
Schlumberger dengan teknik vertical electrical sounding, sehingga akan
diperoleh nilai resistivitas lapisan-lapisan batuan bawah permukaan secara
vertical
5. Pada eksplorasi bijih besi diperlukan konfigurasi yang dapat memetakan
persebaran bijih besi dibawah permukaan tanah(secara lateral/horizontal
atau disebut mapping)
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Agung dan Gatot Yulianto. 2007. Estimasi Arah Strike menggunakan
Resistivitas konfigurasi Persegi. Jurnal berkala Fisika. Vol 10. , No.1, Januari
2007, hal 45-51. Halaman 45-46
Hendrajaya, Lilik dan Idam Arif. 1985. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA. ITB : Bandung
Rohim dkk. 2010. Aplikasi Metode Geolistrik Sounding Dengan Kofigurasi Pole-
Pole Untuk Mengukur Resistivitas Bawah Permukaan Tanah Dan
Mengetahui Struktur Tanah. PKM Universitas Negeri Malang : Malang
Sakka, 2002. Metoda Geolistrik Tahanan Jenis. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam – UNHAS, Makassar