Anda di halaman 1dari 2

Selamat Pagi/Siang/Sore, Tim Rekrutmen Magang!

“Idealisme adalah kemewahan


terakhir yang hanya dimiliki oleh
pemuda” – Tan Malaka

Perkenalkan saya, seseorang yang lekat dengan stigma double minority di Indonesia, dan
sedang menempuh pendidikan pada tahun terakhir di UI. Mengawali esai ini, saya mengutip
kata- kata dari Tan Malaka yang selaku dilekatkan pada diri saya ketika menjadi mahasiswa
baru. Sebagai pemuda dengan idealisme seperti kata Tan Malaka, saya percaya bahwa
Indonesia masih bisa berada pada titik ideal atau Das Solllen (seharusnya) bukan selalu
berhenti pada Das Sein (kenyataan).

Indonesia sebagai negara sosio-kultural menjadi tempat berkembang berbagai Suku, Agama,
Ras, dan Antar Golongan di dalam satu kesatuan entitas yaitu Warga Negara Indonesia. Hal
ini membutuhkan suatu pedoman tingkah laku untuk menjadi rujukan (guidance) kepada
permasalahan kebebasan individu atau kelompok yang kompleks. Pedoman ini diharapkan bisa
menjadi sesuatu yang mengikat, membatasi, dan memaksakan (enforce) masyarakat agar
terciptanya kehidupan yang lebih baik. Singkatnya, hal ini menjadi dasar konsep ‘hukum’
dengan produknya seperti peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia.

Produk hukum di Indonesia hanya bisa dihasilkan oleh suatu lembaga yang berwenang untuk
membuatnya, hal ini sesuai dengan teori pemisahan kekuasaan oleh Montesquieu yaitu
legislative body. Lembaga ini adalah bentuk perwujudan dari kehendak rakyat yang membuat
peraturan atau pedoman tertulis yang bersifat mengikat. Di Indonesia, kekuasaan ini
dilimpahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pembuat peraturan perundang-
undangan di level nasional dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di level regional atau daerah.
Mengingat pentingnya fungsi kekuasaan DPRD dalam perumusan dan pembetukan produk
perundang- undangan dibutuhkan penelitian dan studi lintas multi-disiplin (hukum, sosiologi,
antropologi, kesejahteraan social, dll). Hal ini yang akan membedakan suatu produk hukum
yang sesuai dengan ‘kebutuhan’ masyarakat atau tidak. Hukum sebagai suatu hal yang dinamis
harus lah sesuai dengan perkembangan zaman, karena pada dasarnya hukum hadir untuk
memberikan rasa nyaman dan tenang pada masyarakat. Segala bentuk produk hukum yang
tidak sesuai dengan kondisi masyarakat pada masanya seharusnya selalu di revisi agar tercipta
tujuan dari hukum yaitu kemanfaatan, kepastian dan keadilan.

Melihat rumitnya akibat yang bisa ditimbulkan oleh hukum, seorang wakil masyarakat harus
jauh dari segala kepentingan dan ambisi pribadi seperti keinginan untuk memperkaya diri
sendiri, keluarga atau golongan. Wakil Masyarakat juga harus selalu mementingkan
kepentingan bangsa dan negara (bersandar pada nilai sila ketiga Pancasila), bukan kepentingan
golongan ataupun agama. Jangan membuat kepentingan agama atau golongann menjadi candu
bagi kepentingan pembangunan bangsa Indonesia. Karena pada intinya, tujuan Negara ini di
dalam Pembukan UUD 1945 berlaku untuk semua Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali.

Saya percaya dengan minat dan kemampuan yang saya miliki, bisa memberikan ‘sedikit’
sumbangsih PSI sebagai Partai yang berpikiran progresif, terbuka dan mengetahui pentingnya
good governance di dalam aspek pembentukan kebijakan public dan produk hukum yang
kredibel di level DPRD DKI Jakarta. Saya ingin ikut berpartisipasi bersama PSI melawan
ketidakadilan dan ketidakbermanfaatan hukum yang masi berlanjut!.
CHRISTIAN (085716643834)

Anda mungkin juga menyukai