Anda di halaman 1dari 6

PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU (PKWTT)

NOMOR : 062/PKWTT/AJE/II/2016

Pada hari ini, Senin tanggal Satu, bulan Februari tahun Dua Ribu Enam Belas (01-02-2016), yang bertanda
tangan dibawah ini :

1. Nama : Bambang A.
Jabatan : Direktur
Alamat : Jl. Utama Jakarta
Dalam Perjanjian Kerja ini, bertindak untuk dan atas nama PT. AJE yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.

2. Nama : Wahyu
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 20 Desember 1990
Pendidikan Terakhir : SMU
Status Perkawinan : Kawin
Alamat Lengkap : XXXX
Nomor KTP : 1XXXXXX
Dalam Perjanjian Kerja ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri yang selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan perikatan dalam bentuk Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dengan ketentuan seperti tersebut dalam pasal-pasal sebagai berikut :

PASAL 1
MASA PERCOBAAN

1. Perjanjian kerja ini adalah perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT) dengan masa
percobaan 3 (Tiga) bulan yang dihitung sejak penandatanganan surat perjanjian ini.
2. Selama masa percobaan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat mengakhiri secara sepihak
hubungan kerja tanpa ada tuntutan imbalan dalam bentuk apa pun juga dari pihak lainnya.

PASAL 2
PENEMPATAN TUGAS

1. Jenis Pekerjaan yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah pekerjaan sebagai
Teknisi pada PT. Sinar Bintang Mandiri.
2. Dengan memperhatikan kemampuan dan keterampilan PIHAK KEDUA maka PIHAK PERTAMA dapat
memberikan penempatan tugas di PT.PLN (Persero).
3. PIHAK KEDUA bersedia dan sanggup ditempatkan pada bidang/posisi dan tempat tugas seperti pada
ayat 1 dan 2 di atas.

PASAL 3
HARI KERJA DAN WAKTU KERJA

Hal 1 Dari 6
1. Hari kerja yang ditetapkan adalah selama 6 (Enam) hari dalam seminggu terbagi atas 3 shift ( pagi,
sore dan malam) adapun pembagian shift kerjanya adalah sebagai berikut :
Shift I Jam : 08.00 – 16.00 Wib
Shift II Jam : 16.00 – 23. 00 Wib
Shift III Jam : 23.00 – 08. 00 Wib

2. Ketentuan mengenai jam kerja dan upah lembur mengacu kepada ketentuan dan peraturan yang
berlaku.

3. Dalam hal tersedia pekerjaan yang harus segera diselesaikan atau bersifat mendesak, maka PIHAK
KEDUA diharuskan menyelesaikan Pekerjaan tersebut terlebih dahulu dan apabila diperlukan, bisa
dibantu oleh rekan/mitra kerja Shift berikutnya.

PASAL 4
HAK PIHAK KEDUA

1. Mendapatkan Upah/Gaji Pokok sebesar 120% x Upah Minimum Kabupaten/Kota (dalam Rupiah)
perbulan dengan ketentuan :
a. Upah diatas merupakan upah Bersih (Nett Salary/Take Home Pay).
b. Pembayaran upah akan disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (Tempat
Penempatan) yang bersangkutan setiap tahunnya.
c. Bila PIHAK KEDUA tidak hadir tanpa pemberitahuan dan izin (Mangkir), maka upah yang akan
dibayarkan akan dihitung secara proporsional, yakni upah bersih dibagi 26 (Dua Puluh Enam)
hari kerja dikalikan dengan hari kerja / kehadiran PIHAK KEDUA.
d. Apabila tanggal pembayaran Gaji jatuh pada hari libur atau yang diliburkan, maka
pembayaran gaji dimaksud dilakukan pada hari kerja sesudahnya.
e. Upah/Gaji Pokok dibayarkan dengan sistem Payroll via Bank Rakyat Indonesia (BRI).

2. Diikutsertakan pada Kepesertaan BPJS Tenaga Kerja dan BPJS Kesehatan, berupa :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja / JKK (Iuran sebesar 0,89 % dari Gaji Pokok)
b. Jaminan Kematian / JKM (Iuran sebesar 0,30% dari Gaji Pokok)
c. Jaminan Hari Tua / JHT (Iuran sebesar 5, 70% dari Gaji Pokok)
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan / JPK (Iuran sebesar 5% dari Gaji Pokok ; 4% dari Iuran
merupakan beban PIHAK PERTAMA dan 1% dari Iuran merupakan beban PIHAK KEDUA)
dengan ketentuan PIHAK KEDUA dapat memperoleh pelayanan kesehatan pada Klinik atau
Rumah Sakit yang ditunjuk oleh BPJS Kesehatan yang bersangkutan termasuk pelayanan
kesehatan untuk istri dan anak.

3. Diikutsertakan pada program DPLK ( Dana Pensiunan Lembaga Keuangan ) yang juga sebagai Uang
Pengkahiran (sesuai dengan Undang Undang RI No. 13 tahun 2003 pasal 167), Uang Pengkahiran
sebesar 9,2 x Upah Pokok, Iuran program DPLK dibayar penuh oleh PIHAK PERTAMA.

4. Mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dengan ketentuan bila Pihak Kedua telah bekerja
minimal 1 (satu) tahun berturut-turut tanpa terputus, akan memperoleh sebesar 1 (satu) bulan
dari Upah/Gaji Pokok. Bila yang bersangkutan masa kerjanya kurang dari 1 (satu) tahun, maka
akan dihitung secara proporsional dengan perkiraan Upah/Gaji Pokok dibagi 12 (Dua Belas) bulan
di kali masa kerja.

5. Mendapatkan Pakaian Dinas/Kerja berupa 2 Stel ( Baju dan Celana ) setiap tahun.
6. Cuti Khusus tetapi tetap diberikan Upah/Gaji dengan ketentuan:
a. Perkawinan Pihak Kedua, selama 3 (tiga) hari kerja.
b. Perkawinan Anak Pihak Kedua, selama 2 (dua) hari kerja.
c. Pihak Kedua mengkhitankan/ membaptiskan anak, selama 2 (dua) hari kerja.

Hal 2 Dari 6
d. Istri Pihak Kedua melahirkan, selama 2 (dua) hari kerja.
e. Suami/Istri, OrangTua/Mertua, Anak/Menantu meninggal dunia, selama 2 (dua) hari kerja.
f. Cuti Bersalin/ Cuti Melahirkan pekerja perempuan, selama 3 (tiga) bulan.

7. Apabila PIHAK KEDUA hendak menggunakan hak cutinya sebagaimana diatur dalam ayat 5 (poin a,
b dan c) harus diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan cuti dengan
mendapat pengesahan berupa tanda tangan dan izin dari District Manager serta Direksi.

PASAL 5
TATA TERTIB KERJA

1. PIHAK KEDUA menyatakan bersedia dan sanggup bekerja pada PIHAK PERTAMA serta mematuhi
dan mentaati seluruh peraturan tata tertib yang diterapkan oleh PIHAK PERTAMA.

2. Selama dalam hubungan kerja, PIHAK KEDUA wajib mentaati dan melaksanakan ketentuan
mengenai tata tertib, kedisiplinan dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya, sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA dan atau Tempat
Penempatan Kerja yang bersangkutan yaitu PT. PLN (Persero).

3. PIHAK PERTAMA dan atau Tempat Penempatan Kerja yang bersangkutan yaitu PT. PLN (Persero),
berhak meminta ganti rugi kepada PIHAK KEDUA, apabila PIHAK KEDUA atas kelalaiannya atau
kecerobohannya menyebabkan hilang atau rusaknya barang – barang / asset milik PIHAK
PERTAMA dan atau Tempat Penempatan Kerja yang bersangkutan yaitu PT. PLN (Persero), dengan
jalan memotong upah PIHAK KEDUA secara proporsional dan kesepakatan kedua belah pihak.

PASAL 6
LARANGAN TENAGA KERJA

1. Melakukan hal-hal yang tidak patut diperbuat oleh seorang tenaga kerja yang bermartabat, antara
lain :
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan, martabat dan citra Bangsa, Negara,
Pemerintah, PIHAK PERTAMA dan tenaga kerja.
b. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat dan citra
PIHAK PERTAMA dan tenaga kerja, kecuali untuk kepentingan dinas.

2. Menyalahgunakan wewenang dan jabatan, antara lain :


a. Melakukan,meminta atau menerima pungutan/tips/imbalan dalam bentuk apapun juga dalam
melaksanakan tugas untuk kepentingan diri sendiri, golongan atau pihak lain.
b. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia PIHAK PERTAMA, yang diketahui karena
jabatannya untuk kepentingan diri sendiri, golongan atau pihak lain.
c. Memiliki menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang,
dokumen, atau surat berharga milik PIHAK PERTAMA, secara tidak sah.
d. Melakukan pengurusan pemasangan baru dan penambahan daya dari konsumen PT. PLN
(Persero).

4. Melakukan perbuatan yang dapat merugikan PIHAK PERTAMA, antara lain :


a. Melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu
pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.
b. Melakukan perbuatan yang langsung atau tidak langsung dapat menyebabkan kerugian pada
PIHAK PERTAMA .

Hal 3 Dari 6
5. Melalaikan tugas kedinasan, antara lain :
a. Tidak melaksanakan tugas sesuai ketentuan berlaku.
b. Menghalangi terlaksananya tugas dan/atau menciptakan kondisi yang dapat menghalangi
terlaksananya tugas.

6. Melakukan perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban antara lain :


a. Melakukan perjudian di dalam jam kerja dan atau di tempat kerja.
b. Minum-minuman keras dan atau mabuk di tempat di dalam jam kerja dan atau di tempat
kerja.
c. Menyimpan, memakai dan atau menyalahgunakan narkotika dan sejenisnya.
d. Berkelahi atau melakukan penganiayaan (memukul, menendang, melukai, mengintimidasi,
dan sebagainya) baik di dalam jam kerja maupun diluar jam kerja dan yang dilakukan di
tempat kerja maupun di luar tempat kerja.
e. Menggerakkan dan atau menciptakan kondisi terjadinya kegiatan anarkis di lingkungan kerja.

8. Melakukan perbuatan yang tidak terpuji, antara lain :


a. Bertindak sewenang-wenang.
b. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap
sesama tenaga kerja PIHAK PERTAMA, di dalam maupun di luar lingkungan kerja.

PASAL 7
SANKSI DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

1. Sanksi :

1.1. Sanksi akan diberikan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, untuk hal pelanggaran atau
kesalahan yang bersifat ringan dan masih dapat ditolerir atau PIHAK PERTAMA masih
dapat memberikan pembinaan kepada PIHAK KEDUA. Kategori pelanggaran dimaksud
seperti :
a. Kedisiplinan (Kepatuhan terhadap waktu/jadwal kerja, tidak masuk tanpa alasan
dan pemberitahuan serta izin lebih dari dua hari berturut–turut atau berpencar
dalam satu bulan).
b. Kesalahan yang tidak berakibat fatal dan atau dapat merugikan perusahaan.
c. Kesalahan lain yang masih dapat ditolerir atau dapat dilakukan pembinaan oleh
perusahaan.

1.2. Sanksi atas pelanggaran atau kesalahan seperti tersebut pada butir 1.1 diatas, maka PIHAK
PERTAMA akan menerbitkan dan memberikan kepada PIHAK KEDUA berupa Surat
Peringatan yang dimulai dengan Surat Peringatan Pertama (SP I). Jika PIHAK KEDUA tidak
tidak menanggapi SP I dan tetap mengulangi pelanggaran yang sama maupun yang lain,
maka akan diberikan Surat Peringatan Terakhir atau SP II.

1.3. Bila PIHAK KEDUA telah pernah menerima SP II dan tetap melakukan pelanggaran yang
sama maupun yang lain, maka PIHAK PERTAMA akan memberhentikan atau melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada PIHAK KEDUA, melalui penerbitan dan
pemberian Surat Pemutusan Hubungan Kerja.
2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi dikarenakan oleh :

2.1. Atas kemauan dan permintaan sendiri dari PIHAK KEDUA.

Hal 4 Dari 6
2.2. PIHAK KEDUA mendapat promosi untuk diangkat sebagai karyawan tetap di PT. PLN
(Persero) pada saat kontrak kerja masih berlangsung.
2.3. Bila PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran atau kesalahan berat, tidak dapat ditolerir dan
diyakini PIHAK PERTAMA tidak akan dapat melakukan pembinaan lagi kepada PIHAK
KEDUA. Untuk hal ini PIHAK PERTAMA dapat melakukan pemutusan hubungan kerja
secara sepihak, tanpa persyaratan apapun serta dapat melakukan proses hukum kepada
institusi terkait sesuai dengan hukum dan ketentuan yang berlaku (untuk pelanggaran
hukum). Pelanggaran atau kesalahan yang dimaksud seperti :
a. Penipuan, pencurian dan penggelapan barang/uang milik perusahaan atau milik
teman sekerja atau milik PT. PLN (Persero).
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan PIHAK
PERTAMA atau kepentingan PT. PLN (Persero).
c. Mabuk, minum-minuman keras yang memabukkan, madat, memakai obat bius
atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau obat-obat perangsang lainnya
yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan, ditempat kerja, dan ditempat
– tempat yang ditetapkan perusahaan.
d. Melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian di tempat kerja.
e. Menyerang, mengintimidasi, atau menipu perusahaan atau teman sekerja dan
memperdagangkan barang terlarang baik dalam lingkungan perusahaan maupun
di luar lingkungan perusahaan.
f. Menganiaya, mengancam secara fisik atau mental, menghina secara kasar PIHAK
PERTAMA dan Keluarga, Karyawan PT.PLN (Persero) dan Keluarga, dan teman
sekerja dan keluarganya.
g. Membujuk teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan
dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan perundangan yang berlaku.
h. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama
baik PIHAK PERTAMA dan atau keluarga PIHAK PERTAMA yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.
i. Melakukan perbuatan lainnya yang diancam dengan hukuman pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
j. Menerima pemberian imbalan jasa dalam bentuk apapun, yang mengakibatkan
kerugian PIHAK PERTAMA dan PT. PLN (Persero).
2.4. Mangkir (tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan, alasan dan izin) selama 5 (lima) hari
berturut-turut.

PASAL 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila terdapat perselisihan yang timbul akibat penafsiran maupun pelaksanaan kesepakatan ini
akan diselesaikan oleh Kedua Pihak secara musyawarah.
2. Apabila perselisihan termaksud pada ayat 1 (satu) tidak dapat diselesaikan secara musyawarah,
maka untuk menyelesaikannya akan ditempuh tata cara sesuai ketentuan yang berlaku.

PASAL 9
LAIN – LAIN

Hal 5 Dari 6
Apabila terdapat perubahan atau penambahan ketentuan dalam Kesepakatan Kerja yang disetujui oleh
KEDUA PIHAK maka perubahan atau penambahan tersebut dibuatkan dalam satu addendum yang tidak
terpisahkan dan merupakan bahagian dari surat perjanjian kerja ini.

PASAL 10
PENUTUP

Kesepakatan kerja ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup, ditandatangani oleh masing-masing
pihak dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. Copy kesepakatan kerja ini dapat diberikan pula
kepada Tempat Penempatan Kerja yang bersangkutan serta Dinas Tenaga Kerja yang terkait.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Materai 6000

BAMBANG A. WAHYU
KUASA DIREKTUR

Hal 6 Dari 6

Anda mungkin juga menyukai