Makalah Pep
Makalah Pep
Oleh:
Kelompok 8
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016
PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
DAN PERANAN NEGARA
Mistik Perencanaan
Pentingnya upaya pembangunan ekonomi diberbagai negara pada
beberapa dasawarsa pertama seusai Perang Dunia kedua, tercermin pada
penerimaan luas yang nyaris bersifat universal atas peranan dan fungsi
perencanaan pembangunan sebagai jalur yang paling langsung dan paling
meyakinkan untuk mmencapai kemajuan ekonomi. hingga dekade 1980-an, hanya
tinggal beberapa orang saja di negara-negara Dunia Ketiga yang masih
mempertanyakan manfaat, relevansi, kegunaan, dan kelayakan perumusan dan
pelaksanaan dari suatu perencanaan pembangunan nasional. Setiap lima tahun
atau lebih, tatkala tahapan akhir perencanaan pembangunan tiba, berlangsunglah
aneka kegiatan seremonial atau upacara yang gegap-gempita untuk
merayakannya.
Tetapi mengapa, bahkan sampai sekarang perencanaan pembangunan
masih saja diliputi oleh semacam aura mmistik dan suatu keyakinan yang kuat
atas keberhasilannya? Itu karena, pada dasarnya perencaan pembangunan secara
terpusat dipercaya oleh kalangan luas sebagai mekanisme kelembagaan dan
organisasional yang penting, dan bahkan satu-satunya, guna mengatasi berbagai
rintangan utama dalam proses pembangunan serta menjamin tercapainya tingkat
pertumbuhan ekonomi ynag tinggi.
Dimana K(t) = cadangan modal pada waktu t, sedangkan Y(t) = jumlah output
(GNP) pada waktu t, dan simbol k adalah rasio modal output rata-rata. Kemudian
diasumsikan bahwa suatu bagian yang tetap (s) sari output (Y) selalu ditabung (S),
sehingga rumus menghitungnya sebagai berikut:
Dimana I(t) = investasi bruto pada waktu t dan ẟ = bagian dari cadangan modal
yang mengalami depresiasi pada setiap periode. sekarang apabila g merupakan
tingkat pertumbuhan output yang menjadi target, maka:
selanjutnya kita dapat menduga bahwa modal pasti tumbuh dalam laju yang
sama, sehingga dapat diketahui bahwa:
𝛥𝐾 𝐾∆𝑌 (𝐾/𝑌) ∆𝑌 𝛥𝑌
= = = (11.4)
𝐾 𝐾 𝐾 𝐾
Dengan menggunakan persamaan 11-2, sekali lagi kita sampai pada pernyataan
dasar dari model pertumbuhan Harrod-Domar:
𝑠𝑌− 𝛿𝐾 𝑠
g= =𝐾–𝛿 (11.5)
𝐾
Penghitungan Harga Bayangan dan Tingkat Diskonto Sosial. Ada lima alasan
mengapa harga pasar input dan output di negara-negara berkembang tidak
menggambarkan manfaat dan biaya-biaya sosial yang sesungguhnya yaitu:
1. Inflasi dan mata uang dinilai berlebihan.
2. Tingkat upah, biaya modal, dan pengangguran.
3. Tarif, kuota, dan substiusi impor.
4. Keterbatasan tabungan.
5. Tingkat diskonto sosial.
Pemilihan Proyek: Beberapa Kriteria Keputusan. Setelah selesai menghitung
harga-harga bayangan yang relevan, memproyeksi biaya, dan manfaat dimasa
mendatang, serta menyeleksi tingkat diskonto sosial yang tepat, maka para
perencana baru bisa memilih proyek-proyek investasi mana saja yang paling
menguntungkan dari sekian banyak pilihan yang tersedia.
Ekonomi Pasar
Prasyarat sosiokultur dan syarat-syarat ekonomi
Untuk menciptakan suatu sistem pasar yang bisa berfungsi dengan baik
diperlukan sejumlah prasyarat sosial, institusional, legal dan kultural yang bersifat
khusus. Nathan Keyfitz dan Robert Dorfman, mendaftarkan hal-hal berikut yang
harus dipenuhi demi terciptanya sistem pasar bebas secara efektif di suatu negara.
a. Adanya kepercayaan masyarakat secara keseluruhan (terhadap kinerja
kelembagaan perbankan, perusahaan asuransi, dan para pemasok barang)
b. Kepastian hukum dan ketertiban (kepatuhan melaksanakan kontrak dan sanksi
yang tegas untuk setiap pelanggaran terhadapnya)
c. Perlindungan keamanan terhadap manusia dan harta benda milikk pribadi
d. Adanya suasana atau iklim yang seimbang dengan kerja sama (demi
terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat serta saling mendukung).
e. Pembagian tanggung jawab dan penyebaran informasi kekuasaan secara tepat
(untuk menjamin penilaian secara jujur)
f. Kesadaran sosial di masyarakat, si kuat membantu yang lemah (sebagai jaring
pengaman sosial bagi kalangan penyandang cacat, para pengangguran kronis,
kaum usia lanjut, dan anak yatim).
g. Mobilitas sosial, legitimasi atas ambisi, serta toleransi terhadap daya saing
h. Diakuinya nilai-nilai materialistik sebagai perangsang peningkatan produksi
i. Kepuasan atau kecukupan massal untuk menumbuhkan tabaungan individu
j. Rasionalitas yang tidak bertentangan dengan tradisi yang berlaku
k. Aparat pemerintah yang bersih atau jujur
l. Adanya bentuk-bentuk persaingan yang efisien, adil dan bersifat terbuka,bukan
pola-pola kendali monopolistik
m. Kebebasan informasi (yang disertai oleh perlindungan terhadap masalah
pribadi)
n. Arus informasi yang terbebas dari segala bentuk hambatan
4. Barang publik lokal yang dibutuhkan masyarakat. Barang dan jasa yang
bersaingan tetapi dapat dikecualikan, termasuk yang di targetkan pada
penduduk yang terisolasi secara sosial, mungkin paling baik dirancang dan
disediakan oleh LSM yang mengetahui dan bekerja bersama dengan
kelompok-kelompok ini.
Partisipasi Pembangunan
Jika tujuan pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan manusia, maka tanpa
partisipasi, kita mungkin akan mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa
pembangunan. Bahkan banyak yang akan sepakat bahwa partisipasi—sumbangan
pendapat dalam kebijakan pembangunan oleh para pihak yang paling terpengaruh
oleh kebijakan tersebut—itu sendiri merupakan tujuan akhir pembangunan.
Pertisipasi juga merupakan suatu cara untuk meningkatkan kapabilitas manusia
menjadi tujuan lain pembangunan. Partisipasi pembangunan terbukti membuat
proyek-proyek berjalan dengan lebih baik. Partisipasi memaninkan peran sentral
dalam strategi-strategi pembangunan yang paling berhasil, khususnya dalam kerja
sama kredit kecil. Dengan partisipasi yang murni dan penuh oleh orang-orang
yang mendapatkan manfaat proyek pembangunan dan dengan cara penggunaan
bantuan pembangunan secara umum, kita dapat berharap tingkat korupsi akan
menurun dan hasil pembangunan yang lebih besar dari setiap dolar bantuan yang
dikeluarkan. Bahkan, partisipasi tampaknya menawarkan cara yang lebih baik
untuk mencapai berbagai tujuan yang dicanangkan Bank Dunia pada akhir-akhir
ini, tanpa banyak kelemahan.
Kelemahan potensial apakah yang terkandung dalam prinsip partisipasi
murni? Pertama, negara-negara termiskin harus membuat sejumlah keputusan
yang menyangkut kebijakan dengan segera. Negara-negara yang banyak utang
diharuskan oleh Bank Dunia dan IMF untuk mengimplementasikan rencana
pembangunan khusus untuk mendapatkan pengurangan utang, dan partisipasi
memerlukan waktu. Namun dalam banyak hal, mekanisme untuk menyalurkan
partisipasi murni tidak tersedia; untuk menyediakannya pun memerlukan waktu
bertahun-tahun, bahkan dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan
daerah.
Kedua, jika Anda terlalu lemah (secara fisik, misalnya karena mengidap
penyakit) dan tidak mempunyai keterampilan yang memadai untuk berpartisipasi
dalam perekonomian dunia, Anda mungkin juga tidak akan mampu berpartisipasi
secara efektif dalam proyek-proyek pembangunan, apalagi mempunyai suara
penuh dalam berbagai kebijakan yang akan mempengaruhi Anda. Kelemahan
yang ketiga adalah biaya waktu : kaum miskin sibuk mencoba bertahan hidup. Hal
yang sama pun berlaku untuk para wanita. Mereka bekerja dalam waktu yang
panjang untuk aktivitas-aktivitas yang menghasilkan uang dan juga di rumah,
karena mereka tidak mampu bekerja selain produksi rumah tangga. Mereka
mungkin melihat bahwa partisipasi dalam pembangunan seperti itu tidak banyak
menghasilkan uang. Jelas bahwa, negara-negara donor dan pemerintah negara
berkembang harus mencari cara-cara untuk memberi imbalan atas partisipasi,
namun bagian besar dari masalah-masalah tersebut adalah apa-apa yang harus
dikorbankan untuk partisipasi di lapangan. Ketiga hambatan tersebut menyiratkan
bahwa partisipasi mempunyai beberapa keterbatasan, namun prinsip
penerapannya tetap berlaku ketika hal tersebut dimungkinkan.
Pembedaan berbagai jenis partisipasi yang berbeda merupakan titik awal yang
sangat baik dan telah dikemukakan oleh sejumlah penulis. Sebagai contoh, Cohen
dan Uphoff mengkaji derajat partisipasi menurut tiga demensi : jenis partisipasi
(dalam pengambilan keputusan, penerapan, manfaat, dan evaluasi), identitas
partisipan (meliputi penduduk/warga negara, para pemimpin, personil pemerintah,
dan orang asing), dan proses terjadinya partisipasi (dasar, bentuk, cakupan, dan
efek partisipasi). Deshler dan Sock membedakan “partisipasi murni (genuine
participation)” yang dapat meliputi partisipasi di bawah kendali penduduk
maupun melalui kerjasama, dengan kekuasaan yang didelegasikan atau
kesepakatan kemitraan antara warga negara biasa dengan lembaga, dengan
“partisipasi semu (pseudo participation)”, yang meliputi penenteraman
(placation), konsultasi, atau informasi tanpa pembagian kekuasaan, di samping
“terapi” dan manipulasi. Salah satu keberatan yang muncul adalah bahwa
partisipasi telah dicoba dan ternyata memang diinginkan, namun pembedaan ini
sangat bernilai dan menunjukkan bahwa partisipasi murni masih sangat terbatas.