Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

Reaksi Oksidasi Reduksi (2)

Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Logam

Oleh :

Nama : Shintia Friska Wulandari (06101381520026)


Dikki Yananda (06101281520060)
Nadhilah Sabrina (06101381520036)
Febi Cintia (06101381520052)
Dini Putri Utami (06101381520056)

Kelompok : 3 (Tiga)

Dosen pengampu : Drs. M. Hadeli, M.Si.


Maefa Eka Haryani, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
I. Nomor Percobaan : IV
II. Judul Percobaan : Reaksi Oksidasi Reduksi (2)
Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Logam
III. Tujuan Percobaan : Mempelajari Pengaruh Asam dan Basa
Terhadap Logam

IV. Dasar Teori

Reaksi oksidasi-reduksi banyak berperan dalam kehidupan sehari-hari.


Mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan
pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu, unsur logam dan
nonlogam diperoleh dari bijihnya dari proses oksidasi atau reduksi. (Mulyani, 2013)
Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses di mana
oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses di mana
oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga
disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-
reaksi lain di mana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat
dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi, sebelum definisi oksidasi reduksi
yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron,
disusun orang.
Reaksi asam-basa dapat dikenali sebagai proses transfer-proton. Reaksi
oksidasi-reduksi (redoks) dikenal juga sebagai reaksi tranfer-elektron. Dalam reaksi
redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara logam
magnesium dan asam klorida merupakan satu contoh reaksi redoks:
0 +1 +2 0
Mg(s + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)

Ingat bahwa angka yang ditulis di atas unsur adalah bilangan oksidasi dari
unsur tersebut. Dilepasnya eletron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan
meningkatnya bilangan oksidasi unsur itu. Dalam reduksi, terjadi penurunan
bilangan oksidasi karena diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Dalam reaksi
yang ditunjukkan di sini, logam Mg dioksidasi dan ion H+ direduksi; ion Cl- adalah
ion pengamat.
A. Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Penggabungan dan
Pelepasan Oksigen.
Penggabungan dan pelepasan oksigen adalah konsep awal pada defenisi
reaksi redoks. Hal ini didasarkan pada kemampuan gas oksigen untuk bereaksi
dengan berbagai unsur membentuk suatu oksida. (Krisnandi, 2014)
Oksidasi adalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan oksigen. Zat
yang member oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator.
Contoh reaksi oksidasi:
2Cu(s) + O2(g) → 2CuO(s)
2 Fe(s) + O2(g) → 2FeO(s)
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
Reduksi adalah proses pelepasan oksigen dari suatu zat. Zat yang menarik
oksigen pada reaksi oksidasi disebut reduktor.
Contoh reaksi reduksi:
CuO(s) → Cu(s) + O2(g)
2SO3(s) → 2SO2(s) + O2(g)
PbO(s) → Pb(s) + O2(g)

B. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pelepasan dan


Penangkapan Elektron
Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah
reaksi penangkapan elektron. Dilihat dari serah terima elektron di atas reaksi
reduksi dan oksidasi selalu terjadi secara bersama-sama sehingga akan ada zat yang
melepas dan menangkap elektron oleh karena itu reaksi tersebut disebut reaksi
oksidasi dan reduksi (redoks). Beberapa contoh reaksi yang dapat menjelaskan
peristiwa di atas sebagai berikut:
Oksidasi: Na → Na+ + e
Zn → Zn2+ + 2e
Reduksi: K+ + e → K
Cu2+ + 2e → Cu
Zat yang mengalami oksidasi (melepaskan elektron) disebut reduktor
(pereduksi), sebab menyebabkan zat lain mengalami reduksi (menangkap elektron).
Sebaliknya zat yang mengalami reduksi disebut oksidator (pengoksidasi), misalnya
untuk reaksi
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Zn teroksidasi menjadi Zn2+, maka Zn merupakan reduktor, sedangkan Cu2+
tereduksi menjadi Cu maka merupakan oksidator. Reduktor dan oksidator dapat
ditentukan dengan menuliskan persamaan reaksi oksidasi dan reduksi dengan cara
setengah reaksi. perhatikan contoh dibawah ini:
Reaksi antara Ag dan Cl2 membentuk AgCl
Oksidasi: Ag(s) → Ag+ (s) + e
Reduksi : Cl2(g) + 2e → 2Cl-(g)
2Ag(s) + Cl2(g) → Ag+ (s) + Cl-(g)

C. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan


Oksidasi
Pengertian reaksi redoks selanjutnya berkembang menjadi lebih luas.
Konsep reaksi redoks yang terakhir dan masih digunakan sampai sekarang adalah
berdasarkan biloks.Konsep redoks yang berdasarkan bilangan oksidasi adalah
sebagai berikut:
Reaksi redoks adalah reaksi yang mana terjadi perubahan bilangan oksidasi
dari atom sebelum dan sesudah reaksi. Dilihat dari bilangan oksidasinya maka
oksidasi dan reduksi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Oksidasi: peningkatan bilangan oksidasi. bilangan oksidasinya bertambah
(oksidasi), yang disebut reduktor.
Reduksi: penurunan bilangan oksidasi. bilangan oksidasinya berkurang
(reduksi), yang disebut oksidator.
Sebelum kita mempelajari lebih jauh reaksi redoks berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi maka harus dipahami dulu apa itu bilangan oksidasi.
Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi yaitu bilangan yang menyatakan banyaknya elektron
yang telah dilepaskan atau diterima oleh suatu muatan yang dimiliki oleh suatu
atom dalam suatu senyawa.
Biloks diberi tanda positif jika atom itu melepaskan elektron dan diberi
tanda negatif jika atom itu menerima elektron.
Bagaimana kita bisa menentukan apakah suatu unsur dalam senyawa
memiliki biloks positif atau negatif? Perhatikan deret unsur berdasarkan
keelektronegatifannya berikut ini.
Logam< H < P < C < S < I < Br < Cl < N < O < F
Jika unsur diatas bereaksi membentuk senyawa, maka unsur yang
posisinya lebih kiri akan mempunyai biloks positif. Sementara itu unsur yang
posisinya lebih kanan akan mempunyai biloks negatif.
Untuk menentukan bilangan oksidasi berbagai unsur dalam senyawa
disusun aturan sebagai berikut:
1. Bilangan oksidasi atom unsur dalam keadaan unsur bebasnya adalah nol.
Contoh : Bilangan okisdasi Na, Fe, H2, N2, O2 berturut-turut = 0
2. Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh : Bilangan oksidasi ion Cu2+ = +2 Na+ = +1 Al3+ = +3
3. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa adalah nol sedangkan
untuk ion poliatomik jumlah bilangan oksidasi pembentuk ion tersebut harus
sama dengan muatan ion poliatomik tersebut.
Contoh : Tentukan bilangan oksidasi C dalam H2CO3
Berlaku : (2 x biloks H) + (1 x biloks C) + (3 x Biloks O) = 0
(2 x +1) + (1 x biloks C) +(3 x -2) = 0
2 + (1 x biloks C) + -6 = 0
(1 x biloks C) = +4
4. Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan VII A , atom F, Cl, Br, I selalu
mempunyai bilangan oksidai -1 dalam senyawa biner logam.
Contoh : HF, NaBr, FeCl3 bilangan oksidasi F, Br, Cl berturut-turut= -1
5. Atom unsur golongan IA mempunyai bilangan oksidasi +1 dalam senyawanya.
Contoh : Li , Na, K, Rb Cs mempunyai biloks = +1
6. Atom unsur golongan IIA mempunyai bilangan oksidasi +2 dalam
senyawanya.
Contoh : Be, Mg, Ca, Sr, Ba mempunyai biloks = +2
7. Dalam senyawanya, atom H mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali dalam
senyawa hidrida logam atom H mempunyai bilangan oksidasi -1.
Contoh : Bilangan okisdasi H dalam HCl, H2O dan NH3 berturut- turut = +1.
Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1
8. Oksigen mempunyai bilangan oksidasi -2, dengan pengecualian:
a. Dalam senyawa biner dengan F, O mempunyai bilangan oksidasi +2
b. Dalam peroksida mempunyai bilangan oksidasi -1.
Contoh : Bilangan oksidasi O dalam H2O, NO, CO2 berturut-turut adalah -2
Bilangan oksidasi O dalam H2O2, Na2O2 berturut-turut adalah -1

D. Penyetaraan Reaksi Oksidasi Reduksi


Salah satu teknik yang digunakan dalam menyetarakan persamaan redoks
menggunakan metode ion-elektron. Dalam metode ini, reaksi keseluruhan dibagi
menjadi dua setengah reaksi, satu untuk oksidasi dan satu untuk reduksi. Persamaan
untuk kedua setengah reaksi ini disetarakan secara terpisah, dan kemudian
dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan setara keseluruhannya.
Contohnya, misalkan kita diminta untuk menyetarakan persamaan yang
menunjukkan terjadinya oksidasi ion Fe2+ menjadi ion Fe3+ oleh ion dikromat
(Cr2O72-) dalam medium asam. Sebagai hasilnya, ion Cr2O72- tereduksi menjadi ion-
ion Cr3+. Tahap tahap berikut ini akan membantu kita menyetarakan persamaannya.
Tahap 1. Tulis persamaan tak setara untuk reaksi ini dalam bentuk ionik.
Fe2+ + Cr2O72- → Fe3+ + Cr3+
Tahap 2. Pisahkan persamaan tersebut menjadi dua setengah reaksi.
+2 +3
Oksidasi: Fe2+ → Fe3+

+6 +3
Reduksi: Cr2O72- → Cr3+

Tahap 3. Setarakan atom yang bukan O dan H disetiap setengah reaksi secara
terpisah
Setengah reaksi oksidasi sudah setara untuk atom Fe. Untuk setengah reaksi reduksi
kita kalikan Cr3+ dengan 2 untuk menyetarakan atom Cr.
Cr2O72- → 2Cr3+
Tahap 4. Untuk reaksi dalam medium asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan
atom O dan tambahkan H+ untuk, menyetarakan ataom H.
Karena reaksi berlangsung dalam lingkungann asam, kita tambahan 7 molekul H2O
di sebelah kanan setengah reaksi reduksi untuk menyetarakan atom O:
Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
Untuk menyetarakan atom H, kita tambahkan 14 ion H+ sebelah kiri:
14H+ + Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
Tahap 5. Tambahkan elektron pada salah satu sisi dari setiap setengah reaksi untuk
menyetarakan muatan. Jika perlu, samakan jumlah elektron di kedua setengah
reaksi dengan cara mengalikan satu atau kedua setengah reaksi dengan koefisien
yang sesuai.

Untuk setengah reaksi oksidasi kita tuliskan:


Fe2+ → Fe3+ + e-
Kita tambahkan 1 elektron di sisi kanan sehingga terdapat satu muatan 2+ pada
setiap sisi dari setengah reaksi.
Dalam setengah reaksi reduksi terdapat total 12 muatan positif pada sisi kiri dan
hanya 6 muatan positif pada sisi kanan. Jadi, kita tambahkan 6 elektron di sebelah
kiri.
14H+ + Cr2O72- + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O
Untuk menyamakan banyaknya elektron pada kedua setengah reaksi, kita kalikan
setengah reaksi oksidasi dengan 6:
6Fe2+ → 6Fe3+ + 6e-

Tahap 6. Jumlahkan kedua setengah reaksi dan setarakan persamaan akhir dengan
pengamatan. Elektron-elektron di kedua sisi harus saling meniadakan.
Kedua setengah reaksi dijumlahkan sehingga diperoleh:
14H+ + Cr2O72- + 6Fe2+ + 6e- → 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O + 6e-
Elektron pada kedua sisi saling meniadakan, dan kita mendapatkan persamaan ionik
bersih yang sudah setara:
14H+ + Cr2O72- + 6Fe2+ → 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O
Tahap 7. Periksa kembali apakah persamaan ini mengandung jenis dan jumlah
atom yang sama serta periksa juga apakah muatan pada kedua sisi persamaan
sudah sama.
Untuk reaksi dalam medium basa, kita biasanya akan menyetarakan atom seperti
yang telah kita lakukan pada tahap 4 untuk medium asam. Lalu, untuk setiap ion H+
biasanya kita tambahkan ion OH- yang sama banyaknya di kedua sisi persamaan.
Jika H+ dan OH- muncul pada sisi yang sama dari persamaan, kita biasanya akan
menggabungkan ion-ion tersebut menjadi H2O.

ASAM

Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan
senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan
pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. (Zulaiha, 2011). Suatu asam bereaksi
dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam
baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam, tapi cairan asam pekat
sangat berbahaya dapat merusak kulit dan hati-hati mata, jika terpercik asam pekat
bisa berakibat kebutaan. Jika kena asam pekat harus langsung dicuci dengan air
mengalir sampai benar-benar bersih.

Penggunaan Asam

Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan


karat dari logam dalam proses yang disebut"pengawetasaman" (pickling). Asam
dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah, seperti asam sulfat
yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai hewan,
asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam
lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah
proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan
sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam
prosesalkilasi pada pembuatan bensin.
Asam Klorida dan Kegunaannya

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hydrogen klorida (HCl). Ia adalah
asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini
juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan
hati-hati karena merupakan cairan yang sangat korosif (dapat menyebabkan
pengikisan) dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau B3.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam
awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia yang bernama Abu Musa
Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad
pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan
kemudian digunakan oleh ilmuwan Eropa dalam rangka membangun pengetahuan
kimia modern.

Asam Nitrat dan Kegunaannya

Asam nitrat adalah cairan jernih tidak berwarna jika masih baru, akan menjadi
kekuning-kuningan jika terkena cahaya atau sering terbuka botolnya karena
sebagian kecil memecah :

4 HNO3 → 2 H2O + 4 NO2 + O2

Oleh karena itu harus selalu disimpan di dalam botol yang berwarna gelap (coklat,
biru, hijau). Sebagai pengoksidasi harus ditangani secara hati-hati, jika tertumpah
dapat membakar kertas, jerami atau kayu. Dapat meledak botolnya jika disimpan di
tempat panas, uapnya beracun. HNO3 pekat memiliki kadar antara 50-75%. Asam
nitrat berasap memiliki kadar 95% dan titik didih 86 oC.

Di laboratorium digunakan sebagai pelarut bijih mineral atau sebagai pengoksidasi


(pengabuan basah). Dalam aneka industri, misalnya : HNO3 encer untuk membuat
pupuk buatan {NaNO3, Ca(NO3)2}, HNO3 pekat untuk membuat bahan peledak
(nitro selulosa, nitro gliserin, TNT), serta untuk membuat zat warna azo, anilin,
nitril, sianida, dll.
BASA

Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium
ketika dilarutkan dalam air..Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan
untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan
istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan
basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut
melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.

Natrium Hidroksida dan Kegunaannya

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik alkali dan, adalah
dasar logam kaustik. Hal ini digunakan di banyak industri, terutama sebagai basis
kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum,sabun dan
deterjen dan sebagai pembersih tiriskan. Produksi di seluruh dunia pada tahun 2004
adalah sekitar 60 juta ton,sementara permintaan adalah 51 juta ton.

Natrium hidroksida murni adalah padatan putih yang tersedia dipelet, serpih,
butiran, dan sebagai larutan jenuh 50%. Ini adalah higroskopis dan mudah
menyerap karbon dioksida dari udara,sehingga harus disimpan dalam wadah kedap
udara. Hal ini sangat larut dalam air dengan pembebasan panas. Hal ini jugalarut
dalam etanol dan metanol, meskipun pameran kelarutanrendah dalam pelarut
daripada kalium hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan basis yang
kuat, namun suhutinggi yang diperlukan aplikasi batas. Hal ini tidak larut dalameter
dan pelarut non-polar. Sebuah larutan natrium hidroksidaakan meninggalkan noda
kuning pada kain dan kertas.

Natrium Tiosulfat dan Kegunaannya

Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk dalam larutan baku sekunder, oleh
karena itu, larutan yang akan digunakan dalam titrasi perlu distandardisasi terlebih
dahulu. Hal ini disebabkan kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH
rendah (<5), sinar matahari, dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur
(S). Pada pH yang rendah (<5), kestabilan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) akan
terganggu sebab S2O32- akan mengalami penguraian menurut reaksi berikut :
S2O32- + H+  HS2O3-

Reaksi penguraian yang terjadi pada S2O32- ini berjalan lambat, maka kesalahan
pada waktu titrasi tidak perlu dikuatirkan walaupun larutan yang dititrasi bersifat
cukup asam, asal titrasi dilakukan dengan penambahan titran yang tidak terlalu
cepat. Selain disebabkan adanya reaksi penguraian S2O32- ,ketidakstabilan larutan
natrium tiosulfat (Na2S2O3) juga dipengaruhi oleh adanya aktivitas dari bakteri
yang menyebabkan terjadinya perubahan S2O32- menjadi SO3-, SO42-, dan S↓. S ini
tampak sebagai endapan koloidal yang membuat larutan menjadi keruh ( tanda
bahwa larutan harus diganti ). Untuk mencegah aktivitas dari bakteri, pada
pembuatan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hendaknya digunakan air yang
sudah dididihkan atau dapat pula ditambahkan pengawet seperti khloroform,
natrium benzoat, atau HgI2.

LOGAM

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar
listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan
cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau bercampur. Bijih logam
yang ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina, dan ada
yang bercampur dengan unsur- unsur seperti karbon, sulfur, fosfor, silikon, serta
kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.

Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu dilakukan
proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam dengan cara
dipecah sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur logam, dicuci
dengan air untuk mengeluarkan kotoran, dan terakhir dikeringkan dengan cara
dipanggang untuk mengeluarkan uap yang mengandung air.

Besi (Fe)

Besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan logam
transisi yang berada pada golongan VIII B dan periode 4. Besi adalah logam paling
melimpah nomor dua setelah alumunium. Besi adalah logam yang dihasilkan dari
bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Besi adalah logam yang
berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia
sehari-hari. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam
yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya.

Besi merupakan unsur transisi yang mempunyai sifat logam sebagaimana


semua unsur transisi lainnya. Sifat logam ini dipengaruhi oleh kemudahan unsur
tersebut untuk melepas elektron valensi. Selain itu, keberadaan electron pada blok
d yang belum penuh menyebabkan unsur Fe memiliki banyak elektron tidak
berpasangan. Elektron- elektron tidak berpasangan tersebut akan bergerak bebas
pada kisi kristalnya sehingga membentuk ikatan logam yang lebih kuat
dibandingkan dengan unsur golongan utama. Adanya ikatan logam ini
menyebabkan titik leleh dan titik didih serta densitas unsur Fe cukup besar sehingga
bersifat keras dan kuat.

Seng (Zn)

Seng adalah logam yang berwarna putih kebiruan, dan disimbolkan dengan Zn.
Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan II-B dalam tabel
periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom 30 dan berat atom 65,38. Mineral
yang umum adalah ZnS. Mineral lainnya adalah kompleks produk –oksi dan garam-
garam serta silikat (walaupun jumlahnya lebih sedikit). Mineral-mineral dalam
tanah liat juga dapat menyerap Zn.

Sebagi kofaktor, Zn dapat mengakibatkan keaktifan enzim lainnya. Kekurangan zat


mineral seng dapat mengakibatkan hati dan ginjal membengkak, dan terjadi gejala
gizi besi. Diperkirakan kebutuhan seng adalah 15 mg bagi setiap anak diatas 11
tahun.

Tembaga (Cu)

Tembaga atau cuprum dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu dan nomor
atom 29. Tembaga di alam tidak begitu melimpah dan ditemukan dalam bentuk
bebas maupun dalam bentuk senyawaan. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit
atau chalcopyrite (CuFeS2), copper glance atau chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O),
malaconite (CuO) dan malachite (Cu2(OH)2CO3) sedangkan dalam unsur bebas
ditemukan di Northern Michigan Amerika Serikat. Dalam jumlah kecil tembaga
ditemukan pada beberapa jenis tanaman, bulu-bulu burung terutama yang berbulu
terang dan dalam darah binatang-binatang laut seperti udang dan kerang.

V. Alat Dan Bahan

 Alat :  Bahan:

Tabung Reaksi Logam (Fe, Zn, Cu)

Rak Tabung Paku Besi

Pipet Tetes Larutan Na2S2O3

Botol Semprot NaOH 2M

HNO3 5M

HCl 5M

Aquadest

VI. Cara Kerja

1. Siapkan sepotong kecil logam Fe, Zn, dan Cu. Bersihkan logam tersebut
menggunakan sabut baja (ampelas) dan tempatkan sample tersebut ke dalam
tabung-tabung secara berpisah.

2. Tambahkan 3 ml larutan HCl 5M kedalam tabung tes dan catat perubahan yang
terjadi pada tabel lembar kerja dan tuliskan persamaan reaksinya.

3. Jika tidak terjadi, panaskan tabung-tabung tes tersebut secara hati-hati dan catat
perubahan yang terjadi

4. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk logam-logam lain


5. Ulangi cara kerja pada langkah 1-4 dengan menggunakan larutan HNO3 5M
sebagai pengganti larutan HCl. Catat semua pengamatan anda dan tulis pula
persamaan reaksinya.

6. Ulangi cara kerja pada langkah 1-4 dengan menggunakan larutan HCl. Catat hasil
pengamatan.

7. Ke dalam tabung tersebut , tambahkan 2 ml Na2S2O3 amati perubahan yang


terjadi dan catat pada tabel

VII. HASIL PENGAMATAN


 Pengaruh Asam Terhadap Logam (HCl)

Logam Cara Kerja Hasil Pengamatan

Fe ditambahkan dengan larutan Fe (s) (Silver) + HCl (aq) 5M 3ml (tidak


HCl 5 M sebanyak 3ml berwarna) Timbul gas H2 , tapi
reaksi yang terjadi agak lambat
dibandingkan dengan reaksi pada Zn ,
Larutan berwaran Kuning Bening.

Larutan ditambahkan dengan Larutan (kuning bening) + Na2S2O3 (aq)


Fe
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml 3 ml (tidak berwarna) Larutan
berubah menjadi warna Kuning Susu
(kental)

Zn ditambahkan dengan larutan Zn (s) (abu-abu) + HCl (aq) 5M 3ml (tidak


HCl 5 M sebanyak 3ml berwarna) Timbul gas H2 dan
bereaksi sangat cepat dan Zn larut
didalam larutah HCl .
Zn Larutan (tidak berwarna) + Na2S2O3 (aq)
3 ml (tidak berwarna) Larutan
Larutan ditambahkan dengan
berubah menjadi warna Kuning Susu
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml
(kental)

Cu ditambahkan dengan larutan Cu (s) (merah bata) + HCl (aq) 5M 3ml


HCL 5 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) larutan tidak
bereaksi setelah dipanaskan
Lalu dipanaskan
larutan berubah menjadi kuning bening.

Cu Larutan (kuning bening) + Na2S2O3 (aq)


Larutan ditambahkan dengan 3 ml (tidak berwarna) Larutan
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml berubah menjadi warna Kuning
kecoklatan dan batangan Cu melarut.

 Pengaruh Asam terhadap Logam (HNO3)

Logam Cara Kerja Pengamatan

Fe ditambahkan dengan larutan Fe(s) (silver) + HNO3 (aq) 5M 3ml


HNO3 5 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) Larutan berwarna
kuning berkarat , dan timbul gas H2

Larutan (kuning berkarat) + Na2S2O3


Fe (aq) 3 ml (tidak berwarna)
Larutan ditambahkan dengan
larutan berubah menjadi warna coklat
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml
dan memiliki endapan berwarna
kehijauan
Zn ditambahkan dengan larutan Zn(s) (abu-abu) + HNO3 (aq) 5M 3ml
HNO3 5 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) timbul gas H2
dan Zn larut didalam larutan HNO3

Larutan (bening) + Na2S2O3 (aq) 3 ml


Larutan ditambahkan dengan
Zn (tidak berwarna) larutan
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml
berubah menjadi kuning susu (kental)

Cu ditambahkan dengan larutan Cu(s) (merah bata) + HNO3 (aq) 5M 3ml


HNO3 5 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) timbul gas H2
dan larutan berwarna biru .

Larutan (biru) + + Na2S2O3 (aq) 3 ml


Larutan ditambahkan dengan
Cu (tidak berwarna) larutan berubah
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml
menjadi coklat bata dan ada endapan
berwarna coklat .

 Pengaruh Alkali terhadap Logam (NaOH)

Logam Cara Kerja Pengamatan

Fe ditambahkan dengan larutan Fe(s) (silver) + NaOH (aq) 2M 3ml


NaOH 2 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) tidak berekasi
. setelah dipanaskan larutan tetap
dipanaskan
tidak bereaksi .

Fe Larutan (bening) + Na2S2O3 (aq) 3 ml


Larutan ditambahkan dengan (tidak berwarna) larutan tetap
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml
tidak bereaksi dan berwarna bening
(tidak berwarna)

Fe ditambahkan dengan larutan Zn(s) (abu-abu) + NaOH (aq) 2M 3ml


NaOH 2 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) Timbul sedikit
gas H2 , larutan tetap bening .

Setelah dipanaskan larutan tetap


Dipanaskan
berwarna bening .

Zn

Larutan (bening) + + Na2S2O3 (aq) 3 ml


Larutan ditambahkan dengan (tidak berwarna) larutan tetap
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml berwarna bening

Cu ditambahkan dengan larutan Cu(s) (merah bata) + NaOH (aq) 2M 3ml


NaOH 2 M sebanyak 3ml (tidak berwarna) tidak berekasi

Dipanaskan setelah dipanaskan larutan


tetap tidak bereaksi .

Cu
Larutan (bening) + Na2S2O3 (aq) 3ml
Larutan ditambahkan dengan
(tidak berwarna) larutan tetap
larutan Na2S2O3 sebanyak 3 ml
tidak bereaksi dan berwarna bening
(tidak berwarna)
VIII. Mekanisme Reaksi

(1). Pengaruh Asam terhadap Logam (HCl)

Zn (s) + 2HCl (aq) ZnCl2 (s) + H2 (g) ↑

ZnCl2 (s) + Na2S2O3 (aq) S (s) + ZnSO4 (aq) +NaCl (S)

2 Fe (s) + 6 HCl (aq) 2 FeCl3 (aq) + 3 H2 (g) ↑

FeCl3 (aq) + Na2S2O3 (aq) NaCl (s) + Fe2(SO3)3 (aq)

Cu (s) + 2HCl (aq) CuCl (s) + H2 (g) ↑

(2). Pengaruh Asam terhadap Logam (HNO3)

Zn (s) + 4 HNO3 (aq) Zn(NO3)2 (aq) + 2NO2 (g) + 2 H2O (aq)

Zn(NO3)2 (aq) + Na2S2O3 (aq) Zn(S2O3)2(aq) + NaNO3 (s)

Fe (s) + 4 HNO3 (aq) Fe(NO3)3 (aq) + 2 H2O (aq) + NO (g)

2 Fe(NO3)3 (aq) + 3 Na2S2O3 (aq) Fe2(S2O3)3 (aq) + 6 NaNO3 (s)

3 Cu (s) + 8 HNO3 (aq) 3 Cu(NO3)2 (aq) + 2 NO (g) + 4 H2O (aq)

Cu(NO3)2 (aq) + Na2S2O3 (aq) 2 NaNO3 (s) + CuS2O3 (aq)

(3). Pengaruh Alkali terhadap Logam (NaOH)

Cu (s) + 2 NaOH (aq) Cu(OH)2 (aq) + 2 Na

Zn (s) + 2NaOH (s) + 2H2O (l) Na2[Zn(OH)4] (aq) + H2 (g)

Fe (s) + NaOH (s) + H2O (l) Na2[Fe(OH)4] (aq) + H2 (g)


IX. Pembahasan

Pada percobaan kali ini , kami melakukan percobaan mengenai Reaksi Oksidasi
Reduksi (2) Pengaruh Asam dan Basa Terhadapa Logam. Dengan tujuan percobaan
mempelajari pengaruh asam dan basa terhadap logam. Dimana pada percobaan kali
ini kami menggunakan sebanyak 3 sampel logam yaitu Fe, Cu dan Zn. Sedangkan
juga kami menggunakan beberapa larutan yang digunakan sebagai pelarut (zat
penguji).

Pada tahap yang pertama kami menggunakan larutan HCl 5 M sebagai


pereaksi dengan menggunakan beberapa logam, selanjutnya kami menyiapkan
beberapa logam yang akan diuji yaitu Fe , Zn dan Cu . Pada logam Fe kami
membersihkan paku dengan cara mengamplasnya, lalu dengan menggunakan
logam Cu dan Zn sebesar sekitar 2 cm . Lalu pada uji logam kami menempatkan
logam pada tabung reaksi, lalu menambahkan sebanyak 3 ml larutan HCl dan
melihat perubahan yang terjadi. Pada percobaan 1 menggunakan Fe lalu
ditambahkan larutan HCl dan timbul gelembung gas H2, tapi reaksi yang terjadi
lebih lambat dibandingkan dengan Zn, dan larutan menjadi warna kuning bening.
Setelah itu, larutan campuran tadi ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan larutan
berubah menjadi berwarna kuning susu. Berdasarkan teori, logam Zn ketika
bereaksi dengan asam klorida (HCl), menghasilkan ZnCl2 dengan gas H2. Sama
halnya dengan Al, Zn juga mampu menghasilkan H dan menghasilkan
ZnCl2,karena Zn memiliki sifat lebih reaktif dibandingkan dengan H (dilihat dari
deret volta). Larutannya mengalami perubahan warna menjadi abu-abu pada larutan
HCl dan pada logam Al berubah menjadi kehitam.

Selanjutnya uji logam Cu dengan HCl , dimana Cu memiliki warna merah


bata dan setelah dicampurkan tidak terjadi perubahan dan itu berarti itu tidak
bereaksi. Karena larutan tidak bereaksi berarti lalrutan harus dipanaskan, setelah
dipanaskan larutan berubah menjadi berwarna kuning bening. Pada larutan ini juga
tidak terjadi reaksi pergeseran, karena logam Cu tidak mampu menggeser H.
Dimana H memiliki sifat lebih reaktif (dilihat dari deret volta) dari pada Cu,
sehingga tidak terjadi reaksi. Selanjutnya campuarn larutan tadi ditambahkan
dengan larutan Na2S2O3 dan larutan berubah menjadi kuning kecoklatan karena
logam Cu yang direaksikan tadi melarut didalam larutan HCl dan Na2S2O3. Lalu
dengan menggunakan logam Zn , dimana setelah direaksikan timbul gelembung gas
H2 dan reaksi yang terjadi sangat cepat , dan juga logam Zn larut didalam larutan
HCl. Setelah itu campuran larutan tadi ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan
setelah ditambahkan larutan berubah menjadi berwarna kuning susu (kental). Zn
mengalami oksidasi dilhat dari bilangan oksidasinya (pertambahan biloks) dan hasil
reaksinya menghasilkan ZnSO4 yang berwarna hitam dan sebagiannya berwarna
merah. Hal ini membuktikan bahwa Zn mempunyai sifat lebih reaktif dari pada Cu,
karena mampu menggantikan Cu sehingga menghasilkan ZnSO4.

Pada percobaan kedua kami menggunakan larutana HNO3 sebagai larutan


penguji dalam percobaan ini , pada tahap awal kami menggunakan logam Fe
sebagai sampel . Setelah itu letakkan ketiga sampel logam kedalam masing-masing
tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan HNO3 . Pada percobaan pertama
menggunakan sampel Fe dimana setelah ditambahkan dengan HNO3 larutan
berubah menjadi berwarna kuning (berkarat) dan timbul gelembung gas H2. Setelah
itu campuran larutan ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan larutan berubah
menjadi coklat dan memiliki endapan coklat kehijauan.

Lalu menggunakan sampel yang kedua yaitu Cu dimana setelah direaksikan


dengan HNO3 timbul gas H2 dan larutan berwarna biru . Setelah itu larutan
ditambahkan dengan Na2S2O3 setelah ditambahkan larutan berubah menjadi
berwarna coklat . Selanjutnya sampel logam yang ketiga yaitu Zn dimana Zn
memiliki warna abu-abu lalu setelah ditambahkan dengan HNO3 larutan bereaksi
dengan timbulnya gas H2 dan Zn yang melarut dalam HNO3. Setelaha itu larutan
ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan setelah itu larutan berubah menjadi
berwarna kuning susu.

Selanjutnya untuk uji yang ketiga adalah uji logam dengan menggunakan
alkali dimana disini menggunakan larutan basa Natrium Hidroksida (NaOH) untuk
perlakuan yang digunakan sama seperti uji pada asam diatas, dimana menggunakan
3 jenis logam yaitu Fe,Cu dan Zn . Pada tahap awal kami menyediakan 3 tabung
reaksi yang sudah diberi label dan memasukkan masing-masing logam diatas ke
dalam tabung reaksi sesuai dengan label, setelah itu ditambhakan dengan NaOH
secara bergantian,setelah itu dipanaskan apabila tidak bereaksi dan diamati dan
setelah itu ditambah lagi larutan Na2S2O3 dan diamati perubahan yang terjadi.

Pada logam yang pertama yaitu Fe, setelah ditambahkan dengan Natrium
Hidroksida tidak terjadi reaksi pada logam , karena tidak bereaksi kemudian larutan
NaOH dan logam dipanaskan dan diamati perbuhan yang terjadi , dan ternyata
masih tidak ada reaksi yang terjadi. Setlah itu campuran larutan ditambahkan
dengan larutan Na2S2O3 dan yang terjadi ,ternyata larutan tetap tidak bereaksi.
Selanjutnya pada logam yang kedua yaitu Cu , dimana setelah ditambahkan dengan
NaOH tidak terjadi reaksi dan setelah itu larutan dipanaskan sambil terus diamati
perubahan yang terjadi,larutan ternyata masih tidak bereakasi dan kemudiana
larutan tersebut ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan diamati lagi dan ternyata
larutan masih tetap tidak bereaksi.Untuk logam yang ketiga yaitu Zn dimana pada
penambahan dengan NaOH ada sedikit gelembung gas yang dihasilkan,karena
reaksi yang terjadi sedikit sehingga larutan dipanaskan dan yang terjadi larutan
tetap tidak berekasi , setelah itu larutan ditambahkan dengan arutan Na2S2O3 dan
diamati reaksi yang terjadi ternyata larutan tetap bening tanpa ada perubahan yang
signifikaan dari sebelumnya.

X. Kesimpulan

1. Logam Zn mampu menggeser dan menghasilkan reaksi pada tiap-tiap larutan


yang digunakan,walaupun kurang reaktif dari pada logam Al akan tetapi H pada
larutan HCl dan Cu pada larutan CuSO4 yang H dan Cu tersebut memiliki sifat
kurang reaktif yang rendah jika dibandingkan dengan Zn.
2. Zn lebih cepat bereaksi apabila direaksikan dengan HNO3 dibandingkan
dengan HCl
3. Logam Cu terjadi tidak langsung berekasi apabila direkasikan dengan HCl
tanpa adanya pemanasan, sedangkan apabila direaksikan denga HNO3
ternyata langsung bereaksi.
4. Logam (Fe,Cu dan Zn) sulit bereaksi bahkan tidak berekasi dengan larutan
alkali atau NaOH.
5. Penambahan Na2S2O3 pada larutan ternyata mempengaruhi rekasi yang
terjadi pada asam (HCl dan HNO3) sedngakan pada basa (NaOH) tidak.
6. Fe yang direaksikan dengan HNO3 ternyata akan lebih cepat mengkarat /
berkorosi dibangdingkan dengan Fe didalam HCl
DAFTAR PUSTAKA

Bajaw, E. (2015). Reaksi Reduksi dan Oksidasi. (Online).


https://plus.google.com/117609381838436226459/posts/bwvL5a7GUUR.
(Diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

Gulo, P. F. (2017). Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2. Indralaya.

Krisnandi, Y. (2014). Reaksi Oksidasi Reduksi. (Online).


http://staff.ui.ac.id/system/files/users/ykrisna/material/topik7reaksiredoks.pdf.
(Diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

Mulyani, S. (2013). Reaksi Oksidasi Reduksi. (Online).


http://httpchemistrysrimulyani.blogspot.co.id/2013/08/reaksi-oksidasi-
reduksi.html. (Diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

Zulaiha, Z. (2011). Reaksi Oksidasi Reduksi (2) Pengaruh Asam. (Online).


http://zilazulaiha.blogspot.co.id/2011/10/reaksi-oksidasi-reduksi-2-pengaruh-
asam.html. (Diakses pada tanggal 12 Maret 2018)
Lampiran

(a) Pengaruh Asam terhadap Logam (HCl)

(b) Pengaruh Asam terhadap Logam (HNO3)


(c) Pengaruh Alkali terhadap Logam (NaOH)

Anda mungkin juga menyukai