Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan


dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan
usaha sapi perah yang baru tumbuh. Komposisi peternak sapi perah diperkirakan terdiri dari 80
persen peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah kurang dari empat ekor, 17 persen peternak
dengan kepemilikan sapi perah empat sampai tujuh ekor, dan tiga persen kepemilikan sapi perah
lebih dari tujuh ekor. Menurut (Mubyarto 1989, diacu dalam Alpian 2010), memaparkan
peternakan berdasarkan pola pemeliharaan usahaternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok, yaitu : peternakan rakyat, peternakan semi tradisional dan peternakan maju.

1.1 Peternakan Rakyat

Peternakan Rakyat dengan cara melakukan pemeliharaan ternak secara tradisional.


Pemeliharaan dengan menggunakan cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota kelompok
keluarga peternak, dengan keterampilan yang dimiliki masih sederhana dan menggunakan
bibit ternak lokal dalam jumlah dan mutu yang terbatas. Memiliki tujuan utama yaitu
pemeliharaan sebagian hewan kerja sebagai pembajak sawah atau tegalan.

1.2 Peternakan Semi Tradisional

Peternakan Rakyat Semi tradisional dengan keterampilan beternak yang dikategorikan


cukup. Kemudian penggunaan bibit unggul, obat-obatan, serta makanan penguat cenderung
meningkat. Tujuan utama pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan
konsumsi sendiri.
1.3 Peternakan Maju
Peternakan maju dijalankan oleh peternak yang mempunyai kemampuan dalam segi
modal, sarana produksi, dengan teknologi yang cukup modern. Seluruh tenaga kerja dibayar
dan makanan ternak dibeli dari luar dalam jumlah besar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Produksi Peternakan


 Jenis Produk yang dihasilkan ternak diantaranya adalah
1. Yoghurt, yoghurt adalah produk minuman susu hasil fermentasi
menggunakan bakteri Lactobacillus bulgariens dan Streptococcus
thermophiles.Yoghurt sudah menjadi minuman kegemaran bagi sebagian
masyarakat karena mimiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh, terutama
pencernaan. Di pasaran, minuman ini tersedia dalam bagai rasa.
2. Kefir, Kefir merupakan minuman hasil fermentasi susu seperti yoghurt,
dengan rasa lebih asam. Pembuatan kefir lebih mudah dibandingkan dengan
pembuatan yoghurt. Kefir dibuat menggunakan butir-butir kefir (biang) untuk
proses fermentasinya. Biang kefir mengandung sekirat 60 mikroorganisme
3. .Permen Karamel Susu, permen ini dapat dibuat dari susu segar atau susu
pecah. Pembuatannya cukup mudah menggunakan peralatan yang cukup
sederhana. Permen ini merupakan salah satu jenis kembang gula yang
mempunyai tekstur lunak, lengket, dan berwarna cokelat muda sampai cokelat
gelap.
4. Tahu susu, tahu ini merupakan makanan khas dari salah satu sentra peternakan
sapi perah di Indonesia, yaitu di daerah Lembang Bandung Jawa Barat.
Bentuk dasar dari tahu susu berupa gumpalan yang kandungan airnya
dikeluarkan . Penampilan tahu susu mirip dengan tahu sumedang dengan
tekstur lebih padat dan rasa lebih gurih.
5. Kerupuk Susu, adalah kerupuk yang dibuat menggunakan susu yang tidak
memenuhi standar kualitasnya (susu pecah). Pemanfaatan susu pecah
bertujuan untuk meningkatkan kandungan protein dari kerupuk.
Pembuatannya pun cukup mudah, yaitu gumpalan susu dari susu pecah
dicampur dan diaduk dengan tepung tappioka, lalu dikukus. Setelah itu

2
dipotong-potong dan dijemur selama tiga hari sehingga menghasilkan
kerupuk dengan kombinasi rasa asin dan gurih.
6. Susu Pasteurisasi adalah susu segar, susu rekonstifusi, susu rekombinasi yang
telah mengalami pemanasan pada temperature 63oC - 66 oC selama minimum
30 menit atau pada pemanasan 72oC selama minimum 15 detik kemudian
didinginkan sampai 10oC selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan
disimpan pada suhu maksimal 4,4oC
 Kandungan Gizi Produk Ternak

 Koefisien Teknis
1 ST = 35 kg rumput/hari ata 10.5 kg bahan kering/hari
1 ST = 1,4 KG/HARI KONSENTRAT
LUAS KANDANG
1 ST = 3 M2
HIJAUAN 1 ST = 12.775 KG/ TAHUN
KONSENTRAT 1 ST (INDUK) = 1.825 KG/ TAHUN

3
OBAT 1 ST = 1 UNIT
BREEDING 1 ST (INDUK) = 2 UNIT
 Harga/Kg Produk Ternak
Harga yogurt = Rp 15.000 – Rp 50.000/liter
KEFIR = Rp 40.000 – Rp 200.000/liter
Tahu susu = Rp 11.000 – Rp 40.000/100 gr
Kerupuk susu = Rp 10.000 – Rp 30.000/250 gr
Permen caramel susu = Rp 10.000 – Rp 40.000/100 gr
Keju = Rp 15.000 – Rp 50.000/200 gr
Susu pasteurisasi = Rp 12.000/liter
2.2 Contoh-Contoh Produk Olahan Hasil Ternak
1. Susu Pasteurisasi

Susu Pasteurisasi adalah susu sapi murni segar yang diolah melalui proses pemanasan
dengan suhu 75° bertujuan mencegah kerusakan susu akibat aktivitas mikroorganisme
perusak (patogen) tetapi tetap menjaga kualitas nutrisi dan gizi yang terdapat pada susu.

2. Yoghurt

Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri.

4
3. Mentega

Mentega adalah produk olahan susu yang diperoleh melalui proses pengocokan
sejumlah krim. Mentega yang baik harus mengandung lemak minimal 83%, kadar air
maksimal 16%, kadar protein maksimal 1%. Mutu mentega tergantung pada mutu krim yang
digunakan serta penanganan lebih lanjut.

4. Dodol susu

Bahan bakunya adalah susu segar dicampur tepung ketan, gula merah, gula pasir, tepung
beras, vanili dan perasa secukupnya. Rasanya enak dan manis.

5
5. Es krim

Es krim merupakan makanan beku/ dingin yang sangat digemari oleh berbagai
kalangan. Es krim terdiri atas campuran bahan-bahan yang banyak mengandung protein
tinggi seperti telur dan susu. Oleh karena itu selain protein, es krim juga mengandung vitamin
dan mineral.

6. Kerupuk susu

Susu segar dengan campuran tepung kanji, bawang putih, lada, kemiri, garam dan
bumbu masak secukupnya dapat diolah menjadi krupuk yang gurih dan lezat.

7. Karamel

Karamel adalah produk olahan susu sapi berwarna coklat akibat dari proses
karamelisasi dari gula pasir dan gula susu saat pemanasan. Karamel merupakan sejenis
permen yang dibuat menggunakan bahan dasar susu. Jika pembuatannya benar, maka
karamel memiliki warna coklat yang menarik, rasa yang gurih, tekstus yang kenyal dan

6
lembut serta aroma yang memikat.

8. Keju

Keju adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat
dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini dilakukan
dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet. Hasil dari proses tersebut
nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan berbagai macam cara.

9. Susu Kental Manis

Susu kental, atau lebih umum susu kental manis, adalah susu
sapi yang airnya dihilangkan dan ditambahkan gula, sehingga menghasilkan susu yang
sangat manis rasanya dan dapat bertahan selama satu tahun bila tidak dibuka.

7
10. Susu Bubuk

Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk
mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari
es karena kandungan uap airnya sangat rendah.

2.3 Cara Pengolahan Produk Ternak


 Proses pengolahan

Susu sapi merupakan bahan makanan yang mudah rusak. Oleh sebab itu perlu
mendapat perawatan secara khusus

1. perahan, segera bawa susu hasil perahan tersebut ke kamar susu, kemudian
disaring. Penyaringan harus dilakukan segera untuk menghindari agar jangan
sampai kuman-kuman yang hinggap pada kotoran di dalam air susu mendapat
kesempatan untuk berkembang biak lebih lanjut
2. Setelah disaring, baru dilakukan penakaran apabila ingin mengetahui jumlah
produksi

8
3. Kemudian susu hasil perahan dari beberapa ekor sapi tersebut dicampur
perlahan-lahan sampai menjadi campuran air susu yang homogen
4. Selanjutnya, air susu dialirkan ke alat pendingin. Untuk pendinginan diperlukan
suhu 10 - 15 decel selama 2 - 3 jam. Pendinginan air susu bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri sehingga air susu sapi bisa bertahan lama. Atau
bisa juga melakukan pasturisasi terlebih dahulu sebelum susu dialirkan ke alat
pendingin agar bila terdapat organisme atau bakteri yang merigikan bisa mati
5. Secara sederhana, pendinginan bisa dilakukan dengan menempatkan botol-botol
air susu atau susu yang sudah di pak dalam kantong plastik, kemudian
dimasukkan ke dalam bak yang berisikan es. Sedangkan pasturisasi sederhana
dapat dilakukan dengan cara merebus air susu diatas kompor di temperatur 74
decel selama 6 menit
6. Setelah proses pendinginan/pasturisasi selesai, susu boleh dimasukkan ke dalam
boto-botol untuk dikirim ke konsumen.

Susu sapi yang tidak melewati tahap pendinginan atau pasturisasi dan langsung
dimasukkan ke dalam botol, kualitas susunya akan mudah rusak atau pecah

 Kandungan Gizi
1. Susu murni
Sebelum susu sapi diolah menjadi beberapa jenis, biasanya susu ini
dihidangkan langsung alias masih dalam keadaan segar. Aglaee Jacob, nutrisionis
asal Kanada memaparkan kandungan gizi dari susu sapi segar atau murni.
Minuman ini mengandung 31 persen kebutuhan vitamin D harian dalam tubuh.
Susu sapi murni juga mengandung 149 kalori dengan rincian 7,9 lemak, 7,7 gram
protein, 11,7 gram karbohidrat dan bebas serat. Kalsium dalam susu sapi murni
sebanyak 276 miligram dan 8 persen kebutuhan vitamin A harian.
2. Susu rendah lemak
Hasil olahan susu murni memunculkan jenis susu sapi yang rendah lemak.
Sesuai dengan namanya, proses yang dilakukan, yaitu untuk mengurangi lemak
dalam minuman ini. Susu rendah lemak sebanyak 250mL menurut Aglaee

9
mengandung 122 kalori. Dari jumlah ini dapat ditemukan lemak sebanyak 4,8
gram, 8,1 protein, 11,7 gram karbohidrat dan serat tidak ditemukan sama halnya
dalam susu murni. Susu sapi jenis ini juga menyumbangkan kalsium 305
miligram, 10 persen kebutuhan vitamin A harian dan 29 persen kebutuhan vitamin
D harian.
3. Susu skim
Ada lagi susu skim yang lebih rendah kandungan lemaknya. Tingginya
kebutuhan untuk menjalani hidup sehat membuat kebutuhan susu skim
meningkat. Susu skim biasanya dikonsumsi oleh orang-orang yang sedang
menjalani diet lemak. Menurut Aglaee segelas susu skim dengan ukuran 250mL
mengandung 83 kalori dengan rincian 0,2 gram lemak, 8,3 protein, 12,2 gram
karbohidrat dan nol serat. Susu skim memiliki kandungan kalsium sebanyak 299
miligram, 10 persen kebutuhan vitamin A harian dan 29 persen kebutuhan vitamin
D harian.
4. Susu cokelat
Varian susu yang satu ini tampaknya yang paling banyak digemari, terutama
pada anak-anak. Tambahan cokelat dalam susu ini membuat jumlah kalori
meningkat menjadi 158 kalori per 250mL. Dalam susu ini tersimpan 2,5 gram
lemak, 8,1 gram protein, 26,1 karbohidrat, 24,9 gula dan serat sebanyak 1,3 gram.
Susu cokelat menyumbangkan 290 miligram kalsium, 10 persen vitamin A harian
dan 29 persen kebutuhan vitamin D bagi tubuh.
2.4 Lingkungan Peternakan
Usaha Peternakan merupakan Lapangan Hidup, tempat seseorang dapat menanamkan
modal untuk keperluan hidup keluaragnya atau sekelompok masyarakat. Lingkungan Usaha
Perternakan dibagi menjadi dua yaitu Faktor lingkungan makro dan Faktor lingkungan
mikro. Faktor lingkungan makro, faktor ini relatif banyak berorientasi kepada alam.
Termasuk ke dalam kelompok lingkungan makro diantaranya:

1. Faktor Iklim dan Edafik

10
Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi
produksi sapi perah, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam
tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku
ternak (Esmay, 1982). Hubungan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut
“Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat mempengaruhi tingkat stres sapi perah
dapat dilihat pada Tabel 1.

Sapi FH menunjukkan penampilan produksi terbaik apabila ditempatkan pada suhu


lingkungan 18,3oC dengan kelembaban 55%. Bila melebihi suhu tersebut, ternak akan
melakukan penyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laku (behaviour). Usaha
peternakan sapi FH di Indonesia, pada umumnya dilakukan pada daerah yang memiliki
ketinggian lebih dari 800 m di atas permukaan laut, dengan tujuan untuk penyesuaian
lingkungan.

Tabel 1. Indeks suhu dan kelembaban relatif untuk sapi perah

Kelembaban relatif (%)

0C 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 100

95

23,39 72 72 73 73 74 74 75

75

26,67 72 72 73 73 74 75 76 76 77 78 78 79 80

75 74 79
29,44 72 72 73 75 76 77 79 80 81 81 82 83 85
79 78 84
74 84 86
32,22 72 73 74 75 78 79 80 83 85 86 87 90
82 78 84
76 77 88 91
35,00 75 78 81 83 84 87 89 90 92 95

11
37,78 77 78 79 80 76 84 85 86 87 81 91 92 93 94 95 97 88

80 82 77 88 82 96 89

83 84 79 91 85 93

80 86 94
85 87 95
82 88 98
88 89 98
83 90 99

84 92
40,56 79 83 87 89 91 95 97
86 93
43,33 81 86 90 93 Stres Ringan
87 96
88 93 94
89 97
91 96 96
90
46,11 84 97 Stres Sedang
91

48,89 88 93 Stres Berat

94

Sumber : Wierama (1990)

Reaksi sapi FH terhadap perubahan suhu yang dilihat dari respons pernapasan dan
denyut jantung merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau melepaskan
panas yang diterima dari luar tubuh ternak. Peningkatan denyut jantung merupakan respons
dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih
dingin. Pernapasan merupakan respons tubuh ternak untuk membuang atau mengganti panas
dengan udara di sekitarnya. Jika kedua respon tersebut tidak berhasil mengurangi tambahan
panas dari luar tubuh ternak, maka suhu organ tubuh ternak akan meningkat sehingga ternak
mengalami cekaman panas (Anderson, 1983). Cekaman panas yang terus berlangsung pada
ternak akan berdampak pada peningkatan konsumsi air minum, penurunan produksi susu,

12
peningkatan volume urine, dan penurunan konsumsi pakan (Tabel 2). Cekaman panas dapat
direduksi dengan menurunkan suhu tubuh sapi FH melalui penyemprotan air dingin ke
seluruh permukaan tubuh. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan suhu lingkungan
mikro (sekitar kandang) sebesar 5oC dapat meningkatkan produksi susu sapi FH sebesar 10
kg/hari yaitu dari 35 kg/hari menjadi 45 kg/hari (Berman, 2005).
Tabel 2. Produksi susu, volume urine, konsumsi air minum, konsumsi pakan sapi FH
pada suhu berbeda.
Suhu

Parameter 18oC 30oC

Produksi susu (kg/hari) 18,4 15,7

Volume urine 11,2 12,8

Konsumsi air minum (kg/hari) 57,9 74,7

Konsumsi konsentrat (kg/hari) 9,7 9,2

Konsumsi hay (kg/hari) 5,8 4,5

Sumber : McDowell (1972)


Selain suhu dan kelembaban udara, ada juga faktor lain yaitu faktor radiasi. Radiasi
adalah pemindahan panas suatu benda ke benda lain tanpa bersentuhan. Arus panas radiasi
mengalir tanpa bantuan bahan pengantar atau media dan dapat melewati ruang hampa udara.
Radiasi matahari secara langsung terhadap sapi FH mengakibatkan sapi FH tidak nyaman,
sehingga menimbulkan efek negatif terutama pada siang hari. Usaha yang umum dilakukan
oleh peternak dalam mengurangi efek negatif radiasi langsung ini adalah dengan
memberikan naungan. Sapi FH di daerah Darmaga, Bogor, mulai mencari tempat berteduh
pada saat radiasi matahari di atas 450 kkal/m2/jam. Pada kondisi ini sapi FH sudah
mengalami cekaman panas, sehingga sebagai usaha mempertahankan suhu tubuhnya, ternak
tersebut mencari naungan. Cekaman panas sapi FH akibat radiasi matahari bisa mencapai

13
77,38%. Kondisi ini terjadi mulai pukul 10.30 dan sapi FH akan mengalami cekaman panas
maksimal dari radiasi matahari pada pukul 13.00 – 14.00 dimana pada waktu tersebut nilai
intensitas radiasi matahari dapat mencapai 480 kkal/m2/ jam.

Kondisi cekaman panas akibat radiasi matahari terhadap sapi FH juga dipengaruhi oleh
warna kulitnya. Ternak dengan bulu yang pendek dengan warna terang serta memiliki tekstur
kulit yang halus dan mengkilap adalah baik sekali untuk mengatasi pengaruh pancaran panas
radiasi matahari. Sapi FH memiliki warna kulit hitam dan putih, umumnya warna putih lebih
dominan dari warna hitam atau sebaliknya. Dominannya warna putih pada seekor sapi FH
menyebabkan pancaran radiasi yang diserap kulit sapi FH akan lebih kecil (warna putih
menyerap 20% pancaran radiasi sinar matahari, dan warna hitam bisa mencapai 98%).
Cekaman panas sapi FH akibat radiasi matahari langsung menyebabkan respon fisiologisnya
lebih tinggi dari sapi FH yang ternaungi (Tabel 3).

Selanjutnya ada faktor kecepatan angin. Angin dapat digunakan untuk mereduksi
cekaman panas pada ternak (Beede and Coolier, 1986). Penggunaan kipas angin berdiameter
1,2 m dan penyemprotan air 18 liter per ekor per hari di Amerika dapat menurunkan
temperatur tubuh sapi FH sebesar 1,7oC dan meningkatkan produksi susu sebesar 0,79 kg
per hari (Wiersma et al., 1984). Pemberian kecepatan angin tertentu disertai dengan
pengabutan melalui sprinkler tiap 5 - 15 menit pada daerah panas dapat meningkatkan
kenyamanan sapi dan mempermudah pemerahan. Pemberian kecepatan angin melalui
terowongan angin yang dibuat dalam kandang dapat menurunkan suhu (4,2oC) dan THI (6,0)
serta meningkatkan RH (26%) dalam kandang.

Tabel 3. Respon fisiologis sapi FH akibat radiasi matahari di Darmaga Bogor

Parameter Jemur Naungan

Repirasi (hit/menit) 147,00 68,00

Jantung (hit/menit) 91,00 76,00

Suhu rektal (oC) 40,48 38,82

14
Suhu kulit (oC) 39,68 37,13

Suhu tubuh (oC) 40,37 38,58

Sumber : Rizki (1996)

2. Faktor Biotik
 Flora
Daerah sekitar peternakan sebaikknya memiliki sumber pakan alami berupa
hijauan. Karena rerumputan merupakan kebutuhan utama pakan alami sapi perah.
Satu hektar lahan rumput dapat memenuhi kebutuhan 10 - 15 ekor sapi perah.
Peternak dapat membudidayakan rerumputan di lahan milik sendiri atau menyewa
lahan. Peternak dapat juga menerapkan sistem kontrak atau kerja sama dengan
pemilik lahan, yaitu pemilik lahan menanam rumpout kemudian rumput dibeli oleh
peternak.
 Fauna

Daerah sekitar peternakan sebaikknya jauh dari pemukiman namun harus tetap
terawasi agar ternak tidak terserang hewan buas maupun dicuri. Maka dari itu
peternakan biasanya di buat pagar agar terhindar dari hal yangtidak di inginkan
tersebut.

 Penyakit

Supaya dihindari terjadinya penyakit yang berpengaruh terhadap produksi susu


misalnya mastitis → kusalitas terpengaruh → kesalahan memerah atau
mikroorganisme

15
Perlu dihindari terjadinya Milk fever (demam susu) karena kandunga Ca
dalam ransum rendah, sapi lumpuh karena Ca diambil dari tulang

Penyakit kuku, harus dihindari karena rasa sakit pada kuku menyebabkan
ternak tidak berproduksi maksimal (jaga kondisi lantai kandang)

3. Faktor Teknologi
A. Hardware
 Peralatan di tempat Pemerahan
1. Ember Susu
Fungsi : Sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu

2. Saringan Susu / Strainer


Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan (rambut,
sel ephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar bersih.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu

3. Milk Can
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil
pemerahan, untuk segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center)
maupun ke Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih
2 jam dari proses pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium,
berpenutup rapat dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu

4. Mesin Pemerah Susu


Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana
pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu
diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah

16
akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang,
sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi
dan kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi
Spesifikasi :
Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas :
a. Pompa Vakum
b. Pulsator
c. Milk claw
d. Sedotan puting (Teat cup)
e. Wadah susu (Bucket)

Dikenal 3 (tiga) macam model mesin perah susu, yaitu :


1. Portable Milking Machine Milking, type ini semua peralatan mesin perah
(Pompa vakum s/d Bucket) ditaruh diatas Troley dan didorong ke sapi
yang akan di perah. Jumlah dan Volume bucket bervariasi, ada yang
single bucket (25 lt, 30 lt) ada yang double bucket. Demikian pula jumlah
teat cup (cluster) ada yang single ada pula yang double

2. Bucket Milking Machine


Pompa Vakum terpisah dan dihubungka di titik- titik tertentu dengan
bucket melalui pipa vakum sepanjang lorong kandang. Bucket, Pulsator serta
teat cup mendatangi tiap sapi yang akan diperah dan menyambung pulsator
dengan pipa vakum.

3. Flat Barn dan Herringbone Milking Machine


Milking machine type ini sekelompok sapi digiring ketempat pemerahan
(milking parlour) dengan alunan musik tertentu. Posisi sapi pada waktu diperah
secara berbaris miring (herringbone) atau tegak lurus (flat barn). Biasanya susu
hasil pemerahan serentak ini langsung dipompakan ke tangki cooling unit.
 Peralatan di tempat Pengumpulan (TPS)

17
1. Transfer tank

Fungsi : Sebagai wadah menampung dan membawa susu segar dari para peternak
ke Pusat Pendinginan Susu.
Spesifikasi Alat :
· Material : Satinless steel 304, single wall
· Top manhole diameter 500 mm
· Ledder; Saddle t = 4 mm
· Outlet : 2 ½ : witg Butterfly valve
· Kapasitas : 500 – 1.000 lt

2. Cooling Unit

Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan susu segar dalam
kondisi dingin (4-7 oC), tertutup, dan tidak tembus cahaya. Alat ini dilengkapi
dengan termostat, display suhu susu di dalam cooling unit, pengaduk, tombol
operasi alat.
Spesifikasi : Material cooling unit seluruhnya terbuat dari stainless steel sheet
type AISI 304. Dinding diunsulasi dengan lapisan polyurethane (PU)dan
dilengkapi dengan agitator berkecepatan rendah serta thermometer.

Dikenal 2 (dua) model/type cooling unit, yaitu :


a. Direct Expansion Cooling Unit
Cooling unit type ini proses pendinginan dilakukan secara langsung, dimana cairan
pendingin (Freon) langsung diuapkan pada dasar tangki melalui celah sempit (cavity
plate/panel evaporator).
b. Ice Bank Cooling Unit
Cooling unit ini terdiri atas dinding rangkap tiga (triple wall), dimana terdapat ice
bank didalamnya. Proses pendinginan dilakukan secara tidak angsung, dimana air

18
es dari ice bank disemprotkan pada dinding tangki, sehingga luas permukaan
pendinginan lebih luas dan proses pendinginan susu lebih cepat.

3. Peralatan di Cooling Center/KUD

a) Unit Pendingin Cepat Susu (Chilling unit)


Sebagai tempat penerima susu dari para peternak dalam jumlah besar, biasanya
di pusat pendinginan susu (KUD) dilengkapi dengan fasilitas pendinginan cepat
susu.

Unit pendingin cepat susu pada dasarnya terdiri atas :


a. Tangki tuang susu (dumping tank)
b. Pompa Susu SS
c. Plate/Tubular cooler
d. Storage tank/Cooling unit
e. unit Ice bank dan
f. CIP (cleaning in place) tank

Fungsi : Tangki tuang berfungsi untuk menerima susu yang datang dari para
peternak atau kelompok peternak, baik dalam wadah milk can maupun transfer
tank. Susu disaring dengan kain saring halus untuk menyaring benda-benda asing
susu. Dengan bantuan pompa sentrifugal susu dialirkan ke unit pendingin (plate
atau tubular cooler) yang akan melakukan pertukaran panas dengan air es yang
berasal dari ice bank. Susu yang telah dingin disimpan kedalam tangki penyimpan
berpendingin (cooling unit).

b) Transport Tank
Fungsi : Sebagai sarana pengiriman susu dari Cooling center/KUD ke IPS,
diperlukan tangki susu khusus yang mampu menjaga suhu susu tetap dingin
selama dalam perjalanan jauh dan memakan waktu 8 – 12 jam.

19
Spesifikasi :
Material tangki plat SS 304; double wall
Insulasi Polyurethene density 80 ;tebal 60 m
Top manhole diameter 500 mm
Outlet dia 2 ½ ” dengan Butterfly valve Ledder dan sadle t – 4 mm
Kapasitas 5000; 8000; 10000 dan 12000 lt
B. Software

1. Pemerah secara langsung akan dapat memengaruhi produksi susu pada sapi
yang diperahnya
2. Perlakuan pemerahan yang kasar dan persiapan yang kurang baik
menyebabkan ternak stress sehingga produks susu akan terganggu.
3. Pergantian tukang perah yang sering dan mendadak akan sangat merugikan
karena ternak sapi perah perlu kasih sayang
4. Supaya dihindari menggunakan tukang perah yang belum terampil sebab
dapat menyebabkan perlukaan pada ambing atau puting sehingga produksi
rendah karena tidak dapat memerah sampai habis

4. Faktor Ekonomi Finansial

 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Untuk membangun sebuah usaha tentu tidak bisa terlepas dari pertimbangan pasar,
demikian juga usaha sapi perah ini. Dasar pertimbangan penetapan pasar sasaran tidak hanya
sekedar tersedianya konsumen, tetapi juga pada pertimbangan sistem dan keamanan usaha
yang akan dilaksanakan 1.Gambaran Pasaran. Untuk produk susu yang dihasilkan dari
farm, pasar yang sudah tersedia adalah Industri Pengolahan Susu (IPS), dan berapapun
produksi susu yang dihasilkan akan dapat diserap oleh IPS mengingat produksi susu dalam
negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari kebutuhan susu nasional, sehingga untuk
memenuhi kekuranggannya (70%), IPS harus impor susu dari luar negeri.b. Untuk
penjualan kavling peternakan yang sudah direncanakan adalah calon entreprenuer baru dari

20
pensiunan perusahaan BUMN. 2. Strategi Pemasaran Dalam menentukan strategi ini,
segmen pasar yang dibidik sudah jelas yaitu peternak baru sapi perah. Pada pengembangan
pasar selanjutnya ditargetkan akan masuk dalam pasar di wilayah ex Karisidenan Banyumas
(BARLINGMASCAKEB) dan pasar Jawa tengah. Target pasar utama adalah memasok
kebutuhan pakan untuk sapi produksi, sedangkan untuk sapi dara dan pedet sebagai target
tambahan.Mengingat pakan merupakan faktor kunci sukses peternakan sapi perah,
sehingga positioning yang akan dibangun adalah dengan menyempurnakan kualitas produk
yang akan dipasarkan.
 Komponen Dan Struktur Biaya
o Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Biaya variable cenderung
berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan sebagainya.
o Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang pada umumnya selalu konstan dimana
pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang
dihasilkan oleh bisnis tersebut. Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti
gaji atau beban sewa yang di bayar setiap bulan dan sering disebut sebagai biaya
tambahan.
o Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan
volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan.
o Penerimaan
Penerimaan adalah semua hasil penerimaan produsen dari hasil penjualan
barang dan outputnya.

5. Faktor Sosial Budaya

21
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan
belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak
tersebut lebih disebabkan oleh minimnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang
mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, pemerahan,
sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit. Selain itu, pengetahuan petani mengenai aspek
tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan
pemeliharaannya. peternakan sapi sudah berkembang sejak jaman dulu, tetapi hanya
diusahakan petani sebagai usaha sampingan dan sebagai celengan yang sewaktu-waktu dapat
dijual. Ternak sapi mempunyai sifat yang komplementer terhadap usahatani tanaman yang
diusahakan petani sebagai mata pencaharian pokok. Peternak mampu memanfaatkan limbah
hasil usaha tani tanaman sebagai sumber pakan hijauan. Di sisi lain kotoran ternak dapat
digunakan sebagai pupuk yang baik dalam usahatani tanaman. Perkembangan suatu
komoditas ditentukan antara lain oleh peranan dan permintaan masyarakat akan komoditas
tersebut. Susu sebagai salah satu produk peternakan mengandung nilai gizi yang tinggi,
dibutuhkan oleh manusia berbagai lapisan usia, mulai dari bayi, sampai orangdewasa
maupun orang tua lanjut usia. Oleh karena itulah, prospek pengembangan sapi perah dalam
rangka peningkatan susu di Indonesia, masih memberikan gambaran yang cukup cerah.

6. Faktor Kebijakan Umum


Izin paling mendasar dan utama untuk pendirian peternakan sapi perah sebenarnya adalah
izin dari masyarakat sekitar yang bersentuhan langsung dengan peternakan yang akan
dibangun. Calon peternak dapat meminta izin dengan mendatangi penduduk di sekitar lokasi
calon peternakan sekaligus bersilaturahmi, jika calon peternak kebetulan tidak tinggal atau
baru menetap di lokasi bersangkutan atau baru membeli tanah untuk usaha peternakan izin
sekaligus dilakukan ke perangkat desa atau RT/RW setempat.Persetujuan dari masyarakat
sekitar akan memudahkan izin dari tingkat selanjutnya, yaitu kelurahan dan kecamatan.
Perangkat pemerintah ini akan mengizinkan jikka sudah ada izin dari masyarakat dan
RT/RW. Begitu pula perizinan pada tingkat selanjutnya, seperti kabupaten, akan mudah
didapatkan jika sudah ada izin dari tingkat sebelumnya. Izin untuk usaha peternakan
dikeluarkan dinas peternakan daerah bersangkutan. Bagi peternak sapi perah yang biasanya

22
tergabung dalam koperasi, izin untuk bertenak dapat juga di dapatkan dari koperasi. Perizinan
cukup mudah di dapatkan karena usaha peternakan ruminansia (termasuk sapi perah)
termasuk usaha yang ramah lingkungan. Tidak menimbulkan bau yang terlalu menyengat,
terutama jika dilakukan secara intesif dan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan,
bahkan dapat dimanfaatkan kembali.

Usaha peternakan sapi perah telah diatur oleh Undang-undang dan surat keputusan Direktur
Jenderal Peternakan. Sebagian isi dari Undang-undang dan surat keputusan tersebut
dituliskan seperti berikut ini.

Undang-undang No. 6 Tahun 1967 mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok


peternakan dan kesehatan hewan.

 Pasal 4 menyatakan bahwa perusahaan peternakan wajib menyediakan tanah, air dan
pakan ternak.
 Pasal 12 menyatakan perlunya terdapat penertiban dan keseimbangan tanah untuk
ternak.
 Pasal 14 menyatakan perlu adanya pewilayahan ternak.

Direktur Jenderal Peternakan mengeluarkan SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/ Deptan/1982.


Surat keputusan ini mengatur syarat-syarat teknis perusahaan peternakan sapi perah.
Ketentuan yang berkaitan dengan kandang terlihat sebagai berikut:

Bab I. Lokasi

Pasal 1, tentang tiga ketentuan tentang lokasi perusahaan peternakan sapi perah.

(1) Lokasi peternakan sapi perah tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan
umum setempat.
(2) Lokasi peternakan sapi perah tidak terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk
dengan jarak sekurang-kurangnya 250 m dari pemukiman penduduk.

23
(3) Letak atau ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memper-hatikan
lingkungan atau topografi sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa-sisa perusahaan
tidak mencemari wilayah disekitar perusahaan.

Pasal 2, tentang jarak perusahaan sapi perah, pembinaan dan pengendalian kesehatan.

Perusahaan sapi perah tidak boleh berjarak kurang dari 250 m dengan perusahaan sapi perah
lain atau sekurang-kurangnya berjarak 50 m apabila merupakan satu kelompok usaha atau
koperasi.

Pembinaan dan pengendalian kesehatan ternak dilakukan secara bersama.

Pasal 3, tentang batas lokasi.

Perusahaan sapi perah harus diberi pagar keliling yang rapat sekurang-kurangnya setinggi
1,75 m di atas tanah dan pagar dan pagar tersebut sekurang-kurangnya 5 m dari kandang
terluar.

Bab II, Macam, Syarat, dan Tataletak Bangunan

Pasal 4, tentang macam bangunan yang harus ada di peternakan sapi perah.

Perusahaan petenakan sapi perah wajib memiliki beberapa bangunan yang sesuai dengan
kegiatan usahanya, yakni:

(4) Perusahaan harus memiliki bangunan kandang untuk anak, induk, beranak, isolasi,
karantina dan kandang pengobatan.
(5) Perusahaan harus mempunyai gudang pakan dan peralatan.
(6) Perusahaan harus membangun kamar susu dan laboratorium kecil.

24
(7) Perusahaan harus menyediakan instalasi air bersih.

Pasal 5, tentang persyaratan kandang.

Perusahaan harus membangun kandang dengan memperhatikan dan memenuhi persyaratan,


sebagai berikut:

(8) Kandang memenuhi daya tampung, antara lain luas lantai yang tidak termasuk jalur
jalan dan selokan kandang sekurang-kurangnya 2 x 1,5 m persegi tiap ekor dewasa.
(9) Ventilasi dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin. Udara segar dapat
masuk leluasa ke dalam kandang dan sebaliknya udara kotor harus dapat keluar dari
kandang.
(10) Bangunan kandang mengikuti persyaratan teknis, ekonomis dan permanen atau
semipermanen. Lantai kandang terbuat dari beton atau kayu yang tidak licin. Lantai
miring ke arah saluran pembuangan yang mudah dibersihkan.

Pasal 6, tentang tataletak letak kandang.

Penataan letak bangunan kandang dan bangunan bukan kandang di dalam lokasi perusahaan
peternakan sapi perah harus memperhatikan persyaratan atau pedoman sebagai berikut:

(1) Jarak antara dua bangunan kandang sekurang-kurangnya 6 m dihitung masing-


masing dari tepi atap kandang.
(2) Bangunan kandang induk harus terpisah dari sapi anak.
(3) Perusahaan harus menyediakan kandang untuk beranak yang terpisah dari kandang
lainnya atau dibatasi dinding tembok.
(4) Kandang isolasi terpisah 25 m atau minimal 10 m dan dibatasi dinding 2 m serta
tidak boleh berhubungan langsung.

Bab III, Kebersihan dan Peralatan

25
Peralatan kandang harus dapat memenuhi keperluan untuk penempatan sapi pada tempatnya,
pembersihan kandang dan pembersihan tempat makan dan minuman ternak.

Penataan kandang harus memperhatikan aliran air, udara dan penghantar lainnya sehingga
dapat dijamin tidak terjadi pencemaran dari kandang isolasi dan ternak.

Kandang dan bangunan lain seperti gudang pakan, gudang peralatan, kantor dan bangunan
lain harus terpisah sekurang-kurangnya 15 m atau dibatasi dinding 2 m dan tidak boleh
berhubungan langsung serta diatur agar lalu lintas orang, kendaraaan dan lain-lain tidak
mencemari kandang secara langsung.

 Faktor lingkungan mikro

Produktivitas ternak sapi perah secara nyata dipengaruhi oleh 3 jenis faktor utama
antara lain adalah breeding atau pembibitan, feeding atau pemberian pakan dan juga
manajemen dari ternak sapi perah itu sendiri.

 Pembibitan Ternak

Pada waktu pembibitan ternak, maka peningkatan mutu dari genetik bibit ternak
adalah hal yang menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi perah.

Produksi dari susu yang dihasilkan oleh sapi perah memiliki sifat kuantitatif yang
pastinya dipengaruhi secara langsung melalui faktor genetik dan juga faktor lingkungan.
Faktor genetik adalah faktor yang terjadi karena kemampuan yang telah ada pada individu
sejak dia lahir. Faktor lingkungan sendiri dapat berasal dari lingkungan ketika anak sapi
masih di dalam lingkungan uterus sebelum dilahirkan dan juga bagaimana proporsi dan
kualitas dari nutrisi semasa anak sapi masih dalam kandungan induk. Lingkungan yang

26
berikutnya adalah lingkungan ketika anak lahir ke dunia, dengan pengaruh seperti air susu
dan juga ketika anak sudah tidak lagi menyusu pada induknya.

 Meningkatkan Mutu Genetik Ternak

Apabila mutu genetik menjadi lebih baik dan meningkat, maka produksi susu yang
dihasilkan juga akan lebih baik. Peningkatan produktivitas ternak sapi perah dapat dicapai
dengan didukung oleh kondisi dari lingkungan yang baik. Meningkatkan mutu genetik dari
ternak dapat dilakukan dengan cara antara lain adalah melalui sistem perkawinan serta
seleksi. Sistem perkawinan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu antara lain
adalah perkawinan antara ternak yang masih memiliki hubungan kerabat atau juga disebut
dengan closebreeding dan juga perkawinan di antara ternak ternak yang tidak memiliki
hubungan kekerabatan atau juga disebut sebagai outbreeding. Seleksi ternak sendiri
dilakukan dengan tujuan agar dapat memilih ternak ternak yang memiliki kualitas baik
sehingga karakter karakter yang baik ini akan terus terjaga dan dipelihara menjadi generasi
generasi penerus dari sapi perah tersebut serta meminimalisir adanya ternak sapi perah yang
memiliki karakter kurang berkualitas baik.

 Mencari Sapi Perah Jenis Unggul

Cara mencari sapi perah dengan karakter yang unggul antara lain adalah dengan cara
pencatatan mengenai identifikasi ternak yang digolongkan melalui nama dan juga nomor
kode, silsilah dari ternak tersbeut, tanggal kelahiran, tanggal perkawinan, tanggal beranak
serta tanggal pengeringan, jumlah dan kualitas dari produksi susu, keadaan ketika reproduksi
dan penyakit yang pernah diderita serta berapa banyak kebutuhan pakan dalam sehari. Cara
berikutnya adalah dengan memprediksi produksi susu yang dapat diperoleh. Cara ini
dilakukan dengan catatan dari produksi susu setiap kali pemerahan.

 Ancaman Bagi Usaha Peternakan Sapi Perah

27
Faktor-faktor yang dapat menjadi ancaman bagi usaha peternakan sapi perah ini
diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Krisis ekonomi yang menyebabkan harga bahan baku konsentrat naik.


b) Melemahnya rupiah terhadap dollar.
c) Kebijakan pemerintah yang menghambat kinerja perusahaan.
d) Tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi
e) perubahan pola iklim yg mendadak
f) penemuan teknologi baru yg lebih
g) efisien oleh usaha lain yg kompetitif
h) perubahan topografi tanah karena
i) bencana alam
j) wabah penyakit yg tiba-tiba
k) Adanya asuransi utk memperkecil pengaruh ancaman lingkungan atau memperkecil
resiko kegagalan suatu usaha dlm bidang peternakan
l) Masih sulitnya perizinan untuk pengembangbiakan sapi jenis luar negeri

28
KESIMPULAN

Sapi perah menghasilkan susu yang mana bisa di produksi menjadi berbagai
produk olahan yang bermanfaat bagi manusia. Dalam proses produksinya atau
proses pengolahannya diperhatikan secara detail langkah-langkahnya agar
menghasilkan produk yang bernilai gizi sesuai. Dalam lingkungan peternakan
sapi perah doperhatikan dua faktor yaitu faktir makro dan mikro nya. Faktor
makro yang diantaranya yaitu faktor iklim,teknologi, ekonomi finansial, faktor
sosial budaya, dan juga faktor kebijakan umum. untuk faktor mikro yaitu meliputi
breeding yaitu pembibitan, feeding yaitu pemberian pakan dan juga management.
Disampaikan juga mengenai beberapa ancaman yang sangat berpengaruh bagi
usaha peternakan sapi perah.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, B. E. 1983. Temperature Regulation and Environmental Physiology. In: Dukes’


Physiology of Domestic Animal. 10th ed. M. J. Swenson (Ed). Cornell Univ. Press. P.
719726.
Berman, A. 2005. Estimates of heat stress relief needs for Holstein dairy cows. J.Anim Sci.
Vol 83 : 1377 – 1384. http://jas.fass.org/cgi/content/ abstract/83/6/1377. [14
November 2017]
Esmay, M. L. 1982. Principle of Animal environmental. AVI Publishing Company, Inc.
Wesport, Connecticut.
Rizki.1996. Pengukuran Beban Panas Akibat Radiasi Matahari pada Sapi Perah Holstein
Dara. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Wierema, F. In: Chestnut, A. & D. Houston. 1990. Heat Stress and Cooling Cows. http://
www.vigortone.com/heat_stress.htm [14 November 2017].
Wiersma, F., D.V. Armstrong, W.T. Welchert & D.G. Lough. 1984. Housing system
for dairy production under warm weather condition. World Animal Review, 50:16-
23.

30

Anda mungkin juga menyukai