Anda di halaman 1dari 19

ALLAH, HUWA, ANTA DAN ANA

(MENGENAL ALLAH MELALUI TRADISI TASAWUF)


Aris Fauzan

ABSTRAK

Tuhan merupakan tujuan kita hidup, untuk mencapai tujuan itu maka kita perlu mengenal
siapa tuhan itu. Allah Merupakan Nama tuhan ummat Islam yang tercantum di dalam Al-
quran dan hadits namun nama Allah tidak hanya tercantum di dalam Al-quran saja
melainkan di dalam kitab-kita seperti Taurat, Injil, dan Zabur juga tertera nama Allah.
Terkait dengan nama Allah dalam Al-quran sebagai bahasa Allah itu sendiri sangat
banyak disebutkan. Kata-kata yang maknanya semisal artinya berkonotasi dan bisa
dipahami sebagai Allah adalah kata Huwa, Anta dan Ana. istilah Fana – Baqa – Hukul
Ittihad keempatnya merupakan satu penjelasan dalam fenomena sufi yang biasa dikenal
dengan puncak spiritual. Hal ini biasa ditandai dengan lahirnya ucapan ganjil dari sufi
sebagaimana dialami oleh al-Hallaj dan Bayazid.

Kata Kunci : Allah, Al-quran dan Tradisi

A. Pendahuluan adalah yang memiliki 99 Nama-nama


1. Latar Belakang Masalah Indah (Lahu al-Asma’ al-Husna), Allah
Al-Qur’an menyebut Allah – yang bukan Tiga dalam satu (Trinitas).1
salah satu nama Tuhan bagi umat Lafzh al-Jalalah sebagai peliput al- al-
Islam – dalam beberapa tempat. Nama Asma’ al-Husna… yang suci dari
Allah – yang juga disebut dengan keterbatasan dan ghaib. 2
Sesuai
ungkapan Agung (Lafzul Jalalah) –
1
Q.S. an-Nisa/4: 171 dan al-Maidah/5: 73.
teryata bukan saja sebagai sebutan 2
Ibnu Arabi, Hakikat Lafazh Allah: Menemukan
Tuhan bagi umat Islam, tetapi juga Rahasia Ketuhanan Melalui Studi Teks ’Jalalah’,
terj. Hasan Abrori (Surabaya: Pustaka Progresif,
umat lain, seperti umat Kristiani di 2000), hlm. 35. Al-Jalalah yang berakar kata
dari al-Jalal, demikian urai Ibnu Arabi, adalah
Indonesia dan di Timur Tengah.
Zat yang berhak untuk diagungkan, Besar
Namun yang membedakan secara KeberadaanNya, Agung Keutamaan yang
dimilikiNya, Kasih SayangNya meliputi seluruh
tegas sebagaimana penjelasan al- MakhluikNya, dan Nama-nama Keagungan-
Qur’an, Allah yang dimaksudkan keagunganNya ini adalah Isim al-A’zham,
khusus bagi nama ZatNya, tidak seorang pun dari
hambaNya yang mengimbangiNya. Ibid.

﴾ 56 ﴿
dengan perintah al-Qur’an, setiap umat dia, ia, atau mereka maka obyek ini
Islam diperintahkan untuk berdoa dipahami sepenuhnya sebagai obyek
dengan menggunakan nama-nama pelengkap penderita. Ia tidak hadir
Indah Allah atau berada di luar tema sentral
(al-Asma’ al-Husna). 3
Shahabat pembicaraan.
Anas bin Malik meriwayatkan, Begitu juga ketika pembicara
Rasulullah saw bersabda, ”Biasakan (mutakkalim) menyebut lawan bicara
berdoa dengan kalimat, ”Ya Dzal Jalali (mukhatthab) dengan Engkau (Kamu,
4
wal Ikram!” sebagaimana firman Allah, Anda, Dikau, Ongku, Panjenengan,
”Tabaaraka ismu Rabbika Zul Jalaali Sampeyan, Rika, Kon, dkk.), saat itu
wal Ikraam, Maha Agung nama terjadi proses intensionalitas saling
Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran menyadari satu sama lain. Di mana
dan Karunia.” 5
aku menyebut kamu dan aku sendiri,
Pada saat yang lain, dalam al- karena ada kamu. Jika aku menyebut
Qur’an Allah juga menyebut diriNya kamu, sedangkan kamu tidak ada,
dengan Dia, Engkau, dan Aku. maka aku adalah tidak normal.6
Penyebutan itu bisa dijumpai terutama Persoalan akan muncul jika dua
sekali pada konteks ayat-ayat negasi- orang (antara mutakallim dan
konfirmasi (nafyi-isbat) ”Tidak ada Ilah mukhatthab) keduanya saling
(tuhan, ”t” kecil) selain Allah, Tidak ada menyebut aku satu sama lain.
Ilah selain Dia (Huwa), Tidak ada Ilah Penilaian bahwa orang yang
selain Engkau (Anta) dan Tidak ada menyatakan demikian sebagai orang
Ilah selain Aku (Ana)”. Secara khusus yang tidak normal pun tidak bisa
dalam bahasa komunikasi, ungkapan dihindari. Atau orang yang demikian ini
nama seseorang – termasuk jabatan bisa dipahami bahwa ia tengah
atau gelar akademik – yang dipanggil, berhadapan dengan dirinya yang
seringkali menggambarkan tentang
hubungan jarak kedekatan antara 6
Filsafat Aku dan Engkau ini pernah dikupas
pembicara (mutakallim) dengan siapa secara khusus oleh serang filosof Yahudi Martin
Buber dalam bukunya I and Thou. Buber
obyek yang disebut tadi. Ketika menjelaskan bahwa komunikasi Aku Engkau
adalah komuniasi kesadaran penuh antara
seseorang dipanggil dengan sebutan Pembicara (mutakallim) dengan Lawan Bicara
(mukhatthab). Selain itu terdapat momen penting
3
Q.S. al-A’raf/7: 180; al-Isra’/17: 110; Thaha/20: bahwa antara keduanya tidak saling terikat oleh
8; dan al-Hasyr/59:24. yang lain. Lihat selanjutnya dalam Martin
4
Ibnu Arabi, Hakikat Lafazh Allah, hlm. 36. Buber, I and Thou, terj. Ronald Gregor Smith
5
Q.S. ar-Rahman/55: 78. (Edinburgh: T&T Clark, t.th).

﴾ 57 ﴿
terdapat dalam cermin.7 Tampaknya jika muncul pemahaman bahwa
memang sulit untuk menjawab fenomena kebahasaan ini juga terjadi
pertanyaan ini dalam konteks bahasa dalam al-Qur’an. Kalau hal itu terjadi,
komunikasi dalam kehidupan sehari- maka hal ini membuka ruang imaginasi
hari. sebagaimana uraian di atas. Terkait
Namun demikian dalam bahasa dengan fenomena kebahasaan di atas,
al-Qur’an, Allah menyebut DiriNya penulis tertarik untuk mengungkap
dengan Allah, Dia, Engkau, dan Aku. rahasia di balik pernyataan Laa Ilaaha
Kata ini bisa dijumpai dalam konteks Illa Allah, Laa Ilaaha Illa Huwa, Laa
ungkapan, ”Tidak ada Ilah selain Allah, Ilaaha Illa Anta, dan Laa Ilaaha illa
Tidak ada Ilah selain Dia, Tidak ada Ana.
Ilah selain Engkau, dan Tidak ada Ilah Guna memfokuskan pembahas-
selain Aku.” Tidaklah bisa disalahkan
8
an kalimat di atas, penulis
merangkumnya dalam pertanyaan

7
penelitian sebagai berikut:
Apapun wujud dan tampilannya, secara ada
penilaian bahwa ketika seseorang berada di a. Makna Allah menyebut Tiada Tuhan
depan sebuah cermin seorang diri, tidak jarang
dia bericara seorang diri dan merasa paling Selain Dia, Allah, Engkau, dan Aku?
cantik/ganteng dibandingkan dengan lainnya. b. Bagaimana Tiada Tuhan Selain Dia,
Meskipun pada kenyataaya bila dilakukan
penilaian secara umu masih banyak orang yang Allah, Engkau, dan Aku dalam
secara fisik jauh lebih baik dari wujud dan
tampilan orang tersebut. penilaian istilah teknis dalam tradisi
8
Dalam konteks ini penulis tidak memasukkan tasawuf?
kesaksian (syahadah) Fir’aun tatkala ia berada di
ujung kematiannya sebagaimana yang terungkap Selanjutnya, untuk membaca
dalam Q.S. Yunus/10: 90:
dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi
teks tersebut penulis menguraikannya
laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala dengan menggunakan analisis isi
tentaranya, karena hendak Menganiaya dan
menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah (content analys) dan identifikasi istilah
hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya
teknis tasawuf seperti ma’rifah,
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk mahabbah, dan hulul/ittihad.
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Ayat tersebut mencerminkan bahwa pola
pemahaman bertuhan yang dipahami oleh B. Makna Tiada Tuhan Selain Allah,
Fir’aun bukan berdasarkan pada kesadaran
Dia, Engkau, dan Aku
mengakui adanya Tuhan. Ia sendiri masih
kebingungan untuk mengidentifikasi Tuhan.
Hingga yang terucap dari lisannya adalah dia Setiap muslim di awal
beriman pada Tuhan sebagaimana yang diimani keislamannya harus mengucapkan dua
oleh Bani Israil, yaitu Tuhan yang dipahaminya
berdasarkan pada praktek ibadah dan kesalihan
yang dipaktekkan secara visual oleh Bani Israil. adalah buka Tuhan. Itu tidak lain sebagaiman
Tuhan yang dikonsepsikan berdasarkan visual, hasil konstruksi visual pikiran manusia.

﴾ 58 ﴿
kalimah syahadat sebagai pernyataan dan Maha Mengalahkan.
misi (mission statement). Mission
Allah dalam penjelasan ayat di
statement ini bukan hanya diucapkan
atas sebagai sumber ampunan
dalam sekali seumur hidupnya, melainkan
(maghfirah) sekaligus sebagai Yang Maha
harus diucapkan sekurang-kurangnya
Esa dan Maha Mengalahkan. Tidak ada
sembilan kali dalam sehari semalam.
yang pantas untuk dimintai ampunan
Mission statement bisa dijumpai dalam
kecuali Allah. Tidak ada yang Esa kecuali
setiap rukun shalat, yaitu pada tasyahud
Allah. Tidak ada yang Maha Mengalahkan
awal dan tasyahud akhir. Ini merupakan
kecuali Allah.
bacaan yang wajib ada, baik dalam shalat
sunnah maupun dalam shalat wajib
2. Tiada Tuhan Selain Dia
(fardlu). Ini masih ditambah dengan doa
Ali Imran/3: 18
ٓ
َ‫َل َإِ َٰله َإِ ََّل َهو َوَٱ ۡلم َٰلئِكةَ َوأ ْولواْ َٱ ۡل ِع ۡل َِم َقآئِ ۢما‬
usai wudhu setiap menjelang shalat wajib.
ٓ َ ‫ّلل َأنَّهَۥ‬
ََّ ‫ش ِهدَ َٱ‬
Dalam al-Qur’an terdapat ََ‫َلَ ِإ َٰلهَ ِإ ََّلَهوَٱ ۡلع ِزيزََٱ ۡلح ِكيم‬ ٓ َ‫ط‬ َِ ‫َِبٱ ۡل ِق ۡس‬
pernyataan syahadat terutama pada Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak
penegasan pada tidak ada tuhan kecuali disembah), yang menegakkan keadilan.
Allah, kecuali Dia, kecuali Engkau, dan Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian
kecuali Aku. Berikut ayat-ayat yang itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
menguraikan dari syahadat tersebut: berhak disembah), yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.

1. Tiada Tuhan Selain Allah At-Taubah/9: 31


ََ‫ّللِ َوَٱ ۡلمسِيح‬ََّ ‫ون َٱ‬ِ ‫َمن َد‬ ِ ‫ٱتَّخذ ٓوَاْ َأ ۡحباره ۡم َور ۡه َٰبنه ۡم َأ ۡربابٗ ا‬
َٰ
َ‫ََل َإِله َإِ ََّل َهو‬ ۖ َٰ ‫ٱ ۡبنَ َم ۡريم َوما ٓ َأ ِمر ٓواْ َإِ ََّل َ ِليعۡ بد ٓواْ َإِ َٰل ٗه‬
ٓ َّ ‫اَو ِحدٗ ا‬
Muhammad/47: 19
ََّ ‫َل َإِ َٰله َإِ ََّل َٱ‬
َ‫ّلل َوَٱ ۡست ۡغ ِف َۡر َ ِلذ ۢنبِك َو ِل ۡلم ۡؤ ِم ِنين‬ ٓ َ ‫فَٱ ۡعل َۡم َأنَّهَۥ‬ َ‫س ۡب َٰحنهَۥَع َّماَي ۡش ِركون‬
ۡ
َ‫ّللَيعۡ لمَمتق َّلبك ۡمَومثو َٰىك ۡم‬ َِ ‫وَٱ ۡلم ۡؤ ِم َٰن‬
ََّ ‫تَوَٱ‬ Mereka menjadikan orang-orang alimnya
dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan
selain Allah
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) Az-Zumar/39: 6
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi َ‫مَمن‬ ِ ‫َم ۡنهاَز ۡوجهاَوأنزلَلك‬ ِ ‫خلقكمَ ِمنَ َّن ۡف ٖس ََٰو ِحد ٖةَث َّمَجعل‬
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang ۡ
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan
َِ‫اَم ۢن َبعۡ د‬ ِ ‫ٱ ۡۡل ۡن َٰع َِم َث َٰم ِنية َأ ۡز َٰو ٖج َي ۡخلقك ۡم َفِيَبط‬
ِ ‫ون َأ َّم َٰه ِتك ۡمَخل ٗق‬
َٰ
َ‫َلَإِلهَإِ ََّلَه ۖو‬ َۖ ‫ّللَربُّك ۡمَلهَٱ ۡلم ۡل‬
ٓ َ‫ك‬ ٖ ‫تَث َٰل‬
ََّ ‫ث ََٰذ ِلكمَٱ‬ ٖ ‫خ ۡل ٖقَفِيَظل َٰم‬
Allah mengetahui tempat kamu berusaha
dan tempat kamu tinggal. َ‫فأنَّ َٰىَتصۡ رفون‬
Dia menciptakan kamu dari seorang diri
As-Shad/38: 5 kemudian Dia jadikan daripadanya
َ‫اب‬
ٞ ‫َهذاَلش ۡي ٌءَعج‬ َٰ ‫أجعلََٱ ۡۡل ٓ ِلهةََإِ َٰل ٗه‬
َٰ ‫اَو ِحد ًۖاَإِ َّن‬ isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
Katakanlah (ya Muhammad): delapan ekor yang berpasangan dari
"Sesungguhnya aku hanya seorang binatang ternak. Dia menjadikan kamu
pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa dalam tiga kegelapan. yang (berbuat)

﴾ 59 ﴿
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, maka maukah kamu berserah diri (kepada
Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak Allah)?
ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana
kamu dapat dipalingkan? Al-Qashash/28:88
َ ٌ‫ََل َ ِإ َٰله َ ِإ ََّل َهو َك ُّل َش ۡيءٍ َها ِلك‬
ٓ ‫ّللِ َ ِإ َٰل ًهاَءاخ َۘر‬
ََّ ‫وَلَ َت ۡدع َمع َٱ‬
An-Nisa’/4: 87 َ‫إِ ََّلَو ۡجههۥََلهَٱ ۡلحكمََوإِلي ِهَترجعون‬
ۡ ۡ ۡ
َ‫َل َ ِإ َٰله َ ِإ ََّل َهو َلي ۡجمع َّنك ۡم َ ِإل َٰى َي ۡو ِم َٱ ۡل ِق َٰيم َِة ََل َر ۡيب َ ِفي ِه‬
ٓ َ ‫ّلل‬
ََّ ‫ٱ‬ Janganlah kamu sembah di samping
ٗ ََّ ‫َمنَٱ‬
َ‫ّللَِحدِيثا‬ ِ ‫ومنَأصۡ دق‬ ۡ (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak lain. tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia disembah) melainkan Dia. tiap-tiap
akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-
yang tidak ada keraguan terjadinya. dan Nyalah segala penentuan, dan hanya
siapakah orang yang lebih benar kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
perkataan(nya) dari pada Allah ?
Ali Imran/3: 18
ٓ
At-Taubah/9: 129 َ‫َل َ ِإ َٰله َ ِإ ََّل َهو َوَٱ ۡلم َٰل ِئكةَ َوأ ْولواْ َٱ ۡل ِع ۡل َِم َقا ٓ ِئ ۢما‬
ٓ َ ‫ّلل َأنَّهَۥ‬
ََّ ‫ش ِهدَ َٱ‬
َ‫َل َإِ َٰله َإِ ََّل َه ۖو َعل ۡي ِه َتو َّك ۡل ۖت َوهو‬ ََّ ‫فإِن َتولَّ ۡوَاْ َفق ۡل َح ۡسبِي َٱ‬
ٓ َ ‫ّلل‬ ۡ ۡ
ََ‫َلَإِلهَإَِلَهوَٱلع ِزيزََٱلح ِكيم‬ َّ َٰ ٓ َ‫ط‬ َِ ‫بَِٱ ۡل ِق ۡس‬
َِ ‫شَٱ ۡلع ِظ‬
َ‫يم‬ َ ِ ‫ربُّ َٱ ۡلع ۡر‬ Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Jika mereka berpaling (dari keimanan), Tuhan melainkan Dia (yang berhak
Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah disembah), yang menegakkan keadilan.
bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya Para Malaikat dan orang-orang yang
kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia berilmu[188] (juga menyatakan yang
adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan
agung". Dia (yang berhak disembah), yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-An’an/6: 102
َٰ ‫ََل َإِ َٰله َإِ ََّل َه ۖو‬
َ‫َخ ِلق َك ِل َش ۡي ٖء َفَٱ ۡعبدوهَ َوهو‬ ََّ ‫َٰذ ِلكمَ َٱ‬
ٓ ‫ّلل َربُّك ۡ ۖم‬
َ‫يل‬ٞ ‫عل َٰىَك ِلَش ۡي ٖءَو ِك‬ Ar-Ra’du/13: 30
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian َ‫م َِلت ۡتلواْ َعل ۡي ِهم‬ٞ ‫َمنَق ۡب ِلها َٓأم‬ ِ ‫ك َٰذ ِلكَ َأ ۡرس ۡل َٰنك َفِ ٓي َأ َّم ٖة َق ۡد َخل ۡت‬
itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada َٓ‫ن َق ۡل َهو َربِيََل‬ َِ ‫لر ۡح َٰم‬َّ ‫ِي َأ ۡوح ۡينا ٓ َإِل ۡيك َوه ۡم َي ۡكفرون َبَِٱ‬ َٓ ‫ٱلَّذ‬
Tuhan selain dia; Pencipta segala ِ ‫ِإ َٰلهَ ِإ ََّلَهوَعل ۡي ِهَتو َّكلتَو ِإل ۡي ِهَمتا‬
َ‫ب‬ ۡ
sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia Demikianlah, Kami telah mengutus kamu
adalah pemelihara segala sesuatu. pada suatu umat yang sungguh telah
berlalu beberapa umat sebelumnya,
Al-Mu’minun/23: 116 supaya kamu membacakan kepada
َ ِ ‫َلَإِ َٰلهَإِ ََّلَهوَربُّ َٱ ۡلع ۡر‬
َ‫شَٱ ۡلك ِر ِيم‬ َُّ ۖ ‫ّللَٱ ۡلم ِلكََٱ ۡلح‬
ٓ َ‫ق‬ ََّ ‫فت َٰعلىَٱ‬ mereka (Al-Quran) yang Kami wahyukan
Maka Maha Tinggi Allah, raja yang kepadamu, Padahal mereka kafir kepada
sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan yang Maha Pemurah. Katakanlah:
Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang "Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain
mulia. dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal
dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".
Hud/11: 14
َ‫نََل َ ِإ َٰله‬ ََّ ‫نزل َ ِب ِع ۡل ِم َٱ‬
ٓ َّ ‫ّللِ َوأ‬ ِ ‫فإِلَّ َۡم َي ۡست ِجيبواْ َلك ۡم َفَٱ ۡعلم ٓوَاْ َأنَّما َٓأ‬ Al-A’raf/7: 158
َ‫إِ ََّلَه ۖوَفه ۡلَأنتمَ ُّم ۡس ِلمون‬ َ‫ّللِ َ ِإل ۡيك ۡم َج ِمي ًعاَٱلَّذِي َلهَۥ َم ۡلك‬ ََّ ‫ل َ َٰ ٓيأيُّهاَٱلنَّاسَ َ ِإ ِنيَرسول َٱ‬ َۡ ‫ق‬
Jika mereka yang kamu seru itu tidak ْ
ََّ ‫امنوا َبَِٱ‬
َِ‫ّلل‬ ۖ
ِ َ‫يۦ َِوي ِميت َف‬ َّ َٰ
َ ‫َل َإِله َإَِل َهو َي ۡح‬ ٓ َ‫ض‬َۖ ِ ‫ت َوَٱۡل ۡر‬ۡ َِ ‫ٱلس ََّٰم َٰو‬
menerima seruanmu (ajakanmu) itu: ََ‫ّللِ َوك ِل ََٰم ِت َِهۦ َوَٱت َّ ِبعوه‬ َ ‫ي ِ َٱ ۡۡل ِم‬
ََّ ‫ي ِ َٱلَّذِي َي ۡؤ ِمن ََِبٱ‬ َ ‫ورسو ِل ِه َٱلنَّ ِب‬
maka ketahuilah, Sesungguhnya al-Quran َ‫لعلَّك ۡمَتهۡ تدون‬
itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya
bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, aku adalah utusan Allah kepadamu

﴾ 60 ﴿
semua, Yaitu Allah yang mempunyai Allah dalam ke-Dia-an (Huwiyah)
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
adalah Dia yang disifati memiliki Nama-
(yang berhak disembah) selain Dia, yang
menghidupkan dan mematikan, Maka nama Indah (al-Asma’ al-Husna). Di
berimanlah kamu kepada Allah dan
kalangan ahli akhlak Islam (Islamic Ethic)
Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang
beriman kepada Allah dan kepada al-Asma’ al-Husna menjadi sandaran dan
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
rujukan untuk mengenal Allah dan
ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk". meneladani. Pengenalan ini dilakukan
sebagai upaya untuk menjelaskan bahwa
Thaha/20: 8
ََٰ ‫َلَ ِإ َٰلهَ ِإ ََّلَه ۖوَلهَٱ ۡۡل ۡسمآءََٱ ۡلح ۡسن‬
َ‫ى‬ ٓ َ‫ّلل‬
ََّ ‫ٱ‬ Dia Allah tidak sama atau berbeda sama
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang sekali dengan tuhan-tuhan yang
berhak disembah) melainkan Dia. Dia
mempunyai Al asmaaul husna (nama- diperkenalkan teologi dan ideologi agama
nama yang baik), selain Islam. Setidaknya inti dari Dia Allah
Al-An’am/6: 106 yang abadi dan memberi hidup dan Maha
ۡ ‫ََل َإِ َٰله َإِ ََّل َه ۖو َوأ ۡع ِر‬
َ‫ض َع ِن‬ ٓ ‫نَربِ ۖك‬ ِ ‫ٱتَّبِعَۡ َما َٓأ‬
ِ ‫وحي َإِل ۡيك‬
َّ ‫َم‬ Hidup sepanjang masa, sebagaimana
ََ‫ٱ ۡلم ۡش ِر ِكين‬
ikutilah apa yang telah diwahyukan terungkap dalam Q.S. al-Baqaraha/2:255,
kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada sebagai berikut:
Tuhan selain dia; dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus
Ali Imran/3: 2 (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
َُّ ‫َلَإِ َٰلهَإِ ََّلَهوَٱ ۡلح‬
ََ‫يَٱ ۡلقيُّوم‬ ََّ ‫َٱ‬
ٓ َ‫ّلل‬ tidak tidur. KepunyaanNya apa yang di
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak langit dan di bumi. Tiada yang dapat
disembah) melainkan Dia. yang hidup memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
kekal lagi terus menerus mengurus izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa
makhluk-Nya yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak
at-Taghabun/64: 13 mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
ََّ ‫َلَ ِإ َٰلهَ ِإ ََّلَهوَوعلىَٱ‬
ََ‫ّللَِف ۡليتو َّك ِلَٱ ۡلم ۡؤ ِمنون‬ ٓ َ‫ّلل‬
ََّ ‫ٱ‬ melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia.
Dan Allah tidak merasa berat
dan hendaklah orang-orang mukmin
memelihara keduanya, dan Allah
bertawakkal kepada Allah saja.
Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. al-
Baqaraha/2:25)
Fathir/35: 3
ََّ ‫قَغ ۡيرَٱ‬
َِ‫ّلل‬ َٰ ‫َم ۡن‬
ٍ ‫َخ ِل‬ ِ ‫ّللَِعل ۡيك ۡمَه ۡل‬ََّ ‫َٰ ٓيأيُّهاَٱلنَّاسََٱ ۡذكروَاَْ ِنعۡ متَٱ‬
َٰ Dalam konteks meneladani Dia
َ‫َلَ ِإلهَ ِإ ََّلَه ۖوَفأنَّ َٰىَت ۡؤفكون‬ َ ِ ‫مَمنَٱلسَّما ٓ َِءَوَٱ ۡۡل ۡر‬
ٓ َ‫ض‬ ِ ‫ي ۡرزقك‬
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah Allah melalui al-Asma’ al-Husna dalam
kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah memperlakukan para hambanya, Allah
yang dapat memberikan rezki kepada
kamu dari langit dan bumi ? tidak ada tidak membeda-bedakan agama, latar
Tuhan selain dia; Maka Mengapakah belakang kesukuan dan kebangsaan,
kamu berpaling (dari ketauhidan)?
serta tidak membedakan keturunan satu

﴾ 61 ﴿
dengan lainnya. Kasih dan sayang Allah komunikasi yang intens antara
tercurahkan kepada semua hambaNya mutakkalim dengan mukhatthab. Namun
tanpa kecuali. ayat itu menceritakan kisah nabi Yunus
Baik dalam tahap pengenalan dalam perangkap perut ikan yang gelap
maupun peneladanan kepada Dia Allah gulita. Dalam suasana gelap tidak ada
melalui al-Asma’ al-Husna mengesankan sesuatu pun yang lihat, dan dalam
masih ada hubungan yang berjarak suasana diujung kematian (jika dicerna
antara sang hamba dengan Tuhannya. oleh perut ikan), Yunus justru berdialog
dengan Allah dengan menggunakan
3. Tiada Tuhan Selain Engkau ungkapan Engkau. Dalam ruang itu,
Yunus tidak bisa menggunakan indera
Al-Anbiya/21: 87
َ‫ضبٗ اَفظ َّن َأنَلَّنَنَّ ۡقدِر َعل ۡي ِه َفناد َٰى‬ ِ ‫ون َإِذَذَّهب َم َٰغ‬
َِ ُّ‫وذا َٱلن‬ visualnya, kecuali mendengarkan kata
َ‫َمن‬ ِ ‫َل َأنت َس ۡب َٰحنك َ ِإنِي َكنت‬ َٰ
ٓ َّ ‫ََل َ ِإله َ ِإ‬
ٓ َّ ‫ت َأن‬
َِ ‫ظل َٰم‬ُّ ‫فِي َٱل‬
hati. Visualisasi tidak berfungsi dalam hal
َّ َٰ ‫ٱ‬
ََ‫لظ ِل ِمين‬
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ini, kecuali ketajaman mata hati untuk
ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu menangkap realitas Tuhan yang sangat
ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya (menyulitkannya), Nyata dengan sebutan Engkau. Hal ini
maka ia menyeru dalam keadaan yang seirig dengan uraian Armstrong tentang
sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan
selain Engkau. Maha Suci Engkau, hati. Hati, demikian tulis Armstrong,10
sesungguhnya aku adalah termasuk merupakan organ intuisi suprarasional
orang-orang yang zalim."
dimana Realitas Transenden (Allah)
Adapun terkait dengan ayat yang masuk ke dalam kontak manusia.
mengungkap tiada Tuhan selain Engkau, Pengalaman Yunus as tersebut ini
hal ini menggambarkan bahwa antara Si sebagai ungkapan total, seperti yang
Hamba dengan Sang Tuhan memiliki dilakukan oleh Ibrahim as, ketika ia harus
hubungan yang sangat dekat. Kedekatan memantapkan diri dalam menghadap
ini pula yang mungkin dijelaskan oleh al- Tuhan. Hingga sikapnya ini disebut al-
Qur’an, ” Dan sesungguhnya Kami telah Qur’an dengan istilah hanifan musliman
menciptakan manusia dan mengetahui (totalitas kepasrahan). Ibrahim as
apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan berusaha ”menggelapkan” seluruh realitas
Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya.”9 10
Amatullah Armstrong, Sufi Terminology (al-
Aku dan Engkau dalam uraian Qamus al-Sufi): the Mystical Language of Islam
(Kuala Lumpur: A.S. Noordieen, 1995), hlm.
ayat di atas menjelaskan adanya 183. Lebih lanjut Armstrong menuliskan, “… the
heart is the isthmus (al-barzakh) between this
9
Q.S. Qaf/60:15. world and the next. Ibid.

﴾ 62 ﴿
visual yang merupakan manivestasi menegaskan DiriNya bahwa tidak ada
(mazhar) Tuhan melalui alam semesta Tuhan selain Aku. Pernyataan itu
dan hukumnya. Ibrahim as memantapkan sebagaimana paparan ayat-ayat terkait
diri pada Tuhan yang menciptakan senantiasa diikuti dengan perintah
(fatara) langit dan bumi. 11
fa’buduni (sembahlah kalian semua
kepadaKu); fattaquni (Maka hendaklah
4. Tiada Tuhan Selain Aku kamu bertakwa kepada-Ku); fa’budni wa
aqim as-salat li zikri (Maka sembahlah
Al-Anbiya/21: 25
َ‫َل َ ِإ َٰله‬ ِ ‫نَرسو ٍل َإِ ََّل َن‬
ٓ َ ‫وح ٓي َ ِإل ۡي ِه َأنَّهَۥ‬ ِ ‫ومَا َٓأ ۡرس ۡلن‬
ِ ‫اَمنَق ۡب ِلك‬
َّ ‫َم‬ aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
َِ ‫َلَأن ۠اَفَٱ ۡعبد‬
َ‫ون‬ ٓ َّ ِ‫إ‬ aku). Dalam konteks ini Tuhan
dan Kami tidak mengutus seorang
Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami berhadapan langsung dengan hambaNya.
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak Hal ini mengingatkan pada pernyataan
ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
Maka sembahlah olehmu sekalian akan ayat al-Qur’an ketika manusia bersumpah
aku". / bersaksi di zaman azali, sebagai
An-Nahl/16: 12 terungkap dalam Q.S. al-A’raf/7: 172
ََ‫ش ۡمسَ َوَٱ ۡلقم َۖر َوَٱلنُّجوم‬ َّ ‫وس َّخرَ َلكم َٱلَّ ۡيلَ َوَٱلنَّهارَ َوَٱل‬ berikut:
َٰ ِ‫مس َّخ َٰر ۢتَبأمۡ ر ِٓهَۦَإ َّنَف‬
ٖ ‫يَذ ِلكَۡل ٓ َٰي‬
َ‫ت َِلق ۡو ٖمَيعۡ ِقلون‬ ِ ِ ِ
Dia menurunkan Para Malaikat dengan Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
(membawa) wahyu dengan perintah-Nya mengeluarkan keturunan anak-anak
kepada siapa yang Dia kehendaki di Adam dari sulbi mereka dan Allah
antara hamba-hamba-Nya, Yaitu: mengambil kesaksian terhadap jiwa
"Peringatkanlah olehmu sekalian, mereka (seraya berfirman): "Bukankah
bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
melainkan Aku, Maka hendaklah kamu "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
bertakwa kepada-Ku". menjadi saksi." (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu
Thaha/20: 14 tidak mengatakan: "Sesungguhnya
ٓ ‫صل َٰوةََ ِلذ ِۡك ِر‬
َ‫ي‬ ٓ َّ ‫َلَ ِإ َٰلهَ ِإ‬
َّ ‫َلَأن ۠اَفَٱ ۡعب ۡدنِيَوأقِ ِمَٱل‬ ٓ َ‫ّلل‬ َٓ ِ‫ِإنَّن‬
ََّ ‫يَأناَٱ‬ kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak
Tuhan)." (Q.S. al-A’raf/7: 172)
ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat
Apakah firman yang sama juga
untuk mengingat aku.
disampaikan Allah ketika zaman azali?
Ungkapan Aku Allah
Tentu saja jawabannya tidaklah demikian.
menggambarkan bahwa Allah seakan
Terutama pada Q.S. Thaha/20: 14 pernah
tengah berhadapan dengan hambaNya.
dipinjam oleh Abu Yazid al-Busthami
Saat itu Tuhan tengah menyatakan dan
(Bayazid) yang menyatakan pengalaman
11
Q.S. al-Baqarah/2: 135; Ali Imran/3: 67, 95; al- puncak rohaninya dengan menggunakan
An’am/6: 79, 161; al-Nahl/16: 120, 123;
Yunus/10: 105; al-Nisa/04: 125; al-Hajj/22: 31; ayat tersebut. Kontan kalangan ahli
al-Rum/30:30; dan al-Bayyinah/98:5.

﴾ 63 ﴿
Syariah memberi penilaian zindiq didasarkan kepada penolakan akan
eksistensi Tuhan, justru tumbuh
padanya. Pengalaman yang sama juga
menjadi padanan agama (religion
dilakukan oleh al-Hallaj yang menyebut equivalent). Artinya, ia tumbuh
mengikuti struktur agama, yaitu—
dirinya dengan Ana al-Haqq.
kalau dibaca menurut kerangka
agama Islam—memiliki akidah,
syariat, dan ibadahnya sendiri.
C. Sebuah Catatan
Akidahnya ialah bahwa sejarah
1. Tidak ada Tuhan selain Allah adalah mutlak (historis
materialisme). Selain itu, kaum
Mengawali pada poin catatan
Marxisme juga mengenal pusat-
dalam subtema ini penulis mengutip pusat pengagungan.12
tulisan Nurcholish Madjid tentang
Kalimatun tayyibah di atas umum
kalimat Tidak ada tuhan selain Tuhan
diucapkan banyak kalangan muslim.
(“T” besar). Secara sederhana Cak
Bahkan terdapat sebuah hadis yang
Nur – demikian panggilan akrab
menjelaskan bahwa barang siapa
almarhum pendiri Paramadina ini –
membaca Laa ilaaha illa Allah, maka
menjelaskan bahwa pada dasarnya
dia masuk surga. Karena Laa ilaaha
manusia secara fitrah (natural,
illa Allah merupakan kunci surga
indigenous spiritual) percaya pada
(Miftahul jannah Laa ilaaha illa Allah).
Tuhan. Hanya saja mereka ini
Pertanyaan kemudian, apakah setiap
seringkali terkecoh dan terpsona
orang yang sudah memegang sebuah
dengan sesuai yang terjadi di luar
kunci dari sebuah pintu ruang bisa
fitrah mereka. Kemudian sesuatu yang
dipastikan masuk ke dalam ruangan
di luar fitrah itu dijadikan sebagai
tersebut? Analogi ini pun tampaknya
Tuhan. Berikut uraian lengkap Cak
bisa juga diterapkan alam penggunaan
Nur:
Laa ilaaha illa Allah. Karena masuk
Karena merupakan lawan atau
surga sebegitu mudah.
kontradiksi dari iman kepada Allah,
maka syahadat kita dimulai dengan Apalagi secara sosiologis-yurdis
pernyataan negatif, lâ ilâh-a (tidak
formal masih dijumpai dengan tidak
ada Tuhan), baru kemudian illâ ‘l-
Lâh (kecuali Allah). Ini harus sulit sejumlah orang dari kalangan
digarisbawahi karena problem
muslim – apapun profesi mereka –
manusia bukanlah tidak percaya
kepada Tuhan, tetapi percaya terlibat dalam pelanggaran hukum.
kepada tuhan-tuhan yang terlalu
Karena itu dalam tahapan ini
banyak dan palsu. Hampir tidak ada
orang yang tidak percaya kepada
12
Tuhan. Bahkan Marxisme sebagai Budy Munawwar-Rachman, Ensiklopedi
eksperimen besar-besaran yang Nurcholish Madjid, Jild I Edisi Digital (Jakarta:
Democracy Project, 2011), hlm. 356-357.

﴾ 64 ﴿
pernyataan Laa ilaaha illa Allah memandang bahwa para penguasa
memang harus dipahami sebagai Bani Ummayah sebagai tiran. Ketika
kunci, namun kunci tidak akan pelantikan Abdul Malik bin Marwan,
berfungsi jika tidak digunakan untuk Sa'id bin Musayyab tidak mau
membuka pintu surga yang dijaga oleh membaitnya.
Malaikat Ridwan. Adapun Hasan al-Basri15 – yang
Dalam pemahaman penulis, lahir di Madinah dan lebih dikenal
hubungan antara seorang hamba sebagai zahid dari Basrah – menjalani
dalam gambaran kesaksian Tidak ada hidup zuhud karena takut (khauf)
Tuhan selain Allah dalam tahapan kepada azab Allah dan berharap (raja')
zuhud. Zuhud13 merupakan maqam kepada rahmat Allah. Bagi Hasan16 al-
pertama yang paling menonjol. Bahkan
fenomena zuhud ini menandai berkata, "Aku tidak membutuhkannya. Aku juga
tidak membutuhkan Bani Marwan – salah satu
dimulainya kehidupan sufi di kalangan cabang dari suku Bani Ummayyah yang berkuasa
ketika itu – sehingga aku bertemu Allah swt.
umat Islam, terutama pada abad ke-1
yang akan memberikan putusan antara aku dan
dan ke-2 H. Kalangan muslim yang mereka." Yunasri Ali, "Tasawuf", hlm. 146.
Tokoh zahid Madinah lainnya adalah Abu
menjalani kehidupan zuhud tersebar di 'Ubaidah al-Jarrah (w. 18H), Abu Zar al-Giffari
(w. 22H), Huzaifah ibn al-Yaman (w. 36H), dan
sejumlah kota seperti Madinah, Kufah,
'Abdullah ibn Mas'ud (w. 33H). Mereka ini
Basra, Balkhan, dan kawasan Mesir. datang dari kalangan sahabat. Abu al-Wafa al-
Ganimi at-Taftazani, Sufi, hlm. 69.
Dari Madinah terdapat dua tokoh 15
Hasan al-Bas}ri lahir di Madinah 21 H/642M.
zuhud, yaitu Sa'id bin Musayyab (w. Ibunya adalah seorang budak bernama Ummu
Salamah, salah satu istri nabi Muhammad saw.
91H/710M) dan Hasan al-Basri (w. Hasan al-Basri tumbuh dalam lingkungan yang
salih dan orang-orang berilmu. Ia banyak belajar
110H/729M). Sa'id bin Musayyab14 dari 'Ali bin Abi Talib dan Huzaifah bin al-
Yaman. Ibid. Di lingkungan Masjid Basrah,
Hasan al-Basri orang yang pertama-tama
13
Amatullah Armstrong mendefinisikan zuhud memperbincangkan ilmu kebatinan, kemurnian
sebagai berikut, "Asceticism. Aketisisme. Ini akhlak dan usaha menyucikan jiwa. Hamka,
merupakan penolakan terhadap semua hal yang Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, cet.
terkait dengan dunia ini. Zuhud merupakan satu ke-19 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), hlm. 70.
pendekatan dalam tingkatan awal dalam tarekat, Selain Hasan al-Basri, tokoh asketis yang lainnya
tetapi tidak dapat dialami oleh setiap orang yang adalah Malik ibn Dinar, Fadl ar-Raqqasyi,
bersungguh-sungguh pada penyempurnaan. Rabbah ibn 'Amru al-Qisyi, Salih al-Murri,
Asketisisme seperti ini menyiratkan pengumuman 'Abdulwahid ibn Zaid. Bandingkan dengan
sebab-sebab kedua yang mana rata-rata seseorang Usman Said, dkk., Ilmu Taswuf (t.tp.: Proyek
mencapai ma'rifat Allah. Amatullah Armstrong, Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, IAIN
Sufi Terminology, hlm. 62 Sumatra Utara, 1982/1983), hlm. 8.
14 16
Sa'id bin Musayyab adalah murid sekaligus Salah satu yang menjadi penyebab Hasan al-
menantu Abu Hurairah (sahabat nabi salah Basri menjadi seorang muslim yang taat adalah
seorang Ahl as}-S}uffah). Dalam suatu riwayat ketertarikannya pada seorang wanita muda
disebutkan bahwa suatu kali ia ditawari sejumlah bermata jeli. Hasan al-Basri adalah seorang
35 ribu dirham uang perak. Ia menolak sembari pemuda yang tampan dan selalu perlente dalam

﴾ 65 ﴿
Basri dunia yang bersifat sementara ini menjelaskan tentang Allah yang
tidak mengandung nilai sedikit pun jika sifatnya umum. Lantas Allah yang
dibandingkan dengan rahmat Allah mana? Dia (huwa) yang memiliki
swt. di akhirat kelak.17 Intinya, nama-nama indah. Pada tahapan ini
kenikmatan duniawi tidak ada penulis memahami bahwa seserang
bandingannya dengan kenikmatan yang memahami Allah adalah Dia
yang dijanjikan Allah di akhirat. yang... inilah yang disebut dengan
Zahid dari kalangan ahli Kufah ma’rifat. Sebutan istilah ma'rifah
adalah Sufyan as-Sauri (w. sudah dikenal sejak abad ke-3 H, yang
161H/778M). Ia menjalani hidup diperkenalkan oleh Zunnun al-Misri (w.
dengan penuh kesederhanaan, taat 245/6 H/797 M).18 Dalam pemahaman
beragama, tawaddu’, dan umum, ma'rifah merupakan cahaya di
menyarankan untuk bersikap zuhud. mana Allah melempar ke dalam hati
hamba yang Dikehendaki-Nya. Ma'rifat
2. Tidak ada Tuhan selain Dia merupakan pengetahuan sejati yang
datang melalui penyingkapan (kasyf),
Sebagaimana penjelasan pada
kesaksian (syahadah), dan perasaan
bagian di awal, secara hirarkis penulis
(zauq).19
berpakain. Suatu hari saat berjalan keliling
Basrah ia bertemu dengan wanita cantik.
Diikutinya wanita yang bermata jeli itu dari
belakangnya. Ketika wanita itu merasa
menanyakan sikap Hasan al-Basri, dia menjawab
karena tertarik pada kerlingan matanya dan yang
18
tersembunyi dalam hatinya. Ia terus Zunnun al-Misri yang dikenal sebagai "bapak
mengikutinya hingga sampai di rumah wanita itu. teori ma'rifah" ini lahir di Akhmim kawasan
Ketika wanita itu menanyakan niat Hasan al- Mesir hulu pada tahun 214H/829M. Tokoh lain
Basri, dia menjawab, ”Aku tertarik pada dua biji yang mengembangkan ma’rifat adalah al-Junaid
matamu.” Hasan al-Basri dipersilakan duduk. al-Bagdadi (w. 297H/910M).
19
Tidak lama kemudian datang seorang pembantu Amatollah mendefinisikan sebagai berikut:
wanita cantik tersebut membawa sebuah talam ma'rifah is a light which Allah casts into the
yang tertutup kain dan menyerahkannya pada heart of whomsoever He Will. This is the true
Hasan al-Basri. Hasan al-Basri membuka talam knowledge which come through "unveiling"
itu, alangkah kagetnya ternyata berisi dua bola (kasyf), "witnessing" (musyahadah) and "tasting"
biji mata. Pembantu itu berkata, “Beliau berpesan (zauq). This knowledge is from Allah, it is not
tidak ingin mempunyai mata yang menyebabkan Allah Himself, because He is Unknowable in His
orang lain berdosa.” Mendengar ucapan itu Essence. The Triad on the Sufi Path of Return is
bergetarlah lutut Hasan al-Basri, ia takut dan comprised of fear (makhafah), Knowledge
menyesal. (ma'rifah) and Love (mahabbah). Fear leads to
17
Abu al-Wafa al-Ganimi at-Taftazani, Sufi, hlm. Knowledge which leads to Unconditional Love of
69. Bahkan dalam salah satu ungkapan Hasan al- Allah. It is said that spiritual struggle
Basri mengatakan, “Jauhilah dunia ini, karena ia (mujahadah) is child's play whilst ma'rifah is
sebenarnya serupa dengan ular. Licin pada man's work. Amatullah Armstrong, Sufi
perasaan tangan, tetapi racunnya mematikan.” Terminology, hlm. 142.

﴾ 66 ﴿
Zunnun al-Misri membagi ilmu20 merupakan kata-kata dan penglihatan
tiga macam. Harun Nasution Allah melalui lidah dan mata mereka.
menjelaskan ketiga ilmu tersebut Dalam satu pernyataannya Zunnun al-
menguraikan tentang Tuhan yang Misri mengatakan bahwa semakin
21
satu sesuai dengan latar belakang dalam manusia mengenal Tuhan,
dan kualitas masing-masing. Pertama, maka ia semakin lenyap dalam Zat-
ilmunya orang awam, yang diperoleh Nya.23
melalui perantaraan syahadat. Kedua, Tokoh lain yang mengembang-
ilmunya ulama, yang diperoleh kan ma’rifat adalah al-Junaid (w.
menurut logika. Ketiga, ilmunya kaum 297H/910 M). Al-Junaid – yang
sufi, yang diperoleh melalui hati bernama lengkap Abu al-Qasim al-
sanubari. Ilmu yang ketiga itulah yang Junaid bin Muhammad al-Junaid al-
disebut dengan ma'rifah (gnosis). 22
Bagdadi – ini berasal dari Iran, dan
Bagi Zunnun al-Misri pusat lahir di Wihawand, anak seorang
ma’rifat adalah komunikasi cahaya pedagang kaca dan keponakan dari
rohani dari pihak Tuhan ke dalam hati Sari as-Sarqati, kolega dekat al-
nurani seseorang. Mereka yang Muhasibi. Di Baghdad al-Junaid belajar
mengalami rohani ini merasakan fiqh mazhab Syafi'i. Ia adalah
berada dalam Zat Tuhan. Mereka kemenakan seorang sufi dari Baghdad
mampu melihat meskipun tidak bernama Sari as-Sarqati (w. 253 H/
menggunakan pengetahuan, mata, 867 M).24 Dari pamannya inilah al-
penerangan maupun pengamatan. Junaid belajar tasawuf.
Kata-kata dan penglihatan mereka Ajaran al-Junaid dapat ditemui
pada surat-suratnya yang dikirimkan
20
Ilmu di sini terjemahan dari ‘ilmu (Arab) atau
pengetahuan diskursif. Istilah ilmu ini untuk pada tokoh sufi lain ma'rifah menurut
membedakan dengan ma’rifah (gnosis).
al-Gazali adalah dengan
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik, hlm. 43.
21
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm.
23
76. B.A. Dar, "Sufis Before al-H}allaj," hlm. 341.
22 24
B.A. Dar, "Sufis Before al-Hallaj," hlm. 341. Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Sari ibn
Terkait dengan pemahamannya tentang ma'rifah, al-Mugallis as-Saqati, murid dari Ma‘ruf al-
ketika ditanyakan perihal tersebut Zunnun al- Kharqi. Ia merupakan orang pertama Sufi
Misri menjawab, "‘araftu rabbi bi rabbi wa laula Baghdad yang mengajarkan tentang kebenaran
lamma ‘araftu rabbi, Aku mengenal Tuhanku mistis (the mystic truth) dan tauhid Sufi.
dengan Tuhanku, andai tanpa Tuhanku aku Kebanyakan dari syaikh sufi di Iraq adalah
takkan mengenal Tuhanku." Dengan muridnya. Ia dikenal juga sebagai Habib ar-R a‘i.
pernyataannya itu, semakin memperjelas bahwa Farid ad-Din Attar, Muslim Sainst and Mystics:
ma'rifat bukanlah hasil upaya manusia, Memorial of the Saints, terj. A.J. Arberry (London,
melainkan pemberian Allah kepada manusia Boston and Henley: Routledge & Kegan Paul, 1979),
yang dikehendakinya. hlm. 166.

﴾ 67 ﴿
membersihkan hati dari segala noda. Mah}abbah (rasa cinta, love,
Hal itu sebagaimana dikatakannya: affection, attachment) merupakan
"Bukanlah kebenaran itu (diperoleh) tingkatan rohani setelah zuhud.
karena rangkaian dalil dan susunan
Mahabbah ini dipelopori oleh Rabi‘ah
kalam, tetapi karena nur (cahaya)
yang ditempatkan Allah swt. dalam al-Adawiyyah (w. 185H/801M).25 Zuhud
dada (hati); nur itu anak kunci
dilakukannya demi cintanya pada
kembanyakan ma'rifat. Barang
siapa mengira bahwa kasyf hanya Tuhan. Demi mahabbah-nya pada
tergantung pada rangkain dalil-dalil
Allah sampai-sampai Rabi‘ah tidak
semata, maka ia telah
mempersempit rahmat Allah swt. mau mencinta selain Allah. “Inni hubbi
yang amat luas.
lillash lam yatrik fi qalbi makaanan li
Al-Gazali memandang bahwa muhibbah siwa Allah, sesungguhnya
ma'rifat dan mahabbah itu sebagai cintaku kepada Allah tidak memberi
tingkatan tertinggi yang dicapai oleh tempat untuk mencintai yang lain.”
sufi dalam perjalanan rohaninya Bahkan ketika disinggung bagaimana
menuju hadirat ilahi. Nilai pengetahuan sikap cintanya kepada rasulullah saw.,
dalam wujud ma'rifat itu lebih tinggi Rabi‘ah menjawab, “inni wa Allah
daripada pengetahuan yang diperoleh ah}abbuhu h}ubban jadiidan, walakin
dengan akal. hubb al-khaaliq syagalani ‘an hubb al-
makhluq, sesungguhnya demi Allah
3. Tidak ada Tuhan selain Engkau aku sangat mencintainya, tetapi
kecintaan kepada Allah telah
Dalam kesaksian ini, seorang
melupakan aku dari mencintai
hamba telah mencapai cinta
makhluk.”26
(mahabbah). Antara Pencinta dan
Yang Dicinta saling memadu kasih.
Laksana pengalaman Yunus as yang
25
Rabi‘ah – yang lahir di Basrah – ini bernama
lengkap Ummu al-Khair Rabi‘ah bin Ismail al-
berada dalam gelap. Ia ”dibutakan” Adawiyyah al-Qissiyyah. Ia pernah menjadi
hamba sahaya. Ia menghabiskan malam-
selanjutnya ditunjukkan secara nyata malamnya untuk shalat dan berzikir. Suatu malam
tentang realitas Tuhan dalam balutan saat Rabi‘ah tengah bermunajat pada Allah, tuannya
melihat nyala lentera di atas kepala Rabi‘ah.
kata Engkau (Laa ilaaha illa Anta). Tuannya merasa takut karenanya. Maka keesokan
harinya Rabi‘ah dibebaskan. Selanjutnya Rabi‘ah
Fenomena kesufian hanya Engkau pergi mengikuti halaqah (pertemuan) yang
yang dicintai pernah dialami oleh diadakan di masjid-masjid kota Basrah. Dalam
halaqah itu Rabi‘ah berjumpa dengan Ibrahim bin
Rabi‘ah al-Adawiyyah (w. 185H/801M). Adam, Malik bin Dinar, Sufyan as-Sauri, dan
Syaqiq al-Balkhi. Usman Said, dkk., Ilmu Taswuf,
hlm. 22.
26
Ibid., hlm. 31.

﴾ 68 ﴿
Kecintaan Rabi‘ah kepada Allah cukuplah. Hal ini terungkap dalam
ini ditunjukkan dalam ungkapan lantunan doa berikut ini:
syairnya:
Ya ilahi! Tenggelamkan aku dalam
Aku mencintai dengan dua macam
mencintai-Mu, sehingga tiada satu pun
cinta. Cinta rindu dan cinta karena
yang dapat melalaikan aku dari
Engkau berhak menerima cintaku.
mengingat-Mu.
Adapun cinta rinduku keadaanku
Ya ilahi! Bintang-bintang telah
selalu mengingatMu. Cinta karena
gemerlap, mata telah tertidur, pintu-
Engkau berhak menerimanya
pintu istana telah dikunci, setiap
adalah keadaanku yang tidak
pecinta telah menyendiri dengan yang
melihat sesuatu sebelum
dicintainya, dan inilah diriku berada di
melihatMu. Pujian untuk ini dan itu
depan-Mu.
bukanlah bagiku. Tetapi segala
pujian hanya untuk-Mu.27
Ya ilahi! Malam telah berlalu, siang
Pecinta yang sesungguhnya (al-
mulai menampakkan diri. Bagaimana
Muh}ibb as-Sadiq, the True Lover) gerangan perasaanku. Apakah Engkau
terima amalanku hingga aku merasa
menurut Rabi‘ah harus selalu mencari
bahagia, ataukah Engkau tolak hingga
dan berusaha mendekatkan diri aku merasa sedih. Demi keperkasaan-
Mu, inilah sikapku selama Engkau
kepada yang dicintai serta
memberi hidup dan perlindungan
menempatkannya dalam lubuk hati kepadaku. Demi keperkasaan-Mu,
seandainya Engkau mengusirku dari
nurani. Karena melalui cinta itu
depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi.
Rabi‘ah ingin menyaksikan wajah Allah Karena hatiku telah mencintai-Mu.
yang Maha Mulia, dan ingin dibukakan
Ya ilahi! Jadikanlah surga untuk para
tirai yang membatasi antara dirinya kekasih-Mu dan neraka untuk musuh-
musuh-Mu. Adapun aku, maka Engkau
dengan Allah. Bukan hanya itu
sudah cukup untukku.28
cintanya pada Allah telah menutup
ketamakan surga dan ketakutannya
4. Tidak ada Tuhan Selain Aku
pada api neraka. Dan baginya, Tuhan
Terkait dengan Laa ilaaha illa
27
Terhadap dua cinta itu al-Gazali (w. 505H/
Ana, penulis memahami ini terkat
1112M) menuliskan, “Mungkin yang dimaksud
dengan cinta rindu (al-hubb al-hawa) ialah cinta dengan fana’, baqaa, huluul, dan
kepada Allah swt. karena kebaikan dan karunia-
Nya kepadanya. Adapun cinta kepada-Nya ittihad. Secara harfiah fana’ 29
berarti
karena Dia layak dicintai ialah cinta karena
keindahan dan keagungan-Nya, yang tersingkap
kepada-Nya. Dan yang terakhir inilah cintayang
28
paling luhur dan mendalam serta merupakan Harun nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm.
kelezatan yang tiada taranya.” Yunasril Ali, 72-73.
”Tasawuf,” hlm. 147. Lihat juga Abu al-Wafa al- 29
Muradif kata fana' adalah indisar, halak
Ganimi at-Taftazani, Sufi, hlm. 87. B.A. Dar, (extinction, passing away, cessation of being;
"Sufis Before al-Hallaj," dalam M.M. Sharif, a evanescence, vanishing; annihilation; utter
History Muslim Philosophy, Vol. I (Delhi: Low destruction, total ruin). Rohi Baalbaki, Al-
Price Publications, 1995), hlm. 340. Mawrid: Modern Arabic-English Dictionary

﴾ 69 ﴿
“sirna, hancur, lebur, hilang, baqa' mempunyai arti penting sebagai
meninggal” adapun baqa’30 bearti berikut:
“kekal, abadi, senantiasa ada, hidup.”31 Fana' adalah tidak dikenalinya sifat-
sifat seseorang oleh yang
Sedangkan secara istilah para ahli
bersangkutan sendiri; dan baqa'
mempunyai perbedaan dalam adalah hal pengenalan serupa
sebagai sifat Tuhan. Di dalam fana',
memberikan batasan fana’ dan baqa’.
abdi tidak memiliki kesadaran
Namun dalam kaitannya dengan tentang dirinya, artinya bagi dirinya
sendiri yang bersangkutan tidak
tasawuf kedua istilah tersebut
merasa ada; tetapi ia hanya
digunakan dengan preposisi: fana'an menyadari sekedar sebagai "yang
mewujudkan dan perwujudan".
yang artinya kosong dari segala
Sepanjang anda merasa hadir
sesuatu, melupakan atau tidak dalam pandangan anda, maka
Tuhan (seolah) tidak ada; dan
menyadari sesuatu; baqa' bi,
apabila dalam pandangan anda Ia
sebaliknya berarti diisi dengan hadir, maka diri anda sendiri yang
akan menghilang.33
sesuatu, hidup atau bersama
sesuatu.32 Bagi sufi, menurut Gejala-gejala yang terjadi pada
penjelasan Khaja Khan, fana' dan seseorang yang mengalami fana dan
baqa’ adalah sebagai berikut:
Pertama, dia mengalami mabuk
(Beirut, Lebanon: Dar al-'Ilm al-Malayin, 2001), (sukr) ketuhanan. Sukr terjadi karena
hlm. 835.
30
Muradif kata baqa' adalah mukus (remaining, pengaruh dari zikrullah dan sama’,
staying; sojourn); dawam (continuance, juga sebagai luapan Cinta Allah dalam
continuity, continuation, duration, endurance,
persistence, subsistence; survival, existence); hati sufi dan puncak dari kehancuran di
khulud, 'adam al-fana' (immortality, perpetuity,
eternity, eternal life, eternal existence). Ibid., Al-
dalam Allam (fana’ fi Allah). 34
Kedua,
Mawrid, hlm. 243. dia mengalami syath (theopatical
31
Muhammad ‘Abdul Haq Anshari, Merajut
Tradisi Syari'ah dengan Sufisme: Mengkaji stammerings). Kondisi ini terjadi ketika
Gagasan Mujaddid Syeikh Ahmad Sir Hindi, terj.
seorang sufi berkata-kata yang tidak
Achmad Nashir Budiman, cet. ke-1 (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 1997), hlm. 57. Lihat juga karuan, bahkan ada pula yang
Yunasril Ali, "Tasawuf", hlm. 149; Harun
Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. 79; dan bertentangan dengan aqidah dan
at-Taftazani, Sufi, hlm. 106. Bandingkan dengan
Khan Sahib Khaja Khan, Tasawuf: Apa dan
Bagaimana, terj. Achmad Nashir Budiman, cet.
ke-2 (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), hlm.
33
83. Khan Sahib Khaja Khan, Tasawuf, hlm. 83.
32
Muhammad Abddul Haq Anshari, Merajut Sebagian lain berpendapat bahwa fana' adalah
Tradisi Syari'ah dengan Sufisme: Mengkaji hilangnya "ke-Aku-an (Ego) dari abdi dalam "ke-
Gagasan Mujaddid Syeikh Ahmad Srhindi, terj. Aku-an" Tuhan. Ibid.
34
Achmad Nashir Budiman, cet. ke-1 (Jakarta: Amatullah Armstrong, Sufi Terminology, hlm.
Srigunting, 1997), hlm. 47. 221.

﴾ 70 ﴿
syari’ah,35 tetapi dia tidak menyadari bersama-sama dua hal (coming
setiap kata yang terucap dari together of two things).36 Ittihad
mulutnya. Ucapan itu keluar karena merupakan istilah tasawwuf yang
seorang sufi tengah mengalami mabuk terkait erat dengan fana' dan baqa'.
Tuhan. Ketiga, zawal al-hajb. Peristiwa Ittihad digunakan untuk memahami
zawal al-hajb terjadi dengan bahwa segala sesuatu adalah non-
tersingkapnya tabir yang membatasi eksisten (non-exixtent) dan eksistensi
antara sang sufi (orang yang mereka itu adalah eksistensi Allah.37
mengasihi) dengan Tuhan (Sang Bagi sufi pengalaman ittihad
Kekasih). Keempat, galabah al-wujud. merupakan fenomena yang terjadi
Kondisi perasaan seorang sufi yang pada dirinya bahwa dirinya bersatu
melihat hanya satu wujud, yakni wujud dengan Tuhan; suatu tingkatan di
Allah. mana yang mencintai dan yang dicintai
Dalam pengalaman puncak telah menjadi satu, sehingga salah
rohaninya (the highest spiritual satu dari mereka dapat memanggil
experience) Abu Yazid al-Busthami yang satu lagi dengan kata-kata "Hai
mengatakan, ”Innani Ana Allah La aku".38 Ittihad ini bukan kesatuan
ilaha illa Ana fa’budniy wa aqimis subtansi tetapi hanya dalam
shalah li dzikriy Sesungguhnya Aku ini keberadaan dan kesadaran yang tidak
adalah Allah, tidak ada Tuhan [yang dapat diterangkan dengan filsafat,
hak] selain Aku, maka sembahlah Aku melainkan melalui penghayatan
dan dirikanlah shalat untuk mengingat langsung.39 Hal ini dipertegas oleh at-
Aku.” Pernyataan Ba Yazid (nama Tusi yang mengatakan:
yang biasa digunakan untuk menyebut "...apabila kejadian ini didekati
secara rasio berdasarkan arti yang
tokoh Sufi tersebut) menuai kontroversi
tersurat saja, pasti tidak akan
di kalangan para ulama. Karena ditemukan makna yang
sesungguhnya. Oleh karena itu
ungkapan itu hanya pantas diucapkan
orang yang mampu memahami
oleh Sang Otoriter yakni Allah. secara tepat apa makna yang
sesungguhnya dari ilmu ini
Selanjutnya, dalam bahasa
hanyalah mereka yang sudah
populer ittihad diterjemahkan dengan
penyatuan, unifikasionisme 36
Ibid., hlm. 96.
37
(unificatinism) atau kedatangan Ibid.
38
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm.
82. Lihat juga Usman Said, Ilmu Tasawuf, hlm.
100.
35 39
Ibid., hlm. 214. Usman Said, Ilmu Tasawuf, hlm. 100.

﴾ 71 ﴿
pernah mengalaminya, atau orang Yazid tersebut sebagai peristiwa
yang mau mendalaminya melalui
bahwa Tuhan berbicara melalui lidah
orang yang ‘arif dalam masalah
ini.40 Abu Yazid.
Pada peristiwa lain Abu Yazid
Di antara ungkapan ketika
mengalami seperti, "Aku keluar dari al-
mengalami ittihad seperti yang
Haqq dan masuk ke dalam al-Haqq
diucapkan Abu Yazid berikut ini:
sehingga aku berseru memanggil
Pada suatu ketika aku diangkat ke
hadirat-Nya seraya berkata: Hai Abu DiriKu dalam diriku." Keakuan Abu
Yazid makhluk-Ku ingin melihatmu.
Yazid dengan ke-Aku-an Tuhan telah
Aku menjawab: Hiasilah aku dengan
ke-Esaan-Mu (wahdaniyatika) dan bersatu. Peristiwa bersatunya dua aku
pakaikanlah padaku sifat-sifat
itu disebut dengan ahadiyah. Dari
keakuan-Mu (ananiyatika) serta
angkatlah aku kepada Ketuggalan- pengalaman bersatu inilah selanjutnya
Mu, sehingga pada saat makhluk-
terlahir ungkapan-ungkapan yang oleh
Mu melihatku mereka akan berkata:
Kami telah melihat-Mu. Yang sebagian kalangan dianggap sebagai
mereka lihat itu sebenarnya adalah
ungkapan yang ganjil atau tidak
Engkau karena pada ketika itu aku
tidak lagi berada di situ.41 lumrah. Berikut ungkapan-ungkapan
Ketika itu Abu Yazid sangat
tersebut:43
dekat dengan Tuhan, tetapi ittihad
"Sesungguhnya aku adalah Allah.
belum terjadi. Ittihad terjadi ketika Abu Tidak ada tuhan selain Aku, maka
sembahlah aku. Maha suci Aku dan
Yazid mengatakan, "Tuhan berkata:
Maha Besar Aku."
Hai Abu Yazid sesungguhnya semua
Suatu kali seorang pria mengetuk
itu selain kamu adalah makhlukKu. Aku
pintu rumah Abu Yazid. Abu Yazid
pun berkata: Maka aku Engkau, dan bertanya, "Siapa yang anda cari?"
Dijawab, "Aku mencari Abu Yazid."
Engkau aku dan aku Engkau."42 Dalam
Lantas Abu Yazid mengatakan,
percakapan antar aku dan Engkau ini, "Pergilah, di rumah ini tidak ada
siapa-siapa kecuali Allah."
akunya Abu Yazid bukanlah aku Abu
Yazid yang insaniah, melainkan aku "Sesungguhnya al-Haqq telah
memantul dalam diriku, karena itu
Abu Yazid yang ilahiyah. Kalangan sufi
Dia-lah yang berbicara lewat
memahami gejala yang dialami Abu lidahku, sedangkan aku sendiri
sudah fana."
40
Abu Nasr at-Tusi, al-Luma', hlm. 453; lihat dalam
Usman Said, Ilmu Tasawuf, hlm. 100.
41 43
Lihat Usman Said, Ilmu Tasawuf, hlm. 101. Lihat Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme,
Bandingkan dengan Harun Nasution, Falsafat hlm. 84-86; Usman Said dkk., Ilmu Taswuf, hlm.
dan Mistisisme, hlm. 84. 101-104; Yunasril, "Tasawuf", hlm. 150-151;
42
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. Hamka, Tasauf, hlm. 94; at-Taftazani, Sufi, hlm.
85. 115-116.

﴾ 72 ﴿
"Ke keluar dari Abu Yazid laksana al-hulul.47 Pada saat al-hulu
ular berganti kulit (Jawa:
terkandung ke-fana'-an total kehendak
nglungsungi) sehingga aku melihat
antara si asyiq dan ma'syuq serta manusia dalam kehendak Tuhan.48
isyq itu sendiri sudah pada menjadi
Uraian sistematis terjadinya al-hulul
satu."
karena adanya sifat dasar Tuhan dan
"Tidak ada sesuatu di jubahku ini
sifat dasar dalam setiap manusia.
kecuali Allah"
Dalam hal ini al-H}allaj menjelaskan
Sementara secara harfiah al-
Tuhan mempunyai dua sifat yaitu
hulul44 sering diterjemahkan dengan
ketuhanan (al-lahut) dan kemanusian
inkarnasi (incarnation). Menurut at-
(an-nasut), begitu pula pada diri setiap
Tusi, al-hulul adalah paham yang
manusia. Agar bisa mengalami al-
menjelaskan bahwa Tuhan memilih
hulul , maka sifat-sifat kemanusiaan
tubuh-tubuh manusia tertentu untuk
yang ada dalam tubuh harus
mengambil tempat di dalamnya,
dilenyapkan melalui fana' dan sifat-
setelah sifat-sifat kemanusiaan yang
sifat ketuhanan dikembangkan.49
45
ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Al-
Ketika itu barulah Tuhan dapat
hulul merupakan maqam di atasnya
mengambil tempat (al-hulul) dalam diri
maqam fana' atau setelah seorang sufi
manusia.50 Teori itu tercermin dalam
mengalami fana', Tuhan menempati
syair al-Hallaj berikut ini:
tubuh sufi itu.46
"Mahasuci Yang Nasut-Nya telah
Tokoh yang mempelopori al-hulul melahirkan cahaya lahut-Nya yang
cemerlang; kemudian Dia kelihatan
ini adalah Abu al-Mugis Husain bin
bagi makhluk-Nya secara nyata
Mansur al-Hallaj (w. 309H/913M). dalam bentuk (manusia) yang
makan dan minum."51
Menurut al-Hallaj kelanjutan dari
puncak fana' bukan ittihad, melainkan

47
Yunasril Ali, "Tasawuf", hlm. 151.
44 48
Diartikan juga dengan nuzul, iqamah (stopping, At-Taftazani, Sufi, hlm. 124.
49
stopover, putting up; stay, sojourn, residence; R.A. Nicholson, Aspek Rohani Peribadatan
staying, residing, dwelling, living, inhabiting); Islam di dalam Mencari Keridhaan Allah, terj. A
bad'un, maji’un (beginning, start, dawn, rise; Nashir Budiman (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
setting in, arrival, advent, (in)coming. 1995), hlm. 147. Lihat juga Usman Said dkk.,
Hululiyyah (immanentism, pantheism). Rohi Ilmu Tasawuf, hlm. 112.
50
Baalbaki, Al-Mawrid, hlm. 487. Yunasri Ali, Manusia Citra Ilahi:
45
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. Pengembangan Konep Insan al-Kamil Ibn 'Arabi
88. oleh al-Jili (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 9.
46 51
'Abdul Qadir Mah}mud, Falsafah as-Sufiyyah fi Al-Hallaj, "Diwan," Journal Asiatique, Janvier-
al-Islam (Kairo: Dar al-Fikr, 1966), hlm. 333; Mars, 1931, hlm. 40-41; lihat dalam Yunasri Ali,
lihat dalam Usman Said dkk., Ilmu Tasawuf, hlm. Manusia Citra Ilahi, hlm. 10. Lihat juga Harun
112. Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. 89.

﴾ 73 ﴿
D. Penutup A.J. Arberry, London, Boston and
Henley: Routledge & Kegan Paul,
Demikian pemahaman awal 1979.
Baalbaki, Rohi, Al-Mawrid: Modern
penulis dalam mengungkap Laa ilaaha illa
Arabic-English Dictionary, Beirut,
Allah, Laa ilaaha illa Huwa, Laa ilaaha illa Lebanon: Dar al-'Ilm al-Malayin,
2001.
Anta, dan Laa ilaaha illa Ana. Fenomena
Buber, Martin, I and Thou, terj. Ronald
tersebut dapat dibaca menggunakan Gregor Smith, Edinburgh: T&T
Clark, t.th.
istilah herarkhi dalam dunia sufi, mulai
Dar, B.A., "Sufis Before al-H}allaj," dalam
dari Zuhud, Ma’rifah, Mahabbah, dan M.M. Sharif, a History Muslim
Philosophy, Vol. I, Delhi: Low Price
Fana-Baqa-Hukul Ittihad. Pada istilah
Publications, 1995.
Fana – Baqa – Hukul Ittihad keempatnya Hamka, Tasauf Perkembangan dan
Pemurniannya, cet. ke-19, Jakarta:
merupakan satu penjelasan dalam
Pustaka Panjimas, 1993.
fenomena sufi yang biasa dikenal dengan Khan, Khan Sahib Khaja, Tasawuf: Apa
dan Bagaimana, terj. Achmad
puncak spiritual. Hal ini biasa ditandai
Nashir Budiman, cet. ke-2, Jakarta:
dengan lahirnya ucapan ganjil dari sufi PT. Grafindo Persada, 1996.
Munawwar-Rachman, Budhy, Ensiklopedi
sebagaimana dialami oleh al-Hallaj dan
Nurcholish Madjid, Jild I Edisi
Bayazid. Digital, Jakarta: Democracy Project,
2011.
Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisisme,
E. Daftar Pustaka hlm. 76.
Nicholson, R.A., Aspek Rohani
Ali, Yunasri, Manusia Citra Ilahi: Peribadatan Islam di dalam Mencari
Pengembangan Konep Insan al- Keridhaan Allah, terj. A Nashir
Kamil Ibn 'Arabi oleh al-Jili, Jakarta: Budiman, Jakarta: RajaGrafindo
Paramadina, 1997. Persada, 1995.
Ali, Yunasril, ”Tasawuf,” hlm. 147. Schimmel, Annemarie, Dimensi Mistik,
Anshari, Muhammad ‘Abdul Haq, Merajut hlm. 43.
Tradisi Syari'ah dengan Sufisme: Taftazani at-, Abu al-Wafa al-Ganimi, Sufi:
Mengkaji Gagasan Mujaddid Syeikh Dari Zaman ke Zaman, Bandung:
Ahmad Sir Hindi, terj. Achmad Pustaka Hidayat, 1995.
Nashir Budiman, cet. ke-1, Jakarta:
PT. Grafindo Persada, 1997.
Arabi, Ibnu, Hakikat Lafazh Allah:
Menemukan Rahasia Ketuhanan
Melalui Studi Teks ’Jalalah’, terj.
Hasan Abrori, Surabaya: Pustaka
Progresif, 2000.
Armstrong, Amatullah, Sufi Terminology
(al-Qamus al-Sufi): the Mystical
Language of Islam, Kuala Lumpur:
A.S. Noordieen, 1995
Attar, Farid ad-Din, Muslim Sainst and
Mystics: Memorial of the Saints, terj.

﴾ 74 ﴿

Anda mungkin juga menyukai