Anda di halaman 1dari 21

I.

JUDUL PERCOBAAN
Analisis Vitamin C
II. TANGGAL PERCOBAAN
Senin, 10 September 2018 Pukul 09.30 WIB
III. TANGGAL SELESAI PERCOBAAN
Senin, 10 September 2018 Pukul 12.00 WIB
IV. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar vitamin C di dalam sampel tomat
V. DASAR TEORI
A. Vitamin
Vitamin (bahasa inggris, vitalamine) adalah sekelompok senyawa
organik amino berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organism, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Nama ini berasal dari gabungan kata bahan lain yang artinya hidup dan
amina mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen
(N). Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh
enzim. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
dapat tumbuh dan berkembang. Vitamin tersebut antara lain A, C, D, E,
K, dan B. Tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan K dalam
bentuk provitamin aktif (Challen, 1997). Vitamin dapat larut di dalam
air dan lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E,
dan K, dan yang larut dalam air adalah vitamin B dan C (Dorland
2006).

Gambar 1. Struktur Vitamin


1. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang larut dalam
air,dapat berbentuk L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan asam
dehidroskorbat (bentuk teroksidasi). Keduanya mempunyai
keaktivan vitamin C. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam
tanaman ataupun hewan. Vitamin C mudah teroksidasi, yang dapat
dipercepat dengan adanya panas, sinar, alkali, enzim oksidator serta
katalis tembaga dan besi. Vitamin C dapat terserap sangat cepat
dari alat pencerna, masuk kedalam saluran darah dan dibagikan
keseluruh tubuh (Tim Dosen Biokim, 2018).

Vitamin C juga disebut asam askorbat, struktur kimianya


terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6,
berat molekulnya 176,1 gram/mol), karena mudah bereaksi dengan
O2 diudara menjadi asam dehidroaskorbat merupakan vitamin yang
paling sederhana (Safaryani, 2007). Asam askorbat (vitamin C)
adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat
yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat
disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan
dan sebagian besar hewan (Akhilender, 2003).
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak atau berbahayanya
struktur.
2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu .
3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan
4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan
terjadi oksidasi yang tidak reversible (Poedjiadi, 1994).
2. Sifat Vitamin C
a. Dalam bentuk kristal tidak berwarna.
b. Larut dalam air dan sedikit larut dalam asetat atau alkohol yang
mempunyai berat molekul rendah.
c. Sukar larut dalam kloroform, eter, dan benzene.
d. Titik cair 190-192 oC.
e. Apabila bereaksi dengan logam akan membentuk garam.
f. Stabil pada pH rendah.
g. Mudah teroksidasi.
(Sudarmadji,1989)
3. Manfaat Vitamin C
a. Sebagai sintesis kolagen
Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin
menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam
pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein
yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan
ikat, seperti pada tulang rawan, matriks tulang, gigi, membrane
kapiler, kulit dan tendon. Dengan demikian maka fungsi vitamin
C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan
luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan
gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil
hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam
pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen.
Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di
semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu,
vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut
di jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).
b. Sebagai antioksidan
Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen
pereduksi. Disebut antioksidan, karena dengan mendonorkan
elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-senyawa lain agar
tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C sendiri akan
teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut,
sehinggamenghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).
c. Sebagai obat untuk Common Cold
Menurut Pauling (1981) vitamin C megadosis dapat
menyembuhkan common cold, akan tetapi hal ini juga
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain sistem imun penderita
dan gejala yang timbul, serta derajat keparahan penderitanya.
B. Tomat

Tomat merupakan salah satu produk hortikultura yang


berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang cukup
menjanjikan. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki
komposisi zat gizi yang cukup lengkap dan baik. Tomat terdiri dari 5-
10% berat kering tanpa air dan 1 persen kulit dan biji. Jika tomat
dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-gula
pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa), sisanya asam-asam organik,
mineral, pigmen, vitamin dan lipid. Tomat merupakan sumber vitamin
C dan A, juga kaya antioksidan. Pada umumnya tomat dikonsumsi
dalam bentuk segar (Tugiyono 2007).
Kandungan yang terdapat dalam tomat meliputi alkaloid solanin
(0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, biflavonoid,
protein, lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin,
tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2,
B6, C, E, niasin), histamin, dan likopen (Dalimartha 2007). Kadar
vitamin C pada tomat menurut (R.I 1981) :
Tabel 1. Kandungan dan komposisi gizi tomat tiap 100 gram bahan

C. Titrasi Iodimetri
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang
potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodide,
sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Pada titrasi
iodimetri menggunakan larutan iodium yang digunakan untuk
mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif
pada titik ekuivalennya (Harjadi, 1990). Iodimetri terdiri dari dua yaitu:
1. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi
dengan larutan baku Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam
Askorbat.
2. Iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi
dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan
iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya
pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.
(Kar, 2005)
Metode analisis dengan reaksi reduksi-oksidasi (redoks) adalah
analisis yang terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan yang
bereaksi. Reaktan yang mengalami kehilangan elektron dalam reaksi
redoks adalah bahan pereduksi dan dapat diidentifikasi dari persamaan
untuk reaksi dimana atom reaktan dikonversi ke tingkat yang lebih
tinggi (Knevel 1959).
I2 (aq) + 2e → 2I- (aq)
Maka, bahan pengoksidasi adalah reaktan yang menerima elektron
dalam reaksi redoks. Reaksi yang reversible dari 2I-↔ I2 + 2e dapat
diaplikasikan dalam analisis bahan-bahan pereduksi seperti tiosianat
dan arsenit. (Knevel 1959).
Indikator yang digunakan dalam praktikum ini yaitu amilum.
Amilum merupakan indikator redoks khusus yang digunakan sebagai
petunjuk telah terjadi titik ekuivalen pada titrasi iodimetri. Hal ini
disebabkan warna biru gelap dari kompleks iodin-amilum merupakan
warna yang spesifik untuk titrasi iodimetri. Mekanismenya belum
diketahui dengan pasti namun ada asumsi bahwa molekul iodin tertahan
dipermukaan β-amilosa. Larutan amilum mudah terdekomposisi oleh
bakteri, sehingga biasanya ditambahkan asam borat sebagai pengawet
(Puspitasari, 2014)
Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya
dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan
dengan atom C nomer 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang
(Harjadi,1990).
Kadar vitamin C ditentukan dengan Cara Iodometri, dimana
vitamin C mereduksi I2 menjadi I-. titik akhir titrasi ditentukan dari
warna biru amilum. Kadar vitamin C dapat dihitung sebagai berikut:

 Kadar (mg)
𝑉𝐼2 𝑥 𝑁𝐼2
𝑎 (𝑚𝑔/𝑚𝐿) = 𝑥 0,88 (𝑚𝑔)
0,01
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑚𝑔) = 𝑎 𝑥
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑚𝑔/100 𝑔𝑟𝑎𝑚) = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟(𝑚𝑔) 𝑥
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
 Kadar (%)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (%)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑎
= 𝑥 𝑥 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
(Tim Dosen Biokim, 2018)

VI. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Mortar dan alu 1 buah
2. Labu ukur 100 mL 1 buah
3. Erlenmeyer 250 mL 4 buah
4. Buret 1 buah
5. Statif dan klem 1 set
6. Gelas ukur 25 mL 1 buah
7. Pipet tetes 5 buah
8. Gelas Kimia 250 mL 2 buah
9. Corong kaca 1 buah
10. Kertas saring 1 buah
B. Bahan:
1. Tomat 10 gram
2. Aquades secukupnya
3. Amilum 1% 20 tetes
4. Iodium 0,01 N secukupnya
VII. ALUR PERCOBAAN
1. Titrasi pada larutan blanko

20 mL aquades

Volume I2
2. Titrasi pada larutan sampel

 Dihancurkan dengan mortar


sampai diperoleh slurry
 Dimasukkan ke labu ukur
100mL
 Ditambahkan aquades sampai
tanda batas
 Ditunggu 15 menit sambil
kadang-kadang dikocok

 Diambil 10mL filtrat dengan


pipet
 Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
 Ditambah 3 tetes amilum 1%
 Ditambah 20mL aquades
 Dititrasi dengan larutan standar
iodium 0,01N
 Dilakukan pengulangan

Volume I2
VIII. HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Larutan blanko - Aquades: - Aquades + 3 I2 (aq)+ 2e- → 2e- (aq) Berdasarkan
tidak tetes amilum: hasil
20 mL aquades berwarna larutan tidak Reaksi Amilum + nI2 → kompleks pengamatan
- Amilum: berwarna Iod-Amilum berwarna biru dapat
- Diambil dengan menggunakan tidak - Aquades + keunguan disimpulkan
pipet volum berwarna amilum+ CH2OH CH2OH bahwa titik
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer - Larutan I2: iodium: H O H H O H akhir titrasi
- Ditambahkan 3 tetes amilum 1% larutan berwarna biru O OH H O OH H O berwarna biru
berwarna keunguan OH keunguan
- Dititrasi dengan larutan standar H OH H OH
kuning - Volume I2 : 0,9 dengan volume
iodium 0,01N kecoklatan mL 0,9 mL. larutan
+ nI2 →
ini sebagai
Volume iodium
larutan blanko
CH2OH CH2OH
O O
atau
I H H H H I
O H O H O
pembanding
OH OH
OH
H OH H OH
2. Persiapan Sampel - Slurry tomat: - Sampel + Reaksi reduksi oksidasi Berdasarkan
berwarna aquades: A:C6H8O6 (aq)→ C6H8O7 (aq)+ 2e- hasil
 10 gram oranye larutan + 2H+ (aq) pengamatan
tomatDiambil
- Dihancurkan buah dengan mortal - Aquades: berwarna K: I2 (aq)+ 2e- →2I- (aq) dapat
dengan tidak oranye keruh disimpulkan
sampai memperoleh slurry
menggunakan pipet berwarna - Didiamkan 15 I2 + C6H8O6 → C6H8O7 + 2H+ + 2I- bahwa kadar
- Dimasukkan kedalam labu ukur - Amilum: menit: vitamin C pada
 Dimasukkan ke
100 mL tidak berwarna Reaksi Amilum + I2 → kompleks tomat adalah
dalam erlenmeyer
- Ditambahkan aquades sampai tanda berwarna oranye pudar Iod-Amilum berwarna biru 0,096
 Ditambah 3 tetes
batas - Larutan I2: - Disaring: keunguan mg/100gram.
amilum 1% larutan  Filtrat: tak Persen kadar
- Ditunggu 15 menit sambil kadang-
 Dititrasi dengan berwarna berwarna vitamin C pada
kadang dikocok CH2OH CH2OH
larutan standar kuning  Residu: H O H H O H tomat adalah
iodium 0,01N kecoklatan oranye keruh O OH H O OH H O 0,391%. Hal
- Berat sampel - Filtrat + OH ini tidak sesuai
tomat: amilum: tidak H OH H OH dengan teori
Filtrat Residu 10,0564 gram dikarenakan
berwarna + nI2 →
10g - Ditambah 20 adanya faktor
- Diambil filtratnya sebanyak 10 mL
sampel mL aquades: pengenceran.
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer CH2OH CH2OH
(tomat) tidak berwarna O H O H I
- Ditambahkan 3 tetes amilum 1% I H H
- Dititrasi O OH H O OH H O
- Ditambahkan 20 mL aquades dengan I2: OH
- Dititrasi dengan larutan standar  Erlenmeyer H OH H OH
iodium 0,01N 1: biru
- Dilakukan pengulangan keunguan
 Erlenmeyer
Volume iodium Residu 2: biru Kadar vitamin C secara teori 29
Filtrat keunguan mg/100 gram
 Erlenmeyer (R.I 1981)
3: biru
keunguan
- Volume I2
 V1 : 1,2 mL
 V2 : 1,2 mL
 V3 : 1,1 mL
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan judul Analisis Vitamin
C, bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C di dalam tomat. Vitamin C
adalah salah satu vitamin yang larut dalam air,dapat berbentuk L-asam
askorbat (bentuk tereduksi) dan asam dehidroskorbat (bentuk teroksidasi).
Keduanya mempunyai keaktivan vitamin C. Vitamin C disintesis secara
alami baik dalam tanaman ataupun hewan. Vitamin C mudah teroksidasi,
yang dapat dipercepat dengan adanya panas, sinar, alkali, enzim oksidator
serta katalis tembaga dan besi. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari
alat pencerna, masuk kedalam saluran darah dan dibagikan keseluruh tubuh
(Tim Dosen Biokim, 2018).
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang
potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodide, sehingga zat
tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Pada titrasi iodimetri menggunakan
larutan iodium yang digunakan untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang
dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekuivalennya (Harjadi, 1990).
Metode analisis dengan reaksi reduksi-oksidasi (redoks) adalah analisis
yang terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan yang bereaksi. Reaktan
yang mengalami kehilangan elektron dalam reaksi redoks adalah bahan
pereduksi dan dapat diidentifikasi dari persamaan untuk reaksi dimana
atom reaktan dikonversi ke tingkat yang lebih tinggi (Knevel 1959).
1. Titrasi pada larutan blanko
Percobaan yang pertama yaitu titrasi pada larutan blanko yang
bertujuan sebagai larutan pembanding dengan larutan sampel tomat.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan aquades tidak
berwarna sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan amilum 1% tidak berwarna sebanyak 5 tetes
dan menghasilkan larutan tak berwarna. Fungsi ditambahkannya
amilum yaitu sebagai indikator redoks khusus yang digunakan sebagai
petunjuk telah terjadi titik ekuivalen dan titik akhir pada titrasi
iodimetri. Amilum yang digunakan dalam percobaan ini sebelumnya
disimpan di dalam suhu dingin. Hal tersebut dilakukan agar larutan
amilum tidak mudah terhidrolisis menjadi gula karena bercampur
dengan air, selain itu larutan amilum mudah terdekomposisi oleh
bakteri sehingga biasanya ditambahkan pengawet, pengawet yang
digunakan pada amilum ini yaitu HgI2 yang berbentuk serbuk merah di
dasar botol, selain itu juga bisa menggunakan pengawet lain seperti
asam borat, asam furoat, dan lain-lain. Selanjutnya campuran tersebut
dititrasi dengan larutan standar iodium 0,01 N yang berwarna kuning
kecokelatan. Larutan iod disimpan di dalam buret yang berwarna gelap,
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penguraian HIO oleh cahaya
karena senyawa tersebut sensitif terhadap cahaya. Titik akhir titrasi
dapat ditentukan setelah terjadi perubahan warna pada larutan blanko
yang merupakan larutan tidak berwarna menjadi larutan berwarna biru
keunguan dan volume I2 yang dibutuhkan sebanyak 0,9 mL. Reaksi
yang terjadi:

Amilum + I2 (aq) → kompleks Iod-Amilum (biru keunguan)

CH2OH CH2OH
H O H H O H
O OH H O OH H O
OH
H OH H OH + nI2 (aq) →

CH2OH CH2OH
I H O H H O H I
O OH H O OH H O
OH
H OH H OH

2. Titrasi pada larutan sampel


Pada percobaan yang kedua yaitu titrasi pada larutan sampel
tomat yang bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dalam tomat.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan tomat yang sudah
dikupas dari kulitnya. Lalu menimbang tomat sedikit demi sedikit pada
botol vial dengan menggunakan neraca analitik sampai diperoleh massa
tomat sebanyak 10 gram. Cara menimbangnya yaitu meletakkan botol
vial terlebih dahulu, lalu di nol kan angka di neraca analitiknya, setelah
itu menimbang tomat sampai diperoleh massa sebesar 10 gram. Dari
hasil menimbang sampel tomat dengan neraca analitik diperoleh berat
sampel sebesar 10,0564 gram. Fungsi digunakannnya neraca analitik
agar diperoleh massa tomat yang akurat. Kemudian tomat dihancurkan
dengan menggunakan mortar dan alu sampai diperoleh slurry dan
menghasilkan slurry yang berwarna oranye. Fungsi tomat dihancurkan
dengan menggunakan mortar dan alu yaitu untuk memperkecil ukuran
partikel pada tomat dan menghasilkan slurry. Slurry tersebut
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquades tak
berwarna sampai tanda batas yang menghasilkan larutan berwarna
oranye keruh. Pelarut yang digunakan yaitu aquades, dikarenakan
vitamin C merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air dan
apabila menggunakan pelarut organik, maka nantinya akan ada
kandungan senyawa organik berikatan dengan asam askorbat dan tidak
dapat diperoleh kadar vitamin C total dalam tomat, sehingga digunakan
aquades untuk melarutkan vitamin C. Selanjutnya ditunggu selama 15
menit sambil kadang-kadang dikocok. Fungsi ditunggu selama 15 menit
sambil dikocok adalah agar vitamin C yang terkandung dalam tomat
bisa terekstrak banyak dan larut dalam aquades. Kemudian diambil
sebanyak 10 mL dan diencerkan 100 kali.
Langkah selanjutnya yaitu larutan tersebut disaring dengan
menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtrat dengan endapan.
Filtrat yang dihasilkan berupa larutan tak berwarna dan residu yang
dihasilkan berwarna oranye keruh. Filtrat yang dihasilkan diambil
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Filtrat
tersebut diencerkan sampai tanda batas dengan menggunakan aquades
atau dengan kata lain diencerkan 100 kali dan menghasilkan larutan tak
berwarna. Hasil pengenceran 100 kali tersebut diambil sebanyak 10 mL
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan amilum 1%
tak berwarna sebanyak 5 tetes dan menghasilkan larutan tak berwarna.
Fungsi ditambahkannya amilum yaitu sebagai indikator redoks khusus
yang digunakan sebagai petunjuk telah terjadi titik ekuivalen dan titik
akhir pada titrasi iodimetri. Amilum yang digunakan dalam percobaan
ini sebelumnya disimpan di dalam suhu dingin. Hal tersebut dilakukan
agar larutan amilum tidak mudah terhidrolisis menjadi gula karena
bercampur dengan air, selain itu larutan amilum mudah terdekomposisi
oleh bakteri sehingga biasanya ditambahkan, pengawet yang digunakan
pada amilum ini yaitu HgI2 yang berbentuk serbuk merah di dasar botol,
selain itu juga bisa menggunakan pengawet lain seperti asam borat,
asam furoat, dan lain-lain. Kemudian ditambahkan aquades tak
berwarna sebanyak 20 mL dan menghasilkan larutan tak berwarna.
Fungsi ditambahkan aquades adalah untuk menurunkan konsentrasi
vitamin C, agar konsentrasi vitamin C dapat disesuaikan dengan
konsentrasi larutan standar Iodium sebesar 0,01 N. Apabila tidak
diencerkan atau tidak ditambahkan dengan aquades maka konsentrasi
vitamin C lebih besar dibandingkan dengan larutan standar I2, sehingga
pada saat titrasi akan membutuhkan banyak volume I2 dan juga dapat
mempengaruhi perhitungan, selain itu pengenceran dapat digunakan
untuk mempermudah melihat titik akhir pada saat titrasi. Selanjutnya
campuran tersebut ditirasi dengan larutan standar iodium 0,01 N yang
berwarna kuning kecokelatan. Larutan iod disimpan di dalam buret
yang berwarna gelap, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
penguraian HIO oleh cahaya karena senyawa tersebut sensitif terhadap
cahaya. Titik akhir titrasi dapat ditentukan setelah terjadi perubahan
warna dari larutan tidak berwarna menjadi larutan berwarna biru
keunguan. Larutan yang berwarna biru keunguan tersebut adalah
senyawa kompleks Iod-amilum yang dihasilkan dari reaksi antara
Amilum dengan Iodium. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah
reaksi reduksi oksidasi. Vitamin C sebagai reduktor akan mengalami
oksidasi menjadi dehidroaskorbat dan akan mereduksi Iodium sehingga
iodium mengalami reduksi I2 menjadi I-. Persamaan reaksi sebagai
berikut:
Reaksi reduksi: I2 (aq)+ 2e → 2I- (aq)

Reaksi oksidasi: C6H8O6 (aq) → C6H8O6 (aq) + 2e- +2H+ (aq)

I2 (aq)+ C6H8O6 (aq) → C6H8O6 (aq)+ 2H+ (aq)+2I- (aq)

Setelah vitamin C habis bereaksi, maka Iodium sisa akan bereaksi


dengan amilum membentuk kompleks Iod-Amilum yang berwarna biru
keunguan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Amilum + I2 (aq) → kompleks Iod-Amilum (biru keunguan)

CH2OH CH2OH
H O H H O H
O OH H O OH H O
OH
H OH H OH + nI2 (aq) →

CH2OH CH2OH
I H O H H O H I
O OH H O OH H O
OH
H OH H OH

Pada percobaan ini, titrasi diulangi sebanyak tiga kali


pengulangan yang bertujuan untuk mendapatkan ketelitian data yang
lebih akurat. Berikut adalah volume titrasi yang diperoleh :
 Volume I2 pada percobaan pertama = 1,2 mL
 Volume I2 pada percobaan kedua = 1,2 mL
 Volume I2 pada percobaan ketiga= 1,1 mL
Setelah didapatkan volume I2, maka kadar vitamin C dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
 Kadar (mg)
𝑉𝐼2 𝑥 𝑁𝐼2
𝑎 (𝑚𝑔/𝑚𝐿) = 𝑥 0,88 (𝑚𝑔)
0,01
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑚𝑔) = 𝑎 𝑥
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑚𝑔/100 𝑔𝑟𝑎𝑚) = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟(𝑚𝑔) 𝑥
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
 Kadar (%)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (%)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑎
= 𝑥 𝑥 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
Kadar vitamin C yang didapatkan pada tomat secara berturut-turut
untuk setiap pengulangan yaitu: 0,105% atau 0,1 mg/100 gram, 0,105%
atau 0,1 mg/100 gram, dan 0,963% atau 0,09 mg/100 gram. Sehingga
diperoleh rata-rata kadar vitamin C pada tomat yaitu sebesar 0,391%
atau sebesar 0,096 mg/100 gram. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
yaitu sebesar 29 mg/100 gram (R.I, 1981), dikarenakan beberapa faktor
antara lain: jenis buah yang digunakan belum tentu sama dengan jenis
buah secara teori, semakin lama terkena udara (mengekstraksi), maka
kadar vitamin C akan semakin rendah dan bisa teroksidasi dengan
udara.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan dengan judul
Analisis Vitamin C bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada
sampel tomat dan didapatkan kadar vitamin C pada sampel tomat yaitu
sebesar 0,391% atau sebesar 0,096 mg/100 gram.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Alkhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga
Challen, Jack. 1997. The post present and future of vitamins. New York
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus
Agriwidya
Dorland, W. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Guyton, A . C . 2007. Biokimia untuk Pertanian. Medan : USU-Press
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
Kar, Ashutosh. 2005. Pharmaceutical Drug Analysis. New Delhi: New Age
International Limited Publisher
Knevel, Adelbert M. 1959. Jenkin’s: Quantitative Pharmacheutical
Chemistry, 7th edition. New York: MC-Graw Hill Book Company
Padayatty, S.J, Y Wang, P Eck, O Kwon, dan JH Lee. 2003. “Vitamin C as
Antioxidant: Evaluation of It's Role In Disease Prevention”. Journal
of American College of Nutrition 18-35.
Pauling, L. 1971. General Chemistry ed isi4. Jakarta : Gaya Baru.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Puspitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar dengan Strategi
Problem Solving dan Open-ended Experiment. Bandung : Alfabeta.
R.I, Direktorat Gizi Depkes. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Jakarta: Bhrata Karya Aksara.
Safaryani, Nurhayati, dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
Terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli. Semarang: Buletin
Anatomi dan Fisiologi, Vol. XV, No. 2 Universitas Diponegoro
Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty.
Tim dosen Biokimia. 2018. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Unesa.
Tugiyono. 2007. Budidaya Tanaman Tomat. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.

XII. JAWABAN PERTANYAAN


1. Hitung kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel!
Jawab:
Perhitungan kadar Vitamin C pada sampel
Diketahui : N I2 = 0,01 N
Berat sampel = 10,0564 gram
Volume titrasi = (1) 1,2 mL
(2) 1,2 mL
(3) 1,1 mL
Ditanya : Kadar Vit C ?
Jawab :
Titrasi pengulangan ke-1
𝑉𝐼2 𝑥 𝑁𝐼2
Kadar vitamin C = 𝑥 0,88 𝑚𝑔
0,01
1,2 𝑥 0,01
= 𝑥 0,88 𝑚𝑔
0,01
100 𝑚 𝐿
= 1,059 𝑚𝑔 = 10,56 𝑚𝑔
10 𝑚𝐿
𝑚𝑔 100 𝑔
Kadar ( ⁄100 𝑔 ) = 10,560 𝑚𝑔 𝑥 10,56 𝑚𝑔
𝑚𝑔
= 0,1 ⁄100 𝑔
100 1,056
Kadar (%) = 𝑥 100%
10 10056,4 𝑚𝑔
= 0,105 %
Titrasi pengulangan ke-2
𝑉𝐼2 𝑥 𝑁𝐼2
Kadar vitamin C = 𝑥 0,88 𝑚𝑔
0,01
1,2 𝑥 0,01
= 𝑥 0,88 𝑚𝑔
0,01
100 𝑚 𝐿
= 1,059 𝑚𝑔 = 10,56 𝑚𝑔
10 𝑚𝐿
𝑚𝑔 100 𝑔
Kadar ( ⁄100 𝑔 ) = 10,560 𝑚𝑔 𝑥 10,56 𝑚𝑔
𝑚𝑔
= 0,1 ⁄100 𝑔

100 1,056
Kadar (%) = 𝑥 100%
10 10056,4 𝑚𝑔
= 0,105 %
Titrasi pengulangan ke-3
𝑉𝐼2 𝑥 𝑁𝐼2
Kadar vitamin C = 𝑥 0,88 𝑚𝑔
0,01
1,1 𝑥 0,01
= 𝑥 0,88 𝑚𝑔
0,01
100 𝑚 𝐿
= 0,968 𝑚𝑔 = 9,68 𝑚𝑔
10 𝑚𝐿
𝑚𝑔 100 𝑔
Kadar ( ⁄100 𝑔 ) = 10,560 𝑚𝑔 𝑥 9, 68 𝑚𝑔
𝑚𝑔
= 0,0917 ⁄100 𝑔
100 9,68
Kadar (%) = 𝑥 100%
10 10056,4 𝑚𝑔
= 0,963 %
Rata-rata kadar vitamin C
0,105 %+0,105 %+0,963%
Rata – rata kadar vitamin C pada tomat (%) = 3
= 0,391%
0,1+0,1+0,09
Rata – rata kadar vitamin C pada tomat (mg/100 g) = 3
= 0,096 mg/100 g
2. Gambarkan struktur vitamin C!
Jawab:

3. Sebutkan penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh


defisiensi vitamin C!
Jawab:
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, baik
di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah
goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat
lelah, otot lemah, anemia dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga
berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolesterol tinggi, sakit
jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
4. Sebutkan bahan makanan yang mengandung vitamin C!
Jawab:
Makanan yang mengandung vitamin C:
 Jambu biji: Kandungan vitamin C dalam jambu biji hampir 2 kali lipat
dari jeruk. Dalam 100 gram buah jambu biji mengandung 108 mg
vitamin C.
 Jeruk: Sebuah jeruk menyediakan 50 sampai 70 mg vitamin C, setara
dengan kebutuhan harian vitamin C Anda.
 Apel: Kandungan vitamin C dalam 100 gram buah apel adalah 5 mg.
 Delima: Satu buah delima menyediakan 40 persen kebutuhan vitamin
C harian Anda.
 Buah Kiwi: Pada berat yang setara, buah kiwi mengandung dua kali
vitamin C daripada jeruk. Selain mengandung banyak vitamin C, buah
kiwi merupakan sumber magnesium, kalium, vitamin A dan E.
 Buah Anggur : Buah anggur memiliki kandungan vitamin c yang
lumayan, yaitu 10,8 mg tiap 100 gramnya.
 Stroberi: Stroberi juga merupakan sumber vitamin C dan antioksidan
lainnya. Dalam satu porsi buah stroberi 147 gram, mengandung
vitamin C sebanyak 86,5 mg.
 Pepaya: Dalam 150 gram buah pepaya, mengandung vitamin C
sebanyak 90 mg.
 Kubis : Dalam 100 gram mengandung vitamin C sebanyak 92,6 mg
 Kale : Dalam 50 gram mengandung vitamin C sebanyak 53 mg
 Paprika hijau : Dalam 50 gram mengandung vitamin C sebanyak 56,5
mg
 Ubi jalar : Dalam 100 gram mengandung vitamin C sebanyak 21,3 mg
 Kembang kol : Dalam 100 gram mengandung vitamin C sebanyak 26
mg.
 Selain buah-buahan di atas, masih banyak lagi buah yang mengandung
vitamin C seperti pisang, melon, leci, semangka, nanas, markisa dan
Blackcurrent.
5. Sebutkan peranan penting vitamin C di dalam tubuh!
Jawab:
Fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam
penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan
perdarahan gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil
hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan
hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka
serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat
dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan
kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi
(Guyton, 2007).

Anda mungkin juga menyukai