DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Belinna Eslly Mayopu : 462016001
Nella Alfita Lohmay : 462016002
Yuslince E. Mangma : 462016003
Anthoneta Juneth Manuhutu : 462016005
Oktavianus Joandi : 462016007
Yonathan Septa Perdana : 462016008
Inggrit Mareta Walanda : 462016009
Bertho Titus Bulohroy : 462016014
Marlen Domlay : 462016015
Diah Wahyu Setyaningsih : 462016017
Rosalia Yolin Sahertian : 462016018
SALATIGA
Kata Pengantar
Segala Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
mempermudah kami dalam pembuatan studi literatur ini, sehingga dapat menyelesaikan
dengan tepat waktu. Banyak hal yang akan di dapat dari studi literatur ini oleh pembaca
mengenai “Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi”. Dalam hal ini kami
membahas mengenai bagaimana menangani nyeri pada pasien kanker secara farmakologi dan
non farmakologi. Untuk lebih lengkapnya dapat membaca pada studi literatur ini.
Kami menyadari jika ada sesuatu yang salah dalam penulisan seperti penyampaian
informasi yang berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat kalimat maupun kata-kata yang salah “Tidak
Ada Manusia Yang Sempurna Kecuali Tuhan”
Demikian kami ucapkan terimakasih atas waktunya telah membaca hasil studi
literatur kami.
Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
TUJUAN .................................................................................................................................... 4
METODE ................................................................................................................................... 4
HASIL ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 25
PENUTUP................................................................................................................................ 29
Kesimpulan ................................................................................................................................... 29
Saran ............................................................................................................................................. 29
Referensi .................................................................................................................................. 30
LATAR BELAKANG
TUJUAN
Tujuan dari penulisan studi literatur ini adalah mengidentifikasi dan menggambarkan
penelitian yang meneliti tentang pengaruh terapi farmakologi dan non farmakologi yang
efektif untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker.
METODE
Studi ini adalah studi literatur untuk mengetahui manajamen nyeri farmakologi dan
non famakologi yang efektif untuk mengatasi nyeri pada pasian kanker. Studi literatur ini
dilakukan dengan me-review 14 jurnal terpublikasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
kemudian diringkas dengan melihat pengaruh manajemen nyeri farmakologi dan non
farmakologi pada pasien kanker.
HASIL
No Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil dan
Pembahasan
1. Pain Untuk Terdapat
Management in mengoptimalkan beberapa
Palliative Care kualitas hidup penyebab rasa
(Rod MacLeod pasien sampai pada nyeri pada pasien
dkk, 2014) kematian kanker misalnya
nyeri karena efek
langsung, nyeri
karena
kemoterapi dan
nyeri yang tidak
terkait langsung
dengan kanker.
Empat komponen
dari pengalaman
nyeri yaitu
penyebab
rangsangan,
presepsi pada
rangsangan,
interprestasi
seseorang dari
rangsangan. Nyeri
merupakan
pengalaman
subjektif sehingga
dalam penilaian
skala nyeri
dibutuhkan
kejujuran dari
pasien, apabila
skala nyeri sudah
ditentukan dibuat
strategi
manajemen nyeri
yaitu 1) non-
opoid. analgesia
pada langkah
pertama, biasanya
parasetamol
dengan dosis 1
gram setiap 6
jam. Jika tidak
efektif langkah
dosis ini ke
langkah dua.
Sebuah alternatif
untuk
parasetamol pada
langkah satu
adalah non-
steroid anti-
inflamasi
(OAINS). Pilihan
obat didasarkan
pada penilaian
risiko / manfaat
bagi setiap
individu. NSAID
secara khusus
diindikasikan
untuk nyeri tulang
dan dapat diambil
sebagai terapi
adjuvant pada
setiap langkah
dari tangga.
Pasien yang
menerima NSAID
yang beresiko
efek samping
gastrointestinal
akan menerima
perlindungan dari
penambahan
inhibitor pompa
proton sekali
sehari setengah
jam sebelum
sarapan dengan
segelas air. 2)
Opoid ringan.
opioid ringan
seperti kodein
ditambahkan ke
analgesik yang
digunakan pada
langkah satu. Hal
ini biasanya
berarti menambah
kodein ke
parasetamol
namun senyawa
parasetamol dan
kodein persiapan
tidak
direkomendasikan
sebagai jumlah
kodein terlalu
kecil. Dosis yang
dianjurkan kodein
adalah 30-60 mg
setiap empat jam
sampai
maksimum 240
mg sehari.
Kodein memiliki
dosis langit-langit
analgesik dari 240
mg sehari-hari;
efek samping
yang
berhubungan
dengan dosis
terus memburuk
jika dosis ini
terlampaui. Oleh
karena itu dalam
banyak situasi
tidak ada manfaat
dalam mengambil
kodein pada dosis
lebih besar dari
60 mg empat kali
sehari. 3) Opoid
Kuat. Morfin
adalah pilihan
pertama untuk
nyeri sedang
sampai berat
karena
ketersediaan,
biaya dan tubuh
pengalaman
dalam
penggunaannya.
Morfin
dikombinasikan
dengan non-
opioid yang
digunakan pada
langkah 2
ditambah terapi
adjuvan
ditunjukkan.
opioid alternatif
untuk nyeri
sedang sampai
berat yang
oxycodone,
fentanyl,
hydromorphone
dan metadon.
Pemberian obat
dan dosis akan
disesuaikan
dengan skla nyeri.
PEMBAHASAN
Penanganan nyeri adalah upaya mengurangi nyeri yang dilakukan pada pasien kanker,
dengan pemberian obat ataupun tanpa pemberian obat sesuai tingkat nyeri yang dirasakan
pasien. Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan penilaian nyeri yang
seksama, baik berdasarkan informasi subjektif maupun objektif yang disebut dengan
mnemonik PQRST (Yudiyanta, dkk. 2015) sehingga penatalaksanaan nyeri pada pasien
kanker terbagi dua:
1. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis melibatkan kolaborasi antara perawat dan dokter. Pemberian
terapi farmakologis mempertimbangkan mnemonik PQRST. Memberikan obat
analgetik terdapat skalanya, yaitu:
Non-Opoid: jenis obat analgetik yang dikenal dengan istilah analgetik perifer
karena mekanisme kerja obat golongan ini bekerja pada reseptor nyeri yang
berada di daerah sekitar nyeri, tidak memberikan pengaruh pada sistem
susunan saraf pusat sehingga obat golongan ini cenderung tidak menurunkan
tingkat kesadaran dan juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
penggunanya. Salah satu jenis obat analgetik non-opoid yaitu paracetamol
dengan dosis 1 gram setiap 6 jam, apabila tidak efektif langkah dosis ini ke
langkah dua. Sebuah alternatif untuk parasetamol pada langkah satu adalah
anti-inflamasi non-steroid (NSAID). Pilihan obat didasarkan pada penilaian
risiko / manfaat bagi setiap individu. NSAID secara khusus diindikasikan
untuk nyeri tulang dan dapat diambil sebagai terapi adjuvant pada setiap
langkah dari tangga. Pasien yang menerima NSAID yang beresiko efek
samping gastrointestinal akan menerima perlindungan dari penambahan
inhibitor pompa proton sekali sehari setengah jam sebelum sarapan dengan
segelas air. (Rod MacLeod, dkk. 2014)
Opoid Ringan: opioid ringan seperti kodein ditambahkan ke analgesik yang
digunakan pada non-opoid. Dosis yang dianjurkan kodein adalah 30-60 mg
setiap empat jam sampai maksimum 240 mg sehari. Kodein memiliki dosis
langit-langit analgesik dari 240 mg sehari-hari; efek samping yang
berhubungan dengan dosis terus memburuk jika dosis ini terlampaui. Oleh
karena itu dalam banyak situasi tidak ada manfaat dalam mengambil kodein
pada dosis lebih besar dari 60 mg empat kali sehari. (Gomm, 2015)
Opoid Kuat: Morfin adalah pilihan pertama untuk nyeri sedang sampai berat
karena ketersediaan, biaya dan tubuh pengalaman dalam penggunaannya.
Morfin dikombinasikan dengan non-opioid yang digunakan pada langkah 2
ditambah terapi adjuvan ditunjukkan. opioid alternatif untuk nyeri sedang
sampai berat yang oxycodone, fentanyl, hydromorphone dan metadon.
Pemberian obat dan dosis akan disesuaikan dengan skala nyeri. (Rod
MacLeod, dkk. 2014)
2. Terapi non-farmakologis
Selain pemberian terapi farmakologis, terapi non farmakologis juga menjadi
pilihan lain dalam penatalaksanaan nyeri. Terdapat beberapa jenis terapi non
farmakologis yang diberikan:
Terapi melalui audio. Dalam jurnal Pengaruh Self-Selected Individual music
Therapy (SeLIMuT) terhadap Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP
memaparkan bahwa terapi musik berperan dalam menurunkan nyeri dengan
cara memengaruhi hipofisis otak untuk melepaskan endorfin. Pengaruh
SeLIMuT di saraf otonom dapat membantu menurunkan aktivitas sistem
saraf otonom yang berlebih. Mendengarkan musik dapat mencegah adanya
adrenal cascade dan mencegah pelepasan hormon sehingga pasien dapat
relaks dan terjadi toleransi terhadap rasa nyeri. SeLIMuT menciptakan
suasana rileks, aman, dan menyenangkan sehingga merangsang pusat rasa
ganjaran (sistem analgesia) dan merangsang pelepasan substrat kimia seperti
gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin, dan β endorfin yang dapat
mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri. Jenis musik SeLIMuT juga
memengaruhi penurunan nyeri pada responden kelompok intervensi. Jenis
musik yang digunakan pada terapi ini terdiri dari jenis musik pilihan yang
terlebih dahulu dipilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria musik yang
relaksasi. Musik yang dipilih harus memberikan ketenangan bagi pasien,
misalnya musik-musik yang berirama rohani agar pasien merasa dekat
dengan Tuhan sehingga hal tersebut mampu mengurangi tingkat nyeri
maupun stres yang dihadapi, musik yang lembut (dengan pitch dan volume
terkontrol), familiar, aman, efektif, dan disukai oleh pasien. Responden dapat
memilih musik yang disukai dalam buku menu SeLIMuT yang telah
disediakan oleh peneliti. Bermacam-macam jenis musik dapat dipilih pasien,
mulai dari jenis musik pop, klasik, keroncong, campursari, religi, dangdut,
hingga jazz. Terapi ini menggunakan earphone dan diberikan dalam waktu
15 menit untuk satu kali terapi.
Terapi Swedish Massage. Pijat klasik dasar dari semua metode pijatan yang
dikembangakan sejak abad ke-19 untuk peningkatan kesehatan dan terapi
membantu orang sakit. Jurnal penelitian ini mengatakan terjadi penurunan
ketidaknyamanan, mengurangi nyeri otot dan laju pernafasan pada fungsi
fisiologis, sedangkan pada fungsi psikologis menurunkan tingkat kecemasan
dan emosional, di samping itu pada fungsi psychophysiologic dapat
meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, serta meminimalkan risiko
infeksi. Dilakukannya terapi massage membantu adekuat asupan nutrisi,
berkurangnya keluhan secara fisik akibat dampak toksisitas saraf
neurotoksisitas perifer. (Dewi, dkk. 2017)
Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR). Teknik relaksasi sederhana
yang pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya pada efek samping
kemoterapi mual dan muntah. Pada jurnal penelitian Progresive Muscle
Relaxation menurunkan frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara
menjalani kemoterapi di Posa RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengatakan
bahwa teknik relaksasi bertujuan untuk membedakan perasaan yang dialami
saat otot dileaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang.
Teknik relaksasi ini menggunakan aktifitas yang menyenangkan, perasaan
senang, mengurangi ketegangan, terutama ketegangan psikis yang berkaitan
dengan kehidupan. Dalam jurnal ini pasien mengatakan rasa nyeri yang
dinilai berkurang dan merasa nyaman dengan relaksasi PMR.
Teknik relaksasi Hand Massage. Teknik relaksasi ini dilakukan dengan
beberapa pendekatan yaitu dengan metode tekanan lebut dan gesekan di
seluruh telapak tangan klien dengan melibatkan gerakan melingkar kecil
dengan menggunakan ujung jari atau ibu jari dalam waktu 5-10 menit. Dalam
jurnal ini mengatakan bahwa dengan sentuhan yang lembut dapat
memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pasien. Teknik ini sederhana
dan udah dilakukan, sehingga bisa di terapkan kepada siapapun yang
mengalai rasa nyeri khususnya pada pasien kanker payudara. Jurnal
penelitian ini juga mengatakan bahwa teknik relaksasi hand massage eiliki
pengaruh yang dapat mengurangi ketegangan, meningkatkan relaksasi fisik
dan psikologi hand massage dapat membantu kemandirian klien dan
keluarga dalam mengelola nyeri, khususnya bagi pasien yang tidak ingin
mengatasi nyeri dengan menggunakan terapi farmakologis. (Fadilah, dkk.
2016)
Terapi dongeng. Distraksi adalah teknis memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri, dengan mendongeng perasaan atau emosi dapat
dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai peran dalam hidup
sehingga dapat melepaskan rasa takut, cemas, mengekspresikan kemarahan
dan permusuhan. Mendongeng (story telling) merupakan salah satu teknik
distraksi berupa sebuah seni pengisahan cerita yang bertujuan memberi
hiburan bagi pendengar tentang kejadian yang nyata maupun imaginatif.
Jurnal penelitian ini membuktikan bahwa mengalihkan (distraksi) perasaan
nyerinya dan relaksasi selama perawatan di Rumah Sakit. (Fadilah, dkk.
2016)
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran dari jurnal-jurnal hasil penelitan, dapat disimpulkan bahwa
manajemen nyeri farmakologis dan non farmakologis pada pasien kanker diberikan supaya
rasa nyeri dapat berkurang dan memberikan rasa nyaman dengan mempertimbangkan
mnomonik PQRST.
Saran
Diharapkan studi literatur ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang manajemen nyeri
sehingga dapat mengoptimalisasi manajemen nyeri. Institusi kesehatan terkait juga dapat
menerapkan terapi non farmakologis berupa relaksasi, massage, distraksi, dan audio sebagai
bentuk manajemen nyeri pada pasien kanker.
Referensi
A. Paez B dkk, 2013. Guidelines on Pain Manageent & Palliative Care. European
Association of urulogy.
Anita, 2016. Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan,
Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 508-513
Ayu, dkk, 2015. Pengaruh mendongeng pada kondisi nyeri penderita leukimia di Ruang
Rawat Inap Hematologi Onkologi anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pediatric
Nursing,31(6)
Dewi U, dkk. 2017. Pengaruh Swedish Massage Therapy terhadap tingkat kualitas hidup
penderita leukimia usia sekolah. JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017
Dr. S Gomm, 2015. Pain and Syptom Control Guidelines Palliative Care
Endang K, dkk, 2016. Progresive Muscle Relaxation Menurunkan Frekuensi Nyeri Pada
Penderita Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Posa RSUP Dr.Soetomo
Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol. 6, No.4, 2016
Flora S, 2016. Hubungan perawatan paliatif dengan kualitas hidup pasien kanker di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2016,
Marija Sholjakova dkk, 2018. Pain Relief as an Integral Part of the Palliative Care. Journal
of Medical scinces. 2018 April 15;6(4):739-741
Nusul S. H, dkk, 2015. Pengaruh Self-Selected Individual usic Therapy (SeLIMuT) terhadap
Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Indonesian Journal
of Cancer Vol. 9, No. 4 October - December 2015
Puput N. F. dkk, 2016. Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap nyeri Pada
Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
Vol. 9, No. 2, Agustus 2016, hal 221-226Flora S, 2016. Hubungan perawatan paliatif dengan
kualitas hidup pasien kanker di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016
Profil Kesehatan Kota Salatiga. 2015. Dipetik Juni 13, 2019, dari Dinas Kesehatan Kota
Salatiga:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2015/3373_Jaten
g_Kota_Salatiga_2015.pdf
Riskesdas. 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dipetik Juni 13, 2019, dari
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf