Anda di halaman 1dari 31

HIV AIDS AND PALLIATIVE NURSING

MANAJEMEN NYERI FARMAKOLOGIS DAN NON FARMAKOLOGIS


PADA PASIEN KANKER
Studi Literatur

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Belinna Eslly Mayopu : 462016001
Nella Alfita Lohmay : 462016002
Yuslince E. Mangma : 462016003
Anthoneta Juneth Manuhutu : 462016005
Oktavianus Joandi : 462016007
Yonathan Septa Perdana : 462016008
Inggrit Mareta Walanda : 462016009
Bertho Titus Bulohroy : 462016014
Marlen Domlay : 462016015
Diah Wahyu Setyaningsih : 462016017
Rosalia Yolin Sahertian : 462016018

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA
Kata Pengantar
Segala Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
mempermudah kami dalam pembuatan studi literatur ini, sehingga dapat menyelesaikan
dengan tepat waktu. Banyak hal yang akan di dapat dari studi literatur ini oleh pembaca
mengenai “Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi”. Dalam hal ini kami
membahas mengenai bagaimana menangani nyeri pada pasien kanker secara farmakologi dan
non farmakologi. Untuk lebih lengkapnya dapat membaca pada studi literatur ini.

Kami menyadari jika ada sesuatu yang salah dalam penulisan seperti penyampaian
informasi yang berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat kalimat maupun kata-kata yang salah “Tidak
Ada Manusia Yang Sempurna Kecuali Tuhan”

Demikian kami ucapkan terimakasih atas waktunya telah membaca hasil studi
literatur kami.

Salatiga, 03 Juni 2019

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 4

TUJUAN .................................................................................................................................... 4

METODE ................................................................................................................................... 4

HASIL ........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 25

1. Terapi Farmakologis ................................................................................................. 25

2. Terapi non-farmakologis ........................................................................................... 26

PENUTUP................................................................................................................................ 29

Kesimpulan ................................................................................................................................... 29

Saran ............................................................................................................................................. 29

Referensi .................................................................................................................................. 30
LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan identifikasi dini yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain secara holistik seperti biologis, fisiologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Kanker adalah salah satu penyakit yang berakibat serius pada
quality of life dimana pasien sering mengalami penderitaan secara holistik. (Sijabat, 2016)
World Health Organization (WHO) melaporkan 9,6 juta angka kematian pada tahun 2018
akibat kanker dan akan meningkat secara signifikan menjadi sekitar 13,1 juta kematian pada
tahun 2030 (WHO, 2019). Prevalensi kanker di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018
terdapat 1,8% orang yang mengidap kanker sedangkan di Salatiga sendiri prevalensi kanker
pada 2015 adalah 0,34% orang yang mengidap kanker sedangkan 8,2 juta kematian
disebabkan oleh kanker (Profil Kesehatan Salatiga, 2015).
Pada penderita kanker, gejala fisik yang paling sering menyertai adalah nyeri. Nyeri
yang tidak tertangani akan berdampak pada kecemasan, depresi, helplessness, hopelessness,
keinginan untuk mengakhiri kehidupan, dan ketakutan pada pasien maupun keluarga mereka.
Pasien dengan kanker stadium lanjut melaporkan nyeri yang lebih berat diberikan analgesik,
akan tetapi beberapa kasus tidak sepenuhnya dapat mengurangi nyeri pada pasien kanker
stadium lanjut sehingga perawatan yang dominan diberikan pada pasien kanker stadium
lanjut adalah perawatan paliatif. Perawatan paliatif yang digunakan pada pasien kanker
berupa perawatan farmakologi dan non farmakologi. (Nuruh, dkk. 2015)

TUJUAN
Tujuan dari penulisan studi literatur ini adalah mengidentifikasi dan menggambarkan
penelitian yang meneliti tentang pengaruh terapi farmakologi dan non farmakologi yang
efektif untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker.

METODE
Studi ini adalah studi literatur untuk mengetahui manajamen nyeri farmakologi dan
non famakologi yang efektif untuk mengatasi nyeri pada pasian kanker. Studi literatur ini
dilakukan dengan me-review 14 jurnal terpublikasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
kemudian diringkas dengan melihat pengaruh manajemen nyeri farmakologi dan non
farmakologi pada pasien kanker.
HASIL
No Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil dan
Pembahasan
1. Pain Untuk Terdapat
Management in mengoptimalkan beberapa
Palliative Care kualitas hidup penyebab rasa
(Rod MacLeod pasien sampai pada nyeri pada pasien
dkk, 2014) kematian kanker misalnya
nyeri karena efek
langsung, nyeri
karena
kemoterapi dan
nyeri yang tidak
terkait langsung
dengan kanker.
Empat komponen
dari pengalaman
nyeri yaitu
penyebab
rangsangan,
presepsi pada
rangsangan,
interprestasi
seseorang dari
rangsangan. Nyeri
merupakan
pengalaman
subjektif sehingga
dalam penilaian
skala nyeri
dibutuhkan
kejujuran dari
pasien, apabila
skala nyeri sudah
ditentukan dibuat
strategi
manajemen nyeri
yaitu 1) non-
opoid. analgesia
pada langkah
pertama, biasanya
parasetamol
dengan dosis 1
gram setiap 6
jam. Jika tidak
efektif langkah
dosis ini ke
langkah dua.
Sebuah alternatif
untuk
parasetamol pada
langkah satu
adalah non-
steroid anti-
inflamasi
(OAINS). Pilihan
obat didasarkan
pada penilaian
risiko / manfaat
bagi setiap
individu. NSAID
secara khusus
diindikasikan
untuk nyeri tulang
dan dapat diambil
sebagai terapi
adjuvant pada
setiap langkah
dari tangga.
Pasien yang
menerima NSAID
yang beresiko
efek samping
gastrointestinal
akan menerima
perlindungan dari
penambahan
inhibitor pompa
proton sekali
sehari setengah
jam sebelum
sarapan dengan
segelas air. 2)
Opoid ringan.
opioid ringan
seperti kodein
ditambahkan ke
analgesik yang
digunakan pada
langkah satu. Hal
ini biasanya
berarti menambah
kodein ke
parasetamol
namun senyawa
parasetamol dan
kodein persiapan
tidak
direkomendasikan
sebagai jumlah
kodein terlalu
kecil. Dosis yang
dianjurkan kodein
adalah 30-60 mg
setiap empat jam
sampai
maksimum 240
mg sehari.
Kodein memiliki
dosis langit-langit
analgesik dari 240
mg sehari-hari;
efek samping
yang
berhubungan
dengan dosis
terus memburuk
jika dosis ini
terlampaui. Oleh
karena itu dalam
banyak situasi
tidak ada manfaat
dalam mengambil
kodein pada dosis
lebih besar dari
60 mg empat kali
sehari. 3) Opoid
Kuat. Morfin
adalah pilihan
pertama untuk
nyeri sedang
sampai berat
karena
ketersediaan,
biaya dan tubuh
pengalaman
dalam
penggunaannya.
Morfin
dikombinasikan
dengan non-
opioid yang
digunakan pada
langkah 2
ditambah terapi
adjuvan
ditunjukkan.
opioid alternatif
untuk nyeri
sedang sampai
berat yang
oxycodone,
fentanyl,
hydromorphone
dan metadon.
Pemberian obat
dan dosis akan
disesuaikan
dengan skla nyeri.

2. Pain Relief as Untuk membahas Strategi untuk


an Integral Part dan menjawab manajemen nyeri
of the beberapa rezim dalam perawatan
Palliative Care analgetik dan paliatif terdapat
(Marija dilema terapi dua pendekatan
Sholjakova yang dikenal
dkk, 2018) yaitu evaluasi
rasa sakit dan
pengobatan
manajemen dari
nyeri. Meskipun
nyeri merupakan
hal yang
kompleks bagi
individu dan
didukung oleh
faktor yang
berbeda seperti
fisiologis,
psikologis dan
spiritual. Namun
selama evaluasi
rasa sakit baik
secara kualitas
maupun kuantitas
pada semua faktor
tambahan dan
interaksi dari
pasien harus
diperhitungkan
hal ini agar dapat
membantu dokter
untuk mengarah
pada kebutuhan
pasien dan
menentukan
apakah terapi
agresif cukup
untuk
menghilangkan
rasa sakit atau
tidak.
3 Guidelines on Rekomendasi yang Nyeri adalah
Untuk
Pain diberikan dalam gejala yang paling
mengevaluasi skala
Manageent & pedoman saat ini umum dari
nyeri dan intensitas
Palliative Care didasarkan pada penyakit apapun,
nyeri
(A. Paez B dkk pencarian literatur dan didefinisikan
2013) sistematis dengan oleh Asosiasi
menggunakan Internasional
Embase / Medline untuk Studi Pain
dan Cochrane (IASP) sebagai
Central Register of “pengalaman
Trials Controlled. sensorik dan
Ini harus emosional yang
ditekankan bahwa tidak
panduan ini berisi menyenangkan
informasi untuk terkait dengan
pengobatan pasien baik kerusakan
individu sesuai jaringan aktual
dengan pendekatan atau potensial,
umum standar. atau yang
digambarkan
dalam hal
kerusakan
seperti”
4 Pengaruh Self- Untuk mengetahui Penelitian Penelitian ini
Selected pengaruh SeLIMuT intervensi Quasi menunjukan
Individual usic terhadap tingkat Experiment-pre-test bahwa terdapat
Therapy nyeri pasien kanker and post test design perbedaan yang
(SeLIMuT) paliatif. with Coparison signifikan rerata
terhadap Group dengan selisih nyeri pre
Tingkat Nyeri purposive and post pada kedua
Pasien Kanker consecutive kelompok dengan
Paliatif di sampling ini nilai p=0,001
RSUP Dr. dilakukan di IRNA (p<0,05).
Sardjito, I RSUP Dr. Penurunan nyeri
Yogyakarta, Sardjito, terjadi pada
(Nusul S. H, Yogyakarta. kelopok
dkk 2015) Responden dibagi SeLIMuT setelah
dalam kelopok mendapatkan
intervens (n=23) intervensi dengan
yang menerima mean (SD) 2,144
terapi SeLIMuT (0,91). Penurunan
sebanyak empat nyeri pada
kali masing-masing kelompok
selama 15-20 menit SeLIMuT juga
dan kelompok bermakna secara
kontrol (n=23) yang klinis (mean ≥
tidak diberikan 1,0). Peningkatan
terapi. Kedua skor nyeri
kelompok terdapat pada
dilakukan kelompok kontrol
pengukuran nyeri dengan nilai mean
pre- dan post (SD) -0,03 (0,15).
dengan Visual
Analog Scale
(VAS).
5 Pain and Menilai skala nyeri manajemen nyeri
Syptom setiap orang dengan dengan terapi
Control mempertimbangkan farmakologis
Guidelines aspek fisik aspek dibuat dalam
Palliative Care fungsional, efek beberapa
(Dr. S Gomm, pada kegiatan tingakatkan. Pada
2015) sehari-hari hidup langkah 1 non-
psikososial, efek opioid langkah 2
suasana hati / opioid ringan +
hubungan / tidur, non-opioid
spiritual - ketakutan langkah 3 Opoid
/ putus asa / kuat + non-
penyesalan / opioid. Untuk
bersalah. ringan nyeri
mulai dari
langkah 1 • Untuk
moderat nyeri
mulai dari
langkah 2 • Untuk
sedang sampai
parah rasa sakit,
mulai dari
langkah 3. Jika
ragu, berikan obat
dari langkah 2
dan menilai
setelah 30-40
menit. Rute
pemberian obat
dapat lewat oral
dan pompa jarum
suntik.

6 Nursing and Untuk Perawatan


the future of meningkatkan palliative
palliative care tenaga kerja memiliki
(Karla S. 2017) perawatan saat ini. ketrampilan dan
pengetahuan yang
diperlukan untuk
merawat pasien
yang sekarat,
serta mereka yang
menderita
penyakit kronis
dan serius.
Perawatan
palliative
bermanfaat untuk
berbagai kondisi,
dan banyak
penelitian
berkualitas tinggi
yang diselesaikan
tidak unik untuk
kondisi medis,
basis bukti paling
kuat untuk
kanker.
Perawatan
palliative dini
sangat bermanfaat
dengan dua uji
coba yang
menunjukan
bahwa perawatan
palliative
meningkatkan
kualitas hidup
pasien dengan
kanker paru-paru
dan juga ketika
mereka menerima
transplantasi
sumsum tulang.
Perawatan dan
Masa Depan
Perawatan Paliatif
bekerja bersama
untuk merawat
orang tersebut
karena mereka
mempromosikan
tujuan dan
keinginan orang
tersebut. Transisi
perawatan tidak
hanya dari rumah
sakit ke rumah.
Perawatan paliatif
dalam pengaturan
komunitas
(didefinisikan di
sini sebagai
perawatan di luar
rumah sakit)
karena itu
berfokus pada
penyediaan
perawatan paliatif
melalui sistem
pengiriman yang
ditetapkan, seperti
perawatan di
rumah dan rumah
sakit, serta
kemitraan
kolaboratif
dengan agen
layanan dan
dokter individu.
7 Pengaruh Untuk mengetahui Menggunakan pra Menunjukan
Teknik pengaruh hand Experiment one bahwa rata-rata
Relaksasi Hand massage terhadap group pre post tingkat nyeri
Massage nyeri pada pasien design. Populasi responden setelah
Terhadap nyeri kanker payudara penelitian ini adalah diberikan hand
Pada Pasien pasien kanker massage adalah
Kanker payudara 5,09, sedangkan
Payudara di mengalami nyeri rata-rata tingkat
Yayasan sebesar 12 orang. nyeri responden
Kanker Sampel 11 orang sesudah diberikan
Indonesia diambil secara hand massage
Surabaya probabilitysampling adalah 3,09. Hal
(Puput N. F, dengan teknik ini dapat dilihat
dkk 2016). simpel random bahwa perbedaan
samplin. Analisis tingkat nyeri
statistik yang antara sebelum
digunakan adalah dan sesudah
paire t-test dengan diberikan teknik
tingkat kemaknaan relaksasi Hand
α= 0,05. massage
8 Hubungan Mengetahui Jenis penelitian ini Penelitian ini
perawatan perawatan paliatif merupakan Analitik menunjukkan
paliatif dengan dengan kualitas korelasi dengan bahwa perawatan
kualitas hidup hidup pasien rancangan cross paliatif dalam
pasien kanker kanker sectional dan kategori tinggi
di RSUP H. jumlah sampel 71 sebanyak 54
Adam Malik responden dengan responden
Medan Tahun diagnosa kanker (76,1%) dengan
2016, stadium lanjut. kualitas hidup
(Flora S, 2016) Teknik baik sebanyak 52
pengambilan responden (73,2
sampel dengan %). Uji statistik
teknik Purposive menunjukan
sampling. Data bahawa ada
dianalisis dengan hubungan yang
uji rank Spearman. signifikan antara
hubungan
perawatan paliatif
dengan kualitas
hidup pasien
kanker di RSUP
HAM dengan p
value = 0,000
yang lebih kecil
dari p value =
0,05 (5%). Nilai
korelasi
didapatkan r=0,
796 dengan nilai
posotif yang
menandakan
tingkat antara
variabel tersebut
tinggi.
10 Pengaruh Untuk mengetahui Mengulas literatur menunjukan
perawatan pengaruh keperawatan, bahwa Perawatan
paliatif perawatan paliatif kedokteran, dan paliatif
terhadap pasien trhdap paisen kesehatan berpengaruh
kanker stadium kanker stadium masyarakat dari terhadap pasien
akhir (Erna I, akhir. tahun 1999 sampai kanker stadium
2013). 2013 dengan akhir
menggunakan 15
jurnal yang terkait
perawatan paliatif
dan konsep kanker
sebagai referensi
perawatan paliatif.
11 Progresive Untuk menganalisis Desain penelitian Hasil menunjukan
Muscle pengaruh PMR yang digunakan ada pengaruh
Relaxation twrhadap frekuensi yaitu one group progresive muscle
Menurunkan nyeri pada pretest-posttest. relaxation (PMR)
Frekuensi penderita kanker Populasi dalam terhadap
Nyeri Pada payudara tersebut. penelitian ini adalah frekuensi nyeri
Penderita pasien kanker pada penderitaan
Kanker payudara yang kanker payudara
Payudara Yang menjalani (p=0,000).
Menjalani kemoterapi di
Kemoterapi Di POSA RSUD Dr.
Posa RSUP Soetomo sebesar 30
Dr.Soetomo orang dengan besar
Surabaya sampel 28
(Endang K, responden yang
dkk, 2016) dipilih sesuai
dengan kriteria
inklusi. Variabel
independen dalam
penelitian ini adalah
progresive muscle
relaxation (PMR).
Variabel
dependennya
adalah frekuensi
nyeri pada
penderita kanker
payudara.
Instrumen
pengumpulan data
yang digunakan
yaitu kuesioner dan
lembar observasi.
Analisis data
yang digunakan
yaitu Paired Test
dengan tingkat
signifikansi <0,05.
12 Pengaruh Untuk mengetahui Studi eksperimen Didapatkan 24
mendongeng pengaruh klinis. Leukimia subyek yang
pada kondisi mendongeng anak diukur skala mengikuti
nyeri penderita terhadap kondisi nyerinya prosedur
leukimia di nyeri pada leukimia menggunkan Wong penelitian, dibagi
Ruang Rawat anak yang dirawat Baker Pain Scale. secara acak ke
Inap di Ruang Rawat Subyek yang dalam kelompok
Hematologi Inap Hematologi memnuhi kriteria kontrol (n=12)
Onkologi anak Onkologi Anak inklusi dibagi dan kelompok
RSUD Dr. RSUD Dr. menjadi 2 perlakukan
Soetomo Soetomo Surabaya kelompok yaitu didapatkan
Surabaya (Ida kelompok perpedaan yang
Ayu, dkk, perlakukan akan bermakna
2015) mendapatkan (p=0,002).
mendongeng dan
kelompok kontrol.
Data analisis
dengan
menggunakan uji
statistik komparasi
uji Chi Squarendan
uji mann-Whitney
dengan α=0,05
13 Assessment Untuk memperoleh Kontrol nyeri
Nyeri riwayat detail dari tetap merupakan
(Yudiyanta seorang pasien problem
dkk, 2015) nyeri sebaiknya signifikan pada
menggunakan pelayanan
kombinasi kesehatan di
pertanyaan terbuka seluruh dunia.
dan tertutup untuk Penanganan nyeri
memperoleh yang efektif
informasi yang tergantung pada
diperlukan untuk pemeriksaan dan
mengetahui maslah penilaian nyeri
pasien. yang seksama
berdasarkan
informasi
seubjektif
maupun objektif.
Anamnesis
psasien nyeri
sebaiknya
menggunakan
kombinasi
pertanyaan
terbuka dan
tertutup untuk
memperoleh
informasi
masalah pasien.
Selain itu,
perhatikan
jugafaktor-faktor
seperti tempat
wawancara, sikap
yang suportif dan
tidak
menghakimi,
tanda-tanda
verbal dan
nonverbal, dan
meluangkan
waktu yang
cukup.
Penggunaan
mnemonik
PQRST
(provokatif qulitiy
region severty
time) juga akan
membantu
mengumpulkan
informasi vital
yang baerkaitan
dengan proses
nyeri pasien
14 Pengaruh Untuk mengetahui Menggunakan quasi Hasil penelitian
Swedish pengaruh swedish eksperimen dengan menggambarkan
Massage massage therapy monequevalent terdapat
Therapy terhadap tingkat control group perbedaan
terhadap kualitas hidup design with pretest kualitas hidup
tingkat kualitas penderita leukimia and posttest. pada kelompok
hidup penderita usia sekolah di Sampel dalam intervensi
leukimia usia Rumah Cinta Anak penelitian ini adalah sebelum dan
sekolah (Dewi Kanker Bandung. anak usia sekolah sesudah
U, dkk, 2017) yang berjumlah 34 dilakukan
orang (masing- swedish massage
masing grup 17 therapy (p =
orang) dengan 0,000 pada α =
menggunakan 5).
consecutive
sampling.
Instrumen
penelitian
menggunakan
PedsQL general
score dan cancer
module yang
berstandar
internasional.
Prosedur yang
digunakan pada
penelitian ini
adalah tindakan
swedish massage
therapy yang
dilakukan langsung
oleh peneliti.
Analisis data yang
digunakan adalah
paired t-test dan
independent t-test.
15 Perawatan Untuk penderita Menggunakan Kualitas hidup
Paliatif dan lebih bisa teknik sampling dengan penderita
Kualitas Hidup menerima dengan penyakit
Penderita keadaannya tak bisa
Kanker (Anita, sehingga masih disembuhkan
2016). bisa menjalani akan terus
hidupnya meskipun memburuk atau
umurnya tak lama menurun jiika
lagi. harapan harapan
penderita tidak
sesuai dengan
kenyataan yang
ada. Perawatan
paliatif
memberikan
dukungan dalam
hal spritual dan
psikososial,
dukungan moral
kepada keluarga
yang berduka.
Untuk itu
dibutuhkan
empati yang besar
dan kemampuan
khusus dalam
melakukan
perawatan paliatif
dari tenaga
kesehatan. Salah
satu aspek
penting dalam
perawatan paliatif
adalah kasih,
kepedulian,
ketulusan dan
rasa syukur.
Begitu
pentingnya aspek
ini, sampai
melebihi
pentingnya
penanganan nyeri
yang mutlak
harus dilakukan
didalan perawatan
paliatif.
Perawatan paliatif
merupakan
pendamping
pengobatan
medis.

PEMBAHASAN
Penanganan nyeri adalah upaya mengurangi nyeri yang dilakukan pada pasien kanker,
dengan pemberian obat ataupun tanpa pemberian obat sesuai tingkat nyeri yang dirasakan
pasien. Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan penilaian nyeri yang
seksama, baik berdasarkan informasi subjektif maupun objektif yang disebut dengan
mnemonik PQRST (Yudiyanta, dkk. 2015) sehingga penatalaksanaan nyeri pada pasien
kanker terbagi dua:

1. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis melibatkan kolaborasi antara perawat dan dokter. Pemberian
terapi farmakologis mempertimbangkan mnemonik PQRST. Memberikan obat
analgetik terdapat skalanya, yaitu:
 Non-Opoid: jenis obat analgetik yang dikenal dengan istilah analgetik perifer
karena mekanisme kerja obat golongan ini bekerja pada reseptor nyeri yang
berada di daerah sekitar nyeri, tidak memberikan pengaruh pada sistem
susunan saraf pusat sehingga obat golongan ini cenderung tidak menurunkan
tingkat kesadaran dan juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
penggunanya. Salah satu jenis obat analgetik non-opoid yaitu paracetamol
dengan dosis 1 gram setiap 6 jam, apabila tidak efektif langkah dosis ini ke
langkah dua. Sebuah alternatif untuk parasetamol pada langkah satu adalah
anti-inflamasi non-steroid (NSAID). Pilihan obat didasarkan pada penilaian
risiko / manfaat bagi setiap individu. NSAID secara khusus diindikasikan
untuk nyeri tulang dan dapat diambil sebagai terapi adjuvant pada setiap
langkah dari tangga. Pasien yang menerima NSAID yang beresiko efek
samping gastrointestinal akan menerima perlindungan dari penambahan
inhibitor pompa proton sekali sehari setengah jam sebelum sarapan dengan
segelas air. (Rod MacLeod, dkk. 2014)
 Opoid Ringan: opioid ringan seperti kodein ditambahkan ke analgesik yang
digunakan pada non-opoid. Dosis yang dianjurkan kodein adalah 30-60 mg
setiap empat jam sampai maksimum 240 mg sehari. Kodein memiliki dosis
langit-langit analgesik dari 240 mg sehari-hari; efek samping yang
berhubungan dengan dosis terus memburuk jika dosis ini terlampaui. Oleh
karena itu dalam banyak situasi tidak ada manfaat dalam mengambil kodein
pada dosis lebih besar dari 60 mg empat kali sehari. (Gomm, 2015)
 Opoid Kuat: Morfin adalah pilihan pertama untuk nyeri sedang sampai berat
karena ketersediaan, biaya dan tubuh pengalaman dalam penggunaannya.
Morfin dikombinasikan dengan non-opioid yang digunakan pada langkah 2
ditambah terapi adjuvan ditunjukkan. opioid alternatif untuk nyeri sedang
sampai berat yang oxycodone, fentanyl, hydromorphone dan metadon.
Pemberian obat dan dosis akan disesuaikan dengan skala nyeri. (Rod
MacLeod, dkk. 2014)
2. Terapi non-farmakologis
Selain pemberian terapi farmakologis, terapi non farmakologis juga menjadi
pilihan lain dalam penatalaksanaan nyeri. Terdapat beberapa jenis terapi non
farmakologis yang diberikan:
 Terapi melalui audio. Dalam jurnal Pengaruh Self-Selected Individual music
Therapy (SeLIMuT) terhadap Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP
memaparkan bahwa terapi musik berperan dalam menurunkan nyeri dengan
cara memengaruhi hipofisis otak untuk melepaskan endorfin. Pengaruh
SeLIMuT di saraf otonom dapat membantu menurunkan aktivitas sistem
saraf otonom yang berlebih. Mendengarkan musik dapat mencegah adanya
adrenal cascade dan mencegah pelepasan hormon sehingga pasien dapat
relaks dan terjadi toleransi terhadap rasa nyeri. SeLIMuT menciptakan
suasana rileks, aman, dan menyenangkan sehingga merangsang pusat rasa
ganjaran (sistem analgesia) dan merangsang pelepasan substrat kimia seperti
gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin, dan β endorfin yang dapat
mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri. Jenis musik SeLIMuT juga
memengaruhi penurunan nyeri pada responden kelompok intervensi. Jenis
musik yang digunakan pada terapi ini terdiri dari jenis musik pilihan yang
terlebih dahulu dipilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria musik yang
relaksasi. Musik yang dipilih harus memberikan ketenangan bagi pasien,
misalnya musik-musik yang berirama rohani agar pasien merasa dekat
dengan Tuhan sehingga hal tersebut mampu mengurangi tingkat nyeri
maupun stres yang dihadapi, musik yang lembut (dengan pitch dan volume
terkontrol), familiar, aman, efektif, dan disukai oleh pasien. Responden dapat
memilih musik yang disukai dalam buku menu SeLIMuT yang telah
disediakan oleh peneliti. Bermacam-macam jenis musik dapat dipilih pasien,
mulai dari jenis musik pop, klasik, keroncong, campursari, religi, dangdut,
hingga jazz. Terapi ini menggunakan earphone dan diberikan dalam waktu
15 menit untuk satu kali terapi.
 Terapi Swedish Massage. Pijat klasik dasar dari semua metode pijatan yang
dikembangakan sejak abad ke-19 untuk peningkatan kesehatan dan terapi
membantu orang sakit. Jurnal penelitian ini mengatakan terjadi penurunan
ketidaknyamanan, mengurangi nyeri otot dan laju pernafasan pada fungsi
fisiologis, sedangkan pada fungsi psikologis menurunkan tingkat kecemasan
dan emosional, di samping itu pada fungsi psychophysiologic dapat
meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, serta meminimalkan risiko
infeksi. Dilakukannya terapi massage membantu adekuat asupan nutrisi,
berkurangnya keluhan secara fisik akibat dampak toksisitas saraf
neurotoksisitas perifer. (Dewi, dkk. 2017)
 Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR). Teknik relaksasi sederhana
yang pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya pada efek samping
kemoterapi mual dan muntah. Pada jurnal penelitian Progresive Muscle
Relaxation menurunkan frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara
menjalani kemoterapi di Posa RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengatakan
bahwa teknik relaksasi bertujuan untuk membedakan perasaan yang dialami
saat otot dileaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang.
Teknik relaksasi ini menggunakan aktifitas yang menyenangkan, perasaan
senang, mengurangi ketegangan, terutama ketegangan psikis yang berkaitan
dengan kehidupan. Dalam jurnal ini pasien mengatakan rasa nyeri yang
dinilai berkurang dan merasa nyaman dengan relaksasi PMR.
 Teknik relaksasi Hand Massage. Teknik relaksasi ini dilakukan dengan
beberapa pendekatan yaitu dengan metode tekanan lebut dan gesekan di
seluruh telapak tangan klien dengan melibatkan gerakan melingkar kecil
dengan menggunakan ujung jari atau ibu jari dalam waktu 5-10 menit. Dalam
jurnal ini mengatakan bahwa dengan sentuhan yang lembut dapat
memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pasien. Teknik ini sederhana
dan udah dilakukan, sehingga bisa di terapkan kepada siapapun yang
mengalai rasa nyeri khususnya pada pasien kanker payudara. Jurnal
penelitian ini juga mengatakan bahwa teknik relaksasi hand massage eiliki
pengaruh yang dapat mengurangi ketegangan, meningkatkan relaksasi fisik
dan psikologi hand massage dapat membantu kemandirian klien dan
keluarga dalam mengelola nyeri, khususnya bagi pasien yang tidak ingin
mengatasi nyeri dengan menggunakan terapi farmakologis. (Fadilah, dkk.
2016)
 Terapi dongeng. Distraksi adalah teknis memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri, dengan mendongeng perasaan atau emosi dapat
dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai peran dalam hidup
sehingga dapat melepaskan rasa takut, cemas, mengekspresikan kemarahan
dan permusuhan. Mendongeng (story telling) merupakan salah satu teknik
distraksi berupa sebuah seni pengisahan cerita yang bertujuan memberi
hiburan bagi pendengar tentang kejadian yang nyata maupun imaginatif.
Jurnal penelitian ini membuktikan bahwa mengalihkan (distraksi) perasaan
nyerinya dan relaksasi selama perawatan di Rumah Sakit. (Fadilah, dkk.
2016)
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran dari jurnal-jurnal hasil penelitan, dapat disimpulkan bahwa
manajemen nyeri farmakologis dan non farmakologis pada pasien kanker diberikan supaya
rasa nyeri dapat berkurang dan memberikan rasa nyaman dengan mempertimbangkan
mnomonik PQRST.

Saran
Diharapkan studi literatur ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang manajemen nyeri
sehingga dapat mengoptimalisasi manajemen nyeri. Institusi kesehatan terkait juga dapat
menerapkan terapi non farmakologis berupa relaksasi, massage, distraksi, dan audio sebagai
bentuk manajemen nyeri pada pasien kanker.
Referensi
A. Paez B dkk, 2013. Guidelines on Pain Manageent & Palliative Care. European
Association of urulogy.

Anita, 2016. Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan,
Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 508-513

Ayu, dkk, 2015. Pengaruh mendongeng pada kondisi nyeri penderita leukimia di Ruang
Rawat Inap Hematologi Onkologi anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pediatric
Nursing,31(6)

Dewi U, dkk. 2017. Pengaruh Swedish Massage Therapy terhadap tingkat kualitas hidup
penderita leukimia usia sekolah. JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017

Dr. S Gomm, 2015. Pain and Syptom Control Guidelines Palliative Care

Endang K, dkk, 2016. Progresive Muscle Relaxation Menurunkan Frekuensi Nyeri Pada
Penderita Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Posa RSUP Dr.Soetomo
Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol. 6, No.4, 2016

Flora S, 2016. Hubungan perawatan paliatif dengan kualitas hidup pasien kanker di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2016,

Karla S. 2017. Nursing and the future of palliative care

Marija Sholjakova dkk, 2018. Pain Relief as an Integral Part of the Palliative Care. Journal
of Medical scinces. 2018 April 15;6(4):739-741

Nusul S. H, dkk, 2015. Pengaruh Self-Selected Individual usic Therapy (SeLIMuT) terhadap
Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Indonesian Journal
of Cancer Vol. 9, No. 4 October - December 2015

Puput N. F. dkk, 2016. Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap nyeri Pada
Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
Vol. 9, No. 2, Agustus 2016, hal 221-226Flora S, 2016. Hubungan perawatan paliatif dengan
kualitas hidup pasien kanker di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

Profil Kesehatan Kota Salatiga. 2015. Dipetik Juni 13, 2019, dari Dinas Kesehatan Kota
Salatiga:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2015/3373_Jaten
g_Kota_Salatiga_2015.pdf
Riskesdas. 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dipetik Juni 13, 2019, dari
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf

Rod MacLeod, dkk. 2014. Pain Management in Palliative Care. HammondeCare


anindependen chritian charity

WHO. 2019. Cancer. Dipetik Juni 10, 2019, dari https://www.who.int/cancer/en/

Yudiyanta dkk. 2015. Assessment Nyeri. CDK-226/Vol. 42 no. 3, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai