PENDAHULUAN
1.3. Tujuan.
1. Untuk mengetahui Trend dan Issue dari Sistem Perkemihan
2. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi perawat dalam sistem Perkemihan
BAB II
PEMBAHASAN
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat
menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
memperoleh akses ke kandung kemih (Corwin, 2007).
Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung kemih yang
paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya aliran
balik urine dari uretra kedalam kandung kemih (refluks uretrovesical), kontaminasi
fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop. Sistitis pada pria merupakan kondisi
sekunder akibat beberapa faktor (mis., prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu
pada kandung kemih).
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering
terjadi. Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran kemih merupakan 40%
dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi saluran kemih terjadi
sesudah instrumentasi, terutama oleh kateterisasi (Marlina, 2013).
Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan
dengan kateter dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya,
tingginya prevalensi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian infeksi
yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian. Berdasarkan survei di rumah
sakit Amerika Serikat tahun 2002, kematian yang timbul dari infeksi saluran kemih
diperkirakan lebih dari 13.000 (2,3% angka kematian). Sementara itu, kurang dari
5% kasus bakteriuria berkembang menjadi bakterimia. Infeksi saluran kemih yang
berkaitan dengan kateter adalah penyebab utama infeksi sekunder aliran darah
nosokomial. Sekitar 17% infeksi bakterimia nosokomial bersumber dari infeksi
saluran kemih, dengan angka kematian sekitar 10% (Gould & Brooker, 2009).
Kateter urin adalah penyebab yang paling sering dari bakteriuria. Risiko
bakteriuria pada kateter diperkirakan 5% sampai 10% per hari. Kemudian diketahui,
pasien akan mengalami bakteriuria setelah penggunaan kateter selama 10 hari.
Infeksi saluran kemih merupakan penyebab terjadinya lebih dari 1/3 dari seluruh
infeksi yang didapat di rumah sakit. Sebagian besar infeksi ini (sedikitnya 80%)
disebabkan prosedur invasif atau instrumentasi saluran kemih yang biasanya berupa
kateterisasi (Smeltzer & Bare, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afsah (2008), tentang
“tingkat kejadian infeksi saluran kemih pada pasien dengan terpasang kateter urin di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”, menunjukkan bahwa dari 30 responden
terdapat angka infeksi saluran kemih sebanyak 20%.
Berdasarkan data rekam medis di RSUDZA Banda Aceh (2009-2011),
diketahui terjadi peningkatan kasus infeksi saluran kemih tiap tahunnya, dengan rata-
rata pertahun terdapat 75 kasus. Dari hasil pengamatan peneliti pada minggu kedua
bulan April 2012 lalu di ruang rawat inap penyakit dalam RSUDZA Banda Aceh
diketahui adanya keluhan dari beberapa pasien mengenai pemasangan kateter, Yaitu
3 dari 5 pasien yang sedang memakai kateter mengeluh adanya nyeri dan kemerahan
pada area yang dipasang kateter, dan juga terlihat urin yang terdapat di dalam
kantong penampung agak berkabut.
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan salah satu rumah sakit yang
telah membentuk Komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi). Berdasarkan
laporan surveilans Komite PPI angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit
Haji Surabaya mengalami kenaikan pada tahun 2012 hingga 2014 yaitu: 0,05% pada
tahun 2012, 0,15% pada tahun 2013, dan 0,37% pada tahun 2014.
Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari
endapan mineral yang ada di dalam kandung kemih. Ukuran batu kandung kemih
sangat bervariasi dan semua orang punya risiko untuk memiliki batu kandung kemih.
Tapi laki-laki lanjut usia, biasanya lebih dari 52 tahun, lebih sering mengalaminya,
terutama mereka yang menderita pembesaran prostat.
Saluran urine bisa tersumbat oleh batu kandung kemih. Terhalangnya saluran
urine tersebut bisa menyebabkan rasa nyeri saat buang air kecil, dan kesulitan
berkemih atau tidak bisa berkemih sama sekali.
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh
masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping
infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Penyakit ini dapat menyerang
penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika serikat dam eropa 5-
10% penduduknya satu kali dalam hidupnya pernah menderita penyakit saluran
kemih, bahkan pada laki-laki angka ini lebih tinggi yaitu 10-20%. Angka kejadiannya
laki-laki dibanding perempuan sebesar 3 dibanding 1, usia terjadinya batu antara 20
tahun sampai 40-50 tahun dimana merupakan usia produktif. Lebih kurang dua
pertiga dari pasien batu pada anak adalah batu kandung kemih. Biasanya banyak
didapatkan pada umur 2-7 tahun dan kebanyakan pada anak laki-laki. ( Smith, 2000).
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak dari pada wanita. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan
penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki
( Kimata, 2012).
Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60
tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20
tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di
Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya
perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet.
Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di
Semarang 53,3%, Jakarta 72%. Manifestasi batu saluran kemih dapat berbentuk rasa
sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem
kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau infeksi
dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena dilatasi
sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter
atau dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan penglepasan mediator sakit.
Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering disertai dengan serangan kolik
ulangan (Lozanovsky, 2011 ).
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi
ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut
bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal,
bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kemih akan menjadi
masalah yang semakin besar di Indonesia, sehubungan dengan perbaikan taraf hidup
rakyat dengan adanya Program Perbaikan Gizi oleh Pemerintah. Kejadian batu
saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-10%
penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, di Eropa Utara
3-6%, sedangkan di Eropa Bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7%
dan di Taiwan 9,8% sedangkan di Indonesia sampai saat ini angka kejadian batu
saluran kemih yang sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per
tahun. Jumlah penderita baru saluran kemih di sub bagian urologi Rumah Sakit DR.
Sardjito periode Januari 1994 – Desember 2005 yaitu sebesar 1028 pasien, dengan
jenis kelamin 694(67%) laki-laki dan 334(32,5%) wanita. Di Jakarta dilaporkan
34,9% kasus urologi adalah batu saluran kemih. Analisis jenis batu saluran kemih di
Yogyakarta didapatkan paling banyak batu Kalsium yaitu Kalsium Oksalat (56,3%),
Kalsium Fosfat 9,2%, Batu Struvit 12,5%, Batu Urat 5,5% dan sisanya campuran
(Isarifin, 2008) .
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat,
kalsium, oksalat, magnesium, ammonium, fosfat, sistin, dan xantin. Unsur-unsur
tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung membentuk susunan kimia batu
campuran. Senyawa kimia tersebut dapat sebagai asam urat, kalsium oksalat, kalsium
fosfat, magnesium ammonium fosfat dan sistin. Insiden batu urat dan oksalat akan
tinggi pada orang-orang dengan kebiasaan makan sayuran, rempahrempah dan saos.
Sedang batu kalsium akan tinggi pada kebiasaan minum susu , es krim, keju, dan
makan beberapa jenis buah polongan yang mempunyai kandungan kalsium tinggi.
Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh hiperkalsiuria idiopatik, hiperparatiroidisme
primer, Intoksikasi vitamin D, Sindrom Cushing, Sindrom alkali susu, asidosis
tubuler ginjal, sarkoidosis, imobilisasi, penyakit paget, hipertiroidisme,dan
penggunaan obat-obatan jangka panjang. Batu magnesium ammonia fosfat, banyak
didapatkan pada infeksi saluran kemih oleh bakteri pemecah urea, seperti proteus,
pseudomonas, stafilokokus dan klebsiella. Bakteri pemecah urea menjadi ammonia
yang mengakibatkan alkalinisasi urin.
Angka kekambuhan juga cukup tinggi, secara umum sekitar 15-17% dalam
satu tahun pertama, 50% dalam lima tahun, 75% dalam sepuluh tahun, 95- 100%
dalam 20-25 tahun. (Syed, 2010).
Pembentukan batu khususnya batu kalsium merupakan proses yang kompleks
dan banyak faktor yang tampaknya berkaitan dengannya, namun belum ada satupun
faktor yang paling dominan yang diketahui. Salah satunya adalah komsumsi tinggi
kadar kalsium dalam makanan yang melebihi batas kelarutan sehingga terbentuk
Kristal sebagai inti batu.
Adanya batu pada saluran kemih akan menyebabkan komplikasi yang serius
apabila tidak segera mendapatkan terapi yang adekuat. Pada umumnya gejala nyeri
kolik merupakan keluhan pasien yang mendorong pasien pergi berobat ke dokter
atau rumah sakit. Komplikasi yang paling sering adalah berupa infeksi saluran kemih
sebagai akibat adanya stasis urin oleh adanya batu sampai terjadinya penurunan
fungsi ginjal yang apabila tidak mendapat pertolongan cepat dapat berlanjut sampai
gagal ginjal terminal yang memerlukan terapi cuci darah (Kimata, 2012).
Sekitar 75% kasus dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab yang
mendasari terjadinya batu saluran kemih, terutama pada anak-anak, yaitu penyebab
metabolik, anomali saluran urogenital dan infeksi. Penyebab metabolic seperti
hiperkalsiuria merupakan penyebab utama terjadinya batu saluran kemih, salah
satunya akibat komsumsi obat-obatan, walaupun harus dipahami bahwa kejadian
batu karena obat merupakan hal yang jarang (Rienstra, 2007). Dengan demikian, para
klinisi harus berhati-hati dan waspada akan adanya efek samping Ceftriakson dan
harus lebih memerhatikan status hidrasi pasien dan memotivasi untuk mobilisasi
selama terapi ceftriakson. Urolitiasis akibat ceftriakson bersifat self limited dan tanpa
komplikasi jangka panjang di semua pasien dan penggunaan obat ini dapat
dilanjutkan dengan aman (Kutuya, 2008).
3. BPH (Benigna Prostat Hipertropi)
2. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
a. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di
berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum
atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Penyakit saluran kemih adalah penyakit yang menyerang organ-organ sistem
perkemihan, penyakit tersebut bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau obstruksi yang
menghambat proses berkemih.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat
menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli.
Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari
endapan mineral yang ada di dalam kandung kemih. Ukuran batu kandung kemih
sangat bervariasi dan semua orang punya risiko untuk memiliki batu kandung kemih.
Tapi laki-laki lanjut usia, biasanya lebih dari 52 tahun, lebih sering mengalaminya,
terutama mereka yang menderita pembesaran prostat.
Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan
seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan.
DAFTAR PUSTAKA
Marlina. 2013. “Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsudza Banda Aceh Tahun
2012”. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1
Ratu, dkk. 2006. “Profil Analisis Batu Saluran Kemih Di Laboratorium Patologi Klinik”
Indonesian Journal Of Clinical Pathology And Medical Laboratory, Vol. 12, No. 3.
Sari, Dkk. 2015. “Perbedaan Risiko Infeksi Nosokomial Saluran Kemih Berdasarkan
Kateterisasi Urin, Umur, Dan Diabetes Melitus”. Jurnal Berkala Epidemiologi,
Vol. 3, No. 2
Sinaga, dkk. 2015. “Asuhan Keperawatan Tn.”A” Dengan Gangguan Sistem Perkemihan:
Post Operasi Prostatektomy”. Jurnal Obstretika Scientia ISSN 2337-6120 Vol. No.
2