112)
LAPORAN KASUS
PENDAHULUAN
Uveitis adalah peradangan yang terjadi pada uvea (iris, badan silier, dan
koroid). Berdasarkan lokasi anatomisnya, uveitis dapat dibedakan dalam 4 kelompok
yaitu uveitis anterior, uveitis intermedia, uveitis posterior dan panuveitis.1-3
Uveitis dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasma dan autoimun. Gejala,
tanda dan komplikasi uveitis juga sangat beragam. Untuk menegakkan diagnosis
uveitis secara tepat, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat.4-5
Laporan ini menyajikan kasus panuveitis dan katarak komplikata pada mata
kanan. Diagnosis dan tatalaksana pada pasien akan menjadi bahan diskusi pada
laporan kasus ini.
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. M M
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kertomulyo, Pati
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : C469739
MRS : 20 Maret 2014
KRS : 29 Maret 2014
1
ANAMNESIS
Autoanamnesis ( 15 Maret 2014 pukul 12.00 WIB)
Keluhan utama : Mata kanan nyeri.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien merasa mata kanan nyeri, merah (+),
nrocos (+), keluar kotoran mata (-), silau jika melihat sinar (+), pandangan
kabur (+). Penderita memeriksakan diri ke Puskesmas setempat dan
mendapatkan obat tetes mata botol putih dan obat pil, namun pasien tidak ingat
nama obatnya. Pasien menggunakan obat tersebut selama beberapa hari dan
tidak ada perbaikan.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke Poliklinik mata RSUD
setempat. Pandangan mata kanan semakin kabur hingga hanya bisa melihat
bayangan. Dokter mengatakan bahwa mata kanan pasien terdapat katarak dan
infeksi. Pasien diberi obat C.xitrol ED 6x1 tetes mata kanan, SA 1% ED 2x1
tetes mata kanan, Methyl prednisolone tablet 8mg 3x1 tablet, Glaukon tablet 2x
250 mg, KCl tablet 1x250 mg. Pasien kontrol teratur sebanyak 4 kali, kemudian
dirujuk ke Poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penderita
memeriksakan diri ke Poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi, disarankan rawat inap
dan pasien setuju.
2
- Riwayat batuk lama, penurunan berat badan secara drastis dan berkeringat di
malam hari (-)
- Riwayat sakit gigi (-)
- Riwayat sariawan berulang (-)
- Riwayat nyeri di daerah persendian (-)
- Riwayat nyeri di daerah punggung (+), kadang-kadang
- Riwayat promiskuitas (-)
- Riwayat IVDU (-)
- Riwayat luka di daerah kemaluan (-)
- Riwayat nyeri saat BAK (+), kadang-kadang
PEMERIKSAAN
Status praesen (15 Maret 2014):
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x /menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : afebris
Berat badan : 54 kg
Pembesaran limfonodi : preaurikuler (-)
retroaurikuler (-)
sub mandibular (-)
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
3
Status oftalmologi (15 Maret 2014) :
OD
OD OS
Visus 1/300 6/6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bulbus oculi Ortofori, Hirschberg test 0º
Parese/Paralise Gerak bola mata bebas ke segala Gerak bola mata bebas ke segala
arah arah
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Mixed injection (+), kemosis (-), Injeksi (-), sekret (-)
sekret (-)
Kornea Edema (+), Keratic precipitate Jernih
(+), warna abu-abu
COA Kedalaman cukup, cell + 4, Kedalaman cukup, cell (-), flare
flare +4, fibrin (+) 4,8 x 4 mm, (-)
hipopion (+) ± 2mm
Iris Kripte (+), sinekia posterior (+), Kripte (+), sinekia (-)
neovaskularisasi (+) di temporal
dan inferior
Pupil Irreguler, sentral, Ø 6 mm, Bulat, sentral, reguler, Ø 3mm,
refleks pupil (-) refleks pupil (+) N
Lensa Detail sulit dinilai, kesan keruh Jernih
tak rata
CV Sulit dinilai Turbidity (-)
Fundus Reflek (-) (+) cemerlang
4
Tekanan Intra Tonometri digital (N) Tonometri digital (N)
Okuler Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg
DIAGNOSIS BANDING :
- OD Endoftalmitis endogen
- OD Uveitis anterior ec Reiter syndrome
- OD Lens induced uveitis
DIAGNOSIS KEJA :
OD Lens induced uveitis
Saran/rencana :
- USG B-Scan mata kanan.
- Konsul bagian THT dan Gigi untuk mencari fokal infeksi.
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin, GDS, LED, RF, urinalisis, CRP,
ASTO, ANA, ANCA.
- X-foto thorax.
- X-foto sacroiliaca joint.
- Tes Mantoux.
5
Pemeriksaan Ultrasonografi : (17 Maret 2014)
OD
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium (17 Maret 2014) :
- Haemoglobin : 15.3 gr% Nilai Normal : 13.00 - 16.00 (N)
- Hematokrit : 44.9 % Nilai Normal : 40.00 - 54.00 (N)
- Eritrosit : 5.01 juta/mmk Nilai Normal : 4.50 - 6.50 (N)
- Leukosit : 13.6 ribu/mmk Nilai Normal : 4.00 - 11.00 (↑)
Hitung Jenis :
- Eosinofil : 1 Nilai Normal : 1 - 3 (N)
- Basofil : 0 Nilai Normal : 0 - 1 (N)
- Batang : 0 Nilai Normal : 2 - 5 (N)
- Segmen : 78 Nilai Normal : 47 - 80 (N)
6
- Limfosit : 27 Nilai Normal : 20 - 45 (N)
- Monosit : 3 Nilai Normal : 2 - 10 (N)
Sekresi-ekskresi :
Urin rutin +Analyzer
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
PH : 6.5 Nilai normal : 4.8 - 7.4 (N)
Protein : -/ NEGATIF Nilai normal : NEGATIF
Reduksi : -/NEGATIF Nilai normal : NEGATIF
Sedimen :
Epitel : 18.1/uL Nilai normal : 0.0-40.0
Epitel 1-3/LPK
Leukosit : 25.3/uL Nilai normal : 0.0-20.0
Leukosit 1-4/LPB
Eritrosit : 6.9/uL Nilai normal : 0.0-25.0
Kristal : 0.1/uL Nilai normal : 0.0-10.0
Sil. Hyalin : 3.59/uL Nilai normal : 0.0-1.20
Silinder hyalin 0-1/LPK
Sil. Pathology : 1.19/uL Nilai normal : 0.0-0.50
Sil. Granuloma halus : 0-2/LPK Nilai normal : NEGATIF
Sil. Granuloma kasar : 0-1/LPK Nilai normal : NEGATIF
Sil. Epitel : NEGATIF Nilai normal : NEGATIF
7
Sil. Eritrosit : NEGATIF Nilai normal : NEGATIF
Sil. Leukosit : NEGATIF Nilai normal : NEGATIF
Mucus : 8.53/uL Nilai normal : 0.0-0.50
Benang mucus +/POSITIF
Yeast cell : 0.00/uL Nilai normal : 0.0-25.0
Epitel tubulus : 16.6/uL Nilai normal : 0.0-6.0
Bakteri : 13.4/uL Nilai normal : 0.0-100.0
Bakteri POSITIF
Sperma : 0.0/uL Nilai normal : 0.0-3.00
Kepekatan : 13.7mS/cm Nilai normal : 3-27
RESUME
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kanan nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien merasa mata kanan penderita nyeri,
hiperemis (+), lakrimasi (+), sekret (-), fotofobia (+), visus menurun (+).
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke Poliklinik mata RSUD
setempat. Visus mata kanan dirasakan semakin menurun. Pasien dirujuk ke
Poliklinik RSDK.
8
PEMERIKSAAN
Status Praesen : Tekanan darah : 120/80 mmHg
lain-lain : dalam batas normal
Status Oftalmologis :
OD OS
Visus 1/300 6/6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bulbus oculi Ortofori, Hirschberg test 0º
Parese/Paralise Gerak bola mata bebas ke segala Gerak bola mata bebas ke segala
arah arah
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Mixed injection (+), kemosis (-), Injeksi (-), sekret (-)
sekret (-)
Kornea Edema (+), Keratic precipitate Jernih
(KP’s) (+), warna abu-abu
COA Kedalaman cukup, cell + 4, Kedalaman cukup, cell (-), flare
flare +4, fibrin (+) 4,8 x4 mm, (-)
hipopion (+) ± 2mm
Iris Kripte (+), sinekia posterior (+), Kripte (+), sinekia (-)
neovaskularisasi (+) di temporal
dan inferior
Pupil Irreguler, sentral, Ø 6 mm, Bulat, sentral, reguler, Ø 3mm,
refleks pupil (-) refleks pupil (+) N
Lensa Detail sulit dinilai, kesan keruh Jernih
merata
CV Sulit dinilai Turbidity (-)
Fundus Reflek (-) (+) cemerlang
Tekanan Intra Tonometri digital (N) Tonometri digital (N)
Okuler Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg
9
Ultrasonografi (B-Scan) :
OD : Lensa : echospike (+)
CV : turbidity (+) minimal
(echospike ± 30%)
Retina : ablatio (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium darah : LED (↑), Leukosit (↑), RF (-), CRP (-), ASTO
(-), ANA (-), ANCA belumdapat dilakukan di
RSDK
X-Foto Thorax : dalam batas normal
X-Foto Sacroiliaca joint : dalam batas normal
Mantoux test : negatif
DIAGNOSIS BANDING:
OD Lens induced uveitis
OD Panuveitis ec infeksi
OD Panuveitis ec non infeksi (Behcet’s syndrome)
DIAGNOSIS KERJA :
OD Panuveitis ec non infeksi
DIAGNOSIS TAMBAHAN :
OD Katarak komplikata
TERAPI
- Prednisolon Asetat 1 % ED tiap jam (mata kanan)
- Sulfas Atropine 1% ED 4 gtt I (mata kanan)
- Methyl Prednisolone tablet 16 mg 2 – 0 – ½
- Ranitidine tablet 2 x150 mg
10
EDUKASI :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa saat ini mata kanan pasien mengalami
peradangan.
- Penyebab peradangan bisa disebabkan oleh karena adanya infeksi atau non
infeksi.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kirinya juga berisiko terkena gejala
yang sama apabila disebabkan oleh reaksi non infeksi (autoimun).
- Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan pasien juga didapatkan
katarak yang kemungkinan diakibatkan oleh peradangan tersebut.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa diperlukan rawat inap agar untuk dapat
dilakukan evaluasi perkembangan pengobatan setiap harinya.
PROGNOSIS
OD OS
Quo ad Visam Dubia Dubia d bonam
Quo ad Sanam Dubia Dubia ad bonam
Quo ad Vitam Ad bonam
Quo ad Cosmeticam Ad bonam
11
Follow Up Rawat Inap
Tgl 22 Maret 2014 Tgl 23 Maret 2014
Keluhan : mata kanan terasa mengganjal Keluhan : mata kanan mengganjal berkurang
VOD : 1/~ LPB VOD : 1/~ LPB
Palp : edem (-), spasme (-) Palp : edem (-), spasme (-)
Konjungtiva : mixed injection (+), sekret (-) Konjungtiva : mixed injection (+), sekret (-)
Kornea : edem (+) minimal, KP’s (+) aktif, Fl test (+), erosi epitel pungtata (+) Kornea : edem (+) minimal, KP’s (+) aktif, Fl test (+), erosi epitel pungtata (+)
di inferior berkurang di inferior
COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 4,8 x 4 mm, TE (+) cell +4, flare +4 COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 3,8 x 3 mm, TE (+) cell +3, flare +3
hipopion (-) kesan massa lensa (-)
Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, sinekia posterior Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, sinekia posterior
(+) (+)
Pupil : ireguler, sentral, Ø 5 mm, RP (-) Pupil : ireguler, sentral, Ø 5 mm, RP (-)
Lensa : kesan keruh merata Lensa : kesan keruh merata
FR (-) FR (-)
TIO : 15,6 mmHg TIO : 15,6 mmHg
12
Follow Up Rawat Inap
Tgl 25 Maret 2014 Tgl 27 Maret 2014
Keluhan : (-) Keluhan : (-)
VOD : 1/~ LPB VOD : 1/~ LPB
Palp : edem (-), spasme (-) Palp : edem (-), spasme (-)
Konjungtiva : mixed injection (+) minimal, sekret (-) Konjungtiva : mixed injection (+) minimal, sekret (-)
Kornea : edem (+) minimal, KP’s (+) minimal, Fl test (-) Kornea : edem (+) minimal, KP’s (+) minimal
COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 3,2 x 2,6 mm, TE (+) cell +1, COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 2,1 x 1,3 mm, TE (+) cell trace,
flare (-) flare (-)
Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, iris bombans (+) Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, iris bombans (+)
Pupil : ireguler, sentral, Ø 5 mm, RP (-), oklusio (+) Pupil : ireguler, sentral, Ø 5 mm, RP (-), oklusio (+)
Lensa : kesan keruh merata Lensa : kesan keruh merata
FR (-) FR (-)
TIO : 18,6 mmHg TIO : 10,9 mmHg
13
Follow Up Rawat Inap
Tgl 28 Maret 2014
Keluhan : (-)
VOD : 1/~ LPB
Palp : edem (-), spasme (-)
Konjungtiva : mixed injection (+) minimal, sekret (-)
Kornea : edem (+) minimal, KP’s (+) minimal
COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 3,2 x 2,6 mm, TE (+) cell trace
flare (-)
Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, iris bombans (+)
Pupil : ireguler, sentral, Ø 5 mm, RP (-), oklusio (+)
Lensa : kesan keruh merata
FR (-)
TIO : 10,9 mmHg
VOS : 6/6
Lain-lain stq
TIO : 13,6 mmHg
Terapi :
- Prednisolon asetat ED tiap jam (mata kanan)
- SA 1 % ED 4 gtt 1 (mata kanan)
- Clindamycin tablet 3 x 300 mg
- Methyl prednisolone tablet 16 mg 2-0-1/2
- Ranitidine tablet 2 x 150 mg
- Acetazolamide tablet 1 x 250 mg
- KCl tablet 1x 250 mg
Injeksi Midricain subkonjungtiva (mata kanan) /LA/ dr. Dina Novita, Sp. M /09.30/ Rajawali
Pupil pasca injeksi midricain : ireguler, sentral, Ø 5,5 mm, RP(-), oklusio (+)
14
DISKUSI
Uveitis adalah peradangan uvea yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma,
neoplasma atau reaksi autoimun.1-3 Berdasarkan penyebabnya, peradangan ini dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu peradangan endogen dan eksogen. Peradangan
yang endogen masuk ke dalam bola mata secara hematogen, yaitu adanya suatu reaksi
autoimun yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti toxoplasmosis, arthritis, TB,
infeksi pada gigi, traktus urogenitalia dan traktus digestivus. Peradangan eksogen
berasal dari luar bola mata yang masuk melalui luka akibat trauma tembus ataupun
dari tindakan operasi.1,3-5
15
Uveiti dapat diklasifikasikan menjadi uveitis granulomatous dan non
granulomatous atau campuran keduanya. Uveitis granulomatous biasanya disebabkan
invasi mikrobakteria patogen pada jaringan uvea. Perjalanan penyakit uveitis biasanya
kronik dan ditandai dengan reaksi peradangan seluler yang lebih menonjol
dibandingkan reaksi vaskuler. Pada pemeriksaan dijumpai adanya nodul Koepe dan
keratic precipitate (KP’s) berukuran besar (mutton fat deposit).3,4
Uveitis non granulomatous biasanya berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas,
tidak ditemukan kuman penyebabnya dan berespon baik dengan pemberian
kortikosteroid. Uveitis jenis ini memliki perjalanan klinis yang akut dan insidensi
lebih tinggi dibandingkan uveitis granulomatous. Reaksi peradangan vaskuler yang
terjadi lebih menonjol dari pada reaksi selulernya sehingga dijumpai injeksi yang
hebat. Contoh uveitis non granulomatous yaitu HLAB 27 related meliputi :
ankylosing spondilitis, Reiter syndrome, inflamatory bowel disease, psoriatic
arthtritis.6-7
Tujuan dilakukannya rawat inap pada penderita ini adalah agar keluhan dapat
ditangani, mencari dan mengobati faktor etiologi dari uveitis yang terjadi serta
berusaha sebaik mungkin merehabilitasi atau mempertahankan visus penderita.
Anamnesis pada pasien didapatkan adanya gejala yang sesuai dan mengarah ke
penyakit uveitis. Pasien datang dengan keluhan mata kanan nyeri, merah, fotofobia
dan penurunan visus yang cepat.
Pada awal pasien datang, hasil pemeriksaan oftalmologis didapatkan tanda-tanda
uveitis meliputi penurunan visus (1/300), mixed injection, edema kornea yang disertai
adanya keratic precipitate aktif, cell +4, flare +4, fibrin (+), hipopion (+), sinekia
posterior (+). Beberapa hari setelah menjalani rawat jalan, muncul gambaran
menyerupai massa lensa di camera oculi anterior (COA). Pasien didiagnosis dengan
lens induced uveitis pada mata kanan. Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) B-scan
mata kanan didapatkan adanya turbidity di daerah corpus vitreum dan adanya
penebalan dari koroid. Mata kanan didiagnosis menjadi panuveitis. Tidak dijumpai
adanya peningkatan tekanan intra okuler yang dapat menjadi salah satu komplikasi
uveitis.
Pengobatan pada pasien adalah pemberian steroid topikal dan sistemik dosis
tinggi, siklopegik dan antibiotik. Steroid topikal yang diberikan yaitu preparat steroid
murni tanpa antibiotik yang berguna untuk menekan reaksi peradangan dengan
meminimalkan reaksi toksik obat yang dapat timbul. Penggunaan topikal siklopegik
16
(midriatikum long acting) secara frekuen bertujuan mengurangi rasa sakit dan
melepaskan sinekia posterior yang terjadi pada kasus ini.1 Yang perlu diperhatikan
dari kasus ini adalah pemberian steroid sistemik dosis tinggi yang harus selalu
diawasi. Dalam terapi uveitis, steroid sistemik merupakan hal mutlak diperlukan.
Kontrol tekanan darah dan tekanan intra okuler sangat penting agar tujuan pengobatan
yang dilakukan dapat tercapai dan aman.
Follow-up selama pasien rawat inap, didapatkan adanya perubahan ke arah yang
lebih baik. Visus mata kanan masih belum ada perubahan, namun tanda-tanda
peradangan mulai berkurang. Tanda-tanda peradangan seperti injeksi silier, edema
kornea, keratic precipitate (KP’s) berkurang selama dalam perawatan. Gambaran
awal yang dicurigai sebagai massa lensa di COA berangsur mengecil setelah
pemberian steroid. Hal ini membuktikan bahwa gambaran yang menyerupai massa
lensa tersebut sebenarnya adalah fibrin. Apabila gambaran tersebut adalah massa
lensa, ukurannya tidak akan mengecil dengan pemberian steroid. Pada hari ke-5
perawatan didapatkan gambaran iris bombans pada mata kanan sebagai penanda
adanya peningkatan tekanan intra okuler yang diakibatkan oklusio pupil. Pemberian
injeksi midricain dilakukan untuk melepaskan oklusio pupil yang terjadi sehingga
membuka jalan untuk aliran humor akuos dari camera oculi posterior (COP) ke
camera oculi anterior (COA). Respon klinis penderita terhadap terapi yang diberikan
cukup baik, terlihat pada kemajuan klinis pasien yang baik. Kita harus tetap waspada
terhadap efek samping dari terapi yang diberikan khususnya efek peningkatan tekanan
intra okuler.
Prognosis penderita dengan kasus uveitis bergantung pada jenis uveitis dan
etiologinya. Derajat penyakit atau tingkat keparahan dari uveitis dan penyakit yang
mendasarinya pada awal penderita datang juga mempengaruhi prognosis. Terapi yang
diberikan, respon klinis pasien terhadap terapi yang diberikan, pengelolaan terhadap
efek samping terapi yang mungkin muncul dan tingkat kepatuhan penderita dalam
menjalani pengobatan dapat menentukan keberhasilan dalam penanganan pasien
uveitis.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Intraocular inflammation and uveitis.
Section 9. San Francisco: The Foundation of the American Academy of
Ophthalmology; 2011: 77-89.
2. Elliot JH. Introduction to uveitis. In: Albert DM, Jakobiec H eds. Principles
and practice of ophthalmology. Volume 1. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1994: 396-406.
3. Cunningham ET. Uveal tract and sklera. In: Vaughan D, Asbury T, Eva PR.
General ophthalmology. 15th ed. Connecticut: Lange Medical Publication;
1999: 142-58.
4. Reema Bansal, Vishali Gupta, and Amod Gupta. Current Approach in the
Diagnosis and Management of Panuveitis : Indian J Ophthalmol. 2010. Jan-
Feb; 58(1): 45–54.
6. Harper SL, Chorich III LJ, Foster CS. Diagnosis of uveitis. In: Foster CS,
Vitale AT. Diagnosis and treatment of uveitis. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 2002: 79-103.
18