Oleh :
Hilmi Fauzi
1201164272
Oleh
(Hilmi Fauzi)
(1201164272)
Menyetujui
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiart Alla SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan kegiatan kerja praktek serta dapat
menyelesailan laporan kerja praktek studi kasus di PT Astra Daihatsu Motor. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah limpah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku ummatnya.
Kerja praktek merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk memperoleh
wawasan dan pengalaman lingkungan kerja, dimana dapat melatih dan mengenal ruang
lingkup pekerjaan dalam dunia industri/perusahaan. Hal tersebut berguna untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungan dunia pekerjaan, mengenal situasi pekerjaan, serta untuk
melengkapi proses belajar sebagai bentuk implementasi dari perkuliahan. Selain itu, dapat
berguna untuk menambah relasi dengan perusahaan terkait yang nantinya dapat digunakan
sebagai proses pencarian data keperluan tugas akhir serta referensi proses mencari
pekerjaan. Dengan dilaksanakannya kerja praktek sehingga penulis dapat mengerti dan
memahami masalah yang sebenarnya terjadi di lapangan yang dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis selain dari sesi perkuliahan aja namun juga di dunia pekerjaan.
Hasil dari pelaksanaan kerja praktek ini berupa laporan yang disusun dan dibuat guna untuk
mempresentasikan hasil dari kegiatan kerja praktek di PT. Astra Daihatsu Motor.
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga diberi
kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
2. Kedua orang tua, kakak dan adik tercinta serta keluarga besar yang selalu memberikan
doa, semangat, motivasi dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kerja praktek ini.
3. Bapak Rayinda Pramuditya Soesanto S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing dosen
dalam penyusunan laporan kerja praktek yang memberikan arahan serta bimbingannya
dalam membantu penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
4. Ibu Rizky Septiana A. Putri selaku staff HRD di PT Astra Daihatsu Motor yang telah
memberikan kesempatan penulis dalam melaksanakan kegiatan Kerja praktek di
departemen PT Astra Daihatsu Motor - Assembly Plant.
5. Bapak Budiyono selaku pembimbing lapangan di PT Astra Daihatsu Motor –
Assembly plant yang telah memberikan banyak pengetahuan, bimbingan serta
arahannya selama pelaksanaan kerja praktek sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktek ini dengan baik dan lancar.
iii
6. Bapak fauzi, pak Bambang, pak Arif dan pak Khoirul Anwar selaku staff bagian safety
dojo di departemen PT Astra Daihatsu Motor – Assembly Plant yang memberikan
arahan, mendukung dan membantu selama pelaksanaan kerja praktek ini.
7. Seluruh staff PT. Astra Daihatsu Motor yang telah mendukung dan membantu
kelancaran kerja praktek di PT. Astra Daihatsu Motor.
8. Teman-teman seperjuangan yang memberikan saran dan pengetahuan dalam
penyusunan laporan kerja praktek ini.
Akhir kata, penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka mengharapkan segala bentuk saran dan
kritik agar laporan ini lebih baik lagi dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Hilmi Fauzi
1201164272
iv
DAFTAR ISI
v
4.2 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 2 ......................................................................... 29
4.3 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 3 ......................................................................... 30
4.4 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 4 ......................................................................... 30
4.5 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 5 ......................................................................... 31
4.6 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 6 ......................................................................... 31
4.7 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 7 ......................................................................... 31
4.8 Kegiatan Kerja Praktek Minggu 8 ......................................................................... 32
BAB V ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA ........................................................ 33
5.2 Proses Produksi Assembling Line 2....................................................................... 33
5.1 Objek Permasalahan............................................................................................... 34
5.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................................................... 34
5.2.1 Data Running Time............................................................................................. 35
5.2.2 Data Downtime................................................................................................... 36
5.2.3 Data Planned Downtime .................................................................................... 36
5.2.4 Data Loading Time ............................................................................................. 36
5.2.5 Data Operation Time.......................................................................................... 37
5.3 Analisis Overall Equipment Effectiveness ............................................................. 37
5.3.1 Availability ......................................................................................................... 37
5.3.2 Performance Rate .............................................................................................. 38
5.3.3 Quality Rate ....................................................................................................... 38
5.4 Analisis Six Big Losses .......................................................................................... 39
5.4.1 Defect Losses ..................................................................................................... 39
5.4.2 Reduce Speed Losses.......................................................................................... 39
5.4.3 Idling and Minor Stoppage Losses..................................................................... 40
5.4.4 Equipment Failure Losses ................................................................................. 40
5.4.5 Set Up and Adjustment Losses ........................................................................... 40
5.5 Alat Pemecahan Masalah ....................................................................................... 41
5.5.1 Analisis Diagram Pareto .................................................................................... 41
5.5.2 Diagram Sebab Akibat ....................................................................................... 45
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................... 47
6.1 Simpulan ................................................................................................................ 47
6.2 Saran ...................................................................................................................... 48
LAMPIRAN........................................................................................................................... 49
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan merupakan salah satu bagian dari proses bisnis perusahaan dalam
memainkan peran penting keberhasilan suatu organisasi. Masalah perawatan mesin
(maintenance) dapat menjadi salah satu faktorr penting yang perlu diperhatikan guna
mempertahankan kualitas produk dan meningkatkan produktivitas. Sehingga, dalam
permasalahan tersebut terdapat pihak yang dapat menangani serta menemukan metode
perbaikan dan perawatan yang paling baik untuk keberlangsungan suatu perusahaan dalam
memproduksi produk sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan breakdown
mesin dan biaya perawatan mesin yang dikeluarkan ketika terjadi breakdown. Maka, latar
belakang penugasan dalam pelaksanaan kerja praktek ini, yaitu menganalisis mesin press
tire pada bagian ban yang digunakan dalam proses perakitan mobil di bagian assembling
line 2 melalui penerapan Total Produktive Maintenance (TPM) dengan menggunakan
metode Overall Equipment Efectiveness (OEE) dan analisis six big losses. Hal ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kondisi mesin melalui data-data yang dibutuhkan berdasarkan nilai
OEE, penggunaan mesin dan faktorr lainnya serta guna untuk menghindari kerugian yang
dapat mengurangi tingkat efektifitas suatu mesin. Selain itu, dapat mendeteksi kejanggalan-
kejanggalan yang mungkin terjadi pada periode selanjutnya sehingga bisa dilakukan
perbaikan secepat mungkin untuk kedepannya dan dilakukan penjadwalan pemeliharan
mesin untuk pencegahan breakdown.
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis ditempatkan di Sunter Assembly Plant
yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara. Kerja praktek ini dilakukan di PT Astra Daihatsu
Motor dan ditempatkan di assembling line 2 department yang terdiri dari tiga area fokus
permasalahan yaitu bagian 1 production 1, bagian 2 ada quality gate improvement, project,
Total Productive Maintenance (TPM) dan Repair Mechanic (RM) dan bagian 3 ada ISO,
safety, adminstration, cost control training , 4S dan I CARE.. Untuk lingkup penugasan
penulis ditempatkan di bagian 2 mengenai quality dan maintenance dengan lingkup batasan
jobdesk secara fokus mengenai Total Productive Maintenance (TPM). Total Productive
Maintenance (TPM) mempunyai tanggung jawab dalam mengelola kinerja sistem untuk
semua karyawan dalam bidang equipment (mesin, peralatan, dll). Project preparation and
improvement mempunyai tanggung jawab mengenai junbiki system, master harigami,
jundate system, dan PIS control. Lingkup penugasan dalam pelaksanaan kerja praktek ini
yaitu menganalisis dan melakukan perhitungan melalui penerapan Total Produktive
9
Maintenance (TPM) dengan menggunakan metode Overall Equipment Efectiveness (OEE)
dan analisis six big losses pada objek mesin press tire.
Kerja praktek di PT. Astra Daihatsu Motor berlangsung dari tanggal 1 Juli sampai 23
Agustus 2019. Pada minggu pertama Bulan Juli beragenda training umum dojo perusahaan,
perkenalan profil perusahaan, aturan-aturan, dll. Pada minggu kedua Bulan Juli beragenda
training dojo di assembling line 2, perkenalan departemen assembling line 2, dan genba
(keliling jalur produksi Plant Assembly). Selanjutnya, pada minggu ketiga Bulan Juni
kegiatan kerja praktek mulai di tempatkan di bagian office departemen assembling line 2,
perkenalan dengan pembimbing lapangan, diskusi mengenai rencana kegiatan kedepannya
dan masalah yang akan dianalisis. Pada minggu keempat Bulan Juli mulai pengumpulan
dan pengamatan mengenai Total Productive Maintenance (TPM). Pada minggu kesatu
Bulan Agustus mulai dilakukan pengerjaan untuk menganalisis mesin melalui pendekatan
TPM dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectivenes (OEE) disertai dengan
memulai penyusuan laporan. Pada minggu ketiga Bulan Agustus review hasil analisis TPM
10
menggunakan metode OEE kepada pembimbing lapangan dan dilakukan presentasi
dihapan supervisor agar informasi yang terdapat pada laporan sesuai dengan data real
perusahaan. Pada minggu keempat Bulan Agustus diisi dengan persentasi kepada dosen
pembimbing.
11
BAB II
12
Performance Excellence. Hingga pada tahun 2010 produksi unit mobil Daihatsu mencapai
2 juta unit kendaraan.
Pada tahun 2012, terjadi lagi kolaborasi daihatsu dengan toyota yang ketiga melalui
pengenalan unit baru yaitu Daihatsu Ayla dan Toyota Agya. Kemudian, pada tahun 2013
didirikan dan diresmikan pabrik yang berlokasi di Karawang untuk perakitan unit mobil
Toyota Agya dan Daihatsu Ayla dengan nama pabrik Karawang Assembly Plant. Pada saat
yang bersamaan, PT Astra Daihatsu Motor mendirikan kantor Research and Development
(R & D) untuk penelitian dalam meluncurkan unit mobil serta melakukan pengembangan
ke produk jadi. Pada tahun 2013, pabrik Karawang Assembly Plant (KAP) melakukan
produksi sebanyak 3 juta unit kendaraan dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan
mencapat 4 juta unit kendaraan. Lalu pada tahun 2016, peluncuran kendaraan MPV LCGC
Daihatsu Sigra dan Toyota Calya melalui kolaborasi antara Daihatsu dan Totoya untuk
yang keempat, serta peluncuran mobil pick up kecil yaitu Daihatsu Hi-Max.
14
8. Head Office
Head Office didirikan pada tahun 1991 dengan luas area yaitu 19.560 m^2.
Lokasi Head Office berada di Jl. Gaya Motor III No.5, Sunter II, Jakarta Utara
15
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Perusahaan global terbaik yang membuat hidup orang lebih baik melalui
mobilitas dan konektivitas.
b. Misi
1) Mengutamakan kebahagian, keselamatan dan kualitas melalui budaya
perusahaan yang kuat
2) Menginspirasi orang untuk meningkatkan kehidupan dan melampaui
kehidupannya
16
2.4.2 ADM Core Values – I CARE
Berikut ini merupakan 5 nilai penting yang diterapkan oleh PT Astra Daihatsu Motor.
1. Integrity
Senantiasa menjungjung tinggi kejujuran, kebenaran, martabat dan amanah.
2. Commitment
Senantiasa menepati janji/kesepakatan, mematuhi kebijakan perusahaan dan
peraturan yang berlaku secara konsisten dan bertanggungjawab.
3. Accountability
Melakukan pekerjaan dengan sepenuh kemampuan, sesuai wewenang berdasarkan
kebijakan dan aturan, selaras dengan etika dan kaidah tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) serta dapat dipertanggungjawabkan.
4. Rescpect
Saling menghargai, menghormati perbedaan dan membina kerjasama.
5. Excellent Innovation
Terus menerus meningkatkan kualitas insani, proses, sistem dan produk (barang
dan jasa) yang selaras dengan kepentingan stakeholders.
17
2.6 Struktur Organisasi
Secara umum, struktur organisasi dari PT Astra Daihatsu Motor yaitu perusahaan yang
dipimpin oleh seorang presiden serta dibantu langsung oleh wakil presiden dan beberapa
direktur utama. Setiap direktur di masing-masing area lokasi pabrik menaungi beberapa
divisi yang dipimpin oleh divison head. Divison head membawahi beberapa departemen
yang dipimpin oleh department head, masing-masing departemen membawahi beberapa
section head, dan setiap section head masing-masing departemen menaungi foreman, team
leader hingga team member. Secara umum hirarki struktur organisasi PT Astra Daihatsu
Motor dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
18
2.6.2 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Assembling Line 2 Department
Berikut merupakan bagan struktur organisasi dari assembling line 2 department dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
19
Departemen perakitan di divisi perakitan mempunyai 2 area jalur produksi yaitu
assembling line 1 dan assembling line 2. Kepala departemen perakitan jalur 2 menaungi tiga
supervisor (section head), yaitu supervisor 1 bagian production 1, supervisor 2 bagian
quality control, quality improve, project total product maintenance dan repair mechanic,
dan supervisor 3 bagian ISO, administration, cost control, training (Dojo), 4S (seiri, seiton,
seiketsu dan shitsuke) dan I CARE. Masing-masing supervisior mempunyai team leader dan
setiap team leader membawahi team member sebagai pekerja lapangan di jalur produksinya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian administrasi di assembling line 2
department pada bulan agustus tahun 2019, jumlah tenaga kerja yang ada di assembling line
2 secara keseluruhan mencapai 1169 karyawan. Secara detail, jumlah tenaga kerja
berdasarkan golongan, status pekerjaan, dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2. 1 Ketenagakerjaan Assembling Line 2 Department
No Golongan Status Jenis Status Jumlah
Kelamin
1 Golongan VI Diviison Head Laki-laki Permanen 2
2 Golongan V Department Head Laki-Laki Permanen 1
3 Golongan IV Supervisor Laki-Laki Permanen 4
4 Golongan III Foreman Laki-Laki Permanen 31
5 Golongan II D - F Team Leader Laki-laki Permanen & Kontrak 78
6 Golongan II A - C Team Member Laki-laki Permanen & Kontrak 1053
20
2.7 Proses Bisnis PT Astra Daihatsu Motor
Berikut merupakan gambaran mengenai proses bisnis PT Astra Daihatsu Motor yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Tabel 2. 2 Proses Bisnis PT Astra Daihatsu Motor
Gambaran umum mengenai proses bisnis PT Astra Daihatsu Motor bisa diliat untuk
alurnya. Dimulai dengan pembuatan unit mobil diperoleh sebagian dari vendor untuk part
kecil dan yang tidak diproduksi di Daihatsu sendiri seperti mur, baut, ban, aluminium ingot
dll. Kemudian part-part dari vendor akan masuk ke proses selanjutnya sesuai kebutuhannya
dimulai dari proses casting untuk pembuatan blog mesin mobil, proses engine untuk
pemasangan kabel blog mesin, proses press untuk pembuatan lempengan baja menjadi panel
mobil seperti mobil dan terakhir proses assembly untuk perakitan dari panel-panel yang
sudah jadi serta yang sudah tersedia dari vendor dirakit menjadi unit mobil yang seutuhnya.
Selanjutnya unit mobil tersebut dikirimkan baik ke domestik maupun di eksport ke luar
negeri seperti malaysia dan jepang.
21
2.8 Produk PT Astra Daihatsu Motor
PT Astra Daihastu Motor memproduksi unit yaitu 9 Mobil, diantaranya sebagai
berikut.
1. Terios 5. Luxio
2. Xenia 6. Hi-Max
3. Sigra 7. Gran Max PU
4. Ayla 8. Gran Max MB
22
BAB III
TEORI DASAR
Untuk memperoleh nilai OEE, maka perlu dicari nilai dari masing-masing variabel tersebut.
1. Availability
Availability merupakan rasio perbandiangan antara operation time dengan loading time
yang menunjukan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan mesin. Operation time (lama
waktu proses produksi dalam menghasilkan output) diperoleh dari loading time (waktu yang
tersedia mesin berproduksi) dikurang dengan downtime. Loading time sendiri diperoleh dari
perhitungan antara running time (jumlah jam kerja) dikurangi dengan planned downtime
(waktu istirahat, set up, dsb). Berikut ini merupakan rumus perhitungan availability.
3. Quality Rate
Quality rate merupakan rasio perbandingan antara jumlah produksi dikurang dengan
produk defect kemudian dibagi jumlah produksi. Berikut ini merupakan rumus perhitungan
performance rate.
25
Tabel 3. 2 Kategori Six Big Losses
OEE
No Six Big Losses
Variabel Kategori Kerugian
Breakdown
1 Availability Kerugian downtime
Setup & Adjustment
Reduce Speed
2 Performance Rate Kerugian kinerja mesin
Idling & Minor Stoppage
Yield/Scrap
3 Quality Rate Kerugian kualitas
Quality Defect & Rework
Dalam perhitungannya, setelah kita memperoleh hasil nilai OEE yang menunjukan
apakah standar mesin masih baik digunakan dalam kegiatan produksi dan terdapat tanda-
tanda mengalami kerusakan/tidak, langkah selanjutnya yaitu menganalisis faktorr-faktorr
yang menyebabkan kerusakan terhadap mesin tersebut dengan analisis six big losses.
Berikut merupakan uraian penjelasan mengenai six big losess.
1. Breakdown Losss
Breakdown losses merupakan kerugian yang disebabkan karena kerusakan mesin dan
memerlukan perbaikan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai breakdown losse
adalah sebagai berikut.
Idling and minor stoppage losses= (non productive time/loading time) x 100%
26
5. Yield/Scrap Losses
Yield/scrap losses merupakan kerugian pada awal produksi yang disebabkan karena
beberapa faktorr seperti tidak tepatnya penanganan dan pemasangan peralatan mesin, kondisi
operasi tidak stabil dan lain-lain. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
27
Berikut ini merupakan gambar mengenai contoh bentuk diagram pareto.
28
BAB IV
30
pemecahan masalah, metode pemecahan masalah, rencana dan penjadwalan kerja, dan
ringkasan sistematika penulisan laporan.
Pada minggu ketujuh, sudah mulai melakukan pengolahan data untuk alat pemecah
masalah menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat. Kagiatan pengolan data
juga dilakukan berdiskusi bersama pak budiyono sekalian menyampaikan progress laporan
dan perhitungan data untuk mengecek kevalidan kebenaran data serta perhitungannya.
Kemudian, setelah melakukan pengolahan data selanjutnya dituangkan untuk pengerjaan
laporan bab 5 terkait analisis perhitungan mengenai Overall Equipment Effectiveness, six big
losses, diagram pareto dan diagram sebab akibat. Untuk membuat analisis diagram sebab
akibat setelah diketahui terkait kerugian yang paling dominan dari hasil analisis six big
losses, dilakukan survei ke bagian mesin press tire untuk merinci sebab akibat dengan
31
komponen faktor yang terdiri dari man, machine, method, material dan environment. Karena
dalam pembuatan analisis diagram sebab akibat menggunakan fishbon diagram harus
mengetahui kejadian aktual pada mesin tersebut dan faktorr apa saja yang berhubungan
untuk menentukan sebab akibatnya.
32
BAB V
33
5.1 Objek Permasalahan
Objek permasalahan yang diambil dalam penelitian ini yaitu mesin press tire,
merupakan mesin yang digunakan proses pemasangan karet ban dengan velg yang kemudian
ban mobil tersebut digunakan untuk roda jalannya pada mobil dalam proses perakitan
selanjutnya. Berikut merupakan layout workstation tire yang dijadikan fokus penelitian
pada pelaksanaan kerja praktek di PT Astra Daihatsu Motor.
34
5.2.1 Data Running Time
Data running time adalah total waktu jumlah jam kerja yang digunakan untuk
melakukan proses produksi. PT Astra Daihatsu Motor mempunyai jam kerja untuk
melakukan produksinya dalam 1 hari selama 18 jam yang dibagi menjadi 2 shift kerja yaitu
shift A dari pukul 07.15 – 16.00 sebanyak 455 menit dan shift B dari pukul 21.00 – 04.30
sebanyak 395 menit selama 5 hari kerja (Senin – Jumat). Kemudian, untuk jam istirahat
dalam 1 hari kerja dibagi sesuai shiftnya kurang lebih sekitar 1 jam. Berikut merupakan data
waktu produksi di PT Astra Daihatsu Motor.
Tabel 5. 1 Jam Kerja Perusahaan
Jumlah Jam Kerja Waktu produksi bersih Total waktu istirahat Total waktu kerja/hari
Shift A (07.15-16.00) 455 70 525
Shift B (21.00-04.30) 395 55 450
Total 850 125 975
Untuk waktu istirahat shift A selama 70 menit dengan waktu break pagi selama 5
menit dari pukul 10.00-10.05, siang selama 45 menit dari pukul 11.50 – 12.35, dan sore
selama 10 menit dari pukul 14.05 – 14.15. Sedangkan untuk shift B selama 55 menit dengan
waktu break malam selama 5 menit dari pukul 22.00-22.05, tengah malam selama 45 menit
dari pukul 00.00 – 00.30 (jam istirahat, shalat dan makan), dan dini hari selama 10 menit
dari pukul 02.30 – 02.40. Berikut merupakan tabel perhitungan data running time selama
periode Januari hingga Juni 2019 di PT Astra Daihatsu Motor.
Tabel 5. 2 Perhitungan Data Running Time
35
5.2.2 Data Downtime
Data downtime adalah waktu mesin berhenti melakukan kegiatan produksi yang
disebabkan karena keadaan tidak tertuga, baik faktorr manusia maupun faktorr alam.
Downtime ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan karena jika 1
mesin mengalami masalah maka menyebabkan line stop yang tidak dapat berproduksi
selama kejadian tersebut. Persentase pada downtime dapat menjadi acuan proporsi mesin
mengalami masalah dalam setiap 1 bulan. Persentase pada downtime sendiri diperoleh
dengan cara melakukan perbandingan antara total waktu produksi (running time) dengan
total waktu downtime pada mesin tersebut selama 1 bulan. Berikut merupakan tabel
perhitungan data downtime selama periode Januari hingga Juni 2019 pada mesin press tire di
area assembling line 2.
Tabel 5. 4 Perhitungan Data Downtime
36
Berikut merupakan tabel perhitungan data loading time selama periode Januari hingga Juni
2019 pada mesin press tire di area assembling line 2.
Tabel 5. 5 Perhitungan Data Loading Time
Planned Loading
Jumlah Hari Running Time
No Bulan Downtime Time
(Menit)
Shift A (Day) Shift B (Night) (Menit) (Menit)
1 Januari 26 24 31965 20 31945
2 Februari 21 23 27105 20 27085
3 Maret 23 23 27745 20 27725
4 April 25 25 29210 20 29190
5 Mei 21 22 23310 20 23290
6 Juni 16 13 17035 38 16997
5.3.1 Availability
Availability adalah rasio perbandiangan antara operation time dengan loading time
yang menunjukan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan mesin. Data yang dibutuhkan
untuk menghitung nilai availability melalui data operatiom time dan loading time yang
sudah didapat pada perhitungan sebelumnya. Proses perhitungan ini dilakukan dengan cara
melakukan pembagian antara data loading time dengan data operation time untuk setiap
periode bulannya. Berikut merupakan tabel perhitungan data availability selama periode
Januari hingga Juni 2019 untuk mesin mesin press tire di area assembling line 2.
37
Tabel 5. 7 Perhitungan Nilai Availability
Standard
Loading Time Downtime Operation Time
No Bulan Availability Bencmark World
(Menit) (Menit) (Menit)
Class
1 Januari 31945 15 31930 99.95% 90.00%
2 Februari 27085 5 27080 99.98% 90.00%
3 Maret 27725 49 27676 99.82% 90.00%
4 April 29190 69 29121 99.76% 90.00%
5 Mei 23290 4 23286 99.98% 90.00%
6 Juni 16997 18 16979 99.89% 90.00%
Average 99.90%
38
5.4 Analisis Six Big Losses
39
5.4.3 Idling and Minor Stoppage Losses
Idling and minor stoppage losses adalah bentuk kerugian yang disebabkan karena
mesin yang berhenti secara mendadak, idle time dan lain-lain. Data yang dibutuhkan untuk
melakukan proses perhitunga idling and minor stoppage losses yaitu data waktu mesin tidak
produktif (non productive timeI) dan loading time. Perhitungan ini dilakukan dengan cara
melakukan proses pembagian antara non productive time dengan loading time untuk setiap
periode bulannya. Berikut merupakan tabel perhitungan idling and minor stoppage losses
selama periode Januari hingga Juni 2019 untuk mesin press tire di area assembling line 2.
Tabel 5. 12 Perhitungan Idling and Minor Stoppage Losses
Loading Time Non Losses
No Bulan
(Menit) Productive (Persentase)
1 Januari 31945 3155 9.88%
2 Februari 27085 2740 10.12%
3 Maret 27725 2924 10.55%
4 April 29190 3194 10.94%
5 Mei 23290 2684 11.52%
6 Juni 16997 1853 10.90%
Total waktu losses 16550 10.65%
40
dengan periode bulannya. Berikut merupakan tabel perhitungan set up and adjustment losses
selama periode Januari hingga Juni 2019 untuk mesin press tire di area assembling line 2.
41
2. Diagram Pareto Performance Rate
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah diolah dengan menggunakan
microsoft excel untuk variabel performance rate, dapat dilihat gambar dibawah ini
yang menunjukan hasil analisis diagram pareto selama periode Januari hingga Juni
2019.
42
Gambar 5. 5 Diagram Pareto Quality Rate
Dari grafik pada gambar diagram pareto diatas, menunjukan bahwa garis nilai
quality rate untuk mesin press tire berada dibawah standar perusahaan dunia. Standar
dunia untuk nilai quality rate adalah sebesar 99.9%. Untuk nilai tertinggi dari quality
rate berada pada bulan Januari dan Maret dengan nilai performance rate sebesar 65%,
dan nilai terendah berada pada bulan Februari dengan nilai performance rate sebesar
56%. Hal ini menunjukan semakin tinggi nilai performance rate semakin bagus
karena produk tersebut lolos defect dari quality inspection dan semakin rendah nilai
quality rate menunjukan kualitas produk yang lolos defect dari quality inspection
sedikit. Meskipun untuk periode Januari hingga Juni 2019 dengan waktu yang
tersedia bisa lebih banyak unit mobil dari yang ditargetkan, tetapi aktualnya selama
periode tersebut jumlah produksi dengan kualitas lolos dari defect berada dibawah
standar industri dunia (x < 99.9%), hal ini bisa diakibatkan karena faktorr alam,
lingkungan, manusia (human error) maupun dari segi perawatan untuk mesin
tersebut.
4. Diagram Pareto Overall Effectiveness Equipment (OEE)
Analisis perhitungan Overall effectiveness equipment merupakan alat ukur dari
penerapan TPM yang digunakan bertujuan untuk melihat nilai keeefektif dari mesin
yang sedang diteliti. Tujuan dari penerapan metode ini untuk meminimalisir dan
meredukasi kerugian-kerugian yang ada pada six big losses. Pada perhitungannya,
untuk mencari nilai OEE memmbutuhkan tiga komponen yang terdiri dari
availability, performance rate dan quality rate. Tiga komponen tersebut didasari
dengan data-data produksi baik yang straigh pass maupun defect, data ketersediaan
waktu produksi atau jam kerja dan kapasitas produksi untuk melihat efisiensi dari
produk yang dihasilkan. Perhiungan nilai OEE dilakukan dengan melakukan proses
perkalian untuk ketiga komponen tersebut. Berdasarkan pengolahan data dan
perhitungan menggunakan microsoft excel, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Tabel 5. 15 Tabel Perhitungan OEE
Standard
Performanc Persentase
No Bulan Availability OEE Bencmark World
e Rate Quality Rate
Class
1 Januari 99.95% 77.34% 65% 49.90% 85.00%
2 Februari 99.98% 77.20% 56% 43.02% 85.00%
3 Maret 99.82% 77.79% 65% 50.21% 85.00%
4 April 99.76% 71.26% 63% 44.81% 85.00%
5 Mei 99.98% 79.09% 60% 47.37% 85.00%
6 Juni 99.89% 78.48% 61% 48.10% 85.00%
Average 99.90% 76.86% 61.54% 47.23%
43
Berikut merupakan gambar diagram pareto perhitungan OEE selama periode Januri
hingga Juni 2019.
44
Tabel 5. 16 Tabel Kumulatif Six Big Losses
Waktu Losses
Jenis Losses Persentase Kumulatif
(Persentase)
Dari grafik pada gambar diagram pareto diatas, dapat dilihat bahwa jenis kerugian
dengan kontribusi paling besar adalah defect losses dengan waktu 45823 menit
(46.29%).
45
Environment Man
Lolosnya pemeriksaan
velg dari vendor oleh MP
salah tekan suffix pada
panel monitor Tingkat
konsentrasi MP
Minimnya penerangan
di area pemasangan Pemanfaatan waktu istirahat
valve pada velg
MP tidak optimal
Problem Tire
Terdapat uap air pada
pompa tekanan angin
Inflator
Seal pada mesin Proses pengolesan
tire inflator aus busa sabun pada
Uap air didalam pompa ban tidak ergonomi
tidak tertampung pada
filter
Pompa tekanan Pemasangan ban dan
angin macet velg oleh mesin mounter
Minimnya tersendat
pengecekan dan Tidak ada pemeriksaan
pembersihan seal Cipratan busa dari proses ban oleh MP sebelum
mesin inflator mounting paste ke sensor dipasang
Standar tumpukan
mesin tire inflator ban mobil terlalu
Tidak terdapat sekat rendah
Gesekan seal mesin
untuk menyaring
inflator dengan ban Rendahnya tumpukan
mobil cipratan busa
ban tidak sesuai dengan Permukaan ban tidak
tinggi MP merata
Sensor mesin tire
inflator error
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan kerja yang dilakukan selama kerja praktek di
PT Astra Daihatasu Motor Sunter Assembly Plant, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Dari hasil perhitungan terhadap variabel yang mempengaruhi dalam menentukan nilai
Overall Effectiveness Equipment, diperoleh nilai dari nilai rata-rata yang diambil dari
availability sebesar 99.9%, performance rate sebesar 76,86%, dan quality rate sebesar
62%. Sehingga, melalui perhitungan OEE diperoleh hasil bahwa nilai availability
melalui perbandingan nilai industri standar dunia disimpukan sudah baik karena dengan
waktu produksi yang tersedia, breakdown yang dialami mesin inflator selama bulan
Januari hingga Juni tahun 2019 sangat sedikit dengan melihat nilai availability > 90%.
Meskipun breakdown yang dialami sangat sedikit, tetapi hasil perhitungan nilai rata-rata
pada variabel performance rate dan quality rate kurang dibawah standar dikarenakan
efisiensi dari kinerja mesin untuk produksi per hari rata-rata tidak tercapai dan kualitas
produk yang dihasilkan melalui pengecekan quality inspection banyak repair unit.
2. Untuk mengetahui tingkat keefektifan sebuah mesin/fasilitas dilihat dari hasil
perhitungan OEE sehingga dari perhitungan diatas, nilai rata-rata OEE yang didapat
sebesar 47.23%, yang menunjukan nilai OEE rendah dibawah nilai standar industri kelas
dunia (OEE < 85%). Meskipun dari variabel availability memiliki rata-rata nilai cukup
bagus, namun faktorr penyebab dari rendahnya nilai OEE terdapat pada variabel
performance rate dan quality rate
3. Melalui perhitungan analisis six big losses untuk mengetahui kerugian-kerugian yang
paling dominan dari enam kerugian dari hasil diagram pareto, dapat diambil kesimpulan
bahwa losses yang paling dominan adalah defect losses dengan waktu kerugian
meyumbang selama 45823 menit mengalami breakdown.
4. Penentuan kerusakan mesin pada kerugian defect losses dilihat dari data perusahaan
selama periode Januari hingga Juni 2019 melalui diagram pareto berdasarkan tingkat
frekuensi area mesin press tire yang mengalam defect losses adalah mesin inflator.
47
6.2 Saran
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakuan oleh penulis di PT Astra Daihatsu
Motor, maka rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan memberikan pelatihan kepada semua operator untuk meningkatkan skill
dalam melaksanakan tugasnya serta menanamkan kesadaran dan kepedulian kepada
semua operator untuk berperan aktif dalam peningkatan produtivitas dan efisiensi
perusahaan salah satunya melalui kegiatan pembersihan dalam merawat mesin yang
digunakan sehari-hari.
2. Perusahaan lebih peka untuk memperhatikan kondisi mesin produksi melalui perkiraan
umur ekonomis dan kapan mesin tersebut mengalami tanda-tanda kerusakan sehingga
dapat mengganti komponen mesin dan alat yang sudah tidak optimal baik karena umur
mesin tersebut maupun karena kerusakan aus dan sebagainya
3. Peningkatan jadwal preventive maintenance untuk menghindari kerusakan sehingga
waktu breakdown mesin dapat diminimalisir, dari yang sebelumnya 1 kali dalam 1 bulan
bisa lebih ditingkatkan menjadi 2 - 4 kali untuk setiap bulannya.
4. Penerapan untuk kegiatan breifing dan evaluasi dari mulai sebelum beroperasi hingga
selesai beroperasi, melalui berkas berita kegiatan produksi yang dapat diisi untuk semua
kegiatan yang terjadi pada shift sebelumnya sehingga meminimalisir kesalahan untuk
shift selanjutnya secara continue kedepannya.
5. Pemberian sanksi yang lebih tegas sesuai dengan tingkat kesalahannya untuk operator
yang tidak disiplin dan tidak bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik, baik melalui
peneguran dll, serta melakukan evaluasi terhadap penerapan dari studi penelitian yang
sudah dibuat dan ditetapkan oleh perusahaan.
6. Pengelompokan penanganan kerusakan mesin yang dapat dilakukan baik secara
langsung oleh bagian maintenace maupun perbaikan oleh man power berdasarkan
tingkat kerusakan mesin dan waktu lamanya kerusakana mesin.
7. Penambahan penerangan pada area kerja yang minimnya pencahayaan sehingga dapat
mengurangi produktivitas pekerjaan di area tersebut.
8. Penambahan personil maintenance untuk menangani terkait masalah kerusakan
mesin/fasilitas, baik dari karyawan persediaan equipment maupun sparepart sehingga
bisa mengatisipasi kerusakan dapat ditanggulangi secepat mungkin dan tidak menunggu
lama untuk proses perbaikannya
9. Menerapkan 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke) pada semua workstation
48
LAMPIRAN
49
50