Disusun oleh:
Sepanjang tahun 1990-an, pasar mengalami pertumbuhan yang pesat dan investor menjadi
terbiasa dengan pengembalian pasar saham yang tinggi. Namun, pada tahun 2002, saham mulai
menurun tajam sehingga dilakukan penilaian kembali resiko inheren di dalam pasar saham. Hal
ini digaris bawahi oleh sebuah artikel dalam The Wall Street Journal yang ditulis tidak lama
setelah serangan teroris tanggal 11 september 2001.
Risiko adalah suatu konsep yang sulit dipahami, dan terdapat banyak sekali kontroversi pada
seputar usaha untuk mendefinisikan dan mengukurnya. Namun begitu, ada satu definisi umum,
dan mampu memenuhi banyak tujuan, yang dinyatakan berdasarkan distribusi probabilitas
seperti yang telah disajikan pada figure 8-2: makin rapat distribusi probabilitas tingkat
pengembalian yang diharapkan dimasa depan, makin kecil risiko
Sebelumnya, melainkan seberapa besar resikonya? dan berapa lama periode
dengan risiko yang meningkat ini akan terus berlangsung?
Penting pula untuk kita ketahui bahwa beberapa saham akan lebih berisiko dibandingkan
saham lain. Bahkan, pada tahun saat pesat saham menaik secara keseluruhan, banyak saham
individual yang menurun sehngga memiliki “sekeranjang” sahan yang risikonya akan lebih kecil
dibandingkan dengan hanya memiliki satu saham. Menurut sebuah artikel dalam Business Week
satu-satunya senjata terbaik untuk melawan risiko adalah melakukan diversifikasi pada saham-
saham yang tidak memiliki korelasi tinggi satu sama lain. “Dengan menyebarkan uang. Anda
tidak akan terikat pada perubahan yang terjadi dalam satu pasar, saham, atau industry tertentu
saja.. Korelasi, dalam istilah menajer portofolio, membantu anda melakukan diversifikasi dengan
tepat karena hal itu menggambarkan seberapa erat kedua investasi akan saling terkait. Jika
keduanya bergerak secara bersamaan, kemungkinan mereka akan terpengaruh oleh berita buruk
yang sama. Jadi, anda seharusnya menggabungkan seluruh asset dengan korelasi yang rendah.”
Investor di Amerika Serikat cenderung melihat “pasar saham” sebagai pasar saham AS.
Namun demikian saham-saham AS hanya menyumbangkan 35 persen dari keseluruhan nilai
saham. Pasar luar negeri juga cukup menguntungkan, dan pasar tersebut tidak memiliki korelasi
sempurna dengan pasar AS. Jadi, diversifikasi secara global memberikan peluang kepada para
investor AS untuk meningkatkan pengembalian dan mengurangi risiko pada saat yang
bersamaan. Akan tetapi, investasi luar negeri memiliki risikonya sendiri, terutama “risiko nilai
tukar” yang berbahaya jika jumlah mata uang kita turun akibat berubahnya nilai tukar.
Meskipun topic utama artiket BusinessWeek tersebut adalah pengukuran dan penurunan
risiko, artikel tersebut juga mengemukakan bahwa beberapa instrument yang baru-baru ini
diciptakan dan sangat berisiko rendah. Misalnya, beberapa reksa dana mengiklankan
portofolionya, “hanya terdiri atas efek yang dijamin oleh pemerintah AS”, tetapi mereka tidak
mengungkapkan kalimat yang menyatakan bahwa dana mereka sendiri menggunakan pinjaman
(leverage) keuangan, berinvestasi pada “derivatif”, atau mengambil tindakan lainnya yang
membuat investor menghadapi risiko yang sangat besar.
Setelah selesai membaca bab ini, anda seharusnya dapat memahami apakah risiko itu,
bagaimana risiko diukur, dan bagaimana cara meminimalkannya atau paling tidak dapat
menerima kompensasi yang memadai karena telah menanggungnya.
Menenmpatkan Segala Sesuatu Dalam Perspektifnya
Kita mengawali bab ini dari premis dasar bahwa investor menyukai pengembalian dan tidak
menyukai risiko. Oleh karena itu, kita akan berinvestasi pada asset yang berisiko jika asset
tersebut menawarkan perkiraan pengembalian yang lebih tinggi. Kita akan mendefinisikan
dengan tepat arti istilah risiko dalam kaitannya dengan investasi, melihat prosedut yang
digunakan untuk mengukur risiko, dan membahas hubungan antara risiko dan pengembalian.
Investor dan manajer hendaknya memahami konsep-konsep ini karena mereka mengembangkan
rencana yang akan membentuk perusahaan dimasa depan.
Risiko dapat diukur dengan berbagai cara, dan bergantung pada alat ukur yang digunakam,
dapat diperoleh kesimpulan akhir yang berlainan tentang tingkat risiko suatu asset. Analisis
risiko cukup membingungkan, tetapi akan membantu jika anda mengingat hal-hal berikut ini.
1. Seluruh asset keuangan diharapkan akan menghasilkan arus kas, dan tingkat risiko suatu
asset akan dinilai berdasarkan atas tingkat risiko aus kasnya.
2. Risiko suatu asset dapat dihitung dengan dua cara: (a) dalam basis berdiri sendiri (stand
alone) di mana arus kas asset dianalisis secara terpisah, atau (b) dalam konteks portofolio
dimana arus kas dari sejumlah asset digabungkan dan arus kas konsolidasinya dianalisis.
Ada
perbedaan penting antara risiko berdiri sendiri dan portofolio dengan asset yang risikonya
tingggi- jika dimiliki sendirian mungkin akan kurang berisiko jika dimiliki sebagai bagian
dari suatu portofolio yang lebih besar.
3. Dalam konteks portofolio, risiko sebuah asset dapat dibagi menjadi dua komponen: (a)
risiko
yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk) yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi
dan bukan merupakan kekhawatiran bagi investor yang terdiversifikasi, dan (b) risiko pasar
yang mencerminkan risiko penurunan pasar saham secara umum yang tidak dapat
dihilangkan oleh diversifikasi sehingga menjadi perhatian para investor. Hanya risiko pasar
yang relevan bagi investor yang rasional- risiko yang dapat didiversifikasi adalah risiko
yang
tidak relevan karena risiko ini dapat dan akan dihilangkan.
4. Suatu asset dengan tingkat risiko relevan (pasar) yang tinggi harus menawarkan tingkap
pengembalian yang diharapkan relative tinggi untuk dapat menarik investor. Investor
umumnya untuk menghindari risiko,
Sehingga mereka tidak akan membeli asset yang berisiko, kecuali jika asset tersebut
memiliki
pengembalian yang diharapkan tinggi.
5. Jika investor rata-rata berpendapat bahwa pengembalian yang diharapkan dari suatu efek
terlalu rendah untuk dapat mengompensasi risikonya, maka harga efek tersebut akan turun;
selanjutnya, akan mendorong naiknya pengembalian yang diharapkan. Sebaliknya, jika
pengembalian yang diharapkan lebih dari cukup untuk mengompensasi risiko, maka harga
pasar efek akan naik sehingga menurunkan pengembalian yang diharapkan. Efek akan
berada
dalam ekuilibriumketika jumlah pengembalian yang diharapkan sama persis dengan jumlah
yang dibutuhkan untuk mengompensasikan risikonya.
6. Pada bab ini, kita akan memusatkan perhatianpada asset keuangan seperti saham dan
obligasi,
tetapi konsep yang dibahas disini juga berlaku pada asset fisik seperti komputer, truk,
bahkan
pabrik secara keseluruhan.
Risiko (risk) didefenisikan dalam kamus Webster sebagai “suatau halangan, gangguan,eksposur
terhadap kerugian atau kecelakaan”. Jadi, risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu
peristiwa yang tidak diinginka. Jika anda melakukan terjun payung, anda sedang
mempertaruhkan nyawa anda- terjun payung adalah suatu olahraga yang berisiko. Jika anda
bertaruh pada pacuan kuda, maka anda mempertaruhkan uang anda dalam berisiko.
Seperti yang telah kita lihat pada bab-bab sebelumnya, individu dan perusahaan yang
menginvestasikan dananya hari ini berharap akan menerima tambahan dana di masa depan.
Obligasi menawarkan pengembalian yang relative rendah, tetapi dengan risiko yang relative
kecil- paling tidak jika anda berinvestasi pada obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan yang
memiliki peringkat tinggi. Saham menawarkan kesempatan pengembalian yang lebih tinggi.
Namun, seperti yang kita lihat pada bab 5, saham umumnya lebih berisiko daripada obligasi. Jika
anda berinvestasi pada saham spekulatif (atau saham apa pun) anda mengambil risiko yang
signifikan dengan harapan menerima pengembalian yang layak.
Risiko suatu asset dapat dianalisi dengan dua cara: (1) dalam basis berdiri sendiri dimana
asset dilihat secara terpisah, dan (20 dalam asset portofolio dimana asset dimiliki sebagai salah
satu dari sejumlah asset lainnya dalam suatu portofolio. Jadi, risiko berdiri sendiri (stand-alone
risk) suatu asset merupakan risiko yang akan dihadapi oleh investor jika ia hanya memiliki suatu
asset tersebut. Sudah pasti, sebagian besar asset akan dimiliki dalam bentuk portofolio, tetapi kita
perlu memahami risiko berdiri sendiri agar dapat memahami risiko dalam konteks portofolio.
Untuk mengilustrasikan risiko bediri sendiri, kita asumsikan seorang investormembeli surat
utang negara jangka pendek senilai $100.000 dengan perkiraan pengembalian sebesar 5%.
Dalam hal ini, tingkat pengembalian investasi, yaitu 5%. Dapat di estimasikan dengan cukup
akurat dan investasi tersebut pada dasarnya dapat di definisikan sebagai investasi bebas risiko.
Investor yang sama juga dapat menginvestasikan uang $100.000 tersebut pada perusahaan yang
baru didirikan untuk melihat apakah terdapat minyak bumi di samudra atlantik bagian tengah.
Pengembalian atas saham tersebut akan jauh lebih sulit di ramalkan. Dalam scenario terburuk,
perusahaan tersebut dapat bangkrut dan investor kehilangan seluruh uangnya. Dalam hal ini,
pengembalian berarti -100 persen. Scenario terbaiknya, perusahaan akan menemukan cangan
minyak bumi dalam jumlah besar dan investor akan menerima pengembalian yang positif dalam
jumlah yang sangat besar. Ketika mengevaluasi investasi ini, investor mungkin menganalisis
situasi dan mengambil kesimpulan bahwa tingkat pengembalian yang di harapkan secara statistic
adalah 20 persen. Namun, investor juga harus menyadari bahwa tingkat pengembalian actual
berada di rentang, katakanlah +1000 persen hingga -100 persen. Terdapat potensi bahaya yang
cukup signifikan dimana investor akan menerima pengembalian yang jauh lebih rendah dari yang
di harapkan, maka saham seperti ini menjadi investasi yang relative berisiko.
Tidak aka nada investasi yang dilakukan, kecuali jika tingkat pengembalian yang
diharapkannya cukup tinggi untuk mengompensasi risiko yang di tanggung oleh investor. Pada
contoh kita diatas, tampak jelas hanya akan ada sedikit, jika ada, investor yang bersedia membeli
saham perusahaan minyak tersebut jika pengembalian yang harapkannya sama dengan aset yang
berisiko jarang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan. Pada umumnya, aset yang
berisiko memberikan pengembalian yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diperkirakan.
Memang, jika aset selalu menghasilkan pengembalian yang diharapkan, maka aset itu bukanlah
aset yang berisiko. Jadi, risiko investasi berhubungan dengan probabilitas mendapatkan
pengembalian actual yang rendah atau negative – makin besar peluang yang dihasilkannya
pengembalian yang rendah atau negative, maka investasi tersebut makin berisiko. Namun
demikian, risiko dapat didefinisikan dengan lebih akurat seperti yang akan kita tunjukan pada
bagian berikutnya.
Distribusi Probabilitas
Probabilitas suatu peristiwa didefinisikan sebagai peluang terjadinya peristiwa tersebut.
Misalnya, seorang pembaca ramalan cuaca mengatakan, “terdapat peluang 40persen terjadi hujan
hari ini dan 60 persen peluang tidak terjadi hujan”. Jika seluruh kemungkinan peristiwa atau
hasilnya disusun dalam suatu daftar, dan jika probabilitas di berikan untuk setiap peristiwa,
makan daftar tersebut di sebut sebagai Distribusi Probabilitas ( Probability Distribution). Untuk
peramalan cuaca diatas, kita dapat membuat distribusi.
Bahwa tingkat pengembalian martin products dapat lebih bervariasi dibandingkan pengembalian
U.S water. Terdapat probabilitas yang cukup tinggi bahwa nilai 7%, sementara hal buruk dapat
terjadi pada U.S water adalah pengembalian sebesar 10%.
Jika kita mengalihkan setiap kemungkinan hasil dengan probabilitas terjadinya dan kemudian
menjumlahkan hasil yang diperoleh, seperti pada table 8-2, kita akan mendapatkan rata-rata
tertimbang hasil tersebut. Pembobotannya adalah probabilitas dan rata-rata tertimbang
merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan (expect rate of return)
Tingkat pengembalian yang diharapkan juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan yang
akan melakukan hal yang sama seperti table matriks pembayaran.
Di sini r adalah kemungkinan hasil ke i, p adalah probabilitas hasil ke i, dan n adalah jumlah
kemungkinan hasil. Jadi, r adalah rata-rata tertimbang kemungkinan hasil (nilai-nilai r) dimana
pembobotan setiap hasil adalah probabilitas terjadinya. Dengan menggunakan data untuk martin
products, kita mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan dengan perhitungan.
kita dapat membuat grafik tingkat pengembalian untuk mendapatkan gambaran tentang
variabilitas hasil yang mungkin terjadi: grafik ini disajikan dalam grafik batang dalam figure 8-1.
Tinggi dari setiap batang melambangkan probabilitas hasil tersebut akan terjadi. Rentang
pengembalian yang mungkin terjadi untuk martin products adalah dari -70 hingga +100 persen
dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sekitar 15 persen. Tingkat pengembalian untuk
U.S water juga sebesar 15 persen, tetapi kemungkinan memiliki rentang yang lebih rapat .
Sejauh ini, kita beramsumsi hanya ada 3 kemungkinan situasi yang dapat terjadi:
permintaan yang kuat, normal, dan lemah. Tentu ada kenyataan, permintaan dapat dimulai dari
depresi yang dalam hingga masa-masa booming yang fantastis, dan terdapat banyak
kemungkinan yang tak terhingga di antara keduanya jika kita memiliki waktu dan kesabaran
untuk memberikan suatu tingkat probabilitas pada setiap kemungkinan tingkat permintaan
(dengan jumlah probabilitas tetap sama dengan 1.0) dan menentukan tingkat pengembalian dari
setiap tingkat permintaan pada setiap saham.