Kelompok :
5. Jumrah 1700004022
Tahun 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Menulis adalah pekerjaan pokok bagi semua karyawan ilmiah seperti dosen, peneliti, dan
orang-orang yang terlibat dalam pendidikan, penelitian dan pekerjaan ilmiah. Kepakaran seorang
dosen atau peneliti dapat diukur salah satunya dari mutu dan jumlah karya tulis ilmiahnya. Tujuan
dari penulisan karya tulis ilmiah itu sendiri adalah sebagai sarana komunikasi antara orang-orang yang
hidup di masa sekarang maupun untuk generasi yang akan datang dalam rangka memajukan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Agar komunikasi berjalan dengan baik, dengan pengertian
bahwa tidak ada salah pengertian antara penulis dan pembaca, maka keterampilan
mengkomunikasikan bahasa merupakan faktor yang penting. Keterampilan mengkomunikasikan
bahasa dapat diperoleh dengan cara memahami filosofi dan metodologi penulisan karya tulis ilmiah.
Tentu saja pemahaman tersebut tidak ada artinya tanpa latihan secara terus menerus.
Sejarah mencatat bahwa manusia telah dapat berkomunikasi sejak 1000 tahun yang lalu, jauh
sebelum komunikasi ilmiah yang kita kenal sekarang berkembang. Para ahli percaya bahwa jurnal
pertama baru terbit sekitar 700 tahun kemudian. Pengetahuan, keilmuan atau yang lainnya tidak dapat
secara efektif dikomunikasikan tanpa adanya media komunikasi. Manusia prasejarah melakukan
komunikasi secara lisan dan tulisan dalam bentuk yang sederhana. Coretan-coretan di gua dan di
bebatuan pada masa itu merupakan salah satu usaha pertama manusia untuk meninggalkan catatan
bagi generasi selanjutnya. Kita beruntung catatan peninggalan sejarah itu sampai sekarang masih ada.
Buku pertama diukir di atas tablet tanah lempung sekitar tahun 4000 SM. Di tahun 2000 SM, para
ilmuwan telah menggunakan papyrus sebagai media komunikasi. Kemudian pada tahun 190 SM,
kertas kulit (dari hewan) mulai digunakan. Baru pada tahun 105 M, seorang ilmuwan Cina
menemukan kertas sebagai media komunikasi modern. Mesin tik muncul sekitar tahun 1100 M di
China, dan percetakan pertama berkembang di Eropa pada tahun 1455 M. Dan jurnal ilmiah pertama
kali terbit pada tahun 1665 M di Perancis dan Inggris. Sejak itulah, komunikasi ilmiah berkembang
dengan pesat.
Karakteristik utama dari karya tulis ilmiah adalah adanya kejelasan. Artinya bahwa kesuksesan
dari sebuah percobaan ilmiah adalah buah hasil dari sebuah pemikiran yang jelas tentang suatu
masalah sehingga dihasilkan sebuah kesimpulan yang jelas. Komunikasi ilmiah akan berjalan dua arah
yaitu antara penulis dengan pembaca dan sebaliknya. Komunikasi ini berjalan karena adanya sinyal,
yaitu berupa karya tulis ilmiah. Bahasa dari karya tulis ilmiah juga berbeda dengan tulisan non ilmiah
atau populer. Tulisan ilmiah haruslah dibuat dengan menggunakan bahasa yang jelas, sederhana dan
teratur.
Secara umum karya tulis ilmiah dapat berupa, antara lain, laporan penelitian, skripsi, tesis,
disertasi, laporan kasus, laporan tinjauan, resensi, monograf, dan artikel. Yang terakhir merupakan
fokus pembahasan kita pada kesempatan yang terbatas ini. Artikel ilmiah merupakan karya tulis
ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan di dalam jurnal atau majalah ilmiah.
Dalam penulisan artikel ilmiah diperlukan kiat-kiat khusus agar dapat diterima oleh editor jurnal atau
majalah. Makalah singkat ini mencoba untuk memaparkan metodologi dan kiat-kiat khusus tersebut
di atas.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karya ilmiah?
2. Apa saja jenis-jenis karya ilmiah?
3. Apa aja metode penulisan karya ilmiah?
3. Tujuan Penulisan
1. Pengertian
Artikel ilmiah adalah suatu karya ilmiah yang ditulis untuk dimuat dalam jurnal/majalah
ilmiah dengan tata cara penulisan yang mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah
disepakati atau ditetapkan. Artikel ilmiah dapat diangkat dari hasil penelitian
lapangan/laboratorium, hasil pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek.
Sumber bahan untuk menulis artikel ilmiah dapat berupa laporan hasil penelitian, kumpulan
makalah, buku dan diktat/bahan ajar, serta laporan kegiatan pengembangan proyek.
Publikasi artikel ilmiah dalam bentuk jurnal ilmiah dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan gagasan atau temuan yang penting untuk diketahui oleh pembaca. Umumnya
gagasan yang ditulis dalam bentuk artikel adalah gagasan atau temuan baru yang memiliki
orisinalitas dan memiliki sumbangan tinggi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dari
penemunya. Jika gagasan yang ditulis sudah umum, biasanya penulis menuangkannya dalam
bentuk buku atau diktat.
Untuk keperluan komunikasi gagasan atau temuan orisinal, setiap artikel ilmiah memuat
dua hal pokok, yaitu diskusi dan referensi. Diskusi maksudnya mempertemukan gagasan penulis
dengan gagasan penulis/pakar lain. Dalam paparan diskusi, diuraikan posisi gagasan penulis dan
gagasan penulis/pakar lain dengan cara menunjukkan perbedaan dan persamaannya, serta
kemajuan yang diperoleh penulis. Gagasan dan temuan penulis lain dicatat dalam bentuk sistem
perujukan (referensi). Penulisan perujukan ini juga dimaksudkan untuk memenuhi standar etis
dari tulisan/karya tulis ilmiah dan menghindari adanya duplikasi atau plagiasi.
Bentuk artikel ilmiah dibedakan dalam tiga segi, yaitu bahan, sistematika, dan teknik
penulisan. Bahan yang ditulis untuk artikel ilmiah adalah hal-hal yang sangat penting saja,
misalnya dalam artikel hasil penelitian, yang ditulis berisi pendahuluan, metode, temuan, dan
pembahasan. Sistematika penulisan artikel ilmiah ditulis dengan mengikuti format esei dalam
bentuk bagian dan subbagian, dan tidak ditulis dalam bentuk bab dan subbab atau enumeratif.
Teknik penulisan artikel ilmiah mengikuti pola dan norma ”universal” yang menandai suatu karya
tulis ilmiah, dan mengikuti gaya ”selingkung” yang ditentukan oleh penerbit jurnal.
Norma ”universal” mengatur kaidah-kaidah penulisan ilmiah yang diharapkan diikuti oleh
para penulis sebagaimana sikap ilmiah oleh para ilmuwan pada umumnya. Sementara, norma
”selingkung” suatu jurnal pada umumnya dipertahankan konsistensinya sebagai penciri dan
kriteria kualitas teknik dan penampilan jurnal yang bersangkutan. Norma selingkung yang dianut
suatu jurnal mungkin berbeda antara satu dengan yang lain, tetapi biasanya semua masih
mengikuti pedoman yang berlaku secara umum.
2. Jenis-Jenis Artikel Ilmiah
Dari segi sistematika penulisan dan isinya, artikel ilmiah umumnya dapat
dikelompokkan menjadi:
A. Artikel hasil penelitian
Artikel hasil penelitian adalah artikel ilmiah yang ditulis dari hasil suatu kegiatan
penelitian. Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk kemudian diterbitkan
dalam jurnal ilmiah memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang ditulis dalam bentuk
laporan teknis resmi. Laporan teknis resmi suatu penelitian umumnya berisi hal-hal yang
menyeluruh dan lengkap sehingga naskahnya cenderung tebal dan direproduksi dalam jumlah
yang sangat terbatas. Akibatnya hanya kalangan terbatas saja yang dapat membacanya.
Sebaliknya, hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel biasanya dituntut untuk berisi
hal-hal yang penting saja, karena setiap kali penerbitan sebuah jurnal hanya bisa memuat
beberapa artikel, sehingga ruang yang tersedia untuk sebuah artikel sangat terbatas. Namun,
jurnal ilmiah yang diterbitkan akan dibaca oleh banyak orang, antara lain akademisi, para
profesional, dan mahasiswa. Bahkan jurnal yang terakreditasi atau bertaraf internasional dan
disebarluaskan melalui website internet, dapat dibaca dan diakses oleh semua visitor di
seluruh dunia. Singkatnya, hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel jurnal akan
memberikan dampak akademik yang lebih cepat dan luas daripada laporan teknis resmi.
Penulisan artikel hasil penelitian dalam suatu jurnal dapat dilakukan dengan tiga cara.
Pertama, artikel hasil penelitian ditulis setelah penulisan laporan teknis penelitian
diselesaikan. Cara penulisan ini yang sementara dilakukan oleh sebagian besar penulis artikel.
Kedua, artikel hasil penelitian ditulis setelah segala aktivitas penelitian diselesaikan, tetapi
penulisan laporan teknisnya belum terselesaikan (masih dalam proses). Ketiga, artikel hasil
penelitian ditulis setelah kegiatan penelitian diselesaikan dan memang tidak akan dilakukan
penulisan laporan teknisnya. Jenis ini saat ini masih jarang dilakukan oleh penulis artikel.
Padahal dalam mengantisipasi proses percepatan diseminasi temuan kepada masyarakat
sasaran yang relevan menjadi sangat penting. Begitu juga bila dikaitkan dengan upaya
perlindungan hak cipta.
B. Artikel Konseptual
Artikel nonpenelitian atau konseptual adalah artikel ilmiah yang ditulis dari hasil
pemikiran atas suatu permasalahan. Dalam upaya untuk menghasilkan artikel jenis ini, penulis
terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan permasalahannya, baik yang
sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang dipikirkannya. Sumber-sumber yang
dianjurkan untuk dirujuk dalam rangka menghasilkan suatu pemikiran adalah juga artikel-
artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil-hasil penelitian terdahulu, di samping teori-teori
yang dapat digali dari buku-buku teks.
Bagian paling vital dari artikel konseptual adalah pendapat atau pendirian penulis
tentang hal yang dibahas. Pendirian penulis dikembangkan dari analisis terhadap pikiran-
pikiran orang lain mengenai masalah yang sama yang telah dipublikasikan sebelumnya, dan
pikiran baru penulis tentang hal yang dikaji, jika memang ada. Jadi, artikel konseptual bukan
sekedar kolase atau tempelan cuplikan dari sejumlah artikel, apalagi pemindahan tulisan dari
sejumlah sumber, tetapi lebih menekankan hasil pemikiran analitis dan kritis penulisnya.
Sebelum memulai menulis artikel ilmiah, diperlukan adanya persiapan yang matang.
Persiapan tersebut termasuk persiapan mental, keterampilan dan teknis, serta sarana-prasarana.
Persiapan mental meliputi a.l. motivasi dan daya tahan, Motivasi terbaik untuk menulis artikel
ilmiah harus datang dari diri sendiri, walaupun dorongan dari lingkungan sekitar juga cukup
berperan penting. Persiapan keterampilan dan teknis mencakup pengetahuan tentang tata-tulis
dan bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia (terutama EYD) dan teknik parafrasing
untuk menghindari plagiarisme. Selain itu, diperlukan juga keterampilan menggunakan
komputer, baik untuk menganalisis data, membuat ilustrasi dan menulisnya (word processing)
itu sendiri, maupun untuk mengakses internet-mencari kepustakaan pendukung terkini (googling
atau mengakses database kepustakaan seperti Ebsco, Proquest, Science Direct, dsb.). Dalam
makalah ini, pembahasan akan difokuskan ke persiapan teknis menulis artikel dengan asumsi
bahwa persiapan mental dan persiapan sarana-prasarana sudah tidak ada masalah.
A. Mengikuti pelatihan penulisan artikel (atau berdiskusi dengan pakar penulisan artikel).
Penulis artikel ilmiah tidak sama dengan novelis yang bebas berkreasi. Penulis
artikel ilmiah dipagari oleh berbagai ketentuan yang harus ditaati tanpa syarat, baik dari segi
bahasa, peristilahan, tata tulis, maupun formatnya. Jurnal yang artikel ilmiahnya ditulis
dengan ragam dan format yang berbeda-beda, tidak akan pernah diakreditasi. Penulis artikel
ilmiah dapat diibaratkan sebagai altlet, untuk menjadi juara diperlukan latihan yang keras.
Mengikuti pelatihan penulisan dan atau melakukan diskusi aktif dengan sesama penulis
artikel, terutama yang sudah berpengalaman, merupakan suatu keharusan (kecuali bagi
penulis yang benarbenar berbakat/gifted).
B. Membaca artikel ilmiah yang baik di bidang ilmu kita.
Artikel ilmiah, walaupun memiliki dasar-dasar yang sama, namun harus disadari
bahwa setiap bidang ilmu, bahkan setiap jurnal, memiliki gaya selingkung (in-house style)
sendiri-sendiri. Oleh karena itu, membaca (dan mengamati) dengan seksama artikel-artikel
ilmiah dalam bidang ilmu kita, merupakan hal yang sangat penting.
C. Menetapkan jurnal ilmiah yang kita ingin kirimi artikel ilmiah.
Sebagaimana telah disampaikan di atas, karena setiap jurnal memiliki kekhasan
masing-masing, maka sebelum kita memulai proses penulisan artikel kita, tetapkanlah terlebih
dahulu jurnal ilmiah mana yang kita ingin artikel ilmiah kita dimuat. Sebenarnya ada
tambahan lain dalam kriteria pemilihan jurnal ilmiah yang kita akan kirimi naskah.
Contohnya adalah reputasi jurnal ilmiah tersebut, apakah terakreditasi atau tidak? Apakah
tersebar luas atau tidak (memiliki situs di internet atau tidak, memiliki penyunting pakar
tidak, dlsb. Faktor biaya penerbitan juga layak dipertimbangkan, karena sering jurnal ilmiah
meminta bayaran yang tidak dapat dipenuhi oleh calon penulis yang dananya terbatas.
Memilih jurnal ilmiah adalah proses yang memerlukan pemikiran yang matang dari berbagai
sudut pertimbangan, dan umumnya keputusannya adalah sebuah kompromi dari berbagai
pertimbangan tersebut.
D. Mendapatkan “petunjuk penulisan artikel” jurnal tersebut dan salah satu contoh artikelnya.
Sebagai akibat dari adanya gaya selingkung, oleh karena itu, sangat penting bagi
seorang calon penulis artikel ilmiah untuk mendapatkan ‘petunjuk penulisan artikel” dari
jurnal yang dipilihnya. Selain petunjuk penulisannya, sangat dianjurkan juga untuk
mendapatkan salah satu artikel yang sudah diterbitkan dalam jurnal tersebut. Hal ini untuk
berjaga-jaga jika pemahaman kita tentang petunjukan penulisan artikel tidak terlalu benar.
Sebagai penulis artikel, si penulis HARUS bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang ada
di dalam petunjuk penulisan artikel jurnal tersebut, sampai ke hal-hal yang detil, misalnya
tentang cara penulisan satuan, cara penyingkatan nama jurnal, dlsb. Jangan pernah seorang
penulis artikel mencoba mempengaruhi redaksi jurnal tersebut dengan alasan bahwa cara
yang digunakan si penulis merupakan hal yang baku di bidangnya. Jika tidak suka dengan
gaya selingkung jurnal tersebut, maka tidak ada paksaan bagi si penulis untuk mengirimkan
naskah ke jurnal tersebut.
E. Mengecek ulang data penelitian kita (analisis, metodenya, penyajiannya, dlsb.).
Sebelum menulis artikel, si penulis harus sudah yakin bahwa penelitian yang datanya
akan dilaporkan, sudah memenuhi kaidah akademik (misalnya adanya perlakuan pembanding
atau kontrol, adanya pengulangan dan randomisasi, sudah memenuhi ketentuan statistik,
sudah menggunakan metode penelitian yang tepat untuk tujuan penelitian tersebut, dlsb.).
Selain itu, data juga sudah harus diuji statistik (kalau datanya memang mengharuskan diuji
statistik), sudah dibuat tabulasi atau disajikan sebagai gambar secara benar dan memenuhi
kaidah keilmuan, dlsb.
F. Menjamin tidak akan ada masalah kepemilikan hak atas artikel ilmiah yang akan diterbitkan.
Persiapan terakhir sebelum menulis adalah mengklirkan hak kepemilikan atas artikel
yang akan ditulis, terutama untuk artikel tentang penelitian kelompok atau yang melibatkan
mitra. Bagi mahasiswa, jika artikelnya berasal dari skripsi, tesis, atau disertasi (STD), harus
jelas terlebih dahulu, siapa yang lebih berhak atas penelitian tersebut. Keteledoran tentang
hak kepemilikan ini sering menjadi masalah di kemudian hari. Redaksi jurnal biasanya tidak
mau tahu tentang hal ini, karena sudah menjadi kewajiban para penulis artikel untuk
mengklirkan hal ini sebelum artikel ditulis. Hal ini penting misalnya jika STD berupa
penelitian proyek dosen dari dana hibah, yang salah satu ketentuannya adalah harus ada artikel
ilmiah atas nama si ketua peneliti.
Pada prinsipnya, hak atas artikel ilmiah dari suatu penelitian kelompok, seyogyanya
harus ditetapkan dan disepakati oleh setiap anggota kelompok, jauh sebelum penelitiannya
sendiri dilakukan. Salah satu tujuan penulisan artikel ilmiah selain untuk penyebarluasan
informasi ilmiah adalah untuk mendapatkan kredit point (cum). Di Indonesia berlaku
ketentuan bahwa penulis utama (penulis nomor 1 atau autor senior) mendapatkan 60% dari
total kredit point artikel tersebut. Sebanyak 40% sisanya dibagi rata oleh autor-autor
berikutnya. Kalau autornya hanya seorang, tentunya 100% dari kredit point adalah miliknya
sendiri.
F. Hasil
Pada kebanyakan jurnal ilmiah, penulisan hasil dan diskusi dijabarkan secara terpisah.
Cara yang umum dalam melaporkan hasil adalah melalui tabel dan gambar. Gambar meliputi
grafik, foto, diagram, flowchart, dan informasi visual yang lain. Kita bisa memberikan
komentar-komentar pendek terhadap tabel dan/atau gambar yang ditampilkan. Komentar
wajib diberikan jika ada hasil yang sangat mengejutkan. Tabel dan gambar diberi nomor
secara konsisten. Sebenarnya tidak untuk bagian ini saja, bagian yang lain juga butuh
konsistensi.
G. Diskusi
Dalam diskusi harus menginterpretasi hasil yang diperoleh. Di mana posisi hasil
penelitian kita dari yang telah dipublikasi sebelumnya? Apakah mendukung? Kalau tidak
mendukung, kenapa? (Apakah data yang digunakan cukup kuat?) Apakah penelitian kita
menghasilkan sesuatu yang baru (novel)? Apakah diperoleh unexpected results? Keterbatasan
sampel, keunikan sampel, umur subyek, dan lain-lain harus juga dikomentari dan
didiskusikan. Pada bagian akhir, kita perlu menyebutkan saran-saran penelitian yang akan
dilakukan di masa yang akan datang.
H. Kesimpulan
Kesimpulan harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada kasus tertentu,
kesimpulan adalah bagian dari diskusi.
I. Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih harus ditulis untuk mereka (secara individu, organisasi, dan
institusi) yang telah membantu terlaksananya penelitian dan penulisan sampai selesai.
Bantuan tersebut dapat berupa pengumpulan sumber data, daftar pustaka, meminjam
alat/bahan, sumbang saran/nasehat, dan lain-lain. Jika penelitian didanai, sebagian atau
seluruhnya, oleh sumber pendanaan tertentu, maka perlu dicantumkan lengkap identitas
proyek pendanaan tersebut (nama, no., dan tahun).
J. Daftar pustaka
Sumber pustaka sebaiknya bukan buku teks tetapi artikel-artikel ilmiah yang relevan
dan terbaru. Aturan penulisan daftar pustaka sangat bervariasi. Jurnal yang terbit berkala
kebanyakan menggunakan sistem tertentu, misalnya pustaka disusun tidak alfabetis tapi
dengan nomor urut kemunculan di dalam teks (dalam teks sitasi ditulis dengan angka yang
sesuai dengan nomor urut pengarang di daftar pustaka). Sistem ini boleh jadi untuk
menghemat ruang. Jadi, kita harus merujuk pada aturan format jurnal yang bersangkutan.
Meskipun demikian, ada beberapa format penulisan daftar pustaka yang umum digunakan.
Diantaranya adalah:
Sumber Pustaka Aturan penulisan
Buku Amstrong, Karen. 1994. A History of God.
Ballantine Books, New York
Jurnal Small, J.Kenneth. 1997. The giving of
hostages. Politics and the Lif Sciences.
16(1): 77-85
Makalah Indriati, E. 1999. Molar Patters on Javanese
People. Makalah dipresentasikan pada the
International Conference on Palaentology,
October 14-16, Beijing.
Buku yang diedit Priyandoko, D. 2003. Pembuatan
radioisotop. Dalam DasarDasar
Radiobiologi. Eds. T. Hidayat. Pp. 37-46.
Penerbit UPI, Bandung
Perlu dicatat bahwa aturan penulisan daftar pustaka harus konsisten. Sejauh ini terdapat tiga
sistem dalam penyusunan daftar pustaka, yaitu:
a. Sistem Harvard: pengarang-(tahun)-judul-jurnal dan vol./no.-halaman-(penerbitkota jika
buku).
b. Sistem Vancouver: pengarang-judul-jurnal-tahun-vol./no.-halaman-(penerbit-kota jika
buku).
c. Sistem alfabetik: pengarang-judul-jurnal-vol./no.-halaman-tahun-(penerbit-kota jika buku).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Dalam mengidentifikasi masalah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pertama,
gunakan bahasa yang mudah dipaham. Kedua, pilihlah kata-kata yang mengandung arti
yang sama bagi semua orang. Ketiga, gunakan kalimat pendek yang tidak menyulitkan
pemahaman.
2. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan suatu masalah adalah sejauh mana
urgensi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.
3. Tujuan penelitian juga sangat berkaitan dengan kesimpulan dan manfaat penelitian
merupakan keguanaan nyata dari hasil yang akan dicapai melalui penelitian tersebut.
4. Prinsip-prinsip teori dalam karya ilmiah berguna untuk membantu gambaran langkah dan
arah kerja. Kerangka teori akan membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang
diteliti.
5. Kesimpulan merupakan uraian tentang jawaban penulis atas pertanyaan yang diajukan pada
bab pendahuluan. Dalam penulisan kesimpulan umumnya terdapat dua cara penarikan
kesimpulan, yakni cara nonstatistik dan cara statistik.
6. Saran merupakan usul atau pendapat dari seorang peneliti yang berkaitan dengan
pemecahan masalah yang menjadi objek penelitian ataupun kemungkinan penelitian
lanjutan.
2. Saran