Laporan Kasus Meningitis TB
Laporan Kasus Meningitis TB
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
1
januari pasien pernah batuk berdarah, darah berwarna merah segar, disertai sesak
disangkal oleh keluarga. Batuk-batuk juga disertai dengan napsu makan yang munurun
dan berat badan yang menurun juga.
Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya, riwayat demam tifoid
(+), riwayat tuberkulosis (-), darah tinggi (-), kencing manis (-).
Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah mengeluhkan seperti ini, riwayat
tuberkulosis, darah tinggi, kencing manis disangkal.
Riwayat pengobatan :
Riwayat alergi:
Alergi obat-obatan, makanan, debu disangkal.
Riwayat psikososial :
Sehari-hari pasien merokok 1 ½ bungkus rokok kretek/hari, alkohol disangkal.
Status generalis
Kepala : normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 4 mm
Hidung : normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/-
Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/-
2
Mulut : caries (+), lidah kotor (+), tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorak:
Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada simetris, skar (-)
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior sinistra
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak datar
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas atas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
3
Peningkatan tekanan intrakranial
Muntah : (-)
Sakit kepala : (+)
Kejang : (-)
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. Olfactorius (I) Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Anosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Parosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Hiposmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
N. Opticus (II) Okuli Dextra (OD) Okuli Sinstra (OS)
Visus : Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapangan Pandang
Normal : Sulit dinilai Sulit dinilai
Menyempit : Sulit dinilai Sulit dinilai
Hemianopsia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Fundus Okuli
Pupil
Lebar : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat Bulat
4
Reflex cahaya langsung : (+) (+)
Reflex cahaya tdk lsg : (+) (+)
Doll’s eye : (+) (+)
Motorik
Sensorik
Reflex Kornea
Motorik
Sensorik
5
N.Vestibulocochlearis (VIII)
Vestibularis
N. Hypoglossus (XII)
Lidah
Tremor : (-)
Atropi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : Sulit dinilai
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Sulit dinilai
6
SISTEM MOTORIK
Tropi : Eutrofi
Tonus Otot : Normotonus
Kekuatan otot : Sulit dinilai
Sikap : Berbaring
TEST SENSIBILITAS
REFLEKS
Reflex Patologis
7
KOORDINASI
FUNGSI LUHUR
8
1.5 KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke RSUD Banjar dengan keluhan penurunan
kesadaran yang dialami secara perlahan-lahan lebih kurang dalam 3 hari ini, disertai dengan
rasa lemas. Demam tinggi dujumpai lebih kurang 3 hari ini. Riwayat nyeri kepala dan muntah
(+) sejak 1 bulan yang lalu. Sejak > 3 minggu pasien juga terdapat batuk-batuk, berdahak,
pernah batuk berdahak disertai dengan darah.
S : 37,6˚C
N.Cranialis
9
Refleks Fisiologis Ka Ki Refleks Patologis Ka Ki
I.VI DIAGNOSA
- Meningitis Purulenta
1.6 PENATALAKSANAAN :
- rencana diagnostik :
10
Citicholin 2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone 1x2gr
Dexamentasone 3x1amp
NGT-kateter
11
Natrium 118.5 mEq/L 135-147
Widal
S. typhi H 1/320
S. paratyphi AH 1/40
S. paratyphi AO -
S. typhi O -
Foto thoraks PA
Kesan :
Susp. KP aktif
12
ST- Scan kepala tanpa kontras
- Meningitis TB
- Dexametasone 3x1amp
- Ceftriaxone 1x2gr
Tanggal
S O A P
/jam
17/2/14 Pasien tidak sadar KU: sakit berat - Meningitis O2 2-3L/ menit
Kesadaraan : sopor TB IVFD Assering/8
Pukul.
- Hiponatremia jam
08.00 wib TD : 138/78 mmHg
Citicholin
N : 80x/m
2x250mg
S : 37,3°c
Ranitidin 2x1
RR: 26x/m
Ceftriaxone
Kaku kuduk (+)
1x2gr
Kerniq (+) Dexamentasone
13
Ronki +/+ 3x1amp
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang
lain.1
2.2 Epidemiologi
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk
struktur-struktur ini.
15
Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.
3.4 Etiologi8
1. Bakteri:
Pneumococcus
16
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
Enterovirus
3. Jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis merupakan faktor
penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.
3.5 Patogenesis
Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau selaput
meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde
transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah
saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan
koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat menyebabkan
meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan
memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan
intrakranial, dan herniasi6
17
Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa
BTA masuk tubuh
↓
Tersering melalui inhalasi
Jarang pada kulit, saluran cerna
↓
Multiplikasi
↓
Infeksi paru / focus infeksi lain
↓
Penyebaran hematogen
↓
Meningens
↓
Membentuk tuberkel
↓
BTA tidak aktif / dormain
18
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernig’s
dan Brudzinsky positif.8
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.8
19
Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat dibagi dalam 3 stadium :2
3.7 Diagnosis
20
2. Rontgen thorax
TB apex paru
TB milier
3. CT scan otak
Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
Komplikasi : hidrosefalus
4. MRI
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex.
Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun
pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif
hanya pada kira-kira setengah dari penderita
3.8 Penatalaksanaan8
Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :
Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS
21
Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam pertama
Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal
mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung : 6
o umur penderita.
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
o Adanya dan penanganan penyakit.
3.10 Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23