Anda di halaman 1dari 176

CONTOH KARYA ILMIAH

KELOMPOK 3 :
DERIZA PUTRI
JEANY RAHMADHANI
NURUL ANNISA
REZI AULIA RAHMI
RISKY HERLINA
ULFA ZARMILA DEWI

PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT III

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

2018/2019

1
Contoh Artikel Ilmiah

Bahaya Internet Bagi Remaja

BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang faktor masalah

Internet saat ini sudah sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari, terutama didunia remaja. internet
memang sangat membantu dalam menyelesaikan banyak pekerjaan.Akan tetapi ternyata internet pun tidak
terlepas dari hal-hal yang negatif yang berdampak buruk . apalagi usia remaja merupakan saat labil-abilnya,
sehingga masih sering terseret arus. untukitu penelitian mengenai bahaya internet agi remaja penting untuk
dilakukan.

2. Rumusan masalah

Bagaimana bahaya internet untuk remaja?3. Tujuan penelitianDapat menjelaskan bahaya internet untuk
remaja.

2
BAB II

Pembahasan

Bahaya internet untuk remaja

Di kalangan remaja saat ini internet nampaknya sudah menjadi kebutuhan pokok. Akan tetapi tidak semua
remaja memanfaatkan internet dengan baik dan benar. Ada banyak remaja yang salah menggunakan internet
sehingga berdampak buruk bagi dirinya dan lingkungannya.Berdasarkan riset yang mendalam terdapat
beberapa bahaya dari salah penggunaan internet di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut:Perilaku bullyng
melalui media sosialMudahnya mengakses konten pornografi yang berakibat perilaku kejahatan
seksualMaraknya kasus penculikan di kalangan remaja setelah berkenalan melalui media sosial.

3
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Internet memang sangat membantu dalam kehidupan, akan tetapi ia tetap mempunyai kekurangan. Oleh
karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengawasi anak-anaknya. Sehingga para
remaja dapat membentangi siri dari hal-hal negatif dalam penggunaan internet.

4
Contoh Artikel Kesehatan

Ayo Jangan Malas Cuci Tangan Biar Hidup Sehat.

Menjaga kesehatan tubuh bisa dimulai dari hal-hal yang paling sederhana. Mencuci tangan misalnya. Mulai
sekarang jadikan cuci tangan sebagai bagian dari gaya hidup Anda.

Tangan adalah organ tubuh yang paling vital untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Dari tangan inilah akan
tercipta karya-karya indah. Namun, dari tangan jugalah berbagai penyakit bisa menular.

Tanpa disadari aktivitas sehari-hari membuat tangan selalu bersentuhan dengan benda-benda, mulai pulpen,
keyboard computer, gagang pintu dan benda-benda lain. Semenara itu, kita tidak pernah tahu, apakah
benda-benda yang kita pegang tersebut bebas kuman dan virus?

Nah, untuk mencegah bakteri atau virus berpindah ke dalam tubuh, ada baiknya lakukan cui tangan,
khususnya sebelum dan sesudah makan. Ditengah maraknya berbagai virus baru belakangan ini, cuci angan
menjadi salah satu senjata dasar untuk mengatasinya.

Manfaat cuci tangan untuk kesehatan memang sudah diakui. Namun, masih banyak orang yang enggan
melakukannya. Padahal, seiring aktivitas yang Anda lakukan, tangan pun akan dipenuhi kuman, bakteri, dan
virus yang sudah siap memasuki tubuh Anda.

Tak harus masuk melalui mulut, tapi bisa melalui mata atau hidung. Penyakit infeksi umumnya menyebar
melalui kontak tangan ke tangan, termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan system
pencernaan seperti diare.

Cuci tangan juga diwajibkan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, terutama sebelum dan secepatnya
setelah memegang daging mentah, ayam atau ikan. Mencuci tangan juga menjadi sangat penting sebelum
makan, setelah menyentuh hidung, setelah batuk atau bersin ke tangan, sebelum atau setelah menangani
luka atau sayatan, sebelum atau sesudah menyentuh orang sakit atau terluka.

Dan yang tidak kalah penting adalah setelah menangani sampah. Mencuci tangan dapat mencegah sakit
pada anak. Utuk itu, biasakan cuci tangan pada anak sejak dini. Untuk membiasakan anak mencuci tangan,
berikan contoh. Cucilah tangan bersama anak.

5
Contoh Artikel Pendidikan

Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa

Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh akan orang-orang yang
berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju. Tapi selain itu karakter pun sangat diutamakan
karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang
telah ia raih, melainkan juga pada karakter dari pribadi dari setiap orang.

Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang
psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya asal mengajar saja agar terlihat
formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus dilakukan.

Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan kepada
kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan
intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun
kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab.
Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character
education).

Banyak pilarkarakter yang harus kita tanamkan kepada anak – anak penerus bangsa, diantaranya adalah
kejujuran, yah kejujuran adalah hal yang paling pertama harus kita tanamkan pada diri kita maupun anak –
anak penerus bangsa karena kejujuran adalah benteng dari semuanya, Demikian juga ada pilarkarakter
tentang keadilan, karena seperti yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di Negara ini.
Selain itu harus ditanamkan juga pilarkarakter seperti rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya
adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun menyayangi adik – adik
kelasnya, begitu juga dengan teman seangkatan rasa saling menghargai harus ada dalam diri setiap murid –
murid agar terciptanya dunia pendidikan yang tidak ramai akan tawuran.

Sekarang mulai banyak sekolah – sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter menjadi mata
pelajaran khusus di sekolah tersebut. Mereka diajarkan bagaimana cara bersifat terhadap orang tua, guru –
guru ataupun lingkungan tempat hidup.

6
Mudah – mudahan dengan diterapkannnya pendidikan karakter di sekolah semua potensi kecerdasan anak –
anak akan dilandisi oleh karakter – karakter yang dapat membawa mereka menjadi orang – orang yang
diharapkan sebagai penerus bangsa. Bebas dari korupsi, ketidakadilan dan lainnya. Dan makin menjadi
bangsa yang berpegang teguh kepada karakter yang kuat dan beradab. Walaupun mendidik karakter tidak
semudah membalikan telapak tangan, oleh karena itu ajarkanlah kepada anak bangsa pendidikan karakter
sejak saat ini.

7
Kertas kerja

LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN


PENERAPAN TATA KELOLA

Nama Bank : PT Bank Mega Tbk


Posisi : Desember 2017 (semester II)

Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG


Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate
Governance yang secara umum baik. Hal ini
Individual 2 tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka secara
umum kelemahan tersebut kurang signifikan
dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal
oleh manajemen Bank.
Konsolidasi - -

Secara umum penerapan tata kelola Bank telah berjalan dengan baik, manajemen Bank
telah melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola dan telah mempersiapkan struktur tata
kelola yang mendukung penerapan tata kelola seperti struktur organisasi, sumber daya
manusia yang kompeten dan kebijakan serta prosedur pendukung pelaksanaan aktivitas
bank. Selain itu manajemen Bank dari waktu ke waktu juga melakukan upaya-upaya
penyempurnaan agar pelaksanaan tata kelola dapat sejalan dengan perkembangan bisnis
Bank. Perbaikan dilakukan dengan memperhatikan masukan dari Dewan Komisaris Bank
berdasarkan hasil pemantauan/ review/ rekomendasi dari Komite-komite yang
mendukung tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.

Pada periode pelaporan tidak terdapat pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam pemenuhan
CAR, Modal Inti, GWM, PDN dan NPL serta tidak terjadi pelampauan dan/atau
pelanggaran BMPK. Komitmen Bank terkait dengan hasil peneriksaan Otoritas Jasa
Keuangan dan Bank Indonesia telah ditindaklanjuti sesuai dengan target waktu yang
disepakati. Untuk beberapa komitmen yang belum dapat diselesaikan telah dimintakan
perpanjangan waktu ke OJK dan Bank Indonesia.

Bank perlu meningkatkan kualitas governace process agar penerapan tata kelola dapat
berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, terutama dalam hal
peningkatan risk awareness dan compliance culture serta optimalisasi pengendalian
internal.

8
KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF
ASSESSMENT) PELAKSANAAN TATA KELOLA PT
BANK MEGA Tbk.
SEMESTER II TAHUN 2017

Tujuan
1. Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan infrastruktur Tata
Kelola Bank agar proses pelaksanaan prinsip Tata Kelola yang baik menghasilkan outcome yang
sesuai dengan harapan Pemangku Kepentingan Bank. Yang termasuk dalam Struktur Tata Kelola
Bank adalah Direksi, Dewan Komisaris, Komite - komite dan Satuan Kerja pada Bank. Adapun
yang termasuk Infrastruktur Tata Kelola Bank antara lain adalah kebijakan dan prosedur Bank,
sistem informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur organisasi.
2. Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektifitas proses penerapan prinsip Tata
Kelola yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola bank sehingga
menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapanPemangku Kepentingan Bank.
3. Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang memenuhi harapan
Pemangku Kepentingan Bank yang merupakan hasil proses penerapan prinsip Tata Kelola yang
baik yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola Bank.
Yang termasuk dalam outcome mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain yaitu:
a. kecukupan transparansi laporan
b. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
c. perlindungan konsumen
d. obyektifitas dalam melakukan penilaian (assessment) atau audit
e. kinerja Bank seperti rentabilitas, efisiensi dan permodalan ; dan/atau
f. peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, pelanggaran BMPK,
pelanggaran ketentuan terkait laporan bank kepada Otoritas Jasa Keuangan.

KERTAS KERJA

FAKTOR PENILAIAN : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

No Kriteria atau Indikator Analisi


s
a. Governance Structure
1) Jumlah anggota Direksi paling sedikit Jumlah Direksi 7 orang (sesuai ketentuan).
3 (tiga) orang. Dokumen Pendukung :
 RUPSLB PT. Bank Mega Tbk No. 21 tanggal 15
November 2017
 Pernyataan Keputusan Rapat No.22 tanggal 15
November 2017

9
2) Seluruh anggota Direksi telah Seluruh Direksi berdomisili di Indonesia, sebagaimana
berdomisili di Indonesia. tercantum pada data pribadi Direksi yang ada pada
administrasi Bank.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing
Direksi

10
3) Mayoritas anggota Direksi telah Mayoritas anggota Direksi telah memenuhi kriteria
memiliki pengalaman paling sedikit 5 ini, sebagaimana terdapat pada data pribadi Direksi
(lima) tahun di bidang operasional yang ada pada administrasi Bank.
sebagai Pejabat Eksekutif Bank.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing
Direksi
4) Anggota Direksi tidak merangkap Seluruh anggota Direksi tidak memiliki rangkap
jabatan sebagai anggota Direksi, jabatan sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat
anggota Dewan Komisaris, atau Eksekutif pada Bank, perusahaan dan atau lembaga
Pejabat Eksekutif pada Bank, lain.
perusahaan, dan/atau lembaga lain
kecuali terhadap hal yang telah Dokumen Pendukung :
ditetapkan dalam POJK Tata Kelola Surat Pernyataan Independensi
Bank Umum yaitu menjadi Dewan
Komisaris dalam rangka
melaksanakan tugas pengawasan atas
penyertaan pada perusahaan anak
bukan Bank yang dikendalikan oleh
Bank.
5) Anggota Direksi baik secara sendiri- Seluruh anggota Direksi tidak memiliki saham
sendiri maupun secara bersama-sama melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal
tidak memiliki saham melebihi 25% disetor pada suatu perusahaan lain.
(dua puluh lima persen) dari modal Dokumen Pendukung :
disetor pada suatu perusahaan lain. Surat Pernyataan Independensi
6) Mayoritas anggota Direksi tidak Seluruh anggota Direksi tidak saling memiliki
saling memiliki hubungan keluarga hubungan keluarga dengan anggota Komisaris dan
sampai dengan derajat kedua dengan Direksi. Hal ini didukung dengan Surat Pernyataan
sesama anggota Direksi dan/atau dari masing-masing Direksi.
dengan anggota Dewan Komisaris.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan Independensi
7) Penggantian dan/atau Selama Semester II Tahun 2017 terjadi pergantian
pengangkatan anggota Direksi karena pengundurkan diri dan tidak ada
Direksi telah memperhatikan pengangkatan anggota Direksi baru.
rekomendasi komite nominasi atau
komite remunerasi dan nominasi.
Dokumen Pendukung :
 Surat Pengunduran Diri Direksi No. 396/COAF/17
tanggal 3 Juli 2017
 RUPSLB PT. Bank Mega Tbk No. 21 tanggal 15
November 2017
 Pernyataan Keputusan Rapat No. 22 tanggal
15 November 2017
8) Direksi memiliki pedoman dan tata Direksi telah memiliki Pedoman dan Tata Tertib Kerja
tertib kerja yang telah mencantumkan sebagaimana terdapat pada Board Manual yang berisi
pengaturan etika kerja, waktu tata tertib kerja termasuk etika kerja, waktu kerja dan
11
kerja,dan rapat. rapat Direksi.

Dokumen Pendukung :
Surat Keputusan Direksi No.SK No.062/DIRBM/17
tanggal 12 Juni 2017 tentang Board Manual/Panduan
Bagi Dewan Komisaris dan Direksi

12
9) Direksi tidak menggunakan penasihat Direksi tidak menggunakan penasehat perorangan
perorangan dan/atau jasa profesional dan/atau jasa profesional sebagai konsultan.
sebagai konsultan kecuali untuk
proyek yang bersifat khusus, telah
didasari oleh kontrak yang jelas
meliputi lingkup kerja, tanggung
jawab, jangka waktu pekerjaan, dan
biaya, serta konsultan merupakan
Pihak Independen yang memiliki
kualifikasi untuk mengerjakan proyek
yang bersifat khusus.
10) Seluruh anggota Direksi memiliki Seluruh anggota Direksi memiliki integritas,
integritas, kompetensi, dan reputasi kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai.
keuangan yang memadai.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing
Direksi
11) Presiden direktur atau direktur utama, Direktur Utama berasal dari pihak yang independen
berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Hal ini
terhadap pemegang saham didukung dengan Surat Pernyataan dari Direktur
pengendali, yaitu tidak memiliki Utama.
hubungan keuangan, hubungan Dokumen Pendukung :
kepengurusan, hubungan Surat Pernyataan Independensi
kepemilikan, dan hubungan keluarga.
12) Seluruh anggota Direksi telah lulus Jumlah Direksi sebanyak 7 (tujuh) orang dan telah
penilaian kemampuan dan kepatutan lulus Fit & Proper Test serta memperoleh Surat
dan telah memperoleh surat Persetujuan dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
Keuangan. Dokumen Pendukung :
 Yuni Lastianto, Surat No.14/90/GBI/DPIP/ Rahasia,
tanggal 24 Agustus 2012
 Madi Darmadi Lazuardi, Surat No.15/26/GBI
/DPIP/ Rahasia, tanggal 11 Juli 2013.
 Kostaman Thayib, Surat No.15/28/GBI/DPIP/
Rahasia, tanggal 11 Juli 2013.
 Indivara Erni, Surat OJK No.SR-162/D.03/2014
tanggal 18 September 2014
 Martin Mulwanto, Surat OJK No.SR-166/D.03/
2014 tanggal 18 September 2014
 Y.B. Hariantono, Surat OJK No.SR-181/D.03/ 2014
tanggal. 14 Oktober 2014
 Lay Diza Larentie, Surat OJK No. SR-229/D.03/
2015 tanggal 22 Desember 2015

13
13) Anggota Direksi memiliki Anggota Direksi memiliki kompetensi yang memadai
kompetensi yang memadai dan dan relevan dengan jabatannya serta mampu
relevan dengan jabatannya untuk mengimplementasikan dalam tugas dan tanggung
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
jawab serta mampu Dokumen Pendukung :
mengimplementasikan kompetensi CV masing-masing
yang dimiliki dalam pelaksanaan Direksi
tugas dan tanggung jawab.
14) Anggota Direksi memiliki kemauan Anggota Direksi memiliki kemauan dan kemampuan
dan kemampuan untuk melakukan untuk melakukan pembelajaran secara berkelanjutan
pembelajaran secara berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan guna mendukung
dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya.
pengetahuan

14
tentang perbankan dan perkembangan Dokumen Pendukung :
terkini terkait bidang keuangan atau Daftar training Direksi (lampiran 3)
bidang lain yang mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab.
15) Anggota Direksi membudayakan Direksi telah membudayakan pembelajaran secara
pembelajaran secara berkelanjutan berkelanjutan dalam rangka peningkatan pengetahuan
dalam rangka peningkatan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
pengetahuan tentang perbankan dan jawab pada seluruh jenjang organisasi.
perkembangan terkini terkait bidang Dokumen Pendukung :
keuangan atau bidang lain yang Data Pelaksanaan Training/workshop dan sertifikasi.
mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi.

16) Komposisi Direksi tidak memenuhi Tidak terdapat indikasi adanya intervensi pemilik dalam
ketentuan karena adanya intervensi komposisi Direksi.
pemilik.
b. Governance Process
1) Direksi telah mengangkat anggota Direksi telah mengangkat anggota Komite berdasarkan
komite, didasarkan pada keputusan Memo Dinas Dewan Komisaris
rapat Dewan Komisaris. No.MD.014/KOMISARIS/17 tanggal 21 Juni 2017
tentang Pengangkatan Anggota Komite Audit, Komite
Pemantau Risiko serta Komite Remunerasi dan
Nominasi.
Direksi telah melakukan pengangkatan anggota
Komite dengan menerbitkan Surat Keputusan Direksi.
Dokumen Pendukung :
 Surat Keputusan Direksi No.SK. 087/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Audit PT. Bank
Mega Tbk
 Surat Keputusan Direksi No.SK. 083/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Pemantau Risiko
PT. Bank Mega Tbk
 Surat Keputusan Direksi No.SK. 091/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Remunerasi dan
Nominasi PT. Bank Mega Tbk
2) Anggota Direksi tidak memberikan Selama periode pelaporan terpantau Direksi tidak
kuasa umum kepada pihak lain yang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.
fungsi Direksi.

15
3) Direksi bertanggung jawab penuh atas Direksi telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
pelaksanaan kepengurusan Bank. dalam kepengurusan Bank.
4) Direksi mengelola Bank sesuai Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggungjawab
kewenangan dan tanggung jawab sesuai dengan kewenangan dan pembagian tugas
sebagaimana diatur dalam anggaran anggota Direksi berdasarkan keahlian masing-masing.

Semester I Semester II
Bidang Frek Peserta Frek Peserta
In house 402 10.885 327 10.042
Off house 83 135 109 215
SMR 26 512 28 352
DPTP 78 971 37 721
E-learning 11 11.258 11 19.209
Total 600 23.761 512 30.539

16
dasar dan peraturan
perundang-undangan.
5) Direksi telah melaksanakan tugas dan Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggung
tanggung jawab secara independen jawabnya secara independen terhadap pemegang saham.
terhadap pemegang saham.
6) Direksi telah menerapkan prinsip- Direksi telah melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola,
prinsip Tata Kelola yang baik dalam namun demikian masih perlu ditingkatkan. Upaya
setiap kegiatan usaha Bank pada peningkatan tersebut telah dilakukan antara lain
seluruh tingkatan atau jenjang dengan cara mengadakan sosialisasi/training dalam
organisasi. rangka peningkatan kualitas SDM, peningkatan
budaya kepatuhan dan penerapan tata kelola serta
peningkatan risk awareness.
7) Direksi telah menindaklanjuti temuan Direksi telah menindaklanjuti temuan Audit dan
audit dan rekomendasi dari Satuan rekomendasi dari IADT, auditor Eksternal dan Hasil
Kerja Audit Intern (SKAI), auditor Pengawasan OJK dan/atau hasil pengawasan otoritas
ekstern, dan hasil pengawasan lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan dan/atau hasil
pengawasan otoritas lain. NO SEMESTER I TINDAK
LANJUT STATUS
1. Temuan IADT Telah
dilakukan audit pada Telah
ditindak atas audit 147
KC/KCP /Unit kerja lanjuti 92
% semester 1 dan audit tematik Loan (
selesai dan tahun 2017 Custody
dalam proses
Seluruh unit kerja yang
tindak lanjut) sudah
diaudit telah
diminta untuk
menindak lanjuti
sampai batas waktu
yang telah
ditetapkan
2. Temuan audit Pada Semester I tahun
Done, telah BI yang perlu 2017
telah ditindaklanjuti
dilaporkan ditindaklanjuti
sebanyak 14 temuan. kepada
BI
3. Temuan audit Pada Semester I tahun
Done. OJK yang perlu
2017 terdapat 74 temuan. ditindaklanjuti
4. Temuan audit Ada, sesuai
Management Done eksternal
Letter No.Ref.01254/ PSS
-AS/ 2017 tanggal 28
17
Februari 2017

NO SEMESTER II TINDAK
LANJUT STATUS
1. Temuan IADT Telah dilakukan audit
pada Telah ditindak atas audit
152 KC/ KCP/Unit Kerja. lanjuti 91%
semester II Seluruh Unit Kerja yang
(selesai dan tahun 2017 sudah di audit
telah dalam proses
diminta untuk menindak
tindaklan
jut) lanjuti sampai batas waktu
yang telah ditetapkan
2. Temuan audit Pada Semeter II tahun 2017
Telah dilaporkan BI yang perlu telah
ditindaklanjuti kepada BI dan
ditindaklanjuti sebanyak 5 temuan
menyampaikan
surat
permintaan
perpanjanga
n waktu
tindak lanjut
untuk
Pembuatan
Data Center
baru dan
pengadaan
KO & SOP
Fraud Risk
Managemen
t
3. Temuan audit Pada Semester II tahun
Telah dilaporkan OJK yang perlu 2017 terdapat
84 temuan. kepada OJK, dan ditindaklanjuti
menyampaikan
Surat
Permintaan
Perpanjanga
n

18
8) Direksi telah menyediakan data dan Direksi telah menyediakan data dan informasi yang
informasi yang lengkap, akurat, lengkap, akurat, dan tepat waktu kepada Komisaris.
terkini, dan tepat waktu kepada Data tersebut disampaikan dalam rapat rutin Direksi dan
Dewan Komisaris. Dewan Komisaris.
9) Pengambilan keputusan rapat Direksi Direksi telah mengambil keputusan dalam rapat
telah dilakukan berdasarkan berdasarkan musyawarah mufakat.
musyawarah untuk mufakat atau Dokumen Pendukung :
suara terbanyak dalam hal tidak Notulen rapat dan persetujuan peserta rapat Direksi
terjadi musyawarah untuk mufakat.
10) Setiap keputusan rapat yang diambil Keputusan rapat yang diambil oleh Direksi dapat
Direksi dapat diimplementasikan dan diimplementasikan, tidak menyimpang dengan
sesuai dengan kebijakan, pedoman kebijakan, pedoman serta tata tertib yang berlaku.
serta tata tertib kerja yang berlaku.
11) Direksi telah menetapkan kebijakan Direksi menetapkan kebijakan dan keputusan melalui
dan keputusan strategis melalui mekanisme rapat Direksi.
mekanisme rapat Direksi. Dokumen Pendukung :
Notulen rapat Direksi dan daftar hadir (Lampiran 2)
12) Direksi tidak memanfaatkan Bank Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
untuk kepentingan pribadi, keluarga, memperlihatkan bahwa Direksi memanfaatkan Bank
dan/atau pihak lain yang dapat untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak
merugikan atau mengurangi lain yang merugikan atau mengurangi keuntungan
keuntungan Bank. Bank. Sebagai dokumen pendukung, Direksi telah
membuat Surat Pernyataan mengenai hal ini.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Direksi
13) Direksi tidak mengambil dan/atau Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
menerima keuntungan pribadi dari memperlihatkan bahwa Direksi mengambil dan/atau
Bank selain remunerasi dan fasilitas menerima keuntungan pribadi selain remunerasi dan
lainnya yang ditetapkan Rapat Umum fasilitas yang telah ditetapkan oleh RUPS. Sebagai
Pemegang Saham (RUPS). dokumen pendukung, Direksi telah membuat Surat
Pernyataan mengenai hal ini.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Direksi

19
14) Pemilik melakukan intervensi waktu untuk
Tidak terdapat indikasi intervensi pemilik dalam
tindak lanjut
terhadap pelaksanaan tugas Direksi pelaksanaan tugas Direksi. temuan
yang menyebabkan kegiatan pengkinian data
Nasabah
operasional Bank terganggu sehingga 4. Temuan audit Menindaklanjuti Done, Surat
berdampak pada berkurangnya eksternal Management Letter dan No.199/DIRBM-
surat OJK No. 118/PB. FICO/17
keuntungan Bank dan/atau 312/2017 tanggal 19 Juni tanggal 12 Juli
menyebabkan kerugian Bank. 2017 2017

20
c. Governance Outcome
1) Direksi telah Direksi telah mempertanggung jawabkan pelaksanaan
mempertanggungjawabkan tugasnya dalam Rapat Umum Pemegang saham
pelaksanaan tugasnya kepada (RUPS) Tahunan pada tanggal 31 Maret 2017
pemegang saham melalui RUPS.
Dokumen Pendukung :
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
No.25 tanggal 31 Maret 2017
2) Pertanggungjawaban Direksi atas Pemegang saham menerima pertanggung jawaban
pelaksanaan tugasnya diterima oleh Direksi atas pelaksanaan tugasnya.
pemegang saham melalui RUPS. Dokumen Pendukung :
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan No.25
tanggal 31 Maret 2017.
3) Direksi telah mengungkapkan Direksi telah mengungkapkan kebijakan strategis
kebijakan Bank yang bersifat strategis Bank di bidang kepegawaian kepada pegawai yang
di bidang kepegawaian kepada dapat diakses melalui intranet Bank Mega dan e-letter.
pegawai dengan media yang mudah
diakses pegawai.
4) Direksi telah mengkomunikasikan Direksi telah mengkomunikasikan kepada pegawai
kepada pegawai mengenai arah bisnis mengenai arah bisnis bank dalam rangka pencapai misi
Bank dalam rangka pencapaian misi dan visi bank yaitu melalui Rapat Kerja yang diikuti
dan visi Bank. dengan penerbitan Surat Keputusan serta Surat Edaran
Direksi yang dapat diakses langsung oleh pegawai
melalui intranet Bank Mega.
5) Hasil rapat Direksi telah dituangkan Hasil rapat Direksi telah dituangkan dalam risalah rapat
dalam risalah rapat dan dan didokumentasikan dengan baik, termasuk
didokumentasikan dengan baik, pengungkapan dissenting opinions.
termasuk pengungkapan secara jelas Untuk tertib pelaksanaannya, Direksi juga telah
perbedaan pendapat (dissenting mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang
opinions) yang terjadi dalam rapat Notulen Rapat tersebut.
Direksi.
Selama Semester II Tahun 2017, Direksi telah
mengadakan rapat sebanyak 26 kali

Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Direksi (Lampiran 2)

21
6) Dalam laporan pelaksanaan tata Seluruh anggota Direksi telah membuat Surat
kelola, seluruh anggota Direksi paling Pernyataan yang berisi tentang kepemilikan saham dan
sedikit telah mengungkapkan: hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris,
a) Kepemilikan saham yang Direksi lainnya dan/atau Pemegang Saham Pengendali
mencapai 5% (lima persen) atau Bank. Hal tersebut telah dicantumkan dalam Laporan
lebih pada Bank yang pelaksanaan tata kelola termasuk Data Remunerasi dan
bersangkutan maupun pada bank fasilitas lainnya yang diterima oleh Komisaris dan
dan perusahaan lain yang Direksi sesuai dengan format yang ditetapkan dalam
berkedudukan di dalam dan di Surat Edaran OJK
luar negeri;
b) Hubungan keuangan dan Dokumen Pendukung :
hubungan keluarga dengan  Surat Pernyataan Independensi
anggota Direksi lain, anggota  Laporan Pelaksanaan tata kelola tahun 2016
Dewan Komisaris, dan/atau
pemegang saham pengendali
Bank;
c) Remunerasi dan fasilitas lain;

22
d) Opsi saham (share option) yang
dimiliki Direksi.
7) Peningkatan pengetahuan, keahlian, Keikutsertaan Direksi dalam training/ seminar cukup
dan kemampuan anggota Direksi membantu Direksi dalam penyelesaian permasalahan
dalam pengelolaan Bank yang yang dihadapi oleh Bank, dan diharapkan dapat
ditunjukkan antara lain dengan membantu meningkatkan kinerja Bank.
peningkatan kinerja Bank,
penyelesaian permasalahan yang
dihadapi Bank, dan pencapaian hasil
sesuai ekspektasi Pemangku
Kepentingan Bank.
8) Peningkatan pengetahuan, Peningkatan pengetahuan karyawan telah
keahlian,dan kemampuan dari seluruh dilakukan dengan melaksanakan training/
karyawan Bank pada seluruh workshop.
tingkatan atau jenjang organisasi
yang ditunjukkan antara lain dengan Dokumen Pendukung :
peningkatan kinerja individu sesuai Data Pelaksanaan Training / workshop dan
tugas dan tanggung jawab. sertifikasi (angka 9 dibawah ini)
9) Peningkatan budaya pembelajaran Pada tahun 2017, Bank Mega telah mengadakan
secara berkelanjutan dalam rangka training, workshop, dan sertifikasi sebagai berikut:
peningkatan pengetahuan tentang
perbankan dan perkembangan terkini Pelaksanaan Training Untuk Pegawai
terkait bidang keuangan atau bidang
lain yang mendukung pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab pada
seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi yang ditunjukkan antara
lain dengan peningkatan
keikutsertaan karyawan Bank dalam
sertifikasi perbankan dan/atau
pendidikan atau pelatihan dalam Pegawai Sertifikasi Manajemen Risiko
rangka pengembangan kualitas
individu.

23
Semester I Semester II
Bidang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Training Peserta Training Peserta
In house 402 10.885 327 10.042
Off house 83 135 109 215
SMR 26 512 28 352
DPTP 78 971 37 721
E-learning 11 11.258 11 19.209
Total 600 23.761 512 30.539

Semester I
Level Target Realisasi Target Realisasi
Sertifikasi Peserta Sertifikasi Peserta Peserta
Sertifikasi (Lulus) Refrehment Refreshment
Level 1 756 737 175 163
Level 2 514 457 167 160
Level 3 208 189 108 104
Level 4 43 41 21 21
Level 5 8 8 6 6
Total 1.529 1.432 477 454

Semester II
Level Target Realisasi Target Realisasi
Sertifikasi Peserta Sertifikasi Peserta Peserta
Sertifikasi (Lulus) Refrehment Refreshment
Level 1 581 581 166 166
Level 2 479 479 163 163
Level 3 207 207 106 106
Level 4 40 40 22 22
Level 5 7 7 5 5
Total 1.314 1.314 462 462

24
10) Kegiatan operasional Bank terganggu Tidak terdapat indikasi adanya intervensi pemilik
dan/atau memberikan keuntungan sehingga operasional bank terganggu atau berdampak
yang tidak wajar kepada pemilik yang pada berkurangnya keuntungan Bank.
berdampak pada berkurangnya
keuntungan Bank dan/atau
menyebabkan kerugian Bank, akibat
intervensi pemilik terhadap komposisi
dan/atau pelaksanaan tugas Direksi.

25
KERTAS KERJA

FAKTOR PENILAIAN : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN


KOMISARIS

2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

No Kriteria atau Indikator Analisi


s
a. Governance Structure
1) Jumlah anggota Dewan Komisaris Jumlah Komisaris Bank Mega 5 (lima) orang, jumlah
paling sedikit 3 (tiga) orang dan tidak Direksi 7 (tujuh) orang. Jumlah Komisaris tidak
melampaui jumlah anggota Direksi. melebihi jumlah anggota Direksi.
Dokumen Pendukung :
 RUPSLB PT. Bank Mega Tbk No.21 tanggal 15
November 2017
 Pernyataan Keputusan Rapat PT. Bank Mega
Tbk, No. 22 tanggal 15 November 2017
2) Paling sedikit 1 (satu) anggota Dewan Seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di
Komisaris berdomisili di Indonesia. Indonesia sebagaimana data pribadi yang
disampaikan Komisaris kepada Bank.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing Komisaris
3) Paling sedikit 50% (lima puluh persen) Komisaris Bank Mega terdiri dari 5 (empat) orang, 2
dari jumlah anggota Dewan Komisaris (dua) orang diantaranya merupakan Komisaris
adalah Komisaris Independen. Independen, sebagaimana ditetapkan dalam RUPS,
yaitu :
 Achjadi Ranuwisastra
 Lambock V. Nahattands

Total jumlah Komisaris Independen setelah


pengangkatan Komisaris Utama efektif (Komisaris
Utama sedang dalam proses fit & proper test) kurang
dari 50% (lima puluh persen), akan dipenuhi pada
RUPS di bulan Februari 2018.
Dokumen Pendukung :
 RUPSLB PT. Bank Mega Tbk No.21 tanggal 15
November 2017
 Pernyataan Keputusan Rapat PT. Bank Mega Tbk,
No.22 tanggal 15 November 2017
 Surat Persetujuan Otoritas Jasa Keuangan No.SR-
220/D.03/2015 tanggal 27 November 2015.
(Lambock V. Nahattands)
26
 Surat Persetujuan Bank Indonesia No.6/38/
DGS/DPIP/Rahasia tanggal 18 Maret 2004
(Achjadi Ranuwisastra)

4) Dewan Komisaris tidak merangkap Terdapat rangkap jabatan Komisaris dalam satu group
jabatan kecuali terhadap hal-hal yang usaha Bank, yang dilakukan dalam rangka
telah ditetapkan dalam POJK Tata pengawasan pada perusahaan tersebut, sebagai
Kelola Bank Umum, yaitu: berikut :
a) Merangkap jabatan sebagai anggota 1. Chairul Tanjung (Komisaris Utama), memiliki
Direksi, anggota Dewan rangkap jabatan sebagai Komisaris Utama pada
Komisaris atau Pejabat Eksekutif PT. CT Corpora, PT. Para Rekan Investama, PT.
pada 1 (satu) lembaga atau Mega Corpora, PT. Trans Corpora dan PT. Trans
perusahaan bukan Airways.
2. Yungky Setiawan (Komisaris), memiliki rangkap

27
lembaga keuangan; atau jabatan sebagai Komisaris Utama pada PT.Trans
b) Merangkap jabatan sebagai Retail Indonesia, PT. Trans Retail, PT. Trans
anggota Direksi, anggota Dewan Food Oriental, PT.Metropolitan Retailmart dan
Komisaris atau Pejabat Eksekutif PT.Trans Fashion Indonesia.
yang melaksanakan fungsi 3. Darmadi Sutanto (Komisaris), memiliki rangkap
pengawasan pada 1 (satu) jabatan sebagai Komisaris pada PT. Trans Ice dan
perusahaan anak bukan bank yang PT. Metropolitan Retaimart.
dikendalikan Bank;
c) Komisaris Non Independen Tidak termasuk rangkap jabatan, sebagaimana diatur
menjalankan tugas fungsional dari pada POJK No.55/POJK.03/2016 pasal 28 ayat (2),
pemegang saham Bank yang dalam hal :
berbentuk badan hukum pada a. Anggota Dewan Komisaris menjabat sebagai
kelompok usaha Bank; dan/atau anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau
d) Anggota Dewan Komisaris Pejabat Eksekutif yang melaksanakan fungsi
menduduki jabatan pada organisasi pengawasan pada 1 (satu) perusahaan anak bukan
atau lembaga nirlaba. bank yang dikendalikan oleh Bank.
b. Komisaris Non Independen menjalankan tugas
fungsional dari pemegang saham Bank yang
berbentuk badan hukum pada kelompok usaha
Bank ; dan/atau
c. Anggota Dewan Komisaris menduduki jabatan
pada organisasi atau lembaga nirlaba.

Dokumen Pendukung :
 Surat Penunjukan dari PT. CT Corpora No.024/
DIR/CTCORP/XII/17 tanggal 8 Desember 2017,
perihal Surat Penugasan Bpk. Chairul Tanjung
sebagai Wakil Pemegang Saham
 Surat Penunjukan dari PT. CTCorpora No.025/
DIR/CTCORP/XII/17 tanggal 8 Desember 2017,
perihal Surat Penugasan Bpk. Yungky Setiawan
sebagai Wakil Pemegang Saham
 Surat Penunjukan dari PT. CT Corpora No.026/
DIRUT/CTC/XII/17 tanggal 8 Desember 2017,
perihal Surat Penugasan Bpk Darmadi Sutanto
sebagai Wakil Pemegang Saham

28
5) Komisaris Independen dapat Komisaris Independen yang memiliki rangkap
merangkap jabatan sebagai ketua jabatan adalah Achjadi Ranuwisastra, sebagai Ketua
komite paling banyak pada 2 (dua) Komite Audit dan Ketua Komite Pemantau Risiko.
komite di Bank yang sama.
Bpk Achjadi Ranuwisastra juga menjabat sebagai
Ketua Komite Tata Kelola Terintegrasi, dimana
berdasarkan POJK No.18/POJK.03/2014 tanggal 19
November 2014 perihal Penerapan Tata Kelola
Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan kondisi
tersebut tidak termasuk rangkap jabatan.
Dokumen Pendukung :
 SK Komite Audit
No.SK.087/DIRBM/17/DIRBM/17 tanggal 3 Juli
2017 tentang Komite Audit
 SK Komite Pemantau Risiko
No.SK.083/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017 tentang
Komite Pemantau Risiko
 Surat Keputusan Dewan Komisaris No.
SK.002/Dekom/III/17 tentang Pengkinian Komite
Tata Kelola Terintegrasi PT. Bank Mega Tbk

29
6) Mayoritas Dewan Komisaris tidak Mayoritas Komisaris tidak saling memiliki hubungan
saling memiliki hubungan keluarga keluarga dengan sesama anggota Komisaris dan/atau
sampai dengan derajat kedua dengan Direksi, sesuai Surat Pernyataan yang dibuat oleh
anggota Direksi dan/atau sesama masing-masing Komisaris.
Dewan Komisaris. Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan Independensi Komisaris
7) Dewan Komisaris telah memiliki Telah diterbitkan Board Manual yang berisi tata
pedoman dan tata tertib kerja termasuk tertib kerja termasuk etika kerja, waktu kerja dan
pengaturan etika kerja, waktu kerja, pengaturan rapat Dewan Komisaris
dan rapat. Dokumen Pendukung :
Surat Keputusan Direksi No.SK No.062/ DIRBM-
CGCG/ 17 tanggal 12 Juni 2017 tentang Board
Manual / Panduan Bagi Dewan Komisaris dan
Direksi.
8) Seluruh anggota Dewan Komisaris Seluruh anggota Dewan Komisaris telah memenuhi
memiliki integritas, kompetensi, dan kriteria ini, yaitu memiliki integritas, kompetensi dan
reputasi keuangan yang memadai. reputasi keuangan yang memadai.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing Komisaris
9) Komisaris Independen yang berasal Pada tahun 2017 tidak terdapat pengangkatan
dari mantan anggota Direksi Bank atau Komisaris Independen yang berasal dari mantan
mantan Pejabat Eksekutif Bank atau anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank atau
pihak yang memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan Bank
Bank yang dapat mempengaruhi yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
kemampuan untuk bertindak bertindak independen.
independen, dan tidak melakukan
fungsi pengawasan serta berasal dari
Bank yang bersangkutan, telah
menjalani masa tunggu (cooling off)
paling singkat 1 (satu) tahun.
10) Komisaris Independen yang berasal Seluruh Komisaris Independen memenuhi ketentuan
dari Komisaris Non Independen independensi dan telah mendapatkan persetujuan dari
setelah memenuhi persyaratan sebagai Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan
Komisaris Independen, telah menjalani Dokumen Pendukung :
masa tunggu (cooling off) paling  Surat Pernyataan Independensi Komisaris
singkat selama 6 (enam) bulan, dan
telah memperoleh persetujuan Otoritas
Jasa Keuangan.

30
11) Komisaris Independen yang diangkat Dokumen Pendukung :
kembali setelah menjabat selama 2 Surat Pernyataan Independensi Achjadi Ranuwisastra
(dua) periode masa jabatan berturut
turut telah ditetapkan dalam rapat
Dewan Komisaris bahwa yang
bersangkutan tetap dapat bertindak
independen, dan Komisaris
Independen yang bersangkutan telah
menyatakan mengenai
independensinya dalam RUPS.

31
12) Seluruh Komisaris Independen tidak Seluruh Komisaris Independen memenuhi ketentuan
memiliki hubungan keuangan, independensi dan telah mendapatkan persetujuan dari
hubungan kepengurusan, hubungan Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan
kepemilikan, dan hubungan keluarga Dokumen Pendukung :
dengan anggota Dewan Komisaris  Surat Pernyataan Independensi Komisaris
lainnya, anggota Direksi dan/atau
pemegang saham pengendali atau
hubungan dengan Bank, yang dapat
mempengaruhi kemampuan untuk
bertindak independen.
13) Seluruh anggota Dewan Komisaris Belum seluruh Anggota Dewan Komisaris lulus
telah lulus penilaian kemampuan dan penilaian kemampuan dan kepatutan dan memperoleh
kepatutan dan telah memperoleh surat Surat Persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan karena
persetujuan dari Otoritas Jasa ada perubahan susunan Dewan Komisaris
Keuangan. berdasarkan hasil Risalah Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa tanggal 15 November 2017.
Komisaris Utama sedang dalam proses fit & Proper
Test.
Dokumen Pendukung :
 Achjadi Ranuwisastra : Surat Persetujuan Bank
Indonesia No.6/38/DGS /DPIP/Rahasia tanggal 18
Mei 2004.
 Yungky Setiawan : Surat Persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan No. SR-199/D.03/2015 tanggal 22
Oktober 2015.
 Darmadi Sutanto : Surat Persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan No.SR-187/D.03/2015 tanggal 9
Oktober 2015.
 Lambock V. Nahattands : Surat Persetujuan
Otoritas Jasa Keuangan No. SR-220/D.03/2015
tanggal 27 November 2015.
14) Anggota Dewan Komisaris memiliki Anggota Dewan Komisaris memiliki kompetensi
kompetensi yang memadai dan relevan yang memadai dan relevan dengan jabatannya serta
dengan jabatannya untuk menjalankan mampu mengimplementasikan dalam tugas dan
tugas dan tanggung jawab serta tanggung jawabnya.
mampu mengimplementasikan Dokumen Pendukung :
kompetensi yang dimiliki dalam CV masing-masing Komisaris
pelaksanaan tugas dan
tanggungjawabnya.

32
15) Anggota Dewan Komisaris memiliki Anggota Dewan Komisaris melakukan pembelajaran
kemauan dan kemampuan untuk secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan
melakukan pembelajaran secara pengetahuan tentang perbankan dan perkembangan
berkelanjutan dalam rangka terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang
peningkatan pengetahuan tentang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
perbankan dan perkembangan terkini jawabnya.
terkait bidang keuangan atau bidang
lain yang mendukung pelaksanaan Dokumen Pendukung :
tugas dan tanggung jawabnya. Training/seminar yang diikuti oleh Dewan Komisaris
(lampiran 3)
16) Komposisi Dewan Komisaris tidak Selama Semester II Tahun 2017, tidak terdapat
memenuhi ketentuan karena adanya indikasi adanya intervensi pemilik dalam komposisi
intervensi pemilik. Dewan Komisaris.

33
b. Governance Process
1) Penggantian dan/atau pengangkatan Selama Semester II Tahun 2017, terdapat
anggota Dewan Komisaris telah penggantian dan/atau pengangkatan kembali
memperhatikan rekomendasi komite Komisaris dengan memperhatikan Surat
nominasi atau komite remunerasi dan Rekomendasi dari Komite Remunerasi dan Nominasi.
nominasi serta memperoleh
persetujuan dari RUPS. Dokumen Pendukung :
 Memo Dinas No. 007/KRNBM/17 tanggal 5
Oktober 2017 perihal Rekomendasi
Pengangkatan Komisaris Utama dan Susunan
Anggota Direksi PT. Bank Mega Tbk pada
RUPSLB November 2017
 Risalah RUPSLB No.21 tanggal 15 Nov 2017
2) Dewan Komisaris telah melaksanakan Dewan Komisaris telah memastikan terselenggaranya
tugas untuk memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola dengan :
terselenggaranya penerapan prinsip  Melakukan evaluasi fungsi kepatuhan.
Tata Kelola yang baik dalam setiap  Mengadakan rapat secara rutin Dekom dan
kegiatan usaha Bank pada seluruh Dekom bersama Direksi.
tingkatan atau jenjang organisasi.  Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan risk
manajemen, kepatuhan, laporan keuangan dan
pelaksanaan audit internal dan memberikan
rekomendasi kepada Direksi.
Dokumen pendukung :
Memo Dinas Dewan Komisaris (lampiran 1)

3) Dewan Komisaris telah melaksanakan Dewan Komisaris telah melakukan pengawasan


pengawasan terhadap pelaksanaan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
tugas dan tanggung jawab Direksi Direksi melalui mekanisme pelaksanaan rapat secara
secara berkala maupun sewaktu- berkala dan/atau sewaktu-waktu dan membuat Memo
waktu, serta memberikan nasihat Dinas guna memberikan masukan pada Direksi.
kepada Direksi. Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Direksi dan Komisaris dan Memo
Dinas Dewan Komisaris (Lampiran 1)
4) Dalam rangka melakukan tugas Dewan Komisaris telah mengarahkan dan memantau
pengawasan, Dewan Komisaris telah pelaksanaan kebijakan strategis. Pengarahan dan
mengarahkan, memantau, dan pemantauan dilakukan melalui Rapat yang diadakan
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan secara berkala.
strategis Bank.
Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komisaris, Notulen Rapat Direksi &
Komisaris dan Memo Dinas Dewan Komisaris
(lampiran 1)

34
5) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan
pengambilan keputusan kegiatan keputusan kegiatan operasional Bank. Keterlibatan
operasional Bank, kecuali dalam hal Dewan Komisaris dalam penyediaan dana dan
penyediaan dana kepada pihak terkait pengeluaran biaya untuk jumlah tertentu adalah dalam
dan hal-hal lain yang ditetapkan dalam rangka pengawasan dan telah sesuai dengan
anggaran dasar Bank dan/atau Anggaran Dasar Bank.
peraturan perundangan dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan. Dokumen pendukung :
 Akta Perubahan Anggaran Dasar No.21 tanggal 27

Mei 2015
 Surat Keputusan Dekom No.SK.008/XII/15

tanggal 2 Desember 2015 tentang Batas


Wewenang Pembelian

35
Barang dan/atau Pengeluaran Biaya
 Surat Keputusan Dekom No.001/DEKOM/I/16
tanggal 27 Januari 2016 tentang Batas Wewenang
Memutus Kredit
 Surat Keputusan Dekom No.003/DEKOM/IV/16

tanggal 8 April 2016 tentang Perubahan Batas


Wewenang Memutus Kredit.
6) Dewan Komisaris telah memastikan Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi telah
bahwa Direksi telah menindaklanjuti menindaklanjuti temuan audit Internal dan eksternal
temuan audit dan rekomendasi dari melalui monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
SKAI Bank, auditor eksternal, hasil Komite Audit. Pembahasan Komite mengenai hal
pengawasan Otoritas Jasa Keuangan tersebut dilakukan dalam rapat Komite Audit.
dan/atau hasil
pengawasan otoritas lainnya.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas Dewan Komisaris (Lampiran 1)
7) Dewan Komisaris memberitahukan Pada periode pelaporan tidak terdapat pelanggaran
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak yang perlu dilaporkan oleh Dewan Komisaris ke
ditemukan pelanggaran Otoritas Jasa Keuangan.
peratura
n perundang-undangan di bidang
keuangan dan perbankan, serta
keadaan atau perkiraan keadaan yang
dapat membahayakan kelangsungan
usaha Bank.
8) Dewan Komisaris telah melaksanakan Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan
tugas dan tanggung jawab secara tanggung jawabnya secara independen. Dalam
independen. memberikan saran dan melakukan evaluasi Dewan
Komisaris tidak diintervensi oleh pihak lain.
9) Dewan Komisaris telah membentuk Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit,
komite audit, komite pemantau risiko, Komite Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan
serta komite remunerasi dan nominasi. Nominasi dengan menerbitkan Memo Dinas Dewan
Komisaris.
Dokumen Pendukung :
 Memo Dinas No.MD.014/KOMISARIS/2017
tanggal 3 Juli 2017 tentang Pengangkatan Anggota
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko serta
Komite Remunerasi dan Nominasi

36
10) Pengangkatan anggota komite-komite Berdasarkan Keputusan Rapat Dewan Komisaris,
telah dilakukan Direksi berdasarkan Direksi telah melakukan pengangkatan anggota
keputusan rapat Dewan Komisaris. Komite dengan menerbitkan Surat Keputusan
Direksi.
Dokumen Pendukung :
 Surat Keputusan Direksi No.SK. 087/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Audit PT. Bank
Mega Tbk
 Surat Keputusan Direksi No.SK. 083/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Pemantau
Risiko PT. Bank Mega Tbk
 Surat Keputusan Direksi No.SK.091/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Remunerasi
dan Nominasi PT. Bank Mega Tbk

37
11) Dewan Komisaris telah memastikan Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Komite
bahwa komite yang dibentuk telah yang dibentuk telah menjalankan tugasnya secara
menjalankan tugasnya secara efektif. efektif dengan cara melakukan evaluasi kinerja
Komite. Untuk meningkatkan efektifitas kinerja
Komite, Dewan Komisaris juga memberikan
arahan/menyampaikan hal-hal yang harus menjadi
perhatian bagi anggota Komite dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas Dewan Komisaris (lampiran 1)
12) Dewan Komisaris telah menyediakan Dewan Komisaris telah memberikan waktu yang
waktu yang cukup untuk cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dapat dilihat dari kehadiran
jawab secara optimal. Dewan Komisaris di kantor Bank lebih dari 1 (satu)
kali dalam seminggu.
13) Rapat Dewan Komisaris membahas Selama Tahun 2017, Dewan Komisaris telah
permasalahan sesuai dengan agenda mengadakan Rapat secara formal sebanyak 6 (enam)
rapat dan diselenggarakan secara kali.
berkala, paling sedikit 4 (empat) kali
dalam 1 (satu) tahun, serta dihadiri Dokumen Pendukung :
secara fisik paling sedikit 2 (dua) kali Notulen Rapat Dewan Komisaris (lampiran 1)
dalam 1 (satu) tahun, atau melalui
teknologi telekonferensi bagi
Komisaris Non Independen dalam hal
Komisaris Non Independen tidak dapat
menghadiri rapat secara fisik.
14) Pengambilan keputusan rapat Dewan Keputusan yang diambil dalam rapat Dewan
Komisaris telah dilakukan berdasarkan Komisaris, seluruhnya berdasarkan musyawarah
musyawarah untuk mufakat atau suara mufakat.
terbanyak dalam hal tidak terjadi Dokumen Pendukung :
musyawarah untuk mufakat. Notulen Rapat Dewan Komisaris (lampiran 1)
15) Anggota Dewan Komisaris tidak Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
memanfaatkan Bank untuk memperlihatkan bahwa Komisaris memanfaatkan
kepentingan pribadi, keluarga,dan/atau Bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau
pihak lain yang dapat merugikan atau pihak lain yang merugikan atau mengurangi
mengurangi keuntungan Bank. keuntungan Bank. Untuk menyakinkan hal tersebut
Bank telah meminta anggota Dewan Komisaris untuk
membuat Surat Pernyataan terkait dengan hal tersebut.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Komisaris

38
16) Anggota Dewan Komisaris tidak Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
mengambil dan/atau menerima memperlihatkan bahwa Komisaris mengambil
keuntungan pribadi dari Bank selain dan/atau menerima keuntungan pribadi selain
remunerasi dan fasilitas lain yang remunerasi dan fasilitas yang telah ditetapkan oleh
ditetapkan RUPS. RUPS. Untuk menyakinkan hal tersebut Bank telah
meminta anggota Dewan Komisaris untuk membuat
Surat Pernyataan terkait dengan hal tersebut.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Komisaris

39
17) Pemilik melakukan intervensi terhadap Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris memperlihatkan bahwa Pemilik melakukan intervensi
yang menyebabkan kegiatan terhadap pelaksanaan tugas Dewan Komisaris yang
operasional Bank terganggu sehingga menyebabkan kegiatan operasional Bank terganggu
berdampak pada berkurangnya sehingga berdampak pada berkurangnya keuntungan
keuntungan Bank dan/atau Bank dan/atau menyebabkan kerugian Bank
menyebabkan kerugian Bank.
c. Governance Outcome
1) Hasil rapat Dewan Komisaris telah Hasil Rapat Dewan Komisaris telah dituangkan
dituangkan dalam risalah rapat dan dalam notulen rapat dan diadministrasikan dengan
didokumentasikan dengan baik, baik dan lengkap sesuai dengan frekwensi Rapat.
termasuk perbedaan pendapat Dokumen Pendukung :
(dissenting opinions) yang terjadi Notulen Rapat Dewan Komisaris ( Lampiran 1)
secara jelas.
2) Hasil rapat Dewan Komisaris telah Notulen rapat telah didistribusikan kepada seluruh
dibagikan kepada seluruh anggota anggota Dewan Komisaris dan pihak terkait secara
Dewan Komisaris dan pihak yang langsung.
terkait.
3) Hasil rapat Dewan Komisaris Hasil Rapat Dewan Komisaris merupakan
merupakan rekomendasi dan/atau rekomendasi yang dapat diimplementasikan oleh
arahan yang dapat diimplementasikan Direksi
oleh RUPS dan/atau Direksi. Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Dewan Komisaris (Lampiran 1)
4) Dalam laporan pelaksanaan tata Komisaris telah membuat Surat Pernyataan
kelola, anggota Dewan Komisaris Independen yang berisi tentang kepemilikan saham
paling sedikit telah mengungkapkan: dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan
a) Kepemilikan saham yang Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham
mencapai 5% (lima persen) atau Pengendali Bank. Hal tersebut telah dicantumkan
lebih pada Bank yang dalam Laporan pelaksanaan Tata Kelola termasuk
bersangkutan maupun pada bank Data Remunerasi dan fasilitas lainnya yang diterima
dan perusahaan lain yang oleh Komisaris dan Direksi sesuai dengan format
berkedudukan di dalam dan di luar yang ditetapkan dalam Surat Edaran OJK.
negeri;
b) Hubungan keuangan dan Dokumen Pendukung :
hubungan keluarga dengan  Surat Pernyataan Independensi
anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris lain, dan/atau
pemegang saham pengendali
Bank;
c) Remunerasi dan fasilitas lain;
d) Opsi saham (share option) yang
dimiliki Dewan Komisaris.

40
5) Peningkatan pengetahuan, keahlian, Peningkatan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
dan kemampuan anggota Dewan anggota Dewan Komisaris akan terus dilakukan.
Komisaris dalam pengawasan Bank Training/ Seminar yang diikuti oleh Dewan
yang ditunjukkan antara lain dengan Komisaris selama Semester II tahun 2017.
peningkatan kinerja Bank,
penyelesaian permasalahan yang Dokumen Pendukung :
dihadapi Bank, dan pencapaian hasil Training/seminar yang diikuti oleh Dewan Komisaris
sesuai ekspektasi Pemangku (lampiran 3)
Kepentingan. Peningkatan budaya
pembelajaran secara berkelanjutan
dalam rangka peningkatan
pengetahuan tentang perbankan dan
perkembangan terkini terkait bidang
keuangan atau bidang lain yang
mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab anggota Dewan
Komisaris

41
6) Kegiatan operasional Bank terganggu Tidak terdapat indikasi intervensi pemilik yang
dan/atau memberikan keuntungan mengganggu kegiatan operasional Bank yang
yang tidak wajar kepada pemilik yang berdampak pada berkurangnya keuntungan dan/atau
berdampak pada berkurangnya menyebabkan kerugian Bank.
keuntungan Bank dan/atau
menyebabkan kerugian Bank, akibat
intervensi pemilik terhadap komposisi
dan/atau pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris.

42
KERTAS KERJA

3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite


FAKTOR PENILAIAN : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE

No Kriteria atau Indikator Analisi


s
a. Governance Structure
1) Komite Audit
a) Anggota Komite Audit paling sedikit Anggota Komite Audit terdiri dari :
terdiri dari seorang Komisaris  Ketua : Achjadi
Independen, seorang Pihak Ranuwisastra/Komisaris Independen
Independen yang ahli dibidang  Anggota : Iramady Irdja/ Pihak Independen
keuangan atau akuntansi, dan yang memiliki keahlian di bidang keuangan
seorang Pihak Independen yang ahli dan perbankan
di bidang hukum atau perbankan.  Anggota : Adrial Salam/ Pihak Independen
yang memiliki keahlian di bidang keuangan
dan akuntasi
Dokumen Pedukung :
Memo Dinas No.MD.014/KOMISARIS/2017
tanggal
21 Juni 2017 tentang Pengangkatan Anggota
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko
serta Komite Remunerasi dan Nominasi
Surat Keputusan Direksi No.SK.
087/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017 tentang
Komite Audit PT. Bank Mega, Tbk
b) Komite Audit diketuai oleh Komite Audit diketuai oleh Komisaris
Komisaris Independen. Independen
c) Paling sedikit 51% (lima puluh satu Anggota Komite merupakan Komisaris
persen) anggota Komite Audit Independen dan Pihak Independen (100%
adalah Komisaris Independen dan Independen).
Pihak Independen.
d) Anggota Komite Audit memiliki Anggota Komite Audit memiliki integritas,
integritas, akhlak, dan moral yang akhlak dan moral yang baik.
baik.
2) Komite Pemantau Risiko

43
a) Anggota Komite Pemantau Risiko Anggota Komite Pemantau Risiko terdiri dari :
paling sedikit terdiri dari seorang  Ketua : Achjadi Ranuwisastra/
Komisaris Independen, seorang Komisaris Independen
Pihak Independen yang ahli  Anggota: Purwo Junianto/ Pihak
dibidang keuangan, dan seorang Independen yang memiliki keahlian di
Pihak Independen yang ahli bidang manajemen risiko
dibidang manajemen risiko.  Anggota : Ivan Purnama Sanoesi/ Pihak
Independen yang memiliki keahlian di
bidang keuangan

44
Dokumen Pedukung :
Memo Dinas No.MD.014/KOMISARIS/2017
tanggal
21 Juni 2017 tentang Pengangkatan Anggota
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko
serta Komite Remunerasi dan Nominasi
Surat Keputusan Direksi
No.SK.083/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017
tentang Komite Pemantau Risiko PT. Bank
Mega, Tbk
b) Komite pemantau risiko diketuai Ketua Komite Pemantau Risiko adalah
oleh Komisaris Independen. Komisaris Independen
c) Paling sedikit 51% (lima puluh satu Anggota Komite merupakan Komisaris
persen) anggota Komite pemantau Independen dan Pihak Independen (100%
risiko adalah Komisaris Independen Independen).
dan Pihak Independen.
d) Anggota Komite Pemantau Risiko Anggota Komite Pemantau Risiko
memiliki integritas, akhlak, dan memiliki integritas, akhlak dan moral
moral yang baik. yang baik.
3) Komite Remunerasi dan Nominasi
a) Anggota Komite Remunerasi dan Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
Nominasi paling sedikit terdiri dari terdiri dari :
seorang Komisaris Independen,  Ketua : Lambock V. Nahattands/
seorang Komisaris Non Independen, Komisaris Independen
dan seorang Pejabat Eksekutif yang  Anggota : Yungky Setiawan/ Komisaris
membawahkan sumber daya  Anggota : Anwar V Purba/Pejabat
manusia atau seorang perwakilan Eksekutif yang membawahi SDM
pegawai.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No.MD.014/KOMISARIS/2017
tanggal
21 Juni 2017 tentang Pengangkatan Anggota
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko
serta Komite Remunerasi dan Nominasi
Surat Keputusan No.SK. 091/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite
Remunerasi dan Nominasi PT. Bank Mega
Tbk.
b) Pejabat Eksekutif atau perwakilan Pejabat Ekekutif yang ditunjuk sebagai
pegawai anggota Komite harus anggota Komite memiliki pengetahuan tentang
memiliki pengetahuan dan sistem remunerasi dan nominasi serta rencana
mengetahui ketentuan sistem suksesi Bank.
remunerasi dan/atau nominasi serta
rencana suksesi (succession plan)
Bank.

45
c) Komite remunerasi dan Komite diketuai oleh Komisaris Independen
nominasi diketuai oleh
Komisaris Independen.
d) Dalam hal jumlah anggota Komite Anggota Komite tidak lebih dari 3 (tiga) orang
Remunerasi dan Nominasi yang
ditetapkan lebih dari 3 (tiga) orang
maka anggota Komisaris
Independen paling sedikit berjumlah
2 (dua) orang.

46
e) Dalam hal Bank membentuk Komite Komite Remunerasi dan Nominasi tidak dibuat
tersebut secara terpisah, maka: secara terpisah.
(1) Pejabat Eksekutif atau
perwakilan pegawai anggota
komite remunerasi harus
memiliki pengetahuan mengenai
sistem remunerasi Bank; dan
(2) Pejabat Eksekutif anggota
komite nominasi harus memiliki
pengetahuan tentang sistem
nominasi dan rencana suksesi
(succession plan) Bank.
4) Anggota komite audit dan komite Anggota Komite Audit dan Komite Pemantau
pemantau risiko bukan merupakan Risiko bukan merupakan anggota Direksi Bank
anggota Direksi Bank yang sama yang sama maupun Bank lain.
maupun Bank lain.
5) Rangkap jabatan Pihak Independen pada Anggota Komite yang merupakan Pihak
Bank yang sama, Bank lain dan/atau Independen tidak ada yang berasal dari Bank /
perusahaan lain telah memperhatikan Perusahaan lain (tidak terdapat rangkap
kompetensi, kriteria independensi, jabatan).
kerahasiaan, kode etik, serta pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab. Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan Independensi Anggota Komite
6) Seluruh Pihak Independen anggota Seluruh Pihak Independen telah memenuhi
Komite tidak memiliki hubungan kriteria Independensi. Hal ini didukung dengan
keuangan, hubungan kepengurusan, Surat Pernyataan dari masing-masing anggota
hubungan kepemilikan, dan/atau Komite.
hubungan keluarga dengan Direksi,
Dewan Komisaris, dan/atau pemegang Dokumen Pendukung :
saham pengendali atau hubungan dengan Surat Pernyataan Independensi Anggota Komite
Bank, yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk bertindak
independen.
7) Seluruh Pihak Independen yang berasal Anggota Komite yang berasal dari pihak
dari mantan Anggota Direksi atau independen tidak ada yang berasal dari mantan
mantan Pejabat Eksekutif yang berasal anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang
dari Bank yang bersangkutan dan tidak berasal dari bank yang sama.
melakukan fungsi pengawasan atau
pihak lain yang mempunyai hubungan
dengan Bank yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk bertindak independen
telah menjalani masa tunggu (cooling
off) paling singkat 6 (enam) bulan.

47
8) Rapat Komite Audit dan Komite Penyelenggaraan Rapat Komite Audit dan
Pemantau Risiko paling sedikit dihadiri Komite Pemantau Risiko dihadiri oleh 100%
51% (lima puluh satu persen) dari anggota Komite.
jumlah anggota termasuk Komisaris Dokumen pendukung :
Independen dan Pihak Independen. Notulen Rapat Komite Audit dan Komite
Pemantau Risiko (lampiran 4 A dan B)
9) Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi Penyelenggaraan Rapat Komite Remunerasi dan
paling sedikit dihadiri 51% (lima puluh Nominasi dihadiri oleh 100% Anggota Komite.
satu persen) dari jumlah anggota Dokumen pendukung :
termasuk seorang Komisaris Independen Notulen Rapat Komite Remunerasi dan
dan Pejabat Eksekutif atau Perwakilan Nominasi (Lampiran 4 C)
Pegawai.

48
10) Komposisi Komite tidak memenuhi Tidak terdapat indikasi adanya intervensi
ketentuan karena adanya intervensi pemilik dalam komposisi keanggotaan Komite
pemilik.
b. Governance Process
1) Komite Audit
Untuk memberikan rekomendasi kepada Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab
Dewan Komisaris: Komite Audit :
a) Komite Audit telah memantau dan 1. Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit
mengevaluasi perencanaan dan dalam rangka penilaian kecukupan
pelaksanaan audit serta memantau pengendalian intern termasuk kecukupan
tindak lanjut hasil audit dalam proses pelaporan keuangan.
rangka menilai kecukupan 2. Melakukan Review dan Evaluasi
pengendalian intern termasuk Pelaksanaan Tugas IADT
kecukupan proses pelaporan 3. Melakukan Review Kesesuaian
keuangan. Laporan Keuangan dengan Standar
Akutansi .
4. Melakukan Review Pelaksanaan Tindak
lanjut Direksi atas Temuan Audit Internal &
Eksternal
5. Memberikan Rekomendasi untuk
Penunjukan Akuntan Publik

Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komite Audit dan Memo Dinas
Komite Audit kepada Komisaris (lampiran 4
A)
b) Komite Audit telah melakukan kaji Komite Audit telah melakukan review terhadap
ulang (review) terhadap: terhadap hal-hal tersebut. Namun terlambat
1) Pelaksanaan tugas SKAI; menyampaikan Laporan Hasil Evaluasi Komite
2) Kesesuaian pelaksanaan audit Audit Terhadap Pelaksanaan Pemberian Jasa
oleh kantor akuntan publik Audit atas Informasi Keuangan Historis
dengan standar audit; Tahunan sehingga Bank dikenakan sanksi
3) Kesesuaian laporan keuangan denda oleh OJK
dengan standar akuntansi
keuangan; dan Dokumen Pendukung :
4) Pelaksanaan tindak lanjut oleh Memo Dinas Komite Audit ( lampiran 4 A)
Direksi atas hasil temuan SKAI, Surat OJK No.S-232/PB.312/2017 tanggal
akuntan publik dan hasil 31 Oktober 2017 perihal Laporan hasil
pengawasan Otoritas Jasa Evaluasi Komite Audit Terhadap
Keuangan. Pelaksanaan Pemberian Jasa Audit Atas
Informasi Keuangan Historis Tahunan Bank
Saudara.

49
c) Komite audit telah memberikan Komite Audit telah memberikan rekomendasi
rekomendasi penunjukan akuntan penunjukan KAP pada Dewan Komisaris
publik dan kantor akuntan publik
sesuai ketentuan yang berlaku Dokumen Pendukung :
kepada RUPS melalui Dewan  Memo Dinas No.MD.005/KABM/17 tanggal

Komisaris. 24 Maret 2017 perihal Usulan Penunjukan


KAP periode Tahun Buku 2017
2) Komite Pemantau Risiko
Untuk memberikan rekomendasi kepada Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Komite
Dewan Komisaris: Pemantau Risiko
a) Komite Pemantau Risiko 1. Mengevaluasi Risk Profile
mengevaluasi kebijakan dan 2. Mengevaluasi Pelaksanaan Manajemen
pelaksanaan manajemen risiko; Risiko, Komite Manajemen Risiko dan
Satuan Kerja

50
Manajemen Risiko:
Dokumen Pendukung
:
Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko dan
Memo Dinas Komite Pemantau Risiko (lampiran
4 B)
b) Komite Pemantau Risiko memantau Dokumen Pendukung :
dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko dan
komite manajemen risiko dan Memo Dinas Komite Pemantau Risiko (lampiran
Satuan Kerja Manajemen Risiko 4 B)
(SKMR).
3) Komite Remunerasi dan Nominasi
Untuk memberikan rekomendasi kepada Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab
Dewan Komisaris: Komite Remunerasi dan Nominasi :
a) Komite Remunerasi telah 1. Mengevaluasi Kebijakan Remunerasi untuk
mengevaluasi kebijakan remunerasi Direksi & Komisaris serta Pejabat Eksekutif
bagi: & Pegawai
1) Direksi dan Dewan Komisaris, 2. Memberikan rekomendasi pengangkatan
dan telah disampaikan Direksi dan Dewan Komisaris:
kepada RUPS; 3. Memberikan rekomendasi pengangkatan
2) Pejabat Eksekutif dan pegawai, anggota Komite Audit
dan telah disampaikan kepada 4. Memberikan rekomendasi penggantian
Direksi. anggota Komite Remunerasi dan Nominasi

Dokumen pendukung :
Notulen Rapat dan Memo Rekomendasi
Komite Remunerasi dan Nominasi (lampiran 4
C)
b) Terkait dengan kebijakan nominasi, Tercantum dalam tata tertib Komite
komite telah menyusun sistem, serta Remunerasi dan Nominasi
prosedur pemilihan dan/atau
penggantian anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada RUPS.
c) Komite nominasi telah memberikan Komite Remunerasi & Nominal telah
rekomendasi calon anggota Direksi memberikan rekomendasi calon Komisaris
dan/atau calon anggota Dewan Utama pada RUPS LB Bank.
Komisaris untuk disampaikan
kepada RUPS. Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No.007/KRNBM/17 tanggal 5
Oktober 2017 perihal Rekomendasi
Pengangkatan Komisaris Utama dan Susunan
Anggota Direksi PT. Bank Mega, Tbk pada
RUPSLB November 2017

51
d) Komite Nominasi telah memberikan Komite Remunerasi & Nominasi telah
rekomendasi calon Pihak memberikan rekomendasi calon Pihak
Independen yang dapat menjadi Independen untuk menjadi anggota Komite
anggota komite kepada Dewan Audit.
Komisaris.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No.MD.005/KRNBM/17
tanggal1 5 Juni 2017 tentang Rekomendasi
Anggota Independen Komite Pemantau Risiko
2017

52
4) Rapat Komite diselenggarakan Penyelenggaraan rapat Komite disesuaikan
sesuai kebutuhan Bank. dengan kebutuhan, frekwensi pelaksanaan
Rapat masing-masing Komite pada periode
pelaporan:
 Komite Remunerasi dan Nominasi ( 5 kali)
 Komite Pemantau Risiko (6 kali)
 Komite Audit (19 kali)
Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komite (Lampiran 4)
5) Keputusan rapat diambil berdasarkan Keputusan rapat Komite diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat atau suara musyawarah mufakat atau suara terbanyak.
terbanyak dalam hal tidak terjadi Dokumen pendukung :
musyawarah untuk mufakat. Notulen Rapat Komite (Lampiran 4 A,B,C)
6) Hasil Rapat Komite merupakan Memo hasil meeting Komite yang merupakan
rekomendasi yang dapat dimanfaatkan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan secara
secara optimal oleh Dewan Komisaris optimal oleh Dewan Komisaris.
Dokumen Pendukung :
Memo Rekomendasi Komite ke Dewan
Komisaris (Lampiran 4 A,B,C)
7) Pemilik melakukan intervensi terhadap Tidak terdapat intervensi pemilik terhadap
pelaksanaan tugas komite, seperti pelaksanaan tugas Komite
misalnya terkait rekomendasi pemberian
remunerasi yang tidak wajar kepada
pihak terkait pemilik, rekomendasi calon
anggota Direksi atau calon anggota
Dewan Komisaris yang tidak sesuai
dengan prosedur pemilihan dan/atau
penggantian yang telah ditetapkan.
c. Governance Outcome
1) Pembuatan risalah rapat termasuk Setiap Rapat Komite telah dibuatkan notulen
pengungkapan perbedaaan pendapat rapat. Notulen diadministrasikan dengan baik
(dissenting opinions) secara jelas dan dan lengkap sesuai dengan frekwensi Rapat.
didokumentasikan dengan baik. Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komite(Lampiran 4 A,B,C)
2) Masing-masing komite telah Masing-masing Komite telah
melaksanakan fungsi sesuai ketentuan melaksanakan fungsinya
seperti misalnya pemberian rekomendasi sesuai ketentuan yang berlaku.
sesuai tugas kepada Dewan Komisaris.
Dokumen pendukung :
Memo Rekomendasi Komite ke Dewan
Komisaris (Lampiran 4)

53
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria/indikator penilaian tersebut diatas, dapat


disimpulkan bahwa :

A. Governance

Structure Faktor
Positif
Struktur tata kelola dan infrastruktur tata kelola telah dipenuhi oleh Bank Mega
seperti :
1) Jumlah, domisili, integritas dan ketentuan rangkap jabatan Dewan Komisaris dan
Direksi telah sesuai dengan ketentuan.
2) Untuk membantu Dewan Komisaris telah dibentuk Komite Audit, Komite
Remunerasi & Nominasi dan Komite Pemantau Risiko, yang telah melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Untuk meningkatkan efektifitas kerja
Komite, telah dilakukan penggantian keanggotaan Komite Pemantau Risiko sesuai
Surat Keputusan Direksi No.SK.083/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017.
3) Bank telah memiliki Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan (Direktur
Compliance & Human Capital) dan Unit Kerja Kepatuhan (Unit Kerja Compliance
& GCG) yang telah memenuhi persyaratan independensi dan dengan ketersediaan
SDM yang memadai.
4) Untuk menunjang proses tata kelola, telah dibentuk unit kerja Audit Internal, Risk
Management, Anti Money Laundering, Banking Fraud, Sekretaris Perusahaan,
dan unit kerja Pengendalian Internal yang independen terhadap unit operasional
dan bisnis serta telah dilengkapi dengan pedoman kerja untuk masing-masing unit
kerja.
5) Bank telah memiliki kebijakan & prosedur aktivitas Bank yang memadai untuk
menunjang penerapan Tata Kelola Bank, seperti : tata tertib untuk Dekom dan
Direksi, kebijakan anti fraud, kebijakan manajemen risiko, kebijakan kepatuhan
serta kebijakan tata kelola Bank, kebijakan APU & PPT, kebijakan perlindungan
konsumen, kebijakan perkreditan dan kebijakan treasury. Kebijakan dan prosedur
internal tersebut telah dilakukan pengkinian / penyempurnaan sejalan dengan
diterbitkannya Peraturan OJK dan BI yang terkait pada pada tahun 2016 dan tahun
2017.
6) Terkait dengan penunjukkan Bank Mega sebagai Entitas Utama dalam
Konglomerasi Keuangan Mega Corpora, struktur Tata Kelola Terintegrasi telah
dilengkapi dengan pembentukan Satuan Kerja Kepatuhan Terintegrasi, Satuan
Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi dan Satuan Kerja Audit Internal
Terintegrasi.
7) Untuk membantu Direksi dalam pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi
telah dibentuk Komite Manajemen Risiko Terintegrasi yang berperan aktif dalam
pengawasan dan monitoring pelaksanaan Risk Manajemen Terintegrasi.
Sedangkan untuk melakukan pengawasan dalam penerapan Tata Kelola
54
Terintegrasi, Dewan Komisaris telah membentuk Komite Tata kelola Terintegrasi.

55
Faktor Negatif
Kelemahan struktur tata kelola :
1) Menunjuk hasil RUPS LB pada tanggal 15 November 2017, terdapat perubahan
susunan Dewan Komisaris, dimana telah diangkat Bpk Chairul Tanjung sebagai
Komisaris Utama. Perubahan tersebut menyebabkan komposisi Komisaris
Independen yang semula 50% menjadi 40%.
Kondisi ini telah memenuhi ketentuan komposisi Komisaris Independen menurut
POJK No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik yaitu minimal sebesar 30%, namun tidak memenuhi ketentuan
POJK No.55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum
yaitu minimal sebesar 50%.
Sampai dengan saat ini Bpk Chairul Tanjung belum efektif karena masih dalam
proses Fit & Proper Test OJK, dan komposisi Komisaris Independen sesuai
ketentuan (50%) akan dipenuhi pada RUPS di bulan Februari 2018.

2) Belum terpenuhinya pejabat eksekutif pada struktur organisasi Bank posisi 31


Desember 2017, sebagai berikut :
a) Kantor Pusat :
7 Pimpinan Unit Kerja masih vacant dari total 66 Unit Kerja, yaitu :
 Direktorat Risk :
− Credit Risk Management
 Direktorat Credit Card & Personal Loans :
− CCPL Indirect Acquisition Channel & Telemarketing
 Direktorat Funding & Sales Distribution :
− CCPL & Alternate Channel sales
− Transmart Branch Sales
− Corporate & Payroll Channel Sales
− Group Aquisition Channel
− Sales Process & Governance

b) Kantor Wilayah : Sudah terpenuhi

c) Kantor Cabang (364) :


− 71 Pimpinan KC/KCP/KK masih vacant
− 28 PJS dan 12 PLT

B. Governance Process

Faktor Positif
1) Direksi Bank telah melakukan upaya upaya untuk melakukan proses tata kelola
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola, antara lain :
a) Pengambilan keputusan strategis diambil melalui Rapat Direksi. Setiap rapat
Direksi telah dilengkapi dengan notulen rapat dan didokumentasikan dengan
baik. Selama semester II tahun 2017 telah dilaksanakan 26 kali rapat Direksi
dan 23 kali rapat Direksi dengan Komisaris.

56
b) Keputusan rapat Direksi telah diimplementasikan dengan membuat Surat
Keputusan dan Surat Edaran Direksi yang mencakup pengaturan di bidang
perkreditan, pendanaan, kartu kredit, pelaksanaan risk manajemen, operasional
serta kebijakan kepegawaian untuk mendukung aktivitas usaha Bank sesuai
dengan strategi yang telah ditetapkan oleh Direksi.
c) Meningkatkan kompetensi dan skill pegawai melalui pelaksanaan training /
sosialisasi / seminar baik internal maupun eksternal. Selama semester II tahun
2017 ini telah dilaksanakan proses pembelajaran antara lain melalui in house
training, off house training dan development program, e-learning, sebanyak
512 training dengan peserta 30.539 orang pegawai.
Sampai dengan Desember 2017, pegawai yang memiliki Sertifikasi
Management Risiko sebanyak 2.756 orang, sudah sesuai dengan target yang
ditetapkan.
Sedangkan total pegawai yang memiliki sertifikasi AAJI saat ini adalah
sebanyak 1.310 orang pegawai.
2) Proses pengawasan telah dilakukan oleh Dewan Komisaris dibantu oleh Komite-
Komite sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing. Dewan
Komisaris melakukan pengawasan baik secara langsung dalam Rapat Dekom
bersama Direksi maupun melalui Memo Dinas yang disampaikan ke Direksi.
3) Sampai dengan Desember 2017, komitmen Bank terkait pemeriksaan oleh OJK
telah ditindak lanjuti sesuai dengan tenggat waktu yang disepakati dan telah
dilaporkan ke OJK. Namun demikian Manajemen Bank dengan Surat kepada
OJK No.360/DIRBM-AMLA/17 tanggal 22 Desember 2017 perihal Permohonan
Perpanjangan Tindak Lanjut Temuan OJK Bulan Desember 2017, mengajukan
perpanjangan waktu pemenuhan tindak lanjut terkait pengkinian data nasabah
funding sampai dengan bulan April dan Juni 2018.
4) Komitmen Bank terkait pemeriksaan oleh Bank Indonesia telah ditindak lanjuti
sesuai dengan tenggat waktu yang disepakati dan telah dilaporkan ke Bank
Indonesia. Namun demikian Manajemen Bank dengan surat kepada Bank
Indonesia:
a. No. 294/DIRBM-ITSO/17 tanggal 27 Oktober 2017 perihal Perubahan
Target Tanggal Penyelesaian Pembuatan Data Center Baru Atas Hasil
Pemeriksaan Implementasi Standar Nasional Teknologi Chip dan PIN
Online 6 (Enam) Digit untuk Kartu ATM/Debet, telah mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyelesaian sampai dengan tanggal 30
April 2018 dan 30 November 2018 sesuai dengan tahapan penyelesaiannya.
b. No.362.DIRBM-CTOP/17 tanggal 28 Desember 2017 perihal Permohonan
Perpanjangan Tindak Lanjut Temuan BI 2017 telah mengajukan
permohonan perpanjangan waktu untuk menyelesaian Kebijakan dan
Prosedur ATM Fraud Manajemen sampai dengan Desember 2019.

Faktor Negatif
Kelemahan dalam proses tata kelola adalah :
57
Pengendalian internal belum berjalan secara optimal seperti masih perlu
peningkatan dalam hal proses dual control dan fungsi supervisi serta risk awareness,

58
untuk mengurangi temuan-temuan audit yang berisiko tinggi dan fraud. Namun
demikian Bank terus berupaya untuk meningkatkan pengendalian internal tersebut
melalui training / sosialisasi dan kebijakan pemberian sanksi (administratif / denda)
untuk pembinaan dan pelaksanaan rotasi serta mutasi SDM di KC/KCP serta
pembahasan yang berkesinambungan guna mendapatkan solusi yang secara signifikan
dapat memperbaiki hal dimaksud.

C. Governance

Outcome

Faktor Positif

Hasil Tata Kelola :


1) Komisaris dan Direksi telah melaksanakan tugas dan mengadakan rapat sesuai
ketentuan dimana hasil rapat diadministrasikan dengan baik.
2) Bank telah melaksanakan transparansi laporan keuangan dan non keuangan dan
laporan tata kelola serta informasi produk sesuai dengan ketentuan.
3) Bank telah melakukan transparansi pengaduan nasabah dan dilakukan evaluasi
terhadap tindak lanjut pengaduan nasabah.
4) Tidak terjadi pelanggaran atas prinsip kehati-hatian selama periode semester II -
2017 seperti BMPK, CAR, Modal Inti, NPL, GWM dan PDN.
5) Kinerja keuangan Bank sampai dengan akhir tahun 2017 menunjukan kondisi
yang positif dibandingkan periode sebelumnya dan RBB tahun 2017.

Faktor Negatif

1) Pada tahun 2017, frekuensi dan nominal sanksi denda semester II meningkat
dibandingkan dengan semester I (semester I 2017 : frekwensi 6 kali dengan
nominal Rp. 38.643.988,- dan semester II 2017 : frekwensi 13 kali dengan
nominal Rp.188.162.000,-). Namun demikian total nominal dan frekwensi sanksi
denda tahun 2017 menurun cukup signifikan dibandingkan tahun 2016 (tahun
2016 : frekwensi 30 kali dengan nominal Rp.474.914.835,- dan tahun 2017 :
frekwensi 19 kali dengan nominal Rp.226.805.988,-).

Sanksi denda pada semester II 2017 sebagian besar disebabkan karena cleansing
data Sistem Informasi Debitur (SID), dimana terdapat data debitur yang belum
dilaporkan sesesuai dengan ketentuan.

2) Masih terjadi fraud pada semester II tahun 2017, namun demikian frekwensinya
menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan semester I tahun 2017 (fraud
dengan nominal diatas Rp 100 juta semester I tahun 2017 sebanyak 5 kasus,
sedangkan semester II tahun 2017 sebanyak 1 kasus).

3) Permasalahan hukum pada semester II - 2017 sebanyak 545 kasus (seluruhnya


kasus perdata) dimana sebanyak 523 kasus dalam proses penyelesaian oleh Bank.
59
Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan semester I - 2017 (total sebanyak 423
kasus yang seluruhnya kasus perdata).

60
Lampiran 1.
DOKUMEN PENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB DEWAN KOMISARIS

Memo Dinas Dewan Komisaris

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
Evaluasi Kinerja Komite Audit
1. MD.No.001/KOMISARI 6 Januari 2017 Semester II Tahun 2016
S/17
Evaluasi Kinerja Komite
2. MD.No.002/KOMISARI 6 Januari 2017 Pemantau Risiko Semester
S/17 II/2016
Evaluasi Kinerja Komite Remunerasi
3. MD.No.003/KOMISARI 6 Januari 2016 dan Nominasi Semester II/2016
S/17
Evaluasi Pelaksanaan Manajemen
4. MD.No.004/KOMISARI 6 Januari 2017 Risiko Semester II/2016
S/17
Evaluasi Hasil Pelaksanaan
5. MD.No.005/KOMISARI 11 Januari 2017 Audit Internal serta Tindak
S/17 Lanjut Direksi atas
Temuan Audit Internal dan Eksternal
Semester II/2016
Evaluasi Pelaksanaan Fungsi
6. MD.No.006/KOMISARI 12 Januari 2017 Kepatuhan Periode Semester II
S/17 Tahun 2016
Surat OJK perihal Rencana Bisnis
7. MD.No.007/KOMISARI 15 Maret 2017 Bank Tahun 2017-2019
S/17
8. MD.No.008/KOMISARI 15 Maret 2017 Evaluasi Risk Profil Triwulan
S/17 IV/2016
Usulan Penunjukan Kantor Akuntan
9. MD.No.009/KOMISARIS 27 Maret 2017 Publik (KAP) Periode Tahun Buku
/17 2017
Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi
10. MD.No.010/KOMISARI 4 April 2017 Group Usaha Mega Corpora
S/17
Perpanjangan Sementara Masa Kerja
11. MD.No.011/KOMISARI 4 April 2017 Anggota Komite Audit, Komite
S/17 Pemantau Risiko serta Komite
Remunerasi dan Nominasi
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
12. MD.No.012/KOMISARI 5 Mei 2017 Audit Internal Periode Januari s/d
S/17 Maret 2017
13. MD.No.013/KOMISARI 7 Juni 2017 Evaluasi Risk Profile Triwulan I/2017
S/17
Pengangkatan Anggota Komite
14. MD.No. 21 Juni 2017 Audit, Komite Pemantau Risiko
014/KOMISARIS/17 serta Komite
Remunerasi dan Nominasi

61
SEMESTER II 2017
Evaluasi Kinerja Komite Audit
15. MD.No. 19 Juli 2017 Semeter I/2017
015/KOMISARIS/17
Evaluasi Kinerja Komite
16. MD.No. 19 Juli 2017 Pemantau Resiko Semeter
016/KOMISARIS/17 I/2017
Evaluasi Kinerja Komite Remunerasi
17. MD.No. 19 Juli 2017 dan Nominasi Semester I/2017
017/KOMISARIS/17
Evaluasi Hasil Pelaksanaan
18. MD.No. 26 Juli 2017 Audit Internal serta Tindak
018/KOMISARIS/17 Lanjut Direksi atas
Temuan Audit Internal dan Eksternal
Semester I/2017
Evaluasi Pelaksanaan Manajemen
19. MD.No. 9 Agustus 2017 Risiko Semeter I/2017
019/KOMISARIS/17

62
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
20. MD.No. 14 Agustus 2017 Audit Internal Periode April s/d Juni
020/KOMISARIS/17 2017
Evaluasi Pelaksanaan Fungsi
21. MD.No. 14 Agustus 2017 Kepatuhan Periode Semester I Tahun
021/KOMISARIS/17 2017
Penunjukan Kantor Akuntan
22. MD.No. 21 Agustus 2017 Publik (KAP) Periode
022/KOMISARIS/17 Tahun Buku 2017
Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi
23. MD.No. 28 Agustus 2017 Group Usaha Mega Corpora
023/KOMISARIS/17
24. MD.No. 6 September 2017 Evaluasi Risk Profile Triwulan
024/KOMISARIS/17 II/2017
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
25. MD.No. 31 Oktober 2017 Audit Internal Periode Juli s/d
027/KOMISARIS/17 Septemebr
2017
Evaluasi Pelaksanaan Fungsi
26. MD.No. 22 November Kepatuhan Periode Triwulan III
029/KOMISARIS/17 2017 Tahun 2017
27. MD.No. 5 Desember 2017 Evaluasi Risk Profile Triwulan
031/KOMISARIS/7 III/2017

Notulen Rapat Dewan Komisaris

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
1. No.NT. 001/ DEKOM/17 13 Januari 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris
2. No.NT. 002/ DEKOM/17 14 Maret 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris
3. No.NT. 003/ DEKOM/17 31 Maret 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris
4. No.NT. 004/DEKOM/17 15 Juni 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris
SEMESTER II 2017
5. No.NT. 005/DEKOM/17 14 Agustus 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris
6. No.NT. 006/DEKOM/17 5 Oktober 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris

Notulen Rapat Dewan Komisaris dan Dewan Direksi

No No Dokumen Tanggal Perihal


SEMESTER I 2017
1. No. NT.001/DEKOM/17 9 Januari 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
2. No. NT. 002/DEKOM/17 23 Januari 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
3. No. NT. 003/DEKOM/17 30 Januari 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
4. No. NT. 004/DEKOM/17 6 Februari 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
5. No.NT. 005/DEKOM/17 13 Februari 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
63
Direksi
6. No.NT. 006/DEKOM/17 6 Maret 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
7. No.NT. 007/DEKOM/17 13 Maret 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
8. No.NT. 008/DEKOM/17 20 Maret 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
9. No.NT. 009/DEKOM/17 27 Maret 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
10. No.NT.010/DEKOM/17 3 April 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
11. No.NT.011/DEKOM/17 10 April 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
12. No.NT.012/DEKOM/17 17 April 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
13. No.NT.013/DEKOM/17 2 Mei 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
14. No.NT.014/DEKOM/17 8 Mei 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
15. No.NT.015/DEKOM/17 15 Mei 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
16. No.NT.016/DEKOM/17 22 Mei 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
17. No.NT.017/DEKOM/17 29 Mei 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
18. No.NT.018/DEKOM/17 5 Juni 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
19. No.NT.019/DEKOM/17 12 Juni 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
20. No.NT.020/DEKOM/17 19 Juni 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
SEMESTER II 2017
21. No.NT.021/DEKOM/17 17 Juli 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
22. No.NT.022/DEKOM/17 24 Juli 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
23. No.NT.023/DEKOM/17 31 Juli 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
Direksi
24. No.NT.024/DEKOM- 7 Agustus 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
25. No.NT.025/DEKOM- 14 Agustus 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
26. No.NT.026/DEKOM- 21 Agustus 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
27. No.NT.027/DEKOM- 28 Agustus 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
28. No.NT.028/DEKOM- 5 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
29. No.NT.030/DEKOM- 18 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
30. No.NT.031/DEKOM- 25 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
31. No.NT.032/DEKOM- 2 Oktober 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
32. No.NT.033/DEKOM- 9 Oktober 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
33. No.NT.034/DEKOM- 10 Oktober 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
34. No.NT.035/DEKOM- 16 Oktober 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
64
35. No.NT.036/DEKOM- 30 Oktober 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
36. No.NT.037/DEKOM- 6 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
37. No.NT.038/DEKOM- 9 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
38. No.NT.039/DEKOM- 13 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
39. No.NT.040/DEKOM- 20 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
40. No.NT.041/DEKOM- 27 September 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
41. No.NT.042/DEKOM- 4 Desember 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
42. No.NT.043/DEKOM- 11 Desember 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi
43. No.NT.044/DEKOM- 22 Desember 2017 Notulen Rapat Dewan Komisaris dan
DIRBM/17 Direksi

65
Lampiran 2.
DOKUMEN PENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
1. No.NT.001/DIRBM/17 9 Januari 2017 Notulen Rapat Direksi
2. No.NT.002/DIRBM/17 16 Januari 2017 Notulen Rapat Direksi
3. No.NT.003/DIRBM/17 23 Januari 2017 Notulen Rapat Direksi
4. No.NT.004/DIRBM/17 30 Januari 2017 Notulen Rapat Direksi
5. No.NT.005/DIRBM/17 6 Februari 2017 Notulen Rapat Direksi
6. No.NT.006/DIRBM/17 13 Februari 2017 Notulen Rapat Direksi
7. No.NT.007/DIRBM/17 20 Februari 2017 Notulen Rapat Direksi
8. No.NT.008/DIRBM/17 27 Februari 2017 Notulen Rapat Direksi
9. No.NT.009/DIRBM/17 6 Maret 2017 Notulen Rapat Direksi
10. No.NT.010/DIRBM/17 13 Maret 2017 Notulen Rapat Direksi
11. No.NT.011/DIRBM/17 20 Maret 2017 Notulen Rapat Direksi
12. No.NT.012/DIRBM/17 27 Maret 2017 Notulen Rapat Direksi
13. No.NT.013/DIRBM/17 3 Maret 2017 Notulen Rapat Direksi
14. No.NT.014/DIRBM/17 10 April 2017 Notulen Rapat Direksi
15. No.NT.015/DIRBM/17 17 April 2017 Notulen Rapat Direksi
16. No.NT.016/DIRBM/17 21 April 2017 Notulen Rapat Direksi
17. No.NT.017/DIRBM/17 8 Mei 2017 Notulen Rapat Direksi
18. No.NT.018/DIRBM/17 15 Mei 2017 Notulen Rapat Direksi
19. No.NT.019/DIRBM/17 22 Mei 2017 Notulen Rapat Direksi
20. No.NT.020/DIRBM/17 29 Mei 2017 Notulen Rapat Direksi
21. No.NT.021/DIRBM/17 5 Juni 2017 Notulen Rapat Direksi
22. No.NT.022/DIRBM/17 12 Juni 2017 Notulen Rapat Direksi
23. No.NT.023/DIRBM/17 19 Juni 2017 Notulen Rapat Direksi
SEMESTER II 2017
24. No.NT.024/DIRBM/17 3 Juli 2017 Notulen Rapat Direksi
25. No.NT.025/DIRBM/17 10 Juli 2017 Notulen Rapat Direksi
26. No.NT.026/DIRBM/17 17 Juli 2017 Notulen Rapat Direksi
27. No.NT.027/DIRBM/17 24 Juli 2017 Notulen Rapat Direksi
28. No.NT.028/DIRBM/17 31 Juli 2017 Notulen Rapat Direksi
29. No.NT.029/DIRBM/17 7 Agustus 2017 Notulen Rapat Direksi
30. No.NT.030/DIRBM/17 14 Agustus 2017 Notulen Rapat Direksi
31. No.NT.031/DIRBM/17 21 Agustus 2017 Notulen Rapat Direksi
32. No.NT.032/DIRBM/17 28 Agustus 2017 Notulen Rapat Direksi
33. No.NT.033/DIRBM/17 4 September 2017 Notulen Rapat Direksi
34. No.NT.034/DIRBM/17 11 September Notulen Rapat Direksi
2017
35. No.NT.035/DIRBM/17 18 September Notulen Rapat Direksi
2017
36. No.NT.036/DIRBM/17 25 September Notulen Rapat Direksi
2017
37. No.NT.037/DIRBM/17 2 Oktober 2017 Notulen Rapat Direksi
38. No.NT.038/DIRBM/17 9 Oktober 2017 Notulen Rapat Direksi
39. No.NT.039/DIRBM/17 16 Oktober 2017 Notulen Rapat Direksi
40. No.NT.040/DIRBM/17 23 Oktober 2017 Notulen Rapat Direksi
41. No.NT.041/DIRBM/17 30 Oktober 2017 Notulen Rapat Direksi
42. No.NT.042/DIRBM/17 6 November 2017 Notulen Rapat Direksi
43. No.NT.043/DIRBM/17 13 November Notulen Rapat Direksi
66
2017
44. No.NT.044/DIRBM/17 20 November Notulen Rapat Direksi
2017
45. No.NT.045/DIRBM/17 27 November Notulen Rapat Direksi
2017
46. No.NT.046/DIRBM/17 4 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi

67
47. No.NT.047/DIRBM/17 11 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi
48. No.NT.048/DIRBM/17 18 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi
49. No.NT.049/DIRBM/17 27 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi

68
Lampiran 3
Data Training Dewan Komisaris dan Direksi

No SEMESTER II
TAHUN 2017
Judul Diikuti Oleh
Training
Refreshment SMR : Workshop Penilaian
1 Kemampuan dan Kepatutan (PKK) Achjadi
Ranuwisadstra
Refreshment SMR : Bedah Laporan Profil Risiko Sebagai
2 Alat Penilaian Manajemen Risiko Lambock V.
Nahattands
3 Refreshment SMR : Introduction to Dervatives & Financial Darmadi Sutanto
Markets
4 Sharing Knowledge Penerapan APU & PPT Achjadi Ranuwisastra
5 Seminar IBEX 2017 : Peluang dan Tantangan Digitalisasi Yungky Setiawan
Sistem Perbankan Nasional dari Perspektif Pelaku dan
Regulator
6 IDC Financial Services Forum Yungky Setiawan
7 Pelatihan Program Khusus (Fast Track) & Uji Kompetensi Martin Mulwanto
Program Khusus Sertifikasi Treasury Dealer
8 Workshop Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (PKK) Yuni Lastianto
9 SAP Hybris LIVE : Digital Summit YB. Hariantono
Refreshment SMR : Memahami Analisa Kredit Komersial
10 Secara Komprehensif & Bagaimana Memitigasi Lay Diza Larantie
Risikonya
DBS Asian Insight : Financial Institutions Collaboration and
11 Partnership in The Asian Market Martin Mulwanto
12 Asia Pacifik Risk Executive Council (REC) & AP Secutity Wiweko Probojakti
Summit
13 Refreshment SMR : Introduction to Derivatives & Wiweko Probojakti
Financial Markets
Refreshment SMR : Introduction to Derivatives &
14 Financial Markets Darmadi Sutanto
15 Visa asia Pacific Senior Client Council Kostaman Thayib
16 5th Executive Annual Gathering ASPI – Merangkul Ekonomi Kostaman Thayib
Digital yang Baru : Bertahan dan Berkembang
17 Digital Collaboration & Transformation Conference 2017 Lay Diza Larantie
18 The 3rd AdAsia Congress : Globalization Madi Darmadi
Advancing New Possibilities Lazuardi
19 Sunline Global Financial Summit 2017 YB. Hariantono
Seminar Pengembangan Manajemen Risiko Dalam Rangka
20 Menghadapi Era Digitalisasi YB. Hariantono
The 2nd Asia Pacific HR Forum : HR Innovations to Increase
21 Corporate Performance Yuni Lastianto
Seminar Penilaian Mutual Evaluation Review terhadap
22 Indonesia Yuni Lastianto
oleh APG dan Penilaian Risiko Tindak Pidana Pencucian
Uang & Tindak Pidana Pendanaan Terorisme di Indonesia

69
Workshop Kepatuhan Tahun 2017 dan Uji Sertifikasi
23 Kepatuhan & AML Level 3 Yuni Lastianto
Seminar FKDKP : Arah Kebijakan APU & PPT serta
24 Perlindungan Konsumen di Sektor Perbankan Yuni Lastianto
25 Refreshment SMR : Indonesia Risk Management Outlook Indivara Erni
2018

70
Lampiran 4.
DOKUMEN PENDUKUNG KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
A. Komite Audit

Memo Dinas Komite Audit

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
Data Pendukung Komite Audit untuk
1. MD 6 Januari 2017 Pelaporan GCG Tahun 2016
No.001/KABM/17
Evaluasi Terhadap Hasil Pelaksanaan
2. MD.No.002/KABM/1 11 Januari 2017 Tugas IADT PT. Bank Mega Tbk.
7 Periode Semester II Tahun 2016
3. Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran
MD.No.003/KABM/1 3 Februari 2017 IADT PT. Bank Mega, Tbk
7
Telaahan Temuan Audit Kantor
4. MD.No 24 Februari 2017 Cabang dan Cabang Pembantu periode
004/KABM/17 bulan
Januari 2017
Usulan Penunjukan KAP periode
5. MD.No 24 Maret 2017 Tahun Buku 2017
005/KABM/17
Telaahan Temuan Audit Kantor Pusat
6. MD.No.006/KABM/1 26 April 2017 dan Kantor Cabang Periode Bulan
7 Januari -
Maret 2017
Evaluasi Kesesuaian Laporan
7. MD.No.007/KABM/1 3 Mei 2017 Keuangan PT. Bank Mega, Tbk
7 dengan Standar Akuntansi untuk
Posisi 31 Desember 2016
dan 31 Maret 2017
SEMESTER II 2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit
8. MD.No.008/KABM/1 21 Juli 2017 Internal dan Tindak Lanjut Direksi
Atas Temuan Audit Internal dan
7 Eksternal Semester I Tahun 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
9. MD.No.009/KABM/1 9 Agustus 2017 dan Kantor Cabang Periode Bulan
7 April - Juni
2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
10. MD.No.010/KABM/1 25 Oktober 2017 dan
Kantor Cabang Periode Bulan Juli -
7 September 2017

Notulen Rapat Komite Audit

71
No No Dokumen Tanggal Periha
l
SEMESTER I 2017
Evaluasi Pelaksanaan Tindak Lanjut
1. No.NT.001/KABM/1 11 Januari 2017 Direksi Atas Temuan Audit Internal
dan eksternal Semester II Tahun 2016
7
Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran
2. No.NT.002/KABM/1 3 Februari 2017 IADT PT. Bank Mega, Tbk Tahun
7 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor
3. No.NT.003/KABM/1 24 Februari 2017 Cabang dan Cabang Pembantu periode
7 bulan
Januari 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor
4. No.NT.004/KABM/1 29 Maret 2017 Pusat
Bidang Treasury, Audit
7 Information Technology dan
audit Kantor Cabang

5. No.NT.005/KABM/1 26 April 2017


7

6. No.NT.006/KABM/1 3 Mei 2017


7

7. No.NT.007/KABM/1 31 Mei 2017


7

8. No.NT.008/KABM/1 16 Juni 2017


7

9. No.NT.009/KABM/1 21 Juni 2017


7

SEMESTER II 2017

10. No.NT.010/KABM/1 21 Juli 2017


7
72
11. No.NT.011/KABM/1 9 Agustus 2017
7
12. No.NT.012/KABM/1 6 September 2017
7

13. No.NT.013/KABM/1 15 September


7 2017

29 September
14. No.NT.014/KABM/1 2017
7
15. No.NT.015/KABM/1 25 Oktober 2017
7
16. No.NT.016/KABM/1 6 Desember 2017
7
17. No.NT.017/KABM/1 22 Desember
7 2017
No. NT.
18. 001/KABM- 22 Februari 2017
EXT/17
No. NT. 22 September
19. 002/KABM- 2017
EXT/17

73
periode bulan Februari 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
5. No.NT.005/KABM/1 26 April 2017 Bidang Property & Facility
7 Management, Audit Information
Technology dan Audit
Kantor Cabang periode bulan Maret
2017
Evaluasi Kesesuaian Laporan
6. No.NT.006/KABM/1 3 Mei 2017 Keuangan PT. Bank Mega, Tbk.
7 dengan Standar Akuntansi untuk
Posisi 31 Desember 2016
dan 31 Maret 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
7. No.NT.007/KABM/1 31 Mei 2017 Bidang SKNBI, BI SSSS, kredit
7 MOJF, MMPJE dan Audit Kantor
Cabang periode
bulan April 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
8. No.NT.008/KABM/1 16 Juni 2017 Bidang Kredit Korporsi dan kredit
7 MOJF - Mitra Mega Finance Sidoarjo
dan Audit
Kantor Regional periode bulan Mei
2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit
9. No.NT.009/KABM/1 21 Juni 2017 Konsolidasi PT. Bank Mega, Tbk. dan
7 Entitas Anak oleh Kantor Akuntan
Publik
(KAP) 2016
SEMESTER II 2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit
10. No.NT.010/KABM/1 21 Juli 2017 Internal dan Tindak Lanjut Direksi
7 ATas Temuan Audit Internal dan
Eksternal Semeter I
Tahun 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
11. No.NT.011/KABM/1 9 Agustus 2017 Bidang Kredit dan Audit Kantor
Regional Periode bulan Juni 2017
7
Evaluasi Laporan Audit selama bulan
12. No.NT.012/KABM/1 6 September 2017 Juli
7 2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan
13. No.NT.013/KABM/1 15 September Audit Konsolidasi PT.
7 2017 Bank Mega, Tbk. dan
Entitas Anak oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) 2016
29 September Evaluasi Laporan Audit selam bulan
14. No.NT.014/KABM/1 2017 Agustus 2017 a
7
Evaluasi Audit bulan Juli -
15. No.NT.015/KABM/1 25 Oktober 2017 Laporan
7 September 2017
74
Evaluasi Laporan audit bulan Oktober
16. No.NT.016/KABM/1 6 Desember 2017 2017
7
Evaluasi Laporan Audit bulan
17. No.NT.017/KABM/1 22 Desember November
7 2017 2017
No. NT. Evaluasi Hasil Audit External (EY)
18. 001/KABM- 22 Februari 2017 untuk Bank Mega Tahun Buku 2016
EXT/17
Preliminary Meeting dengan Audit
No. NT. 22 September External (EY) untuk Pelaksanaan Audit
19. 002/KABM- 2017 Tahun Buku 2017
EXT/17

75
B. Komite Pemantau Risiko

Memo Dinas Komite Pemantau Risiko

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
Data Pendukung Komite Pemantau
1. MD.No. 6 Januari 2017 Risiko untuk Pelaporan GCG Tahun
001/KPRBM/17 2016
Evaluasi Efektivitas
2. MD.No. 6 Januari 2017 Pelaksanaan Manajemen
002/KPRBM/17 Risiko Semester II/2016
3. MD.No. 3 Maret 2017 Evaluasi Risk Profile Tw IV/2016
003/KPRBM/17
4. MD.No. 7 Juni 2017 Evaluasi Risk Profil Triwulan I/2017
004/KPRBM/16
SEMESTER II 2017
Evaluasi Pelaksanaan Risk
5. MD.No.005/KPRBM/2 2 Agustus 2017 Management Semester I/2017
017
6. MD.No.006/KPRBM/2 30 Agustus 2017 Evaluasi Profil Risiko Triwulan II/2017
017
15 November Evaluasi Profil Risiko Triwulan
7. MD.No.007/KPRBM/1 2017 III/2017
7

Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
1. No.NT.001/KPRBM/17 17 Februari 2017 Evaluasi Risk Profil TW IV/2016
Ringkasan Pemantauan Risiko Kredit
2. No.NT.002/KPRBM/17 1 Maret 2017 Tahun 2016
3. No.NT.003/KPRBM/17 24 Mei 2017 Evaluasi Risk Profile TW I/2017
SEMESTER II 2017
Evaluasi Pelaksanaan Risk
4. No.NT.004/KPRBM/17 21 Juli 2017 Managemnet Semester I/2017
5. No.NT.005/KPRBM/17 16 Agustus 2017 Evaluasi Profil Risiko Risiko TW
II/2017
6. No.NT.006/KPRBM/17 8 November 2017 Evaluasi Profil Risiko TW III/2017

76
C. Komite Remunerasi dan Nominasi

Memo Dinas Komite Remunerasi dan Nominasi

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
1. No.MD.001/KRNBM/1 6 Januari 2017 Data Pendukung Komite Remunerasi
7 dan Nominasi untuk Pelaporan GCG
Tahun
2016
2. No.MD.002/KRNBM/1 1 Maret 2017 Rekomendasi Pengangkatan
7 Dewan Komisaris
Dalam RUPS Tahun 2017
3. No.MD.003/KRNBM/1 14 Maret 2017 Rekomendasi Honorarium dan
7 Tunjangan Lainnya Anggota Dewan
Komisaris dan Narasumber Pt. Bank
Mega, Tbk Tahun
2017 (Confidential)
4. No.MD.004/KRMBM/1 14 Maret 2017 Rekomendasi Gaji Dan Tunjangan
7 Lainnya Anggota Direksi PT. Bank
Mega, Tbk. Tahun 2017
5. No.MD.005/KRNBM/1 15 Juni 2017 Rekomendasi Anggota
7 Independen Komite
Pemantau Risiko
SEMESTER II 2017
6. No.MD.006/KRNBM/1 7 Agustus 2017 Laporan Hasil Evaluasi
7 Kebijakan Remunerasi
Semeter 1 Tahun 2017
7. No.MD.007/KRNBM/1 5 Oktober 2017 Rekomendasi Pengangkatan
7 Komisaris Utama dan Susunan
Anggota Direksi PT. Bank Mega
Tbk. Pada RUPSLB November
2017

Notulen Rapat Komite Remunerasi & Nominasi

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
1. No.NT.001/KRNBM/1 1 Maret 2017 Pengangkatan Kembali Dewan
7 Komisaris dalam RUPS PT. Bank
Mega, Tbk. Tahun 2017
2. No.NT.002/KRNBM/1 14 Maret 2017 Usulan Remunerasi anggota Dewan
7 Komisaris dan Direksi
3. No.NT.003/KRNBM/1 15 Juni 2017 Usulan Anggota Independen
7 Komite Pemantau Risiko
SEMESTER II 2017
4. No.NT.004/KRNBM/1 7 Agustus 2017 Evaluasi Kebijakan Remunerasi
7 Semester I 2017
5. No.NT.005/KRNBM/1 5 Oktober 2017 Pengangkatan Komisaris Utama dalam
7 RUSPLB November 2017
77
Lampiran 5.
DAFTAR SURAT EDARAN DIREKSI DAN SURAT KEPUTUSAN DIREKSI
TERKAIT KEBIJAKAN PENDUKUNG PELAKSANAAN MANAJEMEN
RISIKO

No No Dokumen Tanggal Perihal


1. No.SE.193/DIRBM/16 6 Oktober 2016 Kebijakan Manajemen Risiko Stratejik
2. No.SK.082/DIRBM/16 23 Februari 2016 Kebijakan Manajemen Risiko Hukum
3. No.SK.209/DIRBM/16 25 November Kebijakan Manajemen Risiko
2016 Reputasi
4. No.SK.140/DIRBM/16 30 Mei 2016 Kebijakan Manajemen Risiko
Kepatuhan
5. No.SK.100/DIRBM/17 24 Juli 2017 Kebijakan Manajemen Risiko Kredit
6. No.SK.138/DIRBM/16 27 Mei 2016 Kebijakan Manajemen Risiko Pasar
7. No.SK.153/DIRBM16 29 Juni 2016 Kebijakan Manajemen Risiko
Operasional
8. No.SK.084/DIRBM/16 24 Februari 2016 Kebijakan Manajemen Risiko
Likuiditas
Kebijakan Manajemen
9. No.SK.150/DIRBM/15 18 Desember Risiko Terintegrasi
2015
Kebijakan Manajemen
10. No.SK.034/DIRBM/16 29 Januari 2016 Permodalan Terintegrasi
Penunjukan Sekretariat dan Satuan
11. No.SK.100/DIRBN/16 30 Maret 2016 Kerja Komite Manajemen Risiko
Terintegrasi
Kebijakan Rekonsiliasi Transaksi Intra
12. No.SK.058/DIRBM/17 9 Mei 2017 Grup Mega Corpora
13. No.SK.107/DIRBM/17 31 Agustus 2017 Kebijakan Risk Limit Bank Mega
Limit Pembiayaan Berdasarkan Sektor
14. No.SK.124/DIRBM/17 25 Oktober 2017 Ekonomi dan Mekanisme Pemantauan
Sektor Ekonomi
Pedoman Kerja ATMR Kredit -
15. No.SE.127/DIRBM/17 18 Juli 2017 Standardized Approach
Pedoman Kerja Perhitungan Interest
16. No.SE.143/DIRBM- 20 Juni 2016 Rate Risk In Banking Book (IRRBB)
CPPD/16
Pedoman Perhitungan Risiko Kredit
17. No.SE.216/DIRBM- 27 November Pada Transaksi Derivatif
CPPD/17 2017 Dalam Rangka
Perhitungan BMPK
18. No.SK.105/DIRBM/16 7 April 2016 Komite Manajemen Risiko
Pedoman Perhitungan ATMR
19. No.SE.117/DIRBM- 3 Septemebr 2013 Risiko Operasional
RIMG/13 berdasarkan Pendekatan
Indikator Dasar (PID)
20. No.SK.111/DIRBM/16 15 April 2016 Pedoman Kerja Stress Test
Pedoman Kerja Aktiva Tertimbang
21. No.SE.106/DIRBM- 1 Agustus 2013 Menurut Risiko Pasar
RIMG/13

78
Kebijakan Kewajiban Penyediaan
22. No.SK.131/DIRBM/16 11 Mei 2016 Modal
Minimum (KPMM) sesuai Profil
Risiko
23. No.SE.069/DIRBM- 26 april 2017 Pedoman Penyusunan Profil Risiko
CPPD/17
24. No.SE.093/DIRBM- 20 April 2016 Penetapan Cut Off Application Scores
CPPD/16 dan Credit Limit Assignment
25. No.SE.050/DIRBM- 1 Maret 2016 Penetapan Cut Off Behavior Scores
CPPD/16 Dalam Kartu Kredit
26. No.SK.024/DIRBM/17 6 Maret 2017 Kebijakan Penggunaan Scoring
Processing Kart Kredit
27. No.SK.018/DIRBM/17 27 Februari 2017 Kebijakan Risk Tolerance,
Wewenang
Deviasi Pda proses Pemberian
Kartu

79
Kredit
28. No.SK.133/DIRBM/16 13 Mei 2016 Komite Kredit Bank Mega
29. No.SK.152/DIRBM/16 29 Juni 2016 Batas Wewenang Memutus Kredit
Direktorat Credit Card & Personal
Loan
30. No.SK.091/DIRBM- 7 Mei 2012 Kewenangan Penandatangan Kredit
RIMG/12
31. No.SK.367/DIRBM- 30 Oktober 2013 Risk Statement, Risk Appetite, Risk
RIMG/13 Tolerance dan Risk Culture PT. Bank
Mega, Tbk
32. No.SK.132/DIRBM/17 29 November Buku Pedoman Penurunan Nilai
2017 Kredit
33. No.SK.128/DIRBM17 13 November Kewenangan Pejabat di Bidang
2017 Perkreditan
34. No.SK.115/DIRBM/17 25 September Pembentukan Tim Validasi Model
2017 dalam
Satuan Kerja Manajemen Risiko
35. No.SE.182/DIRBM- 29 September Mekanisme Tools Trigger & Action
CPPD/17 2017 untuk
Risk Limit Kredit
36. No.SK.110/DIRBM/17 19 September Batas Wewenang Memutus
2017 Kredit Regional Head untuk
Segmen Kart
Kredit

80
Lampiran 6.
DAFTAR SURAT EDARAN DIREKSI DAN SURAT KEPUTUSAN DIREKSI
TERKAIT KEBIJAKAN PERKREDITAN YANG DITERBITKAN PADA
TAHUN 2017

No No Dokumen Tanggal Periha


l
SEMESTER I 2017
Pembuatan Memorandum
1. No.SE. 001/DIRBM- 3 Januari 2017 Keputusan Kredit
CPPD/17 (MKK)
2. No.SE. 003/DIRBM- 4 Januari 2017 Mega Groserindo Card
CPPD/17
3. No.SE. 004/DIRBM- 5 Januari 2017 Kebijakan Agensi Penagihan Eksternal
CPPD/17
Ketentuan Insentif Regular Credit
4. No.SE. 010/DIRBM- 10 Januari 2017 Collection & Remedial Direktorat
SMCR/17 Risk Bank Mega
Ketentuan Insentif Regular
5. No.SE. 011/DIRBM- 10 Januari 2017 Asset Recovery
SMAR/17 Direktorat Risk Bank Mega
6. No.SE. 012/DIRBM- 20 Januari 2017 Penggunaan System E-Dokumen
CPPD/17
Kartu Kredit Supplement dan Add
7. No.SE. 014/DIRBM- 23 Januari 2017 On Basic
CPPD/17
Komite Produk dan Proses Penerbitan
8. No.SK. 003/DIRBM/17 26 Januari 2017 Produk atau Aktivitas Baru
Kebijakan Pemberian Fasilitas Kredit
9. No.SK. 006/DIRBM/17 30 Januari 2017 Back to Back (BTB)
10. No.SK. 015/DIRBM- 24 Januari 2017 Ketentuan Mega Factoring Financing
CPPD/17
Ketentuan Kartu Kredit Karyawan
11. No.SE. 026/DIRBM- 2 Februari 2017 Bank Mega
CPPD/17
Instruksi Kerja Pembukaan Aplikasi
12. No.SE. 029/DIRBM- 8 Februari 2017 Loan dan Link Account Pada Host
CPPD/17
Kebijakan Kart Kredit
13. No.SE. 031/DIRBM- 14 Februari 2017 Operasion u
CPPD/17 al Karyawan CT
Corpora
Kewewnangan Pejabat di Bidang
14. No.SK. 016/DIRBM/17 24 Februari 2017 Perkreditan
Kebijakan Risk Tolerance dan
15. No.SK. 018/DIRBM/17 27 Februari 2017 Wewenang
Deviasi Pada Proses Pemberian Kartu
Kredit Bank Mega
Kebijakan / Top Up
16. No.SK. 022/DIRBM/17 28 Februari 2017 Penambaha
n Fasilitas Kredit
UKM
Kebijakan Penggunaan
17. No.SK. 024/DIRBM17 6 Maret 2017 Scoring Processing
81
Kartu Kredit
18. No.SK. 025/DIRBM/17 7 Maret 2017 Kebijakan Sistem Informasi Debitur
(SID)
Ketentuan Pengambilan Dana Tunai
19. No.SE. 042/DIRBM- 7 Maret 2017 Atas Penagihan dan Penyetoran
CPPD/17 Angsuran/
Tunggakan Debitur
Pencabutan Ketentuan Denda
20. No.SK. 027/DIRBM/17 20 Maret 2017 Keterlambatan Pembayaran Angsuran
Kredit Usaha Kecil (KUK)
Standar Prosedur Operasi Pemberian
21. No.SE. 043/DIRBM- 23 Maret 2017 Fasilitas Kredit Back to Back
CPPD/17
Proses Permohonan Pengurangan/
Penghapusan Denda Keterlambatan
22. No.SE. 046/DIRBM- 27 Maret 2017 Pembayaran Kewajiban (Angsuran)
CPPD/17 Segmen UKM (KUK dan KUM) dan
Konsumer
23. No.SK. 041/DIRBM/17 30 Maret 2017 Segmentasi Kredit Bank Mega

82
Ketentuan Penagihan Kartu
24. No.SE. 049/DIRBM- 30 Maret 2017 Kredit Tunggakan
CPPD/17
Pengelolaa account Kredit UK Dan
25. No.SE. 056/DIRBM- 30 Maret 2017 n M
CPPD/17 Konsumer
Ketentuan Pengembalian Dana
26. No.SE. 060/DIRBM- 3 April 2017 (Refund) dan Pengalihan Pembayaran
(Switch Payment) Kartu Kredit Bank
CPPD/17 Mega
27. No.SE. 061/DIRBM- 4 April 2017 Ketentuan Produk Impor
CPPD/17
Ketentuan Pemberian Fasilitas
Transaksi Valuta Asing (Forex Line)
28. No.SE. 062/DIRBM- 4 April 2017 dan Trading Surat Berharga (Bonds
CPPD/17 Trading Line) Kepada Nasabah Non
Perorangan Non
Bank
29. No.SK. 052/DIRBM/17 11 April 2017 Kebijakan BI Checking
30. No.SE. 066/DIRBM- 11 April 2017 Prosedur BI Checking
CPPD/17
Kebijakan Kewajiban Pemenuhan
31. No.SK. 054/DIRBM/17 20 April 2017 Rasio Kecukupan Likuiditas
(Liquidity Coverage
Ratio)
32. No.SK. 057/DIRBM/17 27 April 2017 Kebijakan Risk Limit Bank Mega
33. No.SK. 069/DIRBM- 26 April 2017 Pedoman Penyusunan Profil Risiko
CPPD/17
Pemeliharaan Saldo dan Rekonsiliasi
34. No.SE. 071/DIRBM- 28 April 2017 Setemen Visa/ Mastercard
CPPD/17
Ketentuan Billing Statement,
35. No.SE. 072/DIRBM- 28 April 2017 E-Statement dan Solo Mailing
Kredit Bank Mega
CPPD/17 Kartu
Ketentuan Mega Wholesale Secured
36. No.SE. 074/DIRBM- 2 May 2017 Card dan Mega Groserindo Secured
CPPD/17 Card
37. No.SE. 089/DIRBM- 22 May 2017 Ketentuan Mega Factoring Financing
CPPD/17
Penginputan Suku Bunga Kredit
38. No.SE. 095/DIRBM- 26 May 2017 Umum pada Loan System
CPPD/17
Limit pembiayaan Berdasarkan Sektor
39. No.SK. 067/DIRBM/17 30 May 2017 Ekonomi & Mekanisme
Pemantauan Sektor
Ekonomi
Pedoman Profil Risiko
40. No.SK. 072/DIRBM/17 12 Juni 2017 Penyusuna
n Terintegrasi
Kewenangan Pejabat di Bidang
41. No.SK. 077/DIRBM/17 15 Juni 2017 Perkreditan
Ketentua Pelunasan Dipercepat
42. No.SK. 078/DIRBM/17 15 Juni 2017 Fasilitas Kredit
43. No.SK. 080/DIRBM/17 16 Juni 2017 Kebijakan Stress Test Terintegrasi
83
Ketentuan Administrasi Kartu Kosong,
44. No.SE. 120/DIRBM- 19 Juni 2017 Pencetakan, Pengiriman
dan Penghancuran
CPPD/17 Kartu Kredit
SEMESTER II 2017
45. No.SK. 096/DIRBM/17 10 Juli 2017 Kebijakan Restrukturisasi Kredit
46. No.SK. 097/DIRBM/7 10 Juli 2017 Komite Restrukturisasi Kredit
Pedoman Penyusunan Laporan Aset
47. No.SE. 127/DIRBM- 10 Juli 2017 Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Kredit - Standardized Approach
CPPD/17
48. No.SE. 128/DIRBM- 10 Juli 2017 Ketentuan Pengelolaan Portofolio
CPPD/17 Kredit
Kebijakan Penyelamatan
49. No.SK. 098/DIRBM/17 13 Juni 2017 dan Penyelesaian
Kredit Bermasalah
Buku Pedoman Penilai Agunan PT.
50. No.SK. 099/DIRBM/17 13 Juli 2017 Bank Mega, Tbk

84
Proses dan Prosedur
51. No.SK. 132/DIRBM- 17 Juli 2017 Restrukturisasi Kredit
CPPD/17
52. No.SK. 100/DIRBM/17 24 Juli 2017 Kebijakan Manajemen Risiko Kredit
Ketentuan Penanganan Cardhoder di
53. No.SK. 140/DIRBM- 31 Juli 2017 Cabang melalui Inbound Branch
CPPD/17 Helpdesk
Mekanisme Persetujuan
54. No.SK. 145/DIRBM- 10 Agustus 2017 Kredit Wewenang
CPPD/17 Regional dan Kantor Pusat
Kebijakan Sistem Layanan
55. No.SK.103/DIRBM/17 14 Agustus 2017 Informasi Keuangan
(SLIK)
56. No.SK.155/DIRBM- 30 Agustus 2017 Ketentuan Transaksi Surat Berharga
CPPD/17
57. No.SK. 107/DIRBM/17 31 Agustus 2017 Kebijakan Risk Limit Bank Mega
Transaksi Valauta Asing terhadap
58. No.SE. 157/DIRBM- 4 September 2017 Rupiah
CPPD/17 antara Bank dengan Pihak Domestik
dan/atau Pihak Asing
59. No.SE. 160/DIRBM- 6 September 17 Mega Travel Card
CPPD/17
60. No.SE. 161/DIRBM- 6 September 2017 Ketentuan Layanan Instant Issuance
CPPD/17
Surat Pernyataan Penerapan Prinsip
61. No.SE. 162/DIRBM- 11 September 2017 Tata
Kelola Perusahaan (Good
CPPD/17 Corporate Governance) di
Bidang Perkreditan
62. No.SE. 165/DIRBM- 12 September 2017 Ketentuan Produk Ekspor
CPPD/17
Kebijakan Penggunaan Jasa Akuntan
63. No.SK. 111/DIRBM/17 19 September 2017 Publik dan Kantor Akuntan Publik
Mekanisme Tools Trigger & Action
64. No.SE. 182/DIRBM- 29 September 2017 untuk Risk Limit – Kredit
CPPD/17
65. No.SE. 186/DIRBM- 4 Oktober 2017 Ketentuan Aktivasi Kartu Kredit
CPPD/17
Kebijakan Operasional Mega Credit
66. No.SE.190/DIRBM- 16 Oktober 2017 Card
CPPD/17 Mobile
Sentralisasi Legal Terkait
67. No.SE. 192/DIRBM- 19 Oktober 2017 Proses Pengikatan
CPPD/17 Kredit di Kantor Cabang
Limit Pembiayaan Berdasarkan Sektor
68. No.SK. 124/DIRBM/17 25 Oktober 2017 Ekonomi & Mekanisme
Pemantauan Sektor
Ekonomi
Ketentuan Penggunaan
69. No.SE. 198/DIRBM- 30 Oktober 2017 Sistem E-Document
CPPD/17
Ketentuan Pemberian Fasilitas Kredit
70. No.SE.199/DIRBM- 30 Oktober 2017 dengan Agunan Tunai
CPPD/17
Ketentuan dan Prosedur
71. No.SE. 200/DIRBM- 30 Oktober 2017 Pemberian Fasilitas
CPPD/17 Kredit to Back
85
Ketentuan Data Maintenance
72. No.SE. 206/DIRBM- 8 November 2017 Kartu Kredit
CPPD/17
Pedoman Penyusunan
73. No.SE. 207/DIRBM- 8 November 2017 Laporan
CPPD/17 Penyelenggraan Kegiatan
Alat
Pembayaran menggunakan Kartu
(APMK) dan Uang Elektronik
Kewenangan Pejabat di
74. No.SK. 128/DIRBM/17 13 November 2017 Bidang Perkreditan
Ketentuan Penggunaan Jasa
75. No.SE. 213/DIRBM- 21 November 2017 Notaris/PPAT
CPPD/17
Pedoman Perhitungan Risiko Kredit
76. No.SE. 216/DIRBM- 27 November 2017 pada Transaksi Derivatif
CPPD/17 dalam Rangka
Perhitungan BMPK
Ketentuan Persyaratan dan
77. No.SE. 218/DIRBM- 28 November 2017 Proses Aplikasi Kartu
CPPD/17 Kredit

86
Matriks Kewenangan Pengeluaran
78. No.SK. 130/DIRBM/17 16 November 2017 Biaya
Program, Penghapusan Biaya,
dan Diskomn Credit card
& Personal Loan
79. No.SK. 131/DIRBM/17 29 November 2017 Buku Perkreditan Bank Mega
80. No.SK. 132/DIRBM/17 29 November 2017 Buku Pedoman Penurunan Nilai
Kredit
81. No.SE. 225/DIRBM- 6 Desember 2017 Ketentuan Dokumentasi Arsip Kredit
CPPD/17
Ketentuan Pelunasan Fasilitas Kredit
82. No.SE. 227/DIRBM- 7 Desember 2017 (Non Kartu Kredit)
CPPD/17
Ketentuan Kode Pemblokiran
83. No.SE. 232/DIRBM- 11 Desember 2017 Kartu Kredit
CPPD/17

87
Lampiran 7.
DAFTAR ACTION PLAN/PROGRESS PENGKINIAN KEBIJAKAN DAN
PROSEDUR AKTIVITAS BANK (KO-SOP)

No Kebijakan dan Prosedur Target Date Keterangan


Ketentuan Obligasi Republik Indonesi
1. (ORI) sebagai Agunan Kredit 31 Desember 2017 On Progress
2 Ketentuan Pencairan Kredit 31 Desember 2017 On Progress
Ketentuan Transaksi Letter of Credit
3. (L/C) dan Surat Kredit Berdokumen 31 Desember 2017 On Progress
Dalam Negeri (SKBDN)
Pengangana Permintaan Informasi,
4. Perubahan dan Pengaduan Terkait Kartu 31 Januari 2018 On Progress
Kredit Bank Mega melalui CCPL
Customer
Service (CS) Spoke
Ketentuan Pemberian Kartu Kredit Bank
5. Mega atas Dasar Jaminan Simpanan 31 Januari 2018 On Progress
Deposito dan Hold Tabungan

88
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Lampiran 8
MEMO DINAS PEMBINAAN YANG DITERBITKAN OLEH DIREKTUR KEPATUHAN

No No Dokumen Tanggal Perihal


Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
1. No.MD.025/DIR- 7 Maret hatian dalam Aktivitas Funding di KC dan KCP
berdasarkan Hasil Temuan Audit Bulan Oktober sd
CHC/17 2017 Desember 2016
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
2. No.MD.026/DIR- 7 Maret hatian
dalam Aktivitas Operasional di KC dan KCP
CHC/17 2017 berdasarkan Hasil Temuan Audit Bulan Oktober sd
Desember 2016
Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian dan Penerapan
GCG dalam Aktivitas Perkreditan (segmen Retail
3. No.MD.027/DIR- 7 Maret & Komersial) di Kantor Cabang Berdasarkan Hasil
CHC/17 2017 Temuan
Audit dari Internal Audit (IADT) Bulan Oktober sd
Desember 2016 (11 Kantor Cabang)
Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian dan Penerapan
GCG dalam Aktivitas Perkreditan (segmen UKM-
4. No.MD.028/DIR- 7 Maret KUK) di Kantor Cabang Berdasarkan Hasil
CHC/17 2017 Temuan Audit dari Internal Audit (IADT) Bulan
Oktober sd Desember 2016 (4
Kantor Cabang)
Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian dan Penerapan
GCG dakam Aktivitas Perkreditan (segmen Retail &
5. No.MD.005/DIR- 15 Juni Komersial dan SME) di Kantor Cabang
CHC/17 2017 Berdasarkan Hasil Temuan Audit dari Internal
Audit (IADT) Bulan Januari sd Maret
2017 (10 Kantor Cabang)
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
6. No.MD.056/DIR- 15 Juni hatian dalam Aktivitas Funding di KC dan KCP
berdasarkan Hasil Temuan Audit Bulan Januari sd
CHC/17 2017 Maret 2017
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
7. No.MD.057/DIR- 15 Juni hatian dalam Aktivitas Operasional di KC dan KCP
CHC/17 2017 berdasarkan
Hasil Temuan Audit Bulan Januari sd Maret 2017
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
8. No.MD.084/DIR- 19 Desember hatian dalam Aktivitas Penerapan APU & PPT,
CHC/17 2017 Pelayanan
Pengaduan Nasabah dan Perlindungan
Konsumen, Strategi Anti Fraud serta
SDM dan Pelatihan
19 Desember Pelaksanaan
hatian
Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
9. No.MD.085/DIR- 2017
CHC/17 dalam Aktivitas Funding di KC dan KCP berdasarkan
Hasil Tenmuan Bulan Audit Bulan Juli sd
September 2017
19 Desember Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
10. No.MD.086/DIR- 2017 hatian dalam Aktivitas IT di KC dan KCP
CHC/17 berdasarkan Hasil
Temuan Audit Bulan September 2017
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

19 DEsember Pelaksanaan
hatian dalam
Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
AKtivitas Operasional di KC dan
11. No.MD.087/DIR- 2017
KCP berdasarkan Hasil Temuan Audit Bulan Juli
CHC/17 sd September 2017
Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian dan Penerapan
19 Desember GCG dalam AKtivitas Perkreditan (segmen Retai
12. No.MD.088/DIR- 2017 dan Komersial) di KC dan KCP Berdasarkan Hasil
CHC/17 Temuan Audit dari Internal Audit (IADT) Bulan
Juli sd September
2017

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran.

Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi

tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola

pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan

bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda. Perkembangan

adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang dimiliki

individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek

perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan untuk

berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin

kompleks (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry,

2005; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;


Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada proses

dinamis. Pertumbuhan dan perkembangan walaupun sering digunakan secara

bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang

dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan, dan genetik (Kozier, Erb, Berman,

& Snyder, 2011).

11

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

2.1.1 Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai masa

anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.

Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan

kemampuan pada anak-anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan

merasakan evaluasi teman-temannya. Dapat disimpulkan sebagai sebuah

penghargaan diri menjadi masalah sentral bagi anak usia sekolah (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 2000).

Menurut Buku Data Penduduk yang ditebirkan oleh Kementerian

Kesehatan Indoneisa (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-

12 tahun (Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda

akhir masa kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-

Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Menurut Wong (2009), anak usia

sekolah atau anak yang sudah sekolah akan menjadi pengalaman inti anak.

Periode ini anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiri

dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia

sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengatahuan untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2009). Periode pra-remaja atau pra-pubertas terjadi pada tahap

perkembangan usia sekolah, periode pra-remaja atau pra-pubertas menandakan

berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai

dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

12
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13

Menurut Kriswanto (2006), Amaliyasari & Puspitasari (2008), pola

perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun).

Pada usia 10-12 tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang

mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong

pubertas. Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anak

SD membutuhkan cara-cara penyampaian dan intensitas pengetahuan tentang seks

dan kesehatan reproduksi yang berbeda dengan tahap-tahap usia yang lain

(Kriswanto, 2006; Amaliyasari & Puspitasari, 2008).

2.1.2 Tahap Tumbuh-Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5 inchi

pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,

menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi sudah

sempurna pada usia 7 tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Anak laki-laki

usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg

lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan berat badan anak usia

sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per tahun. Periode ini, perbedaan

individu pada kenaikan berat badan disebabkan oleh faktor genetik dan

lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan

memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm. Setelah usia 12

tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Habitus tubuh (endomorfi, mesomorfi atau ektomorfi) cenderung secara relatif

tetap stabil selama masa anak pertengahan. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan

bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi) merupakan tanda

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-

gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan

sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil adenoid yang

mengesankan membutuhkan penanganan pembedahan (Behrman, Kliegman, &

Arvin, 2000; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;

Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-

menerus. Kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti

menari, melempar bola, atau bermain alat musik. Kemampuan perintah motorik

yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan; derajat

penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat dan

kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik belum matang,

namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif

pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada pubertas (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 2000).

2. Perkembangangan Kognitif

Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk

berpikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal yang

bersifat abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominiasi oleh

persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.

Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap

sensoris-motorik (0-2 tahun); (2) Praoperasional (2-7 tahun); (3) Concrete

operational (7-11 tahun); dan (4) Formal operation (11-15 tahun).

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

14

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

1) Concrete operational (7 – 11 tahun)

Fase ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak

mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan masalah secara

konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.

Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek

atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir

konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan

yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam,

selanjutnya akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal masa

remaja.

2) Formal operation (11 – 15 tahun)

Tahapan ini ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungannya.

Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau

simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat

dugaan dan mengujinya dengan pemikiran yang abstrak, teoritis, dan filosifis.

Pola berpikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang orang lain

juga memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah (Supartini, 2004).

Menurut Piaget, usia 7–11 tahun menandakan fase operasi konkret. Anak

mengalami perubahan selama tahap ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi

kooperatif. Anak usia sekolah juga mengembangkan peningkatan mengenai

konsep yang berkaitan dengan objek-objek tertentu, contohnya konservasi

lingkungan atau pelestarian margasatwa. Pada masa ini anak-anak

mengembangkan pola pikir logis dari pola pikir intuitif, sebagai contoh mereka

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

belajar untuk mengurangi angka ketika mencari jawaban dari suatu soal atau

pertanyaan. Pada usia ini anak juga belajar mengenai hubungan sebab akibat,

contohnya mereka tahu bahwa batu tidak akan mengapung sebab batu lebih berat

daripada air (Piaget, J., 1996; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Kemampuan membaca biasanya berkembang dengan baik di akhir masa

kanak-kanak dan bacaan yang dibaca anak biasanya dipengaruhi oleh keluarga.

Setelah usia 9 tahun, kebanyakan anak termotivasi oleh dirinya sendiri. Mereka

bersaing dengan diri sendiri dan mereka senang membuat rencana kedepan,

mencapai usia 12 tahun, mereka termotivasi oleh dorongan di dalam diri, bukan

karena kompetisi dengan teman sebaya. Mereka senang berbicara, berdiskusi

mengenai berbagai subjek dan berdebat (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Tabel 2.1 – Fase Perkembangan Kognitif Menurut Piaget


Fase dan Tahap Usia Perilaku Signifikan
Fase Sensorimotor Lahir – 2
tahun
Tahap 1
Penggunaan Refleks Lahir – 1 Sebagian besar tindakan bersifat reflex.
bulan
Persepsi mengenai berbagai
Tahap 2
Reaksi Sirkuler 1 – 4 bulan kejadian terpusat pada tubuh.
Objek merupakan ekstensi diri.
Primer
Mengenali lingkungan eksternal.
Tahap 3
Reaksi Sirkuler dan 4 – 8 bulan Membuat perubahan secara aktif di dalam
lingkungan.
Sekunder
Tahap 4 Dapat membedakan tujuan dari cara
Koordinasi Skema 8 – 12 bulan pencapaian tujuan tersebut.
Sekunder
Mencoba dan menemukan tujuan serta
Tahap 5
Reaksi Sirkuler Tersier 12 – 18 bulan cara baru untuk mencapai tujuan.
Ritual merupakan hal penting.
Menginterprestasi lingkungan dengan
Tahap 6
Penemuan Arti yang 18 – 24 bulan kesan mental.
Melakukan permainan imajinasi dan
Baru imitasi.
Menggunakan pendekatan egosentrik
untuk mengakomodasi tuntutan
lingkungan.
Fase Prakonseptual 2 – 4 tahun Semua hal bermakna dan berkaitan
dengan “aku.”
Mengekplorasi lingkungan.
Bahasa berkembang dengan
cepat.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

Megasosiasikan kata dengan objek.

Pola pikir egosentrik berkurang.


Fase Pemikiran Intuitif 4 – 7 tahun Memikirkan sebuah ide pada satu waktu.

16

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
17

Melibatkan orang lain di


lingkungan tersebut.
Kata-kata mengekspresikan pemikiran.
Menyelesaikan masalah yang konkret.
Fase Operasi Konkret 7 – 11 tahun Mulai memahami hubungan seperti
ukuran. Mengerti kanan dan kiri.
Sadar akan sudut pandang orang.
Menggunakan pemikiran yang rasional.
Fase Operasi Formal 11 – 15 tahun Pola pikir yang deduktif dan futuristic.
Catatan: Dari The Origin of Intelligence in Children, oleh J. Piaget, 1966,
International Universities Press, Inc., Hak Cipta tahun 1966.

3. Perkembangan Moral

Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada

perkembangan kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: (1)

preconventional; (2) conventional; (3) postconventional.

1) Fase Preconventional

Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai

dasar dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu

didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa

yang saya mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang

kebaikan, dan sebaliknya ekspresi kurang perhatian bahkan mebencinya akan

membuat mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan

ketaatan dan ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan.

Tahap selanjutnya, yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai

suatu kebaikan. Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan

mereka sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan

orangtua tidak memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa

tindakannya bukan merupakan sesuatu yang buruk.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

2) Fase Conventional

Pada tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan interpersonal

dengan kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan kelompok dan

mempelajari serta mengadopsi norma-norma yang ada dalam kelompok selain

norma dalam lingkungan keluarganya. Anak mempersepsikan perilakunya sebagai

suatu kebaikan ketika perilaku anak menyebabkan mereka diterima oleh keluarga

atau teman sekelompoknya. Anak akan mempersepsikan perilakunya sebagai

suatu keburukan ketika tindakannya mengganggu hubungannya dengan keluarga,

temannya, atau kelompoknya. Anak melihat keadilan sebagai hubungan yang

saling menguntungkan antar individu. Anak mempertahankannya dengan

menggunakan norma tersebut dalam mengambil keputusannya, oleh karena itu

penting sekali adanya contoh karakter yang baik, seperti jujur, setia, murah hati,

baik dari keluarga maupun teman kelompoknya.

3) Fase Postconventional

Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsip

yang dimiliki dan yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya dipersepsikan

sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini, yaitu orientasi pada

hukum dan orientasi pada prinsip etik yang umum. Pada fase pertama, anak

menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepat yang menguntungkan

bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik. Mereka mempersepsikan kebaikan

sebagai susuatu yang dapat mensejahterakan individu. Tidak ada yang dapat

mereka terima dari lingkungan tanpa membayarnya dan apabila menjadi bagian

dari kelompok mereka harus berkontribusi untuk pencapaian kelompok. Fase

kedua dikatakan sebagai tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai perilaku baik

18

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19

dan buruk dari dirinya sendiri. Kebaikan dipersepsikan ketika mereka dapat

melakukan sesuatu yang benar. Anak sudah dapat mempertahankan perilaku

berdasarkan standard moral yang ada, seperti menaati aturan dan hukum yang

berlaku di masyarakat.

Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I tingkat

pra-konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu mereka berupaya

untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak usia sekolah berada pada

tahap 2 (Instumental–Relativist orientation). Anak-anak tersebut melakukan

berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,

2011).

Tabel 2.2 – Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg


Tingkat Tahap Usia Rata-rata
I. Prakonvensional 1. Orientasi Hukuman dan Todler – usia 7
Individu berespons terhadap peraturan Kepatuhan tahun.
budaya mengenai label baik-buruk, Takut terhadap hukuman,
benar atau salah. Peraturan yang bukan rasa hormat terhadap
terbentuk secara eksternal menentukan otoritas merupakan alasan
tindakan yang benar atau salah. terbentuknya keputusan,
Individu memahaminya dalam istilah perilaku, dan konformitas.
hukuman, penghargaan, atau
pertukaran kebaikan. Prasekolah – usia
2. Orientasi sekolah.
Fokus egosentrik Relativist Instrumental
Konformitas didasarkan pada
kebutuhan egosentris dan
narsisistik. Tidak ada rasa
keadilan, loyalitas, dan
terima kasih. “saya bersedia
melakukan sesuatu asalkan
saya mendapatkan imbalan
atau
karena hal
tersebut
menyenangkan Anda.”
II. Konvensional 3. Orientasi Persetujuan Usia sekolah –
Individu memikirkan upaya untuk Interpersonal dewasa.
mempertahankan harapan dan Keputusan dan perilaku (sebagian besar
peraturan keluarga, kelompok, Negara, didasarkan pada wanita berada
serta masyarakat. Perasaan bersalah kekhawatiran akan reaksi pada tahap ini).
telah berkembang dan mempengaruhi orang lain. Individu
perilaku. Individu menerima nilai menginginkan persetujuan
konformitas, loyalitas, dan dan penghargaan dari orang
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19

berupaya aktif dalam lain. Respons empati,


mempertahankan tata tertib dan yang
kontrol didasarkan pada
pemahaman

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

sosial. tentang perasaan orang lain,


Konformitas berarti perilaku yang baik merupakan faktor penentu
atau sesuatu yang dapat terbentuknya keputusan dan
menyenangkan dan membantu orang perilaku. (“Saya dapat
lain, dan hal tersebut disetujui. menempatkan diri saya pada
posisi Anda.”)
Remaja dan
Fokus Sosial 4. Orientasi Hukum dan dewasa (sebagian
Tata Tertib besar pria berada
Individu ingin menerapkan pada tahap ini).
peraturan yang berasal dari
otoritas dan alasan
terbentuknya keputusan dan
perilaku adalah bahwa
peraturan dan tradisi sosial
dan seksual menuntut
respons tersebut. (“Saya
bersedia melakukan sesuatu
karena itu adalah tugas saya
dan
begitulah hukumnya.”)
III. Postkonvensional 5. Orientasi Usia
Individu hidup secara otonom dan Legalistik Kontrak pertengaha
mendefinisikan nilai-nilai serta Sosial n atau lansia.
prinsip- prinsip moral yang Peraturan sosial bukan
membedakan antara identifikasi merupakan satu-satunya
pribadi dengan nilai-nilai kelompok. dasar utama terbentuknya
Individu hidup menurut prinsip- keputusan dan perilaku.
prinsip yang disetujui secara universal Sebab, individu meyakini
dan yang dianggap sesuai untuk adanya prinsip moral yang
kehidupannya. lebih tinggi sperti kesetaraan,
keadilan, atau proses yang
seharusnya. Usia
Fokus bersifat universal pertengaha
6. Orientasi Prinsip Etis n atau lansia.
Universal Beberapa orang
Keputusan dan perilaku mencapai
didasarkan pada peraturan ata
yang terinternalisasi, lebih u
kepada hati nurani bukan mempertahankan
hukum sosial, dan juga tahap ini.
berdasarkan prinsip- prinsip Contoh tahap ini
etis dan abstrak pilihan terlihat
pribadi yang bersifat dalam
universal, komprehensif, dan situasi krisis atau
konsisten. ekstrem.
Catatan: Dari Health Promotion Strategies Through the Life Span, 7th ed., (hlm.
252-253), oleh R. B. Murray dan J. P. Zentner, 2001, Upper Saddle River, NJ:
Merril/Prentice Hall.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

4. Perkembangan Spiritual

Menurut Fowler, anak usia sekolah berada pada tahap 2 perkembangan

spiritual, yaitu pada tahapan mitos–faktual. Anak-anak belajar untuk membedakan

khayalan dan kenyataan. Kenyataan (fakta) spiritual adalah keyakinan yang

diterima oleh suatu kelompok keagamaan, sedangkan khayalan adalah pemikiran

dan gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agama

membantu anak membedakan antara kenyataan dan khayalan. Orangtua dan tokoh

agama lebih memiliki pengaruh daripada teman sebaya dalam hal spiritual

(Fowler, J. W., 1981; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). pada saat anak tidak

dapat memahami peristiwa tertentu seperti penciptaan dunia, mereka

menggunakan khayalan untuk menjelaskannya. Pada masa ini, anak usia sekolah

dapat mengajukan banyak pertanyaan menegnai Tuhan dan agama dan secara

umum meyakini bahwa Tuhan itu baik dan selalu ada untuk membantu. Sebelum

memasuki pubertas, anak-anak mulai menyadari bahwa doa mereka tidak selalu

dikabulkan dan mereka merasa kecewa karenanya. Beberapa anak menolak agama

pada usia ini, sedangkan sebagian yang lain terus menerimanya. Keputusan ini

biasanya sangat dipengaruhi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,

2011).

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

Tabel 2.3 – Tahap Perkembangan Spiritual Menurut Fowler


Tahapan Usia Deskrips
i
0. Bayi tidak mampu merumuskan konsep
Tidak terdiferensiasi 0 – 3 tahun mengenai diri sendiri atau lingkungan.
Suatu kombinasi gambaran dan kepercayaan
1. 4 – 6 tahun yang diberikan oleh orang lain yang
Intuitif – proyektif dipercaya, yang digabungkan dengan
pengalaman dan
imajinasi anak sendiri.
Dunia fantasi dan khayalan pribadi; simbol-
2. 7 – 12 tahun simbol mengacu pada sesuatu yang khusus;
Mitos – factual kisah-kisah dramatic dan mitos digunakan
untuk menyampaikan maksud-maksud
spiritual.
Dunia dan lingkungan mendasar yang
3. Remaja
tersusun atas pengharapan dan penilaian
Sintetik – konvensional atau
dewasa orang lain; fokus
interpersonal.
4. Membangun sistemtem pribadi yang eksplisit;
Individualisasi – Setelah 18 kesadaran diri yang tinggi.
refleksif tahun
5. Kesadaran akan kebenaran yang berasal dari
Paradoksial – Setelah 30 berbagai sudut pandang.
konsolidatif tahun
6. Mungkin tidak
Universalizing akan pernah Menjadi perwujudan prinsip cinta dan
keadilan.

5. Perkembangan Psikoseksual

Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun)

masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah

pada aktivitas fisik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah

ditekan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Teori Perkembangan

Psikoseksual anak menurut Freud terdiri atas fase oral (0–11 bulan), fase anak (1–

3 tahun), fase falik (3–6 tahun), dan fase genital (6–12 tahun).

1) Fase Laten (6-12 tahun)

Selama periode laten, anak menggunakan energy fisik dan psikologis yang

merupakan media untuk mengkesplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui

aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase laten, anak perempuan lebih menyukai

teman dengan jenis kelamin perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki. Pertanyaan
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

anak tentang seks semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistemtem

reproduksi. Orangtua harus bijaksana dalam merespon pertanyaan-pertanyaan

anak, yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luanya jawaban orangtua

disesuaikan dengan maturitas anak. anak mungkin dapat bertindak coba-coba

dengan teman sepermainan karena seringkali begitu penasaran dengan seks.

Orangtua sebainya waspada apabila anak tidak pernah bertanya mengenai seks.

Peran ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak,

termasuk mempelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan

dengan seks.

2) Fase Genital (12-18 tahun)

Menurut Freud, tahapan akhir masa ini adalah tahapan genital ketika anak

mulai masuk fase pubertas. Ditandai dengan adanya proses pematangan organ

reproduksi dan tubuh mulai memproduksi hormon seks.

Tabel 2.4 – Teori Psikoseksual Menurut Freud


Tahap – Usia Karakteristik Implikas
i
Saat makan memberikan
kesenangan serta perasaan
Sumber kenikmatan utama bayi aman dan nyaman pada
Fase Oral melibatkan aktivitas berorientasi anak.
(Lahir – 18 mulut (mehisap dan menelan). Saat makan harus menjadi
bulan) saat yang menyenangkan
Konflik utama: penyapihan. bagi anak dan pemberian
makan harus diberikan
pada
saat yang dibutuhkan.
Pengontrolan dan
Anak mendapatkan kepuasan
pengeluaran
sensual dengan menahan atau
Fase Anal fese
melepaskan feses. Zona kepuasan
(12 – 18 bulan anak adalah daerah anal
s memberikan kesenangan
3 dan perasaan kontrol bagi
(Kepuasan sensual, kendali diri).
tahun) anak. Toilet training
merupakan aktivitas
Konflik utama: toilet training. penting dan harus
menjadi pengalaman yang
menyenangkan bagi anak.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

Anak menjadi lengket dengan Anak mengidentifikasi diri


orangtua dari jenis kelamin mereka dengan orangtua
berlainan yang berjenis kelamin
Fase Phallic kemudia berbeda dan kemudian
(3 – 6 tahun) n mengidentifikasinya menjalani hubungan di
dengan luar lingkungan
orangtua berjenis kelamin sama. keluarga
Superego berkembang. Zona . Dukung identitas diri
kepuasannya bergeser pada anak.
daerah
genital.
Dukungan anak untuk
Energy dignakan untuk aktivitas melakukan aktivitas
Fase fisisk dan intelektualitas. Impuls rekreasi fisik dan
Latency (6 seksual yang muncul cenderung intelektual. Dukung anak
tahun – ditekan. Membangun hubungan untuk berolahraga dan
pubertas) dengan teman sebaya yang melakukan aktivitas lain
berjenis kelamin sama. bersama dengan teman
sebaya yang berjenis
kelamin sama.

6. Perkembangan Psikososial

Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini

sebagai krisis antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan kesehatan

membutuhkan peningkatan pemisahan dari orangtua dan kemampuan menemukan

penerimaan dalam kelompok yang sepadan serta merundingkan tantangan-

tantangan yang berada diluar (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).

Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak adalah

dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial, yaitu: percaya

versus tidak percaya (0–1 tahun), Otonomi versus rasa malu dan ragu (1–3 tahun),

Inisiatif versus rasa bersalah (3–6 tahun), Industry versus inferiority (6–12 tahun),

Identitas versus kerancuan peran (12–18 tahun).

1) Industry versus inferiority (6-12 tahun)

Anak akan belajar untuk bekerjasama dengan bersaing dengan anak lainnya

melalui kegiatan yang dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun dalam

pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Otonomi mulai

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

berkembang pada anak di fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan

keluarga terdekat. Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi

mempengaruhi gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial

lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau

lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu anak

semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak

dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang mempunyai

tujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman

dilingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of

industry).

Perasaan tidak adekuat dan rasa inferiority atau rendah diri akan

berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak

tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang pada fase ini akan

mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa. Pujian atau penguatan

(reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa terhadap prestasi yang

dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam

melakukan sesuatu.

2) Identitas versus kerancuan peran (12-18 tahun)

Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak

yang sedang berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Mereka

menunjukkan perannya dengan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan

kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi nilai kelompok dan lingkungannya,

untuk dapat mengambil keputusannya sendiri. Kejelasan identitas diperoleh

apabila ada kepuasan yang diperoleh dari orangtua atau lingkungan tempat ia

berada, yang membantunya melalui proses pencarian identitas diri sebagai anak

remaja, sedangkan ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

kerancuan peran yang harus dijalankannya (Supartini, 2004).

Menurut Erikson, tugas utama anak usia sekolah adalah pada fase industry versus

inferiority. Pada masa ini, anak-anak mulai membentuk dan mengembangkan rasa

kompetensi dan ketekuanan. Anak usia sekolah termotivasi oleh berbagai kegiatan

yang membuatnya merasa berguna. Mereka berfokus pada upaya menguasai

berbagai keterampilan yang akan membuat mereka berfungsi di dunia dewasa.

Meskipun berjuang keras untuk sukses, anak pada usia ini selalu dihadapkan pada

kemugkinan gagal yang dapat menimbulkan perasaan inferior. Anak-anak yang

dapat mencapai sukses pada tahap sebelumnya akan termotivasi untuk tekun dan

bekerjasama dengan anak-anak yang lain untuk mencapai tujuan umum (Erikson,

E. H., 1963; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Tabel 2.5 – Delapan Tahap Perkembangan Menurut Erikson


Tahap – Usia Tugas Pokok Indikator Resolusi Positif Indikator Resolusi Negatif
Bayi Percaya Belajar untuk Tidak percaya, menarik diri,
(lahir-18 versus mempercayai mengasingkan diri.
bln) tidak percaya orang lain.
Kendali diri tanpa kehilangan
Kendali diri kompulsif atau
Kanak- Otonomi harga diri. kepatuhan.
kanak versus rasa Kemampuan untuk Kurang kemauan
Awal malu dan bekerjasama
dan mengekspresikan dan
(18 bln-3 th) ragu ketidakpatuhan
diri sendiri.
Mempelajari sejauh mana
Kurang kepercayaan diri.
Kanak- sikap asertif dan Pesimisme, takut
kanak Akhir Inisiatif tujuan membuat
(3-5 th) versus mempengaruhi lingkungan.
kesalahan.
rasa bersalah Memulai kemampuan Kendali dan
untuk pembatasan
mengevaluasi perilaku aktivitas diri yang
diri berlebihan.
sendiri.
Mulai untuk menciptakan,
Putus harapan, merasa diri
Usia Industri mengembangkan, biasa-biasa saja.
Sekolah versus da Menarik diri dari
(6-12 th) inferioritas n memanipulasi sesuatu. teman sekolah
Mengembangkan
ras dan teman sebaya.
a kompetensi dan ketekunan.
Identitas Sadar akan diri sendiri. Perasaan bingung, tidak
Remaja versus Bermaksud mampu membuat keputusan
(12-20 kebingunga untu dan mungkin terdapat
th) n k mengaktualisasikan perilaku
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

peran kemampuan diri. anti-sosial.

Memiliki hubungan yang Hubungan impersonal.


Dewasa Keakraban intim dengan orang lain. Menghindari komitmen
Muda (18- versus isolasi Memiliki komitmen terhadap dalam hubungan, karier, atau
25 th) pekerjaan dan hubungan. gaya
hidup.
Generativitas Mengikuti kata, memikirkan
Dewasa versus Kreativitas,
diri sendiri, dan kurang
(25-65 stagnasi produktivita
minat
th) s, kepedulian terhadap orang
serta komitmen.
lain.
Integritas Penerimaan terhadap
Lanjut Usia versus Merasa
(65 th - kelebihan dan keunikan diri kehilanga
putus asa sendiri.
wafat) n, memandang rendah orang
Penerimaan akan kematian.
lain

7. Perubahan Pra-Pubertas atau Pra-Remaja

Periode transisi antara masa kanak-kanak dengan dan adolesens sering

dikenal dengan istilah pra-remaja oleh professional dalam ilmu perilaku, oleh

yang lain dikenal dengan istilah pra-pubertas, masa kanak-kanak lanjut,

adolesens awal, dan puber. Ketika mulai terjadi perubahan fisik, seperti

pertumbuhan rambut pubis dan payudara pada wanita, anak menjadi lebih sosial

dan pola perilakunya lebih sulit diperkirakan. Perubahan pada sistem reproduksi

dan endokrin mengalami sedikit perubahan sampai pada periode pra-pubertas.

Selama masa pra-pubertas, yaitu memasuki usia 9–13 tahun fungsi endokrin

semakin meningkat secara perlahan. Perubahan pada fungsi endokrin

menyebabkan peningkatn produksi keringat dan semakin aktifnya kalenjar

sebasea (Potter & Perry, 2005; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Periode persiapan ini sering meliputi eksperimentasi berdandan oleh anak

perempuan, minat dalam musik dan bertingkah seperti idola yang sedang populer
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

diantara adolesens yang lebih besar, baik anak laki-laki amupun perempuan

biasanya membentuk “teman baik” dengan orang tempat berbagi perasaan secara

intim. Perasaan ketertarikan pada lawan jenis terbentuk pada fase ini. Pada masa

ini mereka sering membentuk hubungan dengan orang dewasa lain daripada

orangtuanya yang membuat mereka menerima informasi mengenai menjadi

dewasa (Potter & Perry, 2005). Anak-anak pada kelompok pra-pubertas seringkali

melakukan eksperimental seksual, masturbasi adalah bentuk eksperimental

seksual yang sering dilakukan oleh anak-anak usia pra-pubertas (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 2000).

2.1.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar sekolah.

Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang

mendukung hasil belajar disekolah. Aspek perilaku banyak dibentuk melalui

penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak pada

masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan, yaitu:

1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum.

2) Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri.

3) Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.

4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5) Mengembangkan keterampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung.

6) Mengembangkan pengertian atau konsep yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari.

7) Mengembangkan hati nurani, nilai moral, tata dan tingkatan nilai sosial.

8) Meperoleh kebebasan pribadi.

9) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-

lembaga (Gunarsa, D. & Gunarsa, Y., 2008).

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

2.2 Konsep Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala bentuk pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan tindakan, dalam artian lain perilaku merupakan

respons/reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari

28

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,

berpendapat, bersikap), maupun aktif (melakukan tindakan). Faktor prilaku

memiliki pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu maupun

masyarakat, khususnya, yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan dan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungan.

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (postif

maupun secara negatif) terhadap orang lain, objek, atau situasi tertentu. Sikap

mengandung suatu penilaian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dsb.)

disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu), serta aspek konatif

(kecenderungan bertindak). Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu

benda/hal secara objektif. Sikap memiliki kedalaman yang berbeda-beda, selain

bersifat positif atau negatif (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap tidak sama

dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab

seringkali seseorang memperlihatkan tindakan yang yang bertentangan dengan

sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah sesuai dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi, serta tekanan dari

kelompoknya. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor dari dalam dan luar individu.

Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus

dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu

tindakan agar tujuannya tercapai. Tetapi, setelah tujuan tercapai maka biasanya

akan muncul keinginan/kebutuhan yang lain yang menimbulkan motivasi baru

(Sarwono, 2004 & Sarwono, 2007).

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

2.2.2 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Theory of Planned Behavior (TPB) atau teori perilaku terencana

merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasone Action (TRA).

Ajzen (1998) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu

perceived behavioral control (PBC).

TRA dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), memberikan bukti

ilmiah bahwa instensi untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu: sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dan norma

subjektif (subjective nomrs). Pada tahun 1988, Ajzen menambahkan perceived

behavioral control (PBC) sebagai salah satu faktor anteseden bagi intensi yang

berkaitan dengan kontrol individu. Penambahan satu faktor ini, kemudian

mengubah TRA menjadi Theory of Planned Behavior (TPB). Penjelasan lain

bahwa TRA dan TPB berfokus pada konstruksi teoritis berkaitan dengan faktor

intensi individu sebagai penentu kemungkinan melakukan perilaku tertentu, baik

TRA maupun TPB menganggap predictor terbaik perilaku adalah niat persepsi

sosial normative mengenai hal itu (perceived behavior control).

Theory of Planned Behavior (TPB) menyampaikan bahwa perilaku yang

ditampilkan oleh individu timbul karena adanya instensi/niat untuk berperilaku,

sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu, yaitu:

1) Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku

(beliefs strengh) dan evaluasi atas hasil tersebut (outcome evaluation).

2) Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normative orang lain

(normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut

(motivation to comply).

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31

3) Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung

atau mengahambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan

persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat

perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada

saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari

lingkungan (Nursalam, 2013).

2.2.3 Bagan Theory of Planned Behavior


Background Factors
Behavioral Attitude toward
→ →
Beliefs the behavioral
Personal

General, attitudes
Personality Normative Subjective
→ Intention Behavior
Social Beliefs Norm

Age, gender
Race, Ethniciy
Income, religion Perceived
Information Control Beliefs → Behavioral
Experience
Control
Knowledge
Media exposure
Gambar 2.1 Peran Background Factor pada Theory Planned of Behavior (TPB).

(Ajzen, 2005)

perilaku manusia, yaitu:

1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini berarti

intensi merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi munculnya tingkah

laku yang akan ditampilkan individu.

2) Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku

yang dimaksud (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm),

dan persepsi terhadap kontrol yang dimiliki (perceived behavioral control).


Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

3) Masing-masing faktor yang mempengaruhi intensi diatas (sikap, norma

subjektif, dan PBC) dipengaruhi oleh normative beliefes, dan PBC

dipengaruhi oleh beliefs tentang kontrol yang dimiliki disebut control beliefs.

Baik sikap, norma subjektif dan PBC merupakan fungsi perkalian dari masing-

masing beliefs dengan faktor lainnya yang mendukung.

4) PBC merupakan ciri khas dari teori ini dibandungkan dengan TRA. Pada

bagan diatas dapat dilihat bahwa ada 2 cara yang menghubungkan PBC

dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara intensi. Cara

kedua, adalah hubungan secara langsung antara PBC dengan tingkah laku

yang digambarkan dengan garis putus-putus, tanpa melalui intensi (Ajzen I. ,

2005; Nursalam, 2013).

Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku

positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang

dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subjektif (subjective norm)

dan control beliefs menimbulkan perceived bahvioral control atau kontrol

perilaku yang dipersepsikan (Ajzen I., 2002).

Menurut Ajzen (2005) dalam Ramadhani (2009) bahwa variable lain yang

mempengaruhi intensi selain beberapa faktor utama tersebut (sikap terhadap

perilaku, norma subjektif, dan PBC), yaitu variable yang mempengaruhi atau

berhubungan dengan belief. Beberapa variabel lain yang mempengaruhi intensi

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Faktor Personal, adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat

kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan

yang dimilikinya.

2) Faktor Sosial, fator sosial ini antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama.

a) Usia, secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat

digambarkan dengan pertambahan usia. Pertambahan usai diharapkan

terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh-

kembangnya. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik

tertentu akan mengalami kemunduran akibat faktor degenaritif. Umur

adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal

remaja usia 10-13 tahun dan dikatakan remaja akhir adalah 18-22 tahun.

Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.

Usia yang lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti

dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Hal ini terjadi

kemungkinannya karena yang lebih muda kurang berpengalaman.

b) Jenis kelamin, pengertian jenis kelamin merupakan persifatan atau

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis

yang melekat pada jenis kelamin tertentu, suatu contoh manusia jenis

kelamin lak-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar

berikut: laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memilki

jakala/jakun (kala menjing), dan reproduski sperma, sedangkan perempuan

adalah kelompok manusia yang memiliki alat reproduksi rahim dan

saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina, dan

mempunyai kalenjar mamae untuk fungsi menyusi bayi.

c) Pendidikan, Ajzen (2006) menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan

seseorang akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan kebutuhannya

sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda yang pada

akhirnya mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Motivasi kerja yang

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

tidak sejalan dengan pekerja yang berlatar belakang pendidikan rendah.

3) Faktor Informasi, adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose media.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,

pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.

Variabel-variabel dalam background mempengaruhi beliefs dan pada

akhirnya berpengaruh juga pada intensi dan tingkah laku. Keberadaan faktor

tambahan ini memang masih menjadi pertanyaan empirin mengenai seberapa jauh

pengaruhnya terhadap beliefs, intensi dan tingkah laku. Faktor ini pada dasarnya

tidak menjadi bagian dari TPB yang dikemukakan Ajzen, melainkan hanya

sebagai pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam determinan tingkah laku

manusia.

2.2.4 Intensi

Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam

diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku

tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu

dalam kaitan antara diri sendiri dan perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Bandura

(1986), menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekat untuk

melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa

depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dai Self regulation individu yang di

latar belakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak. Merangkum pendapat

diatas, Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yang

diasumsikan dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada

tingkah laku. Hal ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

seberapa banyak usaha yang dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat

dilakukan.

Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak

berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap

perilakunya (Ajzen, 2002). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas

dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada beliefs bahwa target tingkah laku

berada di bwah kontrol kesadaran individu tersebut. suatu tingkah laku tidak

hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang

tidak ada di bawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan

kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait dengan tindakan dan

merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan yang senyatanya dapat

atau tidak dapat dilakukan dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau pada

tindakan yang akan datang. Intensi memainkan peranan yang khas dalam

mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara pertimbangan yang

mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kesungguhan

niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculakn suatu perilaku

tertentu. Berdasarkan Theory of Planned Behavior, intensi terbentuk dari attitude

toward behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control yang dimilki

individu terhadap suatu perilaku (Nursalam, 2013).

2.2.5 Sikap

Sikap atau attitude berasal dari Bahasa Latin, yaitu aptus yang berarti

sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu (Ismail & Zain,

2008). Menurut Ajzen (2005), sikap adalah evaluasi individu secara positif atau

negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

Menurut Gagne & Briggs (dalam Ajzen, 2002), sikap merupakan suatu keadaan

internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap

objek, orang, atau kejadian tertentu. Sikap merupakan kecenderungan kognitif,

afektif, dan tingkah laku yang dipelajari untuk berespon secara positif atau dalam

tingkah laku yang menghindari, melawan, atau menghalangi objek (Eagly &

Chaiken, 1993).

Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari

keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, yang

diistilahkan dengan behavioral beliefs (keyakinan terhadap perilaku). Keyakinan

terhadap perilaku menghubungkan perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa

atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat melakukan suatu

perilaku. Seseorang yang yakin bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan

outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki sikap yang postif,

begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan theory of Planned Behavior, seseorang yang percaya bahwa

menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang postif akan

memiliki sikap favorable terhadap ditampilkannnya perilaku, sedangkan orang

yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada

hasil yang negatif, maka ia akan memiliki sikap unfavorable (Ajzen, 1988).

2.2.6 Subjective Norms (Norma Subjektif)

Subjective norms merupakan faktor dari luar individu yang berisi persepsi

seseorang tentang apakah orang lain akan menyetujui atau tidak menyetujui suatu

tingkah laku yang ditampilkan (Baron & Byne, 2000). Norma subjektif ditentukan

oleh adanya keyakinan normatif (normative belief) dan keinginan untuk mengikuti

(motivation to comply) (Ajzen, 2005). Keyakinan normatif berkenaan dengan

harapan-harapan yang berasal dari refent atau orang dan kelompok yang

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

berpengaruh bagi individu (significant others) seperti orangtua, pasangan, teman

dekat rekan kerja, atau yang lainnya tergantung pada perilaku yang terlibat.

Subjective norms didefinisikan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan

sosial yang ada untuk mewujudkan atau tidak suatu perilaku. Individu memiliki

keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak

menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang

menjadi norma kelompok, maka individu akan mematuhi dan membentuk

perilaku yang sesuai dengan kelompoknya.

Subjective norms tidak hanya ditentukan oleh referent, tetapi juga ditentukan oleh

motivation to comply. Individu yang yakin bahwa kebanyakan referent akan

menyetujui dirinya menampilkan perilaku tertentu dan adanya motivasi untuk

mengikuti perilaku tertentu akan merasakan tekanan sosial untuk melakukannya.

Individu yang yakin bahwa kebanyakan referent akan tidak menyetujui dirinya

menampilkan perilaku tertentu, dan tidak adanya motivasi untuk mengikuti

perilaku tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya memiliki subjective

norms yang menempatkan tekanan pada dirinya untuk menghindari melakukan

perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

Dalam Theory of Planned Behavior, subjective norms juga di identikan

oleh dua hal, yaitu: belief, dari seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain

atau kelompok lain tentang apa kah individu perlu, harus, atau tidak boleh

melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu untuk mengikuti pendapat

orang lain (Michener, Delamater & Myers, 2004).

2.2.7 Perceived Behavioral Control (PBC)

Perceived Bahvioral Control menggambarkan tentang perasaan self

efficacy atau kemampuan diri individu dalam melakukan suatu perilaku. Hal

senada juga dikemukaan oleh Ismail dan Zain (2008), yaitu Perceived Behavior

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

Control merupakan persepsi individu mengenai kontrol yang dimiliki individu

tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu. Perceived Behavior Control

merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi

dan menghalngi individu untuk melakukan suatu perilaku. Perceived Behavior

Control ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan

individu menganai seberapa sulit atau mudahnya melakukan suatu perilaku.

Pengalaman masa lalu individu terhadap suatu perilaku bisa dipengaruhi oleh

informasi yang di dapat dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang

yang dikenal seperti keluarga, pasangan dan teman.

Ajzen (dalam Ismail & Zain, 2008) menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak

hanya dikendalikan oleh dirinya sendiri tetapi juga membutuhkan kontrol,

misalnya berupa ketersediaan sumber daya dan kesempatan bahkan keterampilan

tertentu. Perceived Behavioral Control mempresentasikan kepercayaan seseorang

tentang seberapa mudah individu menunjukkan suatu perilaku. Ketika individu

percaya bahwa dirinya kekurangan sumber atau tidak memiliki kesempatan untuk

menunjukkan suatu perilaku, (kontrol perilaku yang rendah) individu tidak akan

memiliki instensi yang kuat untuk menunjukkan perilaku tersebut (Engel,

Blackwell & Miniard, 1995).

Dalam beberapa situasi, satu atau dua faktor saja dapat digunakan untuk

menjelaskan instensi, dan kebanyakan ketiga faktor ini masing-masing berperan

dalam menjelaskan instensi. Tahap individu memiliki perbedaan bobot dari ketiga

faktor tersebut mana yang paling mempengaruhi individu tersebut dalam

berperilaku (Ajzen, 2005). Seseorang akan melakukan seuatu perilaku tertentu

jika orang tersebut mengevaluasi perilaku tersebut secara positif ditambah

individu tersebut mendapatkan tekanan dari sosial untuk melakukan perilaku

tersebut, serta individu tersebut percaya bisa dan memiliki kesempatan untuk

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

Perceived Behavioral Control dapat diukur menggunakan dua skala, yaitu:

1. Skala yang mengukur control belief subjek (indirect perceived Behavioral

Control), yaitu mengenai kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya

terhadap faktor dari luar individu yang menghambat atau mendukung individu

untuk menampilkan perilaku yang berasal dari luar individu.

2. Skala yang mengukur perceived power (Direct Perceived Behavioral Control)

yaitu mengenai kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya terhadap

faktor dari dalam individu yang menghambat atau mendukung individu untuk

menampilkan perilaku yang berasal dari dalam diri individu (Nursalam, 2013).

2.3 Konsep Seksualitas

2.3.1 Pengertian Perilaku Seksual

Seksualitas sulit untuk didefinisikan karena seksualitas memiliki banyak

aspek kehidupan kita dan diekspresikan melalui beragam perilaku. Seksualitas

bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai

berhubungan dengan orang lain, keintiman dan kebersamaan fisik merupakan

kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual. Baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk

tingkah laku ini sangat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai

tingkah laku, berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa

berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono S. W., 2007).

Menurut Stuart dan Sundeen (2009), perilaku seksual yang sehat dan

adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum.

Sedangkan perilaku seksual merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa

melalui proses pernikahan resmi menurut hukum agama dan kepercayaan masing-
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

masing (Kauma, 2002).

Menurut Nugroho (2009), hubungan seksual yang benar adalah yang

terjadi diantara dua orang berlainan jenis, yaitu pria dan wanita. Perilaku seksual

disebabkan oleh sifat manusia yang mempunyai berbagai nafsu, antara lain nafsu

untuk bersebadan. Seks adalah suatu kebutuhan bagi suami isteri, selain untuk

memberikan keturunan. Seks juga memberikan kesehatan fisik dan psikis.

2.3.2 Bentuk Perilaku Seksual

Beberapa bentuk dari perilaku seksual menurut Sarwono (2002), yaitu:

1) Kissing, perilaku seksual dengan saling menyentuhkan bibir antara bibir

pasangan yang didorong oleh hasrat seksual.

2) Necking, perilaku seksual dengan jalan bercumbu yang sampai pada

menempelkan alat kelamin. Biasanya dilakukan dengan berpelukan,

memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin pasangan.

Namun, tidak sampai pada tahap bersenggama.

3) Petting, perilaku seksual dengan jalan bercumbu yang sampai menempelkan

alat kelamin. Caranya dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan

pasangan. Namun, tidak sampai pada tahap bersenggama.

4) Intercourse, melakukan hubungan seksual/kelamin atau bersetubuh.

Merupakan perilaku seksual tertinggi.

Bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock (2002), yaitu:

1) Kissing, sentuhan yang terjadi antara bibir yang diikuti dengan hasrat seksual.

2) Necking, aktivitas seksual disekitar tubuh namun belum ada kontak alat

kelamin.

3) Petting, aktivitas seksual dengan menempelkan alat kelamin namun belum ada

kontak alat kelamin.

4) Intercourse, bersenggama atau kontak alat kelamin.


Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

Menurut Sarwono (2004), perilaku seksual remaja di Indonesia melalui

beberapa tahapan, yaitu:

1) Menunjukkan minat dan perhatian pada lawan jenis

Perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar


hormone seks baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan akan
menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan, seperti cepat
tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotic,dan mulai
menunjukkan minat serta perhatian terhadap lawan jenisnya. Adanya dorongan-
dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis,perilaku remaja mulai
diarahkan untuk menarik lawan jenis.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

2) Menjalin hubungan dalam bentuk pacaran

Pada dasarnya, pacaran adalah benar untuk berteman dengan lawan jenis. Namun,

berpacaran juga bisa menjadi sarana ekspresi bahwa ada orang yang special dan kita

sayangi. Untuk anak praremaja dan anak remaja, pacaran cukup diartikan mempunyai

sahabat yang bisa mendorong semangat belajar. berbedan dengan orang dewasa,

berpacaran adalah langkah awal untuk saling mengenal dan nantinya setelah siap akan

membuat komitmen yang lebih serius, yaitu mengikat diri dalam sebuah pernikahan.

Pacaran merupakan suatu bentuk ikatan antara dua orang remaja yang berlainan jenis

kelamin, yang juga memiliki arti bahwa orang lain tidak berhak mengganggu hubungan

diantara keduanya, termasuk mendekati salah satu diantara keduanya (Nurhamidah,

2005).

Perilaku seksual seperti pacaran pada anak usia sekolah dan remaja sekarang ini,

telah banyak mengalami pergeseran nilai dan penyimpangan- penyimpangan karena

disertai dengan aktivitas perilaku seksual yang dapat menyeret mereka melakukan

hubungan seksual pranikah (Roesmil, 2005). Berkencan bagi anak usia sekolah dan

remaja sekarang ini tidak hanya sekedar bertemu, saling berpandangan, atau mengobrol

tetapi mereka mengapresiasikan perasaannya dengan bentuk-bentuk perilaku yang

menuntut sebuah keintiman secara fisik dengan pasangannya. Aktivitas ini seperti,

berciuman, bercumbu, dan seterusnya menggunakan kesempatan melakukan sentuhan

fisik yang pada

42

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

akhirnya mengarah pada sebuah hubungan seksual (Fatia, 2005). Hal ini menunjukkan

permasalahan dalam aspek kehidupan seksual anak usia sekolah dan remaja sangat

memprihatinkan.

Menurut Sarwono (2004), beberapa perilaku seksual dapat dikatakan sebagai

penyimpangan karena tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

masayarakat umum adalah sebagai berikut:

a) Kissing

Ciuman merupakan bahasa cinta yang klasik. Ciuman mampu mengekspresikan

berbagai bentuk rasa cinta dan sayang seseorang terhadap pasangannya. Ciuman jenis ini

biasa dilakukan dengan mentuhkan bibir ke kening atau pipi pasangan, bisa juga

menyentuhkan bibir pasangan asalkan hanya sebentar dan tidak ada kelanjutan setelah itu.

Hanya persentuhan antar bibir ke bibir saja. Biasanya ini dilakukan untuk menjajaki

seberapa besar ketertarikan dan respons pasangan.

5) Dalam norma yang berlaku dimasyarakat timur, ciuman masih dianggap tabu dan

tidak boleh dilakukan kecuali dengan orang tua dan saudara kandung, itupun sebatas

cium pipi tanda sayang. Bila sudah berciuman dengan alwan jenis, emosi sulit

dikontrol dan pada gilirannya akan mengganggu konsentrasi belajar. ciuman tidak

menyebabkan kehamilan, tetapi ciuman mampu menjadi rangsangan untuk

melakukan hubungan seksual. Sayangnya, ciuman menjadi sebuah gaya hidup yang

sudah biasa bagi anak-anak usia sekolah dan remaja sekarang ini. Ciuman tidak

hanya dilakukan untuk pacar sebagai ekpresi cinta dan sayang, tetapi juga pada orang

yang belum dikenal dengan alasan ungkapan sebagai salam kenal. Ditambah dengan

pengaruh melalui media hiburan dan internet yang Kissing, perilaku seksual

dengan saling menyentuhkan bibir antara bibir pasangan yang didorong oleh

hasrat seksual.

6) Necking, perilaku seksual dengan jalan bercumbu yang sampai pada

menempelkan alat kelamin. Biasanya dilakukan dengan berpelukan,

memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin pasangan.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

Namun, tidak sampai pada tahap bersenggama.

7) Petting, perilaku seksual dengan jalan bercumbu yang sampai menempelkan

alat kelamin. Caranya dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan

pasangan. Namun, tidak sampai pada tahap bersenggama.

8) Intercourse, melakukan hubungan seksual/kelamin atau bersetubuh.

Merupakan perilaku seksual tertinggi.

Bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock (2002), yaitu:

5) Kissing, sentuhan yang terjadi antara bibir yang diikuti dengan hasrat seksual.

6) Necking, aktivitas seksual disekitar tubuh namun belum ada kontak alat

kelamin.

7) Petting, aktivitas seksual dengan menempelkan alat kelamin namun belum ada

kontak alat kelamin.

8) Intercourse, bersenggama atau kontak alat kelamin.

Menurut Sarwono (2004), perilaku seksual remaja di Indonesia melalui beberapa

tahapan, yaitu:

3) Menunjukkan minat dan perhatian pada lawan jenis

Perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormone

seks baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan akan menyebabkan perubahan

perilaku seksual remaja secara keseluruhan, seperti cepat

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotic, dan mulai menunjukkan

minat serta perhatian terhadap lawan jenisnya. Adanya dorongan- dorongan seksual dan

rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik

lawan jenis.

4) Menjalin hubungan dalam bentuk pacaran

Pada dasarnya, pacaran adalah benar untuk berteman dengan lawan jenis. Namun,

berpacaran juga bisa menjadi sarana ekspresi bahwa ada orang yang special dan kita

sayangi. Untuk anak praremaja dan anak remaja, pacaran cukup diartikan mempunyai

sahabat yang bisa mendorong semangat belajar. berbedan dengan orang dewasa,

berpacaran adalah langkah awal untuk saling mengenal dan nantinya setelah siap akan

membuat komitmen yang lebih serius, yaitu mengikat diri dalam sebuah pernikahan.

Pacaran merupakan suatu bentuk ikatan antara dua orang remaja yang berlainan jenis

kelamin, yang juga memiliki arti bahwa orang lain tidak berhak mengganggu hubungan

diantara keduanya, termasuk mendekati salah satu diantara keduanya (Nurhamidah,

2005).

Perilaku seksual seperti pacaran pada anak usia sekolah dan remaja sekarang ini,

telah banyak mengalami pergeseran nilai dan penyimpangan- penyimpangan karena

disertai dengan aktivitas perilaku seksual yang dapat menyeret mereka melakukan

hubungan seksual pranikah (Roesmil, 2005). Berkencan bagi anak usia sekolah dan

remaja sekarang ini tidak hanya sekedar bertemu, saling berpandangan, atau mengobrol

tetapi mereka mengapresiasikan perasaannya dengan bentuk-bentuk perilaku yang

menuntut sebuah keintiman secara fisik dengan pasangannya. Aktivitas ini seperti,

berciuman, bercumbu, dan seterusnya menggunakan kesempatan melakukan sentuhan

fisik yang pada

42

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
45

akhirnya mengarah pada sebuah hubungan seksual (Fatia, 2005). Hal ini menunjukkan

permasalahan dalam aspek kehidupan seksual anak usia sekolah dan remaja sangat

memprihatinkan.

Menurut Sarwono (2004), beberapa perilaku seksual dapat dikatakan sebagai

penyimpangan karena tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

masayarakat umum adalah sebagai berikut:

a) Kissing

Ciuman merupakan bahasa cinta yang klasik. Ciuman mampu mengekspresikan

berbagai bentuk rasa cinta dan sayang seseorang terhadap pasangannya. Ciuman jenis ini

biasa dilakukan dengan mentuhkan bibir ke kening atau pipi pasangan, bisa juga

menyentuhkan bibir pasangan asalkan hanya sebentar dan tidak ada kelanjutan setelah itu.

Hanya persentuhan antar bibir ke bibir saja. Biasanya ini dilakukan untuk menjajaki

seberapa besar ketertarikan dan respons pasangan.

Dalam norma yang berlaku dimasyarakat timur, ciuman masih dianggap tabu dan

tidak boleh dilakukan kecuali dengan orang tua dan saudara kandung, itupun sebatas cium

pipi tanda sayang. Bila sudah berciuman dengan alwan jenis, emosi sulit dikontrol dan

pada gilirannya akan mengganggu konsentrasi belajar. ciuman tidak menyebabkan

kehamilan, tetapi ciuman mampu menjadi rangsangan untuk melakukan hubungan

seksual. Sayangnya, ciuman menjadi sebuah gaya hidup yang sudah biasa bagi anak-anak

usia sekolah dan remaja sekarang ini. Ciuman tidak hanya dilakukan untuk pacar sebagai

ekpresi cinta dan sayang, tetapi juga pada orang yang belum dikenal dengan alasan

ungkapan sebagai salam kenal. Ditambah dengan pengaruh melalui media hiburan dan

internet yang

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berenang masuk ke dalam rahim, walaupun

tidak sampai terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Segala resiko dan kemungkinan

untuk terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tetap tinggi. Aktivitas hubungan seksual

demikian ini sangat tidak pantas dan tidak benar untuk dilakukan oleh anak-anak usia

sekolah dan remaja selama masa pacaran mereka. Aktivitas hubungan seksual ini hanya

boleh dilakukan oleh orang dewasa yang telah berada dalam hubungan dan ikatan

pernikahan yang sah, dalam hubungan suami-isteri.

b) Sexual intercourse

Hubungan seksual atau senggama dengan masuknya penis laki-laki kedalam

vagina perempuan. Apabila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang didalamnya

ada jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di dalam vagina, hal ini

akan memudahkan pertemuan sperma dengan sel telur yang dapat menyebabkan

pembuahan dan terjadinya kehamilan.

Hubungan seksual ini merupakan puncak dari kegiatan seksual seorang laki-laki

dewasa dengan perempuan dewasa yang tidak bebas dilakukan oleh semua orang, lebih-

lebih anak usia sekolah dan remaja. Lebih jauh, anak usia sekolah dan remaja melakukan

hal ini dengan alasan suka sama suka dan sebagai landasan membuktikan perasaannya

yang mendalam pada pasangannya. Aktivitas seksual ini hanya boleh dilakukan pada

orang dewasa dan mereka yang berada dalam ikatan pernikahan yang sah sesuai hukum

dan norma agama.

c) Masturbasi/Onani

Perilaku seksual anak-anak usia sekolah dan remaja pada dasarnya sama seperti

orang dewasa. Meredakan dan menahan nafsu seksual yang mengganggu

46

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47

terkadang menjadi masalah bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, karena hal ini

menyebabkan mereka sering tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran disekolah. Salah

satu bentuk pelampiasannya adalah melakukan masturbasi atau onani. Masturbasi atau

onani adalah suatu cara yang dilakukan untuk mencapai kepuasan dengan cara

merangsang diri sendiri, terutama organ kemaluannya. Mereka akan mendapatkan

kepuasan setelah melakukannya. Perilaku masturbasi atau onani bisa timbul dikarenakan

ketegangan seks pada saat pubertas.

Ditinjau dari ilmu kesehatan dan medis, masturbasi sebenarnya perilaku yang

normal dan bisa terjadi pada aktivitas seksual seseorang. Masturbasi juga merupakana

perbuatan yang bersifat alamiah dan manusiawi serta wajar ketika seseorang

melakukannya. Secara fisik, sebenarnya tidak ada akibat buruk yang bisa ditimbulkan

akibat melakukan masturbasi.

Tahap-tahap perilaku seksual remaja dapat dirinci sebagai berikut: berpegangan

tangan, memeluk/dipeluk pada bahu, memeluk/dipeluk pada pinggangg, ciuman bibir,

ciuman bibir dengan beperlukan, meraba/diraba daerah erogen (payudara, alat kelamin)

dalam keaadan berpakaian, mencium/dicium dareha erogen dalam keadaan tanpa pakaian,

saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian, hubungan seksual.

Soetjiningsih (2004), menyebutkan berbagai perilaku seksual yang sering ditemui

pada remaja adalah sebagai berikut:

1) Masturbasi atau Onani

Merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para remaja.

Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa memanipulasi terhadap alat

genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. Masturbasi ini

dilakukan sendiri atau secara mutual dengan teman sebaya sejenis kelamin, tetapi

sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara mutual dengan pacarnya

(Sarwono S. , 2004).

2) Percumbuan, seks oral dan seks anal

Pola perilaku seksual ini tidak hanya dilakukan oleh pasangan suami-isteri tetapi

telah dilakukan oleh sebagian dari remaja. Remaja menyalurkan aktivitas ini dengan

berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan, seperti sentuhan, pegangan

tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah

keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3) Hubungan seksual

Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang melakukan hubungan

seksual. Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan

lawan jenis.

Tahap perilaku seksual remaja dapat diurutkan mulai dari berpegangan tangan,

memeluk/dipeluk bahu, memeluk/dipeluk pinggang, ciuman bibir, ciuman bibir sambil

berpelukan, meraba/diraba pada daerah erogen (payudara, alat kelamin) dalam keadaan

berpakaian, mencium/dicium daerah erogen dalam keadaan tanpa pakaian, saling

menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian, selanjutnya berhubungan

seksual (Soetjiningsih, 2004).

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Masalah seks pada anak-anak praremaja dan remaja seringkali mencemaskan

para orangtua, pendidik, pejabat pemerintah, para ahli dan

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

sebagainya. Remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Pada masa ini, semestinya seorang

remaja mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya, dengan

demikian, memang dibutuhkan sikap dan tanggapan yang bijaksana dari orangtua, pendidik, dan

lingkungan masyarakat, termasuk pribadi remaja itu sendiri agar mereka mampu melewati masa

transisi tersebut dengan hal-hal yang bersifat positif.

Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku seksual atau seks bebas di

kalangan anak usia sekolah, seperti lemahnya pemahaman agama, kurangnya perhatian

orangtua terhadap kondisi dan situasi lingkungan, pergaulan, perkembangan teknologi

juga mendorong kecenderungan anak melakukan perilaku buruk yang datang dari luar.

Pengaruh buruk itu bisa berupa informasi yang keliru atau sesat mengenai hubungan

seksual, misalnya film, buku, teman sebaya yang sama-sama tidak mengerti, dan lain

sebagainya. Ini bisa menjadi faktor anak melakukan perilaku seksual aktif. Orangtua juga

memiliki peran penting dalam memantau perkembangan dan pergaulan anak sesuai

dengan usia perkembangannya. Peran orangtua juga diperlukan dalam memberikan

pendidikan seks yang baik dan benar, tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku

seksual pada anak yang akan memasuki usia pra-remaja atau dalam tahapan remaja

(Mardiya, 2012).

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja menurut

Hurlock, E. B (2004) adalah sebagai berikut:

1) Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, dimulai dari keluarga

dimana anak mulai tumbuh dan berkembang.

memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berenang masuk ke dalam rahim,

walaupun tidak sampai terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Segala resiko

dan kemungkinan untuk terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tetap tinggi.

Aktivitas hubungan seksual demikian ini sangat tidak pantas dan tidak benar

untuk dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dan remaja selama masa pacaran

mereka. Aktivitas hubungan seksual ini hanya boleh dilakukan oleh orang

dewasa yang telah berada dalam hubungan dan ikatan pernikahan yang sah,
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

dalam hubungan suami-isteri.

d) Sexual intercourse

Hubungan seksual atau senggama dengan masuknya penis laki-laki kedalam

vagina perempuan. Apabila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang

didalamnya ada jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di

dalam vagina, hal ini akan memudahkan pertemuan sperma dengan sel telur

yang dapat menyebabkan pembuahan dan terjadinya kehamilan.

Hubungan seksual ini merupakan puncak dari kegiatan seksual seorang laki-laki

dewasa dengan perempuan dewasa yang tidak bebas dilakukan oleh semua

orang, lebih-lebih anak usia sekolah dan remaja. Lebih jauh, anak usia sekolah

dan remaja melakukan hal ini dengan alasan suka sama suka dan sebagai

landasan membuktikan perasaannya yang mendalam pada pasangannya.

Aktivitas seksual ini hanya boleh dilakukan pada orang dewasa dan mereka

yang berada dalam ikatan pernikahan yang sah sesuai hukum dan norma

agama.

e) Masturbasi/Onani

Perilaku seksual anak-anak usia sekolah dan remaja pada dasarnya sama

seperti orang dewasa.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berenang masuk ke dalam rahim, walaupun

tidak sampai terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Segala resiko dan kemungkinan

untuk terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tetap tinggi. Aktivitas hubungan seksual

demikian ini sangat tidak pantas dan tidak benar untuk dilakukan oleh anak-anak usia

sekolah dan remaja selama masa pacaran mereka. Aktivitas hubungan seksual ini hanya

boleh dilakukan oleh orang dewasa yang telah berada dalam hubungan dan ikatan

pernikahan yang sah, dalam hubungan suami-isteri.

f) Sexual intercourse

Hubungan seksual atau senggama dengan masuknya penis laki-laki

kedalam vagina perempuan. Apabila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani

yang didalamnya ada jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di

dalam vagina, hal ini akan memudahkan pertemuan sperma dengan sel telur yang

dapat menyebabkan pembuahan dan terjadinya kehamilan.

Hubungan seksual ini merupakan puncak dari kegiatan seksual seorang

laki-laki dewasa dengan perempuan dewasa yang tidak bebas dilakukan oleh

semua orang, lebih-lebih anak usia sekolah dan remaja. Lebih jauh, anak usia

sekolah dan remaja melakukan hal ini dengan alasan suka sama suka dan sebagai

landasan membuktikan perasaannya yang mendalam pada pasangannya. Aktivitas

seksual ini hanya boleh dilakukan pada orang dewasa dan mereka yang berada

dalam ikatan pernikahan yang sah sesuai hukum dan norma agama.

g) Masturbasi/Onani

Perilaku seksual anak-anak usia sekolah dan remaja pada dasarnya sama

seperti orang dewasa. Meredakan dan menahan nafsu seksual yang mengganggu

46

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47

terkadang menjadi masalah bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, karena hal ini

menyebabkan mereka sering tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran disekolah.

Salah satu bentuk pelampiasannya adalah melakukan masturbasi atau onani.

Masturbasi atau onani adalah suatu cara yang dilakukan untuk mencapai kepuasan

dengan cara merangsang diri sendiri, terutama organ kemaluannya. Mereka akan

mendapatkan kepuasan setelah melakukannya. Perilaku masturbasi atau onani bisa

timbul dikarenakan ketegangan seks pada saat pubertas.

Ditinjau dari ilmu kesehatan dan medis, masturbasi sebenarnya perilaku

yang normal dan bisa terjadi pada aktivitas seksual seseorang. Masturbasi juga

merupakana perbuatan yang bersifat alamiah dan manusiawi serta wajar ketika

seseorang melakukannya. Secara fisik, sebenarnya tidak ada akibat buruk yang

bisa ditimbulkan akibat melakukan masturbasi.

Tahap-tahap perilaku seksual remaja dapat dirinci sebagai berikut:

berpegangan tangan, memeluk/dipeluk pada bahu, memeluk/dipeluk pada

pinggangg, ciuman bibir, ciuman bibir dengan beperlukan, meraba/diraba daerah

erogen (payudara, alat kelamin) dalam keaadan berpakaian, mencium/dicium

dareha erogen dalam keadaan tanpa pakaian, saling menempelkan alat kelamin

dalam keadaan tanpa pakaian, hubungan seksual.

Soetjiningsih (2004), menyebutkan berbagai perilaku seksual yang sering

ditemui pada remaja adalah sebagai berikut:

4) Masturbasi atau Onani

Merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para remaja.

Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa memanipulasi terhadap

alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.

Masturbasi ini dilakukan sendiri atau secara mutual dengan teman sebaya sejenis

kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara mutual

dengan pacarnya (Sarwono S. , 2004).

5) Percumbuan, seks oral dan seks anal

Pola perilaku seksual ini tidak hanya dilakukan oleh pasangan suami-isteri

tetapi telah dilakukan oleh sebagian dari remaja. Remaja menyalurkan aktivitas ini

dengan berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan, seperti

sentuhan, pegangan tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang

pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan

seksual.

6) Hubungan seksual

Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang melakukan

hubungan seksual. Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan

berpasangan dengan lawan jenis.

Tahap perilaku seksual remaja dapat diurutkan mulai dari berpegangan

tangan, memeluk/dipeluk bahu, memeluk/dipeluk pinggang, ciuman bibir, ciuman

bibir sambil berpelukan, meraba/diraba pada daerah erogen (payudara, alat

kelamin) dalam keadaan berpakaian, mencium/dicium daerah erogen dalam

keadaan tanpa pakaian, saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa

pakaian, selanjutnya berhubungan seksual (Soetjiningsih, 2004).

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Masalah seks pada anak-anak praremaja dan remaja seringkali

mencemaskan para orangtua, pendidik, pejabat pemerintah, para ahli dan

48

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49

sebagainya. Remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Pada masa ini,

semestinya seorang remaja mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa,

termasuk dalam aspek seksualnya, dengan demikian, memang dibutuhkan sikap

dan tanggapan yang bijaksana dari orangtua, pendidik, dan lingkungan

masyarakat, termasuk pribadi remaja itu sendiri agar mereka mampu melewati

masa transisi tersebut dengan hal-hal yang bersifat positif.

Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku seksual atau seks

bebas di kalangan anak usia sekolah, seperti lemahnya pemahaman agama,

kurangnya perhatian orangtua terhadap kondisi dan situasi lingkungan, pergaulan,

perkembangan teknologi juga mendorong kecenderungan anak melakukan

perilaku buruk yang datang dari luar. Pengaruh buruk itu bisa berupa informasi

yang keliru atau sesat mengenai hubungan seksual, misalnya film, buku, teman

sebaya yang sama-sama tidak mengerti, dan lain sebagainya. Ini bisa menjadi

faktor anak melakukan perilaku seksual aktif. Orangtua juga memiliki peran

penting dalam memantau perkembangan dan pergaulan anak sesuai dengan usia

perkembangannya. Peran orangtua juga diperlukan dalam memberikan pendidikan

seks yang baik dan benar, tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku seksual

pada anak yang akan memasuki usia pra-remaja atau dalam tahapan remaja

(Mardiya, 2012).

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja

menurut Hurlock, E. B (2004) adalah sebagai berikut:

2) Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, dimulai dari keluarga

dimana anak mulai tumbuh dan berkembang.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

3) Faktor luar, mencakup kondisi sekolah atau pendidikan formal yang cukup

berperan terhadap perkembangan remaja mencapai kedewasaannya.

4) Faktor masyarakat, mencakup adat, kebiasaan, pergaulan, dan perkembangan

di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.

Faktor penyebab remaja melakukan hubungan seksual untuk pertama kali

menurut Soetjiningsih (2004), sebagai berikut:

1) Waktu/ketika seorang anak mengalami pubertas. Pada saat itu mereka tidak

pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya.

2) Kontrol sosial kurang tepat dimana terlalu ketat atau terlalu longgar.

3) Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Dimana mereka memiliki kesempatan

untuk melakukan pertemua yang semakin sering tanpa adanya kontrol yang

baik. Sehingga, hubungan semakin mendalam.

4) Hubungan diantara pasangan remaja yang semakin romantis.

5) Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak dalam

memasuki masa remaja dengan baik.

6) Kurangnya kontrol dari orangtua. Dimana orangtua terlalu sibuk sehingga

perhatian terhadap anak kurang baik.

7) Status ekonomi. Anak-anak remaja yang hidup dengan fasilitas berkecukupan

akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat yang rawan, dimana

memungkinkan adanya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual.

Sebaliknya, anak-anak remaja dengan kelompok ekonomi yang lemah tetapi

memiliki banyaknya tuntutan/kebutuhan dalam kehidupan mereka

memungkinkan mereka untuk mencari kesempatan memanfaatkan dorongan

seksualnya demi mendapatkan sesuatu.

50

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
51

8) Korban pelecehan seksual sebelumnya.

9) Tekanan dari teman sebaya. Kelompok teman sebaya kadang-kadang saling

ingin menunjukkan kematangannya. Misalnya saja, mereka ingin

menunjukkan bahwa mereka sudah mampu membujuk seorang perempuan

untuk melayani kepuasan seksualnya.

10) Penggunaan obat-obatan terlarang dan alcohol. Peningkatan penggunaan obat-

obatan terlarang dan alcohol semakin meningkat. Anak-anak remaja yang

terpapar oleh penggunaan obat-obatan terlarang dan alcohol akan kehilangan

kontrol dikarenakan tidak mampu untuk mengerti dan mengendalikan batas-

batas mana yang boleh dan mana yang tidak.

11) Mereka sudah saatnya untuk melakukan aktivitas dan hubungan seksual

karena sudah merasa matang secara fisik.

12) Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.

13) Penerimaan aktivitas seksual pacarnya.

14) Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.

15) Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormone

reproduksi/seksual.

Menurut Suryoputro (2006), perilaku seksual tidak merupakan hasil

langsung dari pengetahuan atau keterampilan, melainkan suatu proses penilaian

yang dilakukan seseorang dengan menyatukan ilmu pengetahuan, harapan, status

emosi, pengaruh sosial, dan pengalaman yang didapat sebelumnya untuk

menghasilkan suatu penilaian atas kemampuan mereka dalam menguasai situasi

yang sulit. Dalam Buku Psikologi Remaja yang ditulis oleh Sarlito W. Sarwono

(2007), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

diantaranya adalah:

1) Meningkatnya Libido Seksualitas

Menurut Robert Havighurst, seorang remaja menghadapi tugas-tugas

perkembangan (development task) sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik

dan peran-sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu

antara lain, menerima kondisi fisiknya (yang berubah) dan memanfaatkan teman

sebaya dari jenis kelamin yang manapun, menerima peranan seksual masing-

masing (laki-laki atau perempuan) dan mempersiapkan perkawinan dan kehidupan

berkeluarga (Jensen, 1985). Dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru,

seorang remaja mendapatkan motivasinya dan meningkatnya energy seksual atau

libido. Menurut Sigmund Freud, energi seksual ini,berkaitan erat dengan

kematangan fisik, sementara itu menurut Anna Freud, fokus utama dari energi

seksual ini adalah perasaan-perasaan disekitar alat kelamin, objek-objek seksual,

dan tujuan-tujuan seksual (Jensen, 1985).

2) Penundaan Usia Perkawinan

Di Indonesia, terutama di daerah perdesaan seringkali dapat ditemukan

pernikahan di bawah umur. Kebiasaan ini berasal dari adat yang sejak berlaku

sejak dahulu dimana masih terbawa hingga sekarang. Akan tetapi, semakin

modernya kehidupan seperti kesetaraan gender, meningkatnya taraf pendidikan di

masyarakat dimana banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, mak

semakin tertunda kebutuhan untuk menikahkan anak. dewasa ini, semakin banyak

orangtua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk lebih

menjamin kehidupan anak-anak mereka.

52
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53

Menurut J.T. Fawcett (1973), ada sejumlah faktor yang menyebabkan

individu memilih untuk tidak menikah sementara. Faktor-faktor itu antara lain,

cost (beban) dan barriers (hambatan) dari perkawinan. Kategori yang termasuk

dalam cost, seperti hilangnya kebebasan dan mobilitas pribadi, bertambahnya

kewajiban-kewajiban dan usaha, bertambahnya beban ekonomi. Kategori yang

termasuk dalam barriers, seperti kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang

menyulitkan perkawinan, adanya pilihan lain selain menikah, adanya hukum yang

mempersulit perceraian atau perkawinan, ada keserba-bolehan seksual, adanya

persyaratan yang makin tinggi untuk melakukan perkawinan, dan adanya undang-

undang yang membatasi usia minimum dari perkawinan.

3) Tabu-Larangan

Hubungan seks diluar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi

juga tidak boleh ada. Bahkan, sering dianggap tidak pernah ada. Anggapan ini

sangat dipengaruhi oleh ajaran agama, pada gilirannya menyebabkan sikap negatif

masyarakat terhadap seks. Orangtua dan pendidik jadi tidak mau terbuka atau

berterus terang pada anak-anak atau anak didik mereka tentang seks dan takut

apabila anak-anak itu jadi ikut-ikutan melakukan hubungan seksual sebelum

waktunya (seks pranikah). Seks kemudian menjadi tabu untu dibicarakan

walaupun antara anak dengan orangtuanya sendiri, contoh yang sering terjadi

adalah ketika anak bertanya pada ayah atau ibunya: “Darimana datangnya adik?”

atau “Apakah diperkosa itu?” atau “Apakah Homoseks itu?”, maka biasanya

orangtua akan memilih untuk menghindari memberi jawaban atau malah justru

menjawab dengan sebuah kebohongan.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai

seks tentunya disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada

dorongan-dorongan naluri dari dalam individu. Dorongan-dorongan naluri seksual

ini bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada di dalam “super ego”,

sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk

tingkah laku terbuka. Oleh karena itu remaja dan bayak dewasa lain umumnya

tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi

mengenai seks, terutama sebelum ia bersenggama untuk yang pertama kalinya.

Tabu-tabu ini jadi mempersulit komunikasi (Rogel & Zuehlke, 1982).

Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orangtua pada akhirnya akan

menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.

4) Kurangnya Informasi tentang Seks

Melihat kenyataan semakin banyaknya remaja yang melakukan hubungan

seksual dengan semakin meningkatnya anak usia sekolah yang hamil diluar

pernikahan. Ada banyak waktu bagi remaja-remaja untuk mempersiapkan dirinya

dan mencegah hal-hal yang tidak dikejendaki, akan tetapi umumnya mereka ini

memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai mengenai seks,

sebaliknya malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang

terakhir ini disebabkan orangtua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan

hubungan orangtua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak-anak berpaling ke

sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. Sikap menabukan seks pada

remaja jelaslah bukan hanya mengurangi kemungkinananya membicarakannya

secara terbuka tetapi tidak menghambat hubungan seks itu sendiri.

5) Pergaulan yang Semakin Bebas

54
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja dapat dengan mudah

kita temui sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Rex Forehand (1997),

mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pemantauan orangtua terhadap anak

remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa seorang

remaja. Orangtua perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orangtua

disamping membangun komunikasi yang baik dengan anak, dengan demikian

remaja akan lebih terbuka dan mau bercerita pada orangtua. Orangtua juga dapat

memantau pergaulan anak remajanya dengan cara ini.

2.3.5 Dampak Perilaku seksual

Dampak perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang masih belum saatnya

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Bahaya Fisik

a) Terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS serta bahaya

kelamin dini yang tidak dikendaki. Penyakit ini bila tidak terobati dengan

benar dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, diantaranya adalah

terjadi kemandulan, kebutaan pada bayi baru lahir, bahkan kematian.

b) Kehamilan yang tidak diinginkan pada usia dini yang akan meningkatkan

resiko kehamilan dan persalinan serta resiko pada janin, seperti panggul

yang sempit, kontraksi rahim yang lemah, ketidak teraturan tekanan darah

yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan hingga kejang-kejang

yang dapat menyebabkan kematian. Calon ibu yang usianya masih remaja

merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil serta mengasuh anak

sehingga bisa saja ia tidak akan mengurus dengan baik kondisi

kehamilannya, gangguan pertumbuhan organ-organ janin, kecacatan, dan

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

sulit mengharapkan adanya peran kasih sayang yang tulus dan kuat dari

ibu yang tidak mengkehendaki kehamilan bayi yang dilahirkan nanti,

sehingga masa depan anak mungkin saja terlantar. Beberapa remaja

memilih untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi. Aborsi dapat

berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan sedih karena kehilangan

bayi, beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang

dapat mengakibatkan depresi.

2) Bahaya Perilaku dan Kejiwaan

Hubungan seksual yang dilakukan sebelum waktunya menyebabkan

terjadinya penyakit kelainan seksual berupa keinginan untuk melakukan hubungan

seksual. Penderita selalu menyibukkan waktunya dengan berbagai khayalan

seksual, berciuman, berpelukan, dan bayangan-bayangan tubuh wanita luar dalam.

penderita menjadi pemalas, sulit berkonsentrasi, sering lupa, melamun, badan

menjadi kurus dan kejiwaan menjadi tidak stabil. Pada pikiran mereka yang

tersimpan hanya seputar seks dan seks serta keinginan untuk melampiaskan nafsu

seksualnya, akibatnya bila tidak mendapat teman untuk melakukan seks bebas, ia

akan pergi ke tempat pelacuran atau prostitusi dan berpotensi untuk menjadi

pemerkosa. Lebih ironis lagi, apabila ia tidak menemukan orang dewasa sebagai

korban dari pelampian nafsu seksualnya maka ia tidak akan ragu untuk

memperkosa anak-anak dibawah umur bahkan mungkin wanita yang sudah lanjut

usia/nenek lansia.

3) Bahaya Sosial

Perilaku seksual akan menyebabkan seseorang tidak lagi berpikir untuk

membentuk keluarga, mempunyai anak, apalagi memikul sebuah tanggung jawab.

56

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57

Mereka hanya menginginkan kehidupan diatas sebuah kebebasan yang semu Laki-

laki maupun perempuan remaja yang melakukan hubungan seksual dapat

menjurus pada perilaku seks bebas, lebih jauh akhirnya akan terjerumus pada

lembah pelacuran dan prostitusi.

Seorang anak yang terlahir dari sebuah hubugan seks bebas atau

perzinahan tidak akan mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya, dan

tidak akan mendapatkan figure seorang ayah dan ibu yang dibutuhkan, sebuah

rumah dan keluarga, perhatian dan kasih sayang, serta pendidikan dan kehidupan

yang layak. Setelah anak mengerti dan dapat memahami bahwa terlahir melalui

hubungan seks bebas atau perzinahan, maka kejiwaan anak akan menjadi kaku,

tersisih dari pergaulan dan masyarakat, bahkan tidak jarang mereka akan terlibat

masalah dalam kriminalitas. Hal yang paling memprihatinkan adalah, seringkali

ayah dari anak-anak ini tidak jelas asal-usulnya dan keluarganya.

4) Bahaya Perekonomian

Perilaku seksual atau seks bebas akan melemahkan perekonomian bagi

pelakunya. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan produktivitas pelaku

akibat kondisi mental dan fisik yang menurun, penghamburan harta untuk

memenuhi nafsu dan keinginan seksualnya. Pelaku juga akan berupaya untuk

mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dari jalan

yang haram dan keji seperti korupsi, menipu, berjudi, berbisnis minuman keras

atau narkoba, dan lain sebagainya.

2.3.6 Solusi dari Permasalahan Perilaku Seksual

Jalan keluar dari permasalahan perilaku seksual atau seks bebas

memerlukan perhatian dan keprihatinan keluarga, sekolah dan masyarakat

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

termasuk pemerintah. Semua pihak hendaknya memiliki pandangan yang sama

terhadap masa depan anak-anak sekolah, anak-anak yang memasuki masa

pubertas, dan remaja. Tujuan akhirnya adalah agar anak-anak sekolah, anak-anak

yang memasuki masa pubertas dan remaja memiliki wawasan mengenai bahaya

dari perilaku ini dan memiliki pandangan untuk tidak melakukan hubungan

seksual atau seks bebas. Sejatinya pandangan mereka mengenai perilaku seks

bebas perlu diluruskan dan diinformasikan dengan segala macam bahaya, resiko,

dan pertanggung jawaban yang harus dihadapi dari dampak melakukan hubungan

seks bebas.

Beberapa pendekatan yang ditulis oleh Dadang Hawari (2009) diantaranya adalah:

1) Pendekatan Keluarga

Berbagai penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa anak/remaja

yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik (tidak

harmonis sebuah keluarga), maka resiko anak untuk mengalami gangguan

kepribadian menjadi berkepribadian anti-sosial dan kecenderungan berperilaku

menyimpang (NAPZA dan seks bebas) lebih besar dibandingkan dengan

anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat atau harmonis.

Orangtua sebaiknya memperhatikan perkembangan anak dan remaja

dengan memberikan pendidikan seks yang Islami. Pengertian pendidikan seks

tersebut tidaklah dalam arti hubungan seks semata, melainkan seks dalam arti

jenis kelamin, dibedakannya jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam

perkembangan biologis dan kejiwaannya. Tujuan akhir pendidikan seks yang

Islami adalah pencegahan hubungan seksual pranikah.

58
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59

2) Pendekatan Sekolah

Kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses belajar-

mengajar anak didik yang pada nantinya akan memberikan “peluang” pada anak

didik untuk berperilaku menyimpang, misalnya mereka yang terlibat NAPZA dan

pergaulan bebas. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut antara lain:

a) Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai.

b) Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai.

c) Kuantitas dan kualitas tenaga non guru yang tidak memadai.

d) Kesejahteraan guru yang tidak memadai.

e) Kurikulum sekolah yangseringberganti-ganti, muatan agama, dan budi pekerti

yang kurang di sekolah.

f) Lokasi sekolah di daerah yang rawan. Misalnya, dekat dengan pusat

perbelanjaan dan hiburan malam, atau lain sebagainya.

Personil sekolah juga peelu diberikan pendidikan agama dan budi pekerti

yang cukup, pendidikan seksual yang Islami, bahaya dari NAPZA sehingga tidak

hanya sebatasa melakukan perbaikan sarana dan prasarana.

3) Pendekatan Masyarakat

Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat/rawan dapat merupakan

faktor yang kondusif bagi anak atau remaja untuk berperilaku menyimpang seperti

terlibat dengan masalah NAPZA dan pergaulan bebas. Kondisi masyarakat yang

tidak sehat, seperti:

a) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan sampai dini

hari.

b) Peredaran minuman berakohol, narkotikam dan obat-obatan terlarang lainnya.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

c) Pengangguran dan kesenjangan sosial.

d) Anak yang putus sekolah/anak-anak jalanan.

e) Wanita tuna susila.

f) Beredarnya bacaan, tontonan TV, majalah dan lain-lain yang sifatnya

pornografis maupun kekerasan.

g) Perumahan yang kumuh dan padat.

h) Pencemaran lingkungan.

i) Tindak kekerasan dan kriminalitas.

Upaya untuk mencegah aborsi yang dilakukan oleh dukun beranak

maupun dokter, solusi berikut ini dapat dipertimbangkan (Hawari, 2009):

1) Pendidikan agama sejak dini diberikan agar anak kelak bila memasuki masa

remaja atau dewasa muda memiliki pengetahuan bahwa melakukan

perzinahan (seks bebas) dilarang oleh agama. Hukumnya haram dan

melakukannya merupakan perbuatan dosa.

2) Bila terjadi juga “kecelakaan” (kehamilan diluar pernikahan) sebaiknya

remaja yang berhubungan dinikahkan. Apabila tidak memungkinkan,

kehamilan dapat diteruskan hingga melahirkan secara normal. Bayi dapat

dirawat sendiri atau dirawat oleh orang lain (di adopsi).

3) Orangtua di rumah (ayah-ibu), orangtua di sekolah (guru), serta orangtua di

masyarakat (ulama, tokoh masyarakat, pejabat, aparat, dan pengusaha)

sebaiknya menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang religious dan

tidak memberi peluang berupa sarana dan prasarana yang dapat menjurus pada

pergaulan bebas.

60
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61

4) Diperlukan penyuluhan pada masyarakat. Terutama para remaja mengenai

dampak buruk aborsi akibat dari pergaulan bebas. Baik dari sudut pabdang

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (agama).

5) Kepada mereka yang emlakukan tindakan pengguguran (abortus provocatus

criminalis) dikenakan sanksi hukum yang berat sesuai dengan hukum

perundang-undangan yang berlaku.

6) Organisasi profesi seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia), dan POGI

(Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia) hendaknya dapat menertibkan

para anggotanya yang melakukan tindakan pengguguran (abortus provocatus

criminalis).

2.4 Konsep Nilai dan Nilai Sosial

2.4.1 Pengertian Nilai dan Nilai Sosial

Nilai adalah ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan, atau

keyakinan-keyakinan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta diant

oleh banyak orang yang berguna untuk menentukan apa yang benar, pantas, luhur,

dan baik untuk dilakukan. Nilai sosial bersifat langgeng dan tidak mudah

berubah, sebab nilai diperoleh dari hasil proses yang sangat panjang (Untoro,

2010).

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, namun hal tersebut menjadi

pedoman bagi kehidupan masyarakat (Waluya, 2010). Nilai merupakan sesuatu

yang terkait dengan penilaian baik atau buruk, patut atau tidak patut, benar atau

salah, sopan atau tidak sopan, dan lain sebagainya. Nilai ini menjadi ukuran dalam

menilai tindakan sesorang dalam kehidupan sehari-hari atau dalam berinteraksi

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

dengan sesama manusia yang lain. Suatu peristiwa dalam hal ini, pada tahun 70-

an wanita yang menggunakan celana panjang dianggap kurang pantas dan bahkan

tidak sopan, di era sekarang hal ini sudah berubah dan ditinggalkan guna

pertimbangan untuk keamanan dan kesopanan. Nilai yang digunakan untuk

mengukur tindakan dalam peristiwa ini sudah berubah (Soeroso, 2010).

Nilai sosial didefinisikan sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung

lam, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari

(Waluya, 2010). Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat,

sebagai contoh orang menganggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan

mencuri bernilai buruk. Proses dalam menentukan suatu tindakan dikatakan baik

atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui sebuah proses menimbang. Hal

ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat, oleh karena itu

terdapat perbedaan tata nilai antara masyarakat yang satu dengan yang lain.

Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena

dalam persaingan akan muncul pembaharuan, sementara masyarakat tradisional

lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan

mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun temurun.

2.4.2 Ciri Nilai Sosial

Menurut Soeroso (2010), beberapa ciri nilai sosial diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat sebagi hasil interaksi antar-

anggota masyarakat.

2. Nilai sosial disebarkan diantara anggota masyrakat.

62
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
63

3. Nilai sosial terbentuk melalui sosialisasi, proses belajar yang berlangsung

sejak dari masa kanak-kanak dalam unit keluarga.

4. Nilai sosial merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan

sosial manusia.

5. Nilai sosial dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial dalam masyrakat,

baik postif maupun negatif.

6. Nilai sosial memiliki pengaruh yang berbeda antar anggota masyarakat.

7. Nilai sosial bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang

lain.

8. Nilai sosial cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk pola-pola

sistem nilai di dalam masyarakat.

2.5 Macam Nilai Sosial

Ada beberapa macam nilai sosial dalam masyarakat yang berfungsi

sebagai sarana pengendalian dalam kehidupan bersama. Seseorang yang dianggap

sebagai orang yang patuh atau yang menyimpang dari tatanan sosial, nilai tersebut

sebagai pengukur. Nilai-nilai tersebut sebagai nilai yang bersifat umum, berlaku

hampir pada semua masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain sebagai

berikut:

2.5.1 Etika

Istilah etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, “etos”, artinya

kebiasaan (costum), adat. Istilah etika pertamakali diperkenalkan oleh filsuf

Yunani, Aristoteles, melalui karyanya yang berjudul “Etika Nicomachiea”. Buku

“Etika Nicomachenia” berisi tentang ukuran-ukuran perbuatan. Ditinjau dari sudut

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

asal katanya, etika adalah studi terhadap kebiasaan manusia. Studi etika dalam

perkembangannya hanya membahas kebiasaan yang semata-mata berdasarkan

sebuah tata cara (manners), melainkan membahas kebiasaan (adat) yang

berdasarkan pada sesuatu yang melekat pada kodrat manusia. Etika membahas

kebiasaan baik dan buruk dalam tingkah laku manusia. Kesimpulannya adalah

yang hendak diselidiki oleh etika adalah kebiasaan-kebiasaan dalam arti moral

(kesusilaan), oleh karena itu etika sering dikatakan sebagai studi tentang benar

atau salah dalam tingkah laku manusia.

Etika didefinisikan sebagai suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia

kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam

perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus

diperbuat. Definisi tersebut dapat dipahami bahwa etika dalah suatu ilmu yang

membahas tentang tingkah laku manusia dilihat dari baik buruknya, meskipun

dalam pengertian sederhana etika dan moral memiliki kesamaan makna, yaitu

memiliki arti adat kebiasaan dan berkaitan dengan nilai baik dan buruknya

perbuatan manusia. Etika berkaitan dengan ihwal pemberian tanggapan-tanggapan

kesusilaan secara kritis. Etika dipandang sebagai filsafat atau pemikiran kritis

mendasar mengenai ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika dipandang sebagai

ilmu untuk memahami mengapa seseorang perlu mengikuti ajaran moral tertentu

atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika

berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika pada hakikatnya mengamati

realitas sistem moral secara kritis, memelihara kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,

norma-norma, dan pandangan-pandangan moral serta melatih bertanggung jwab

64

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
65

kepada seseorang terhadap pendapat-pendapat moralnya, sehingga etika berusaha

untuk menjernihkan moral. Berbeda istilah dengan moral, etika mengajarkan

mengapa seseorang harus mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana

seseorang dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan

dengan berbagai ajaran moral (Sukardi, 2003).

Etika adalah pengukur untuk menganggap tingkah laku atau perbatan

seseorang dianggap baik atau menyimpang. Etika adalah suatu nilai tentang baik

atau buruk yang terkait dengan perilaku seseorang dalam bertutur kata. Jika

seseorang berbicara demgan menggunakan bahasa Jawa, mereka akan

menggunakan kromo madyo atau kromo inggil kepada orang yang lebih tua

usianya sebagai tanda untuk menghormati, misalnya: “Punopo bapak sampun

dhahar” atau “bapak saweg sare.” (Apakah bapak sudah makan? Atau bapak

sedang tidur). Etika dalam berjalan juga dapat dilihat, jika seorang wanita berjalan

dengan pria, maka pria akan berjalan disebalh kanan wanita dan berfungsi untuk

melindungi wanita dari berbagai ancaman bahaya dan sebagainya (Soeroso,

2010).

2.5.2 Moral

Kata “moral” berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak: mores) yang berarti

kebiasaan, adat-adat. Kata “mos” (mores) dalam bahasa Latin sama artinya

dengan “etos” dalam bahasa Yunani. Bemula dari kata “mos” timbul kata “mores”

dan moral merupakan kata sifat yang semula berbunyi moralis. Pada penggunaan

Bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Moral dapat diartikan

sebagai ide-ide yang diterima umum tentang tindakan manusia, yaitu berkaitan

dengan makna yang baik dan wajar. Moral, dalam artian lain adalah suatu

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh

umum, melitputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu

mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia.

Moral berisi ajaran, wejangan, khotbah, patokan kumpulan peraturan dan

ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup,

bertindak agar menjadi pribadi yang baik yang bersumber pada tradisi, adat-

istiadat, ajaran agama, atau ideologi tertentu. Moral mengajarkan bagaimana

seseorang harus hidup (Sukardi, 2003).

Norma merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai sosial di dalam masyarakat

yang berbudaya, memiliki aturan-aturan, dan kaidah-kaidah baik yang tertulis

maupun tidak tertulis. Norma-norma ini mengatur kehidupan manusia dalam

bermasayarakat. Norma terbentuk didasari oleh kebutuhan demi terciptanya

hubungan harmonis, selaras, dan serasi diantara sesama manusia dalam suatu

lingkungan masyarakat (Untoro, 2010).

Nilai sosial yang terkait dengan moral adalah nilai-nilai yang berhubungan

dengan jiwa, hati dan perasaan seseorang dalam melakukan tindakan. Nilai moral

menjadi ukuran untuk menganggap perilaku seseorang bertentangan dengan hati

nurani atau tidak. Contoh peristiwa: mencuri, tidak jujur, ingkar janji, penipuan,

keobohongan, dan memfitnah merupakan tindakan yang berkaitan dengan moral

(Soeroso, 2010).

2.5.3 Agama

Nilai sosial yang terkait dengan nilai agama adalah tindakan-tindakan

sosial yang berhubungan denagn tuntunan ajaran agama yang ada. Penilainnya

dengan cara apakah seseorang menjalankan kewajiban agama secara baik dan

66

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
67

benar ataukah tidak menjalankan kewajibannya dengan benar. Kehidupan

beragama mengenal kewajiban, seperti berdoa, berpuasa, larangan untuk

membunuh, dan lain sebagianya. Tindakan yang melanggar nilai-nilai agama

adalah tindakan yang tidak baik (Soeroso, 2010).

Agama merupakan norma yang mengatur manusia untuk berperilaku yang

tidak melanggar hukum agama, yang diatur di dalam kitab agamanya masing-

masing. Pelanggaran dalam bentuk norma agama mendapatkan sanksi berupa

sanksi fisik dan denda. Contoh: hukum islam yang diterapkan di Aceh (Untoro,

2010).

2.5.4 Akhlak

Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yaitu keadaan jiwa yang telah

terlatih sehingga di dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang

membentuk perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa terpikirkan atau angan-

angan lagi. Akhlak bersifat konstan, spontan, dan tidak temporer, tidak

memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar (Sukardi,

2003).

2.5.5 Hukum (law)

Nilai hukum sangat berkaitan dengan perundang-undangan yang berlaku.

Hukum biasanya memiliki kepastian tentang nilai-nilai yang diatur didalamnya

dan sanksi yang diberikan terhadap pelanggarnya. Nilai hukum yang berkaitan

dengan Hak Asasi Manusia atau pelanggran nilai-nilai kemanusiaan akan masuk

dalam hukum pidana. Pelanggarnya secara otomatis akan dilaporkan ke pihak

kepolisian untuk diadili. Pelanggaran terhadap nilai hukum perdata akan

mendapatkan sanksi sesuai dengan apa yang telah diatur dalam

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

perundang-undangan perdata (Soeroso, 2010).

Hukum (law), merupakan norma yang mengatur manusia untuk

berperilaku yang tidak melanggar hukum resmi yang dibuat Negara. Pelanggaran

norma ini mendapatkan sanksi yang pasti, yaitu berupa penjara, denda uang,

hukum cambuk, dan lain sebagainya. Contoh: mencuri, merampok, membunuh,

tindakan korupsi dan penipuan, serta lain sebagainya (Untoro, 2010).

2.6 Konsep Norma Sosial

2.6.1 Pengertian Norma Sosial

Norma sosial sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial

adal ukuran dalam menilai perilaku seuatu kelompok masyarakat tertentu. Norma

menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi

sosialnya. Norma sosial juga diberikan pengertian sebagai pelaksana dari nilai-

nilai sosial yang ada, suatu contoh nilai sosial mengatakan jika tangan kanan lebih

baik daripada tangan kiri, maka apabila seseorang akan melakukan sesuatu makan

ia menggunkan tangan kanan seperti bersalaman dengan tangan kanan, makan

dengan tangan kanan, memberikan sesuatu dengan tangan kanan. Hal ini

merupakan norma sosial yang didasarkan pada nilai tangan kanan lebih baik

daripada tangan kiri.

Norma bersifat tidak boleh dilanggar. Siapapun yang melanggar norma

atau tidak berperilaku sesuai dengan etentuan yang berlaku dalam norma maka

kan memperoleh hukuman. Peristiwa pelanggaran norma seperti, seorang siswa

Sekolah Dasardatang terlambat maka dihkum untuk berdiri di lorong kelas hingga

jam pelajaran kedua atau dihukum dengan cara hormat di depan tiang bendera

68

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
69

hingga jam pelajaran berikutnya, dan lain sebagainya. Norma merupakan hasil

buatan amnesia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya aturan ini dibentuk secara

tidak sengaja, lama-kelamaan norma disusun atau dibentuk secara sadar dalam

masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas

dan wajar (Soeroso, 2010).

2.6.2 Tingkatan Norma Sosial

Kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dikenal beberapa macam

tingkatan norma sosial, dimulai dari sanksi sosial yang ringan sampai dengan

sanksi sosial yang berat. Urutan tingkatan norma sosial menurut Soeroso (2010),

adalah sebagai berikut:

1. Cara (usage), adalah suatu cara berbuat berdasarkan sesuatu yang sudah

biasa, boleh dilakukan dan boleh tidak dilakukan. Hal ini tidak ada sanksinya

dan tidak ada hukum yang mengikat. Contoh: cara makan yang baik adalah

dengan tangan kanan, maka sendok yang digunakan untuk makan digunakan

bersama dengan tangan kanan.

2. Kebiasaan (folkways), suatu cara berbuat yang diulang-ulang dalam bentuk

atau perilaku yang diulang-ulang dengan tidak memberi sanksi apapun bagi

pelanggarnya. Pelanggaran terhadap peraturan ini hanya dianggap sebagai

perilaku yang aneh tetapi tidak mempunyai nilai moral yang penting (Soeroso,

2010). Folkways, juga merupakan norma yang mengatur manusia dalam

melakukan kegiatan atau perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan atau

kelaziman. Contoh: kebiasaan ketika pulang ke rumah atau datang ke rumah

orang lain mengucapkan salam (Untoro, 2010).

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

3. Kesusilaan atau Tata Kelakuan (mores), suatu norma yang semata-mata

untuk dapat dianggap sebagai kebiasaan, namun diterima sebagai norma

pengatur, sehingga setiap pelanggaran atau penyimpangan akan mendapatkan

sanksi masyarakat. Norma ini diharapkan untuk membantu kearah tercapainya

ketertiban yang didambakan masyarakat (Soeroso, 2010). Mores, juga

merupakan norma yang mengatur manusia untuk selalu berperilaku baik atau

tidak melanggar kesusilaan dalam kesehariannya. Pelanggaran norma ini dapat

berupa menjadi bahan gunjingan masyarakat sekitar atau mungkin yang paling

berat adalah disebut sebagai orang jahat. Contoh: suami atau istri dilarang

berbuat mesum atau zinah dengan yang bukan menjadi pasangan sah-nya

(Untoro, 2010).

4. Adat istiadat (custom), adalah pola kebiasaan yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat disuatu wilayah tertentu. Pelanggaran terhadap adat istiadat

sanksinya dapat dikucilkan dari pergaulan masyarakat (Soeroso, 2010).

Custom, juga merupakan norma yang mengatur manusia untuk berperilaku

yang tidak melanggar adat istiadat masyarakat sekitar. Contoh: hukum adat di

Aceh yang melarang laki-laki dan perempuan yang bukan pasangan suami-

istri atau keluarga berduaan di dalam suatu ruangan, bagi yang melanggarnya

akan dihukum cambuk sedangkan masyarakat sekitar yang mengetahuinya

akan mengucilkan pelakunya dari pergaulan sosial.

5. Hukum (law), adalah suatu aturan tertulis yang berlaku secara baku untuk

mengatur tata tertib dalam suatu pergaulan masyarakat dan keberlakuannnya

dipertahankan serta disepakati oleh masyarakat. Bila ada pelanggaran, maka

70

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
71

kan dikenakan sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan diakui (Soeroso,

2010).

2.6.3 Macam Norma Sosial

Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi saling

berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah sebagai

berikut:

1. Norma Agama, biasanya norma agama berasal dari ajaran agama dan

kepercayaan lainnya (religi). Norma agama adalah peraturan sosial yang

sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya.

Pelanggran terhadap norma agam dinamakan dosa. Melakukan bentuk ibadah

pada Tuhan sesuai dengan aturan agama yang diyakini, tidak berbohong, tidak

mencuri, dan tidak membunuh merupakan contoh ajaran agama yang harus

dijalankan.

2. Norma Kesusilaan, norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal

dari hati nurani yang menghasilkan suatu perilaku, sehingga seseorang dapat

membedakan sesuatu yang dianggap baik dan sesuatu yang dianggap buruk.

Pelanggran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik

(dipenjara, di usir) atau batin (dijauhi, diucilkan), misalnya adalah orang yang

melakukan perbatan zinah, atau seseorang yang melakukan tindakan asusila

kepada orang lain.

3. Norma Kesopanan, norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah

pada hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah

laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma

ini akan mendapat celaan, kritik, dan lain-lain tergantung pada tingkat

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

pelanggaran, misalnya adalah tidak meludah di sebarang tempat, memberi atau

menerima sesuatu dengan tangan kanan.

4. Norma Kebiasaan, adalah sekumpulan peraturan sosial yang ebrisi petunjuk

atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang

diulang-ulang sehingga perilaku tersebt menjadi kebiasaan individu.

Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritikan, sampai pengucilan

secara batin, misalnya adalah membawa oleh-oleh ketika pulang dari suatu

tempat, bersalaman ketika bertemu (Soeroso, 2010).

2.6.4 Peran Nilai dan Norma Sosial dalam Masyarakat

Nilai dan norma dalam masyarakat selalu berkaitan dan juga dianggap simultan

didalamnya. Terdapat berbagai macam peran dari nilai dan norma sosial yang ada di

dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:

1. Pedoman Pengaturan Perilaku Sosial, kehidupan bersama seperti halnya

bermasyarakat, kelompok, atau lembaga sosial membutuhkan pedoman atau

aturan yang berfungsi sebagai pedoman perilaku bagi setiap anggota

kelompoknya. Nilai dan norma sosial dalam hal ini memiliki fungsi sebagai

bagi setiap perilaku anggotanya.

2. Alat Pemersatu Masyarakat, nilai dan norma juga berfungsi untuk

mempersatukan masyarakat. Kehidupan dan perilaku masyarakat yang teratur

sesuai dengan nilai dan norma yang mereka sepakati bersama akan

mengarahkan masyarakat kedalam kehidupan yang diharapkan. Anggota

masyarakat selayaknya mengetahui dan paham apa yang baik bagi mereka

lakukan dalam masyarakat dan apa yang tidak.

72

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
73

3. Perlindungan bagi Mereka yang Lemah, perlindungan diberikan kepada

mereka yang lemah. Hal ini terjadi karena setiap anggota masyarakat telah

mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Kesadaran akan hak

dan kewajiban akan memupuk rasa kebersamaan dan senasib antar anggota

msyarakat. Rasa kebersamaan dan senasib ini yang akan menghindarkan

anggota masyarakat dari keinginan untuk bertindak semena-mena terhadap

mereka yang lemah. Perlindungan tersebut bisa berawal dari keluarga sendiri

maupun masyarakat sekitar, sedangkan ancaman dapat datang dari dalam

masyarakat sendiri maupun dari luar masyarakatnya.

4. Menegakkan Nilai-Nilai Bersama, kehidupan bersama akan tetap

berlangsung jia nilai-nilai menjadi kesepakatan yang diakui dan dijalankan

bersama dalam membentuk dan menjalani kehidupan. Nilai ini akan tetap

terpelihara dan tetap nyata di dalam masyarakat jika ada pemeliharaan

terhadap nilai kebersaaman tersebut. Salah satu fungsi norma adalah menjaga

dan menegakkan nilai kesepakatan yang luhur dari masyarakat yang terkait

(Soeroso, 2010).

2.7 Fase dalam Perkembangan Moral Anak

2.7.1 Moralitas Anak Usia 6 – Sampai Remaja

Pada masa ini baik anak laki-laki maupun perempuan belajar untuk bertingkah

laku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kelompoknya, dengan demikian nilai atau

kaidah moral untuk sebagian besar lebih banyak ditentukan oleh norma-norma yang

terdapat pada lingkungan kelompoknya. Pada usia 10 – 12 than anak dapat mengetahui

dengan baik alasan-alasan atau prinsip-prinsip

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

yang mendasari suatu peraturan. Kemampuan anak pada usia ini telah cukup berkembang

untuk dapat membeda-bedakan macam-macam nilai moral serta dapat menghubungkan

dengan situasi-situasi yang berbeda-beda pula.

Anak telah mampu menghubungkan konsep moralitas mengenai kejujuran, hak

milik, keadilan, dan kehormatan. Pada masa mendekati remaja, anak sudah

mengembangkan nilai-nilai moral sebagai hasil pengalaman-pengalaman di rumah dan

dalam hubungan-hbungan dengan anak-anak lain. Nilai-nilai ini sebagian akan menetap

sepanjang hidupnya dan akan mempengaruhi tingkah-lakunya sebagaiman hal ini terjadi

ketika masih anak-anak. Sebagian anak yang lain, secara perlahan dan bertahap

mengalami perubahan karena adanya hubungan- hubungan atau interaksi dengan

lingkungannya, menyebabkan timbulnya konflik- konflik karena nilai-nilai moral

lingkungan yang berbeda dengan nilai-nilai moral yang sudah terbentuk (Gunarsa, 2010).

74

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

2.8 Keaslian Penelitian

Tabel 2.5 – Keasilan Penelitian Analisis Faktor Perilaku Seksual Pada Anak SD di SDN
Dukuh Kupang II – 489 Kecamatan
Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang
Surabaya.
No. Judul Karya Variabe Jenis Hasil
Ilmiah & l Penelitia
Penulis n
Gambaran perilaku seksual kedua narasumber
Faktor-Faktor a. Penyebab
Remaja Perilaku Menyimpang padatampak
primer yang Remajadengan
Tunagrahita SLBNonani.
jelas adalah Semarang (Farisa, 2
1. b. Perilaku seksual Case Study Ditinjau dari faktor pengaruhnya, hal yang
c. Tunagrahita mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah
ketunaan dari remaja tunagrahita itu sendiri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan
Analisis Hubungan yang bermakna secara signifikan antara perilaku
Perilaku Seks a. Perilaku seksual remaja
seksual tidak aman terhadap pengetahuan
Pertamakali Tidak b. IMS kesehatan reproduksi.
2. aman pada Remaja c. Kesehatan Cross
Terdapat hubungan secara signifikan antara
Usia 15-24 tahun Reproduksi Sectional
perialku seksual remaja usia 15-24 tahun dengan
dan Kesehatan pengetahuan pencegahan penyakit infeksi menular
Reproduksi (Pratiwi seksual.
& Basuki, 2010)
Analisis Faktor
a. Adolescent Metode
sexual behavior Factors
Perilaku Seksual Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, faktor personal,
b. Integrated survei
pada Remaja Usia pengetahuan, dan batasan lingkungan memiliki korelasi
3. Behavioral analitik
Model (IBM)
(14-18) Tahun yang rendah dengan perilaku seksual pada remaja tengah.
kuantitatif
berdasarkan
dengan
Integrated
rancangan
Behavioral Model
penelitian
(IBM) di
cross
Lingkungan
sectional
Skripsi Lokalisasi Jarak ANALISIS FAKTOR PERILAKU...
dan Dolly
Kelurahan Putat Jaya
Kecamatan Sawahan
Surabaya (Ekasari,
2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang
Desain
Perilaku Seksual a. Perilaku seksual remaja
seksualitas, persepsi kemampuan remaja mengendalikan
mengguna
Remaja b. Theory of Planned Behavior perilaku seksual memiliki hubungan yang cukup kuat
4. kan
Berdasarkan dengan niat melakukan
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
Analisis Faktor dari aktivitas seksual, niat melakukan aktivitas memiliki
Theory of Planned hubungan yang kuat dengan perilaku seksual, persepsi
Behavior di SMA persepsi kemampuan remaja mengendalikan perilaku
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Tri Guna Bhakti seksual memiliki hubungan yang cukup kuat dengan
Surabaya (Motrik, perilaku
2012) seksual.

Teknik Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terbukti bahwa


analisis ada hubungan postif yang sangat significant antara
data konformitas kelompok dengan perilaku seks bebas (free
a. Konformitas
mengguna sex) dimana subjek yang mempunyai konformitas
Konformitas kelompok
5. kan kelompok tinggi cenderung dalam melakukan perilaku
Kelompok dan b. Perilaku seks
teknik seks bebas (free sex), sebaliknya subjek yang mempunyai
Perilaku Seks Bebas bebas
korelasi konformitas kelompok yang rendah cenderung jarang
pada Remaja c. Remaja
Product dalam
(Cynthia, 2007)
Moment melakukan perilaku seks bebas (free sex).
Pearson dan uji reliabilitas menggunakann teknik Alpha
Cronbach
Hubungan antara pengetahuan dengan sikap seksual
Hubungan Antara Mengguna pranikah menunjukkan arah kecenderungan siswa dengan
Pengetahuan dengan a. Pengetahua
kan metode pengetahuan yang baik akan lebih kea rah negatif
Sikap Seksual n seksual
observation (kecenderungan untuk menghindari seksual pranikah),
Pranikah Remaja pranikah
analitic dengan
sedangkan pada remaja dengan pengetahuan yang kurang
(Kusumastuti, 2010) remaja
6. rancangan akan crossmempunyai
sectional kecenderungan kea rah yang postif
b. Sikap seksual pranikah remaja
(kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah). Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara
pengetahuan dengan
sikap seksual pranikah remaja.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...

7
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Paper

PENGARUH KONVERGENSI MEDIA TERHADAP PERGAULAN ANAK MUDA DI DUNIA


MAYA

BAB I : PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Di zaman globalisasi ini perkembangan teknologi sudah jauh lebih maju dengan berbagai perkembangan
yang sudah ada. Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat teknologi informasi begitu mudah
diakses dari berbagai belahan dunia. Anda dapat mengakses setiap informasi dari setiap negara dengan
sistem internasional.

Setiap orang tidak dapat menghindari perkembangan teknologi yang selalu ada dan berganti setiap waktu.
Salah satu contoh nyatannya adalah terbentuknya konvergensi media. Konvergensi media dapat
mempermudah akses informasi melalui online.

Kemudian apakah pengaruh konvergensi media terhadap pergaulan anak muda di dunia maya?

TUJUAN

Membuktikan pengaruh konvergensi media terhadap pergaulan anak muda di dunia maya.

RUANG LINGKUP

Segala bentuk media teknologi informasi .

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II :

DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Di zaman globalisasi ini perkembangan teknologi sudah jauh lebih maju dengan berbagai perkembangan
yang sudah ada. Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat teknologi informasi begitu mudah
diakses dari berbagai belahan dunia. Anda dapat mengakses setiap informasi dari setiap negara dengan
sistem internasional.

Setiap orang tidak dapat menghindari perkembangan teknologi yang selalu ada dan berganti setiap waktu.
Salah satu contoh nyatannya adalah terbentuknya konvergensi media. Konvergensi media dapat
mempermudah akses informasi melalui online.

Kemudian apakah pengaruh konvergensi media terhadap pergaulan anak muda di dunia maya?

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III

PEMBAHASAN

Di zaman globalisasi ini masyarakat dituntut untuk melek media, termasuk media informasi yang dapat
memberikan segala masukan tentang paralelisme politik media. Masyarakat seharusnya sudah paham
akan hal yang pelik ini. Karena yang melatarbelakangi adalah media menjadi sasaran kepentingan para
investor.

Karena hal yang demikian dengan terbentuknya konvergensi media menjadi wadah bagi aspirasi
masyarakat untuk mengeluarkan pendapatnya. Ketika masyarakat tidak dapat memanfaatkan media
konvensional mereka dapat menggunakan media informasi canggih yang sudah tersedia. Hal ini dapat
membantu problematika politik yang menggelitik.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV

PENUTUP

Dari penjelasan mengenai konvergensi media diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi
informasi cukup membantu berbagai aspek, salah satunya adalah politik.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kemunculan internet berawal dari berbagai keadaan yang mendasari terbentuknya komunikasi
antar masyarakat di seluruh penjuru dunia. Seperti keentingan militer, bisnis, forum, berita,
hingga pertukaran informasi secara global dapat dipermudah dengan adanya media internet.

Mayoritas pengguna internet adalah kaum remaja yang memanfaatkan media global ini untuk
berbagai kepentingan seperti pendidikan dan sosialisasi. Walau demikian orang dewasa hingga
orang tuapun tak kalah juga menggunakan fasilitas ini untuk menunjang pekerjaannya. Tapi
intensitas penggunaan oleh remaja memang lebih mendominasi.

Oleh karena itu banyak pula remaja yang menyalahgunakan penggunaan media internet ini.
Apalagi semakin semaraknya jejaring soisal seperti instagram, facebook, twitter yang dapat
memcari atau mengetahui keadaan seluruh orang di penjuru dunia.

Akan tetapi dengan adannya jejaring sosial ini membuat para remaja lebih aktif bersosialisasi di
dunia maya daripada di dunia nyata akibat kecanduan. Hal ini membuat prestasi belajarnnya
menjadi turun dari sebelum penggunaan internet.

Banyak dari para remaja yang menggunakan media sosial untuk membagi curahan hati, namun
ada juga yang menggunakan kata-kata kotor di jejaring sosial. Sampai ada yang melalukan
kriminalisasi yang berawal dari media sosial.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...

Karena banyak pengaruh internet yang kurang baik dan disalahgunakan oleh para remaja,
akhirnya saya memilih tema ini untuk dijadikan karya tulis.

TUJUAN

Mengetahui efek penyalahgunaan internet oleh kalangan remaja.


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II

DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Penyalahgunaan internet oleh remaja disebabkan karena keadaan remaja yang masih dalam tahap
peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Oleh karena itu sifat labil mereka masih sangat tinggi.
Walaupun demikian bukan berarti penggunaan internet selalu dikonotasikan negatif.

Penggunaan internet sebenarnya mempunyai banyak sekali manfaat jika digunakan secara positif
seperti penyebaran berita positif tidak hoax, bisnis online, dan silaturahmi dengan teman lama.
Akan tetapi karena ulah remaja banyak yang megkonotasikan jika internet membawa dampak
yang buruk.

Sebenarnya baik tidaknya penggunaan internet tergantung pada setiap penggunannya berniat
seperti apa dalam mengaplikasikan media sosial ini.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Internet sebenarnya mempunyai banyak manfaat jika digunakan sesuai dengan
fungsinnya secara bijak dan benar. Kondisi psikologis remaja yang labil dan suka coba-
coba, suka mengekspresikan diri, kondisii lingkungan yang tidak mendukung
menyebabkan para remaja suka menyalahgunaan internet. Oleh karena itu hal tersebut
perlu perhatian kita lebih untuk mengatasinnya.

Biasannya di sekolahan maupun universitas banyak menggunakan fasilitas internet, hal


ini memicu para remaja menjadi lebih rajin menggunakan internet dan ada banyak yang
menggunakannya untuk urusan selain pelajaran sekolah.

Penggunaan internet yang digunakan dengan niat kebaikan akan menghasilkan hasil yang
baik, begitu juga jika kita menyalahgunakannya untuk hal yang negatif maka hasilnya
juga akan buruk.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Contoh paper penelitian

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT INFEKSI KULIT PADA


MASYARAKAT

KECAMATAN WINOSA, KABUPATEN KARANGMANIS, BEKASI

Abdul Khibra M, Dini Tamara L, Susiana Armanda M. Nimas Ayu T

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Ciptomangunkusumo

Latar belakang : penyakit kulit yang termasuk kategori infeksi banyak ditemukan di
daerah beriklim tropis dengan lingkungan sosial ekonomi yang cenderung rendah.
Kecamatan Winosa Kabupaten Karangmanis Provinsi Bali merupakan wilayah dengan
iklim yang tropis dengan mayoritas sosial ekonomi yang rendah.

Penyakit kulit infeksi mempunyai urutan ke 4 dari peringkat sepuluh besar macam
penyakit yang berada di wilayah ini.

Tujuan : Mengetahui karakteristik penderita penyakit infeksi kulit pada penduduk


Kecamatan Winosa Karangmanis Bekasi pada bulan Maret tahun 2010.

Metode : Desain penelitian analitik eksperimen pada penduduk Kecamatan Winosa


Kabupaten Karangmanis Bekasi pada bulan Maret 2010. Diagnosis berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik klinis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...
adalah pemeriksaan laboratorium.

Hasil : Dari 124 orang penderita penyakit kulit di Kecamatan Winosa, 95 orang (52,1%)
menderita penyakit kulit infeksi yang terdiri dari mikosis (48,5), skabies (30,9), folikulitis
(3,2%), impetigo (6,5%) dan ektima (8,9%). Perbandingan antara pria : wanita = 2 : 1,
didominasi kelompok usia 26 — 45 tahun (33, 8%) dan terbanyak dibidang pekerjaan
pertanian dan peternakan (29,3%).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Kesimpulan : Dan seluruh kasus didapatkan bahwa penderita penyakit kulit infeksi
terbanyak adalah laki-laki pada kelompok umur 26 — 45 tahun dan bekerja dibidang
pertanian dan perternakan.

Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Perbedaan Makalah, Paper, Artikel Dan Kertas Kerja

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah biasanya disajikan dalam
sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas (tugas perkuliahan).

Kertas Kerja

Kertas kerja (work paper) pada prinsipnya sama dengan makalah, namun dibuat dengan analisis
lebih dalam dan tajam dan dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri
oleh ilmuwan. Kertas kerja itu menjadi acuan untuk tujuan tertentu dan bisa diterima atau
dimentahkan oleh forum ilmiah. Kertaskerja biasanya beriskan materi yang mendalam dan
dipresentasikan pada lokal karya seminar dan dihadiri ilmuwan.

Paper

Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan akademisi (mahasiswa) dalam kaitannya
dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum menyelesaikan jenjang studi
(Diploma/S1/S2/S3). Sistematika penulisannya sama dengan artikel atau makalah, tergantung
panduan yang berlaku di perguruan tinggi masing-masing.

Artikel

artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel
yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah
disepakati. Artikel ilmiah diangkat dari hasil pemikiran dan kajian pustaka atau hasil
pengembangan
Skripsi
proyek. ANALISIS FAKTOR PERILAKU...

Anda mungkin juga menyukai