KELOMPOK 3 :
DERIZA PUTRI
JEANY RAHMADHANI
NURUL ANNISA
REZI AULIA RAHMI
RISKY HERLINA
ULFA ZARMILA DEWI
2018/2019
1
Contoh Artikel Ilmiah
BAB I
Pendahuluan
Internet saat ini sudah sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari, terutama didunia remaja. internet
memang sangat membantu dalam menyelesaikan banyak pekerjaan.Akan tetapi ternyata internet pun tidak
terlepas dari hal-hal yang negatif yang berdampak buruk . apalagi usia remaja merupakan saat labil-abilnya,
sehingga masih sering terseret arus. untukitu penelitian mengenai bahaya internet agi remaja penting untuk
dilakukan.
2. Rumusan masalah
Bagaimana bahaya internet untuk remaja?3. Tujuan penelitianDapat menjelaskan bahaya internet untuk
remaja.
2
BAB II
Pembahasan
Di kalangan remaja saat ini internet nampaknya sudah menjadi kebutuhan pokok. Akan tetapi tidak semua
remaja memanfaatkan internet dengan baik dan benar. Ada banyak remaja yang salah menggunakan internet
sehingga berdampak buruk bagi dirinya dan lingkungannya.Berdasarkan riset yang mendalam terdapat
beberapa bahaya dari salah penggunaan internet di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut:Perilaku bullyng
melalui media sosialMudahnya mengakses konten pornografi yang berakibat perilaku kejahatan
seksualMaraknya kasus penculikan di kalangan remaja setelah berkenalan melalui media sosial.
3
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Internet memang sangat membantu dalam kehidupan, akan tetapi ia tetap mempunyai kekurangan. Oleh
karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengawasi anak-anaknya. Sehingga para
remaja dapat membentangi siri dari hal-hal negatif dalam penggunaan internet.
4
Contoh Artikel Kesehatan
Menjaga kesehatan tubuh bisa dimulai dari hal-hal yang paling sederhana. Mencuci tangan misalnya. Mulai
sekarang jadikan cuci tangan sebagai bagian dari gaya hidup Anda.
Tangan adalah organ tubuh yang paling vital untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Dari tangan inilah akan
tercipta karya-karya indah. Namun, dari tangan jugalah berbagai penyakit bisa menular.
Tanpa disadari aktivitas sehari-hari membuat tangan selalu bersentuhan dengan benda-benda, mulai pulpen,
keyboard computer, gagang pintu dan benda-benda lain. Semenara itu, kita tidak pernah tahu, apakah
benda-benda yang kita pegang tersebut bebas kuman dan virus?
Nah, untuk mencegah bakteri atau virus berpindah ke dalam tubuh, ada baiknya lakukan cui tangan,
khususnya sebelum dan sesudah makan. Ditengah maraknya berbagai virus baru belakangan ini, cuci angan
menjadi salah satu senjata dasar untuk mengatasinya.
Manfaat cuci tangan untuk kesehatan memang sudah diakui. Namun, masih banyak orang yang enggan
melakukannya. Padahal, seiring aktivitas yang Anda lakukan, tangan pun akan dipenuhi kuman, bakteri, dan
virus yang sudah siap memasuki tubuh Anda.
Tak harus masuk melalui mulut, tapi bisa melalui mata atau hidung. Penyakit infeksi umumnya menyebar
melalui kontak tangan ke tangan, termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan system
pencernaan seperti diare.
Cuci tangan juga diwajibkan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, terutama sebelum dan secepatnya
setelah memegang daging mentah, ayam atau ikan. Mencuci tangan juga menjadi sangat penting sebelum
makan, setelah menyentuh hidung, setelah batuk atau bersin ke tangan, sebelum atau setelah menangani
luka atau sayatan, sebelum atau sesudah menyentuh orang sakit atau terluka.
Dan yang tidak kalah penting adalah setelah menangani sampah. Mencuci tangan dapat mencegah sakit
pada anak. Utuk itu, biasakan cuci tangan pada anak sejak dini. Untuk membiasakan anak mencuci tangan,
berikan contoh. Cucilah tangan bersama anak.
5
Contoh Artikel Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh akan orang-orang yang
berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju. Tapi selain itu karakter pun sangat diutamakan
karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang
telah ia raih, melainkan juga pada karakter dari pribadi dari setiap orang.
Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang
psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya asal mengajar saja agar terlihat
formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus dilakukan.
Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan kepada
kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan
intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun
kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab.
Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character
education).
Banyak pilarkarakter yang harus kita tanamkan kepada anak – anak penerus bangsa, diantaranya adalah
kejujuran, yah kejujuran adalah hal yang paling pertama harus kita tanamkan pada diri kita maupun anak –
anak penerus bangsa karena kejujuran adalah benteng dari semuanya, Demikian juga ada pilarkarakter
tentang keadilan, karena seperti yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di Negara ini.
Selain itu harus ditanamkan juga pilarkarakter seperti rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya
adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun menyayangi adik – adik
kelasnya, begitu juga dengan teman seangkatan rasa saling menghargai harus ada dalam diri setiap murid –
murid agar terciptanya dunia pendidikan yang tidak ramai akan tawuran.
Sekarang mulai banyak sekolah – sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter menjadi mata
pelajaran khusus di sekolah tersebut. Mereka diajarkan bagaimana cara bersifat terhadap orang tua, guru –
guru ataupun lingkungan tempat hidup.
6
Mudah – mudahan dengan diterapkannnya pendidikan karakter di sekolah semua potensi kecerdasan anak –
anak akan dilandisi oleh karakter – karakter yang dapat membawa mereka menjadi orang – orang yang
diharapkan sebagai penerus bangsa. Bebas dari korupsi, ketidakadilan dan lainnya. Dan makin menjadi
bangsa yang berpegang teguh kepada karakter yang kuat dan beradab. Walaupun mendidik karakter tidak
semudah membalikan telapak tangan, oleh karena itu ajarkanlah kepada anak bangsa pendidikan karakter
sejak saat ini.
7
Kertas kerja
Secara umum penerapan tata kelola Bank telah berjalan dengan baik, manajemen Bank
telah melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola dan telah mempersiapkan struktur tata
kelola yang mendukung penerapan tata kelola seperti struktur organisasi, sumber daya
manusia yang kompeten dan kebijakan serta prosedur pendukung pelaksanaan aktivitas
bank. Selain itu manajemen Bank dari waktu ke waktu juga melakukan upaya-upaya
penyempurnaan agar pelaksanaan tata kelola dapat sejalan dengan perkembangan bisnis
Bank. Perbaikan dilakukan dengan memperhatikan masukan dari Dewan Komisaris Bank
berdasarkan hasil pemantauan/ review/ rekomendasi dari Komite-komite yang
mendukung tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
Pada periode pelaporan tidak terdapat pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam pemenuhan
CAR, Modal Inti, GWM, PDN dan NPL serta tidak terjadi pelampauan dan/atau
pelanggaran BMPK. Komitmen Bank terkait dengan hasil peneriksaan Otoritas Jasa
Keuangan dan Bank Indonesia telah ditindaklanjuti sesuai dengan target waktu yang
disepakati. Untuk beberapa komitmen yang belum dapat diselesaikan telah dimintakan
perpanjangan waktu ke OJK dan Bank Indonesia.
Bank perlu meningkatkan kualitas governace process agar penerapan tata kelola dapat
berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, terutama dalam hal
peningkatan risk awareness dan compliance culture serta optimalisasi pengendalian
internal.
8
KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF
ASSESSMENT) PELAKSANAAN TATA KELOLA PT
BANK MEGA Tbk.
SEMESTER II TAHUN 2017
Tujuan
1. Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan infrastruktur Tata
Kelola Bank agar proses pelaksanaan prinsip Tata Kelola yang baik menghasilkan outcome yang
sesuai dengan harapan Pemangku Kepentingan Bank. Yang termasuk dalam Struktur Tata Kelola
Bank adalah Direksi, Dewan Komisaris, Komite - komite dan Satuan Kerja pada Bank. Adapun
yang termasuk Infrastruktur Tata Kelola Bank antara lain adalah kebijakan dan prosedur Bank,
sistem informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur organisasi.
2. Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektifitas proses penerapan prinsip Tata
Kelola yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola bank sehingga
menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapanPemangku Kepentingan Bank.
3. Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang memenuhi harapan
Pemangku Kepentingan Bank yang merupakan hasil proses penerapan prinsip Tata Kelola yang
baik yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola Bank.
Yang termasuk dalam outcome mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain yaitu:
a. kecukupan transparansi laporan
b. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
c. perlindungan konsumen
d. obyektifitas dalam melakukan penilaian (assessment) atau audit
e. kinerja Bank seperti rentabilitas, efisiensi dan permodalan ; dan/atau
f. peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, pelanggaran BMPK,
pelanggaran ketentuan terkait laporan bank kepada Otoritas Jasa Keuangan.
KERTAS KERJA
9
2) Seluruh anggota Direksi telah Seluruh Direksi berdomisili di Indonesia, sebagaimana
berdomisili di Indonesia. tercantum pada data pribadi Direksi yang ada pada
administrasi Bank.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing
Direksi
10
3) Mayoritas anggota Direksi telah Mayoritas anggota Direksi telah memenuhi kriteria
memiliki pengalaman paling sedikit 5 ini, sebagaimana terdapat pada data pribadi Direksi
(lima) tahun di bidang operasional yang ada pada administrasi Bank.
sebagai Pejabat Eksekutif Bank.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing
Direksi
4) Anggota Direksi tidak merangkap Seluruh anggota Direksi tidak memiliki rangkap
jabatan sebagai anggota Direksi, jabatan sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat
anggota Dewan Komisaris, atau Eksekutif pada Bank, perusahaan dan atau lembaga
Pejabat Eksekutif pada Bank, lain.
perusahaan, dan/atau lembaga lain
kecuali terhadap hal yang telah Dokumen Pendukung :
ditetapkan dalam POJK Tata Kelola Surat Pernyataan Independensi
Bank Umum yaitu menjadi Dewan
Komisaris dalam rangka
melaksanakan tugas pengawasan atas
penyertaan pada perusahaan anak
bukan Bank yang dikendalikan oleh
Bank.
5) Anggota Direksi baik secara sendiri- Seluruh anggota Direksi tidak memiliki saham
sendiri maupun secara bersama-sama melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal
tidak memiliki saham melebihi 25% disetor pada suatu perusahaan lain.
(dua puluh lima persen) dari modal Dokumen Pendukung :
disetor pada suatu perusahaan lain. Surat Pernyataan Independensi
6) Mayoritas anggota Direksi tidak Seluruh anggota Direksi tidak saling memiliki
saling memiliki hubungan keluarga hubungan keluarga dengan anggota Komisaris dan
sampai dengan derajat kedua dengan Direksi. Hal ini didukung dengan Surat Pernyataan
sesama anggota Direksi dan/atau dari masing-masing Direksi.
dengan anggota Dewan Komisaris.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan Independensi
7) Penggantian dan/atau Selama Semester II Tahun 2017 terjadi pergantian
pengangkatan anggota Direksi karena pengundurkan diri dan tidak ada
Direksi telah memperhatikan pengangkatan anggota Direksi baru.
rekomendasi komite nominasi atau
komite remunerasi dan nominasi.
Dokumen Pendukung :
Surat Pengunduran Diri Direksi No. 396/COAF/17
tanggal 3 Juli 2017
RUPSLB PT. Bank Mega Tbk No. 21 tanggal 15
November 2017
Pernyataan Keputusan Rapat No. 22 tanggal
15 November 2017
8) Direksi memiliki pedoman dan tata Direksi telah memiliki Pedoman dan Tata Tertib Kerja
tertib kerja yang telah mencantumkan sebagaimana terdapat pada Board Manual yang berisi
pengaturan etika kerja, waktu tata tertib kerja termasuk etika kerja, waktu kerja dan
11
kerja,dan rapat. rapat Direksi.
Dokumen Pendukung :
Surat Keputusan Direksi No.SK No.062/DIRBM/17
tanggal 12 Juni 2017 tentang Board Manual/Panduan
Bagi Dewan Komisaris dan Direksi
12
9) Direksi tidak menggunakan penasihat Direksi tidak menggunakan penasehat perorangan
perorangan dan/atau jasa profesional dan/atau jasa profesional sebagai konsultan.
sebagai konsultan kecuali untuk
proyek yang bersifat khusus, telah
didasari oleh kontrak yang jelas
meliputi lingkup kerja, tanggung
jawab, jangka waktu pekerjaan, dan
biaya, serta konsultan merupakan
Pihak Independen yang memiliki
kualifikasi untuk mengerjakan proyek
yang bersifat khusus.
10) Seluruh anggota Direksi memiliki Seluruh anggota Direksi memiliki integritas,
integritas, kompetensi, dan reputasi kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai.
keuangan yang memadai.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing
Direksi
11) Presiden direktur atau direktur utama, Direktur Utama berasal dari pihak yang independen
berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Hal ini
terhadap pemegang saham didukung dengan Surat Pernyataan dari Direktur
pengendali, yaitu tidak memiliki Utama.
hubungan keuangan, hubungan Dokumen Pendukung :
kepengurusan, hubungan Surat Pernyataan Independensi
kepemilikan, dan hubungan keluarga.
12) Seluruh anggota Direksi telah lulus Jumlah Direksi sebanyak 7 (tujuh) orang dan telah
penilaian kemampuan dan kepatutan lulus Fit & Proper Test serta memperoleh Surat
dan telah memperoleh surat Persetujuan dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
Keuangan. Dokumen Pendukung :
Yuni Lastianto, Surat No.14/90/GBI/DPIP/ Rahasia,
tanggal 24 Agustus 2012
Madi Darmadi Lazuardi, Surat No.15/26/GBI
/DPIP/ Rahasia, tanggal 11 Juli 2013.
Kostaman Thayib, Surat No.15/28/GBI/DPIP/
Rahasia, tanggal 11 Juli 2013.
Indivara Erni, Surat OJK No.SR-162/D.03/2014
tanggal 18 September 2014
Martin Mulwanto, Surat OJK No.SR-166/D.03/
2014 tanggal 18 September 2014
Y.B. Hariantono, Surat OJK No.SR-181/D.03/ 2014
tanggal. 14 Oktober 2014
Lay Diza Larentie, Surat OJK No. SR-229/D.03/
2015 tanggal 22 Desember 2015
13
13) Anggota Direksi memiliki Anggota Direksi memiliki kompetensi yang memadai
kompetensi yang memadai dan dan relevan dengan jabatannya serta mampu
relevan dengan jabatannya untuk mengimplementasikan dalam tugas dan tanggung
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
jawab serta mampu Dokumen Pendukung :
mengimplementasikan kompetensi CV masing-masing
yang dimiliki dalam pelaksanaan Direksi
tugas dan tanggung jawab.
14) Anggota Direksi memiliki kemauan Anggota Direksi memiliki kemauan dan kemampuan
dan kemampuan untuk melakukan untuk melakukan pembelajaran secara berkelanjutan
pembelajaran secara berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan guna mendukung
dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya.
pengetahuan
14
tentang perbankan dan perkembangan Dokumen Pendukung :
terkini terkait bidang keuangan atau Daftar training Direksi (lampiran 3)
bidang lain yang mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab.
15) Anggota Direksi membudayakan Direksi telah membudayakan pembelajaran secara
pembelajaran secara berkelanjutan berkelanjutan dalam rangka peningkatan pengetahuan
dalam rangka peningkatan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
pengetahuan tentang perbankan dan jawab pada seluruh jenjang organisasi.
perkembangan terkini terkait bidang Dokumen Pendukung :
keuangan atau bidang lain yang Data Pelaksanaan Training/workshop dan sertifikasi.
mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi.
16) Komposisi Direksi tidak memenuhi Tidak terdapat indikasi adanya intervensi pemilik dalam
ketentuan karena adanya intervensi komposisi Direksi.
pemilik.
b. Governance Process
1) Direksi telah mengangkat anggota Direksi telah mengangkat anggota Komite berdasarkan
komite, didasarkan pada keputusan Memo Dinas Dewan Komisaris
rapat Dewan Komisaris. No.MD.014/KOMISARIS/17 tanggal 21 Juni 2017
tentang Pengangkatan Anggota Komite Audit, Komite
Pemantau Risiko serta Komite Remunerasi dan
Nominasi.
Direksi telah melakukan pengangkatan anggota
Komite dengan menerbitkan Surat Keputusan Direksi.
Dokumen Pendukung :
Surat Keputusan Direksi No.SK. 087/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Audit PT. Bank
Mega Tbk
Surat Keputusan Direksi No.SK. 083/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Pemantau Risiko
PT. Bank Mega Tbk
Surat Keputusan Direksi No.SK. 091/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Remunerasi dan
Nominasi PT. Bank Mega Tbk
2) Anggota Direksi tidak memberikan Selama periode pelaporan terpantau Direksi tidak
kuasa umum kepada pihak lain yang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.
fungsi Direksi.
15
3) Direksi bertanggung jawab penuh atas Direksi telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
pelaksanaan kepengurusan Bank. dalam kepengurusan Bank.
4) Direksi mengelola Bank sesuai Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggungjawab
kewenangan dan tanggung jawab sesuai dengan kewenangan dan pembagian tugas
sebagaimana diatur dalam anggaran anggota Direksi berdasarkan keahlian masing-masing.
Semester I Semester II
Bidang Frek Peserta Frek Peserta
In house 402 10.885 327 10.042
Off house 83 135 109 215
SMR 26 512 28 352
DPTP 78 971 37 721
E-learning 11 11.258 11 19.209
Total 600 23.761 512 30.539
16
dasar dan peraturan
perundang-undangan.
5) Direksi telah melaksanakan tugas dan Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggung
tanggung jawab secara independen jawabnya secara independen terhadap pemegang saham.
terhadap pemegang saham.
6) Direksi telah menerapkan prinsip- Direksi telah melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola,
prinsip Tata Kelola yang baik dalam namun demikian masih perlu ditingkatkan. Upaya
setiap kegiatan usaha Bank pada peningkatan tersebut telah dilakukan antara lain
seluruh tingkatan atau jenjang dengan cara mengadakan sosialisasi/training dalam
organisasi. rangka peningkatan kualitas SDM, peningkatan
budaya kepatuhan dan penerapan tata kelola serta
peningkatan risk awareness.
7) Direksi telah menindaklanjuti temuan Direksi telah menindaklanjuti temuan Audit dan
audit dan rekomendasi dari Satuan rekomendasi dari IADT, auditor Eksternal dan Hasil
Kerja Audit Intern (SKAI), auditor Pengawasan OJK dan/atau hasil pengawasan otoritas
ekstern, dan hasil pengawasan lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan dan/atau hasil
pengawasan otoritas lain. NO SEMESTER I TINDAK
LANJUT STATUS
1. Temuan IADT Telah
dilakukan audit pada Telah
ditindak atas audit 147
KC/KCP /Unit kerja lanjuti 92
% semester 1 dan audit tematik Loan (
selesai dan tahun 2017 Custody
dalam proses
Seluruh unit kerja yang
tindak lanjut) sudah
diaudit telah
diminta untuk
menindak lanjuti
sampai batas waktu
yang telah
ditetapkan
2. Temuan audit Pada Semester I tahun
Done, telah BI yang perlu 2017
telah ditindaklanjuti
dilaporkan ditindaklanjuti
sebanyak 14 temuan. kepada
BI
3. Temuan audit Pada Semester I tahun
Done. OJK yang perlu
2017 terdapat 74 temuan. ditindaklanjuti
4. Temuan audit Ada, sesuai
Management Done eksternal
Letter No.Ref.01254/ PSS
-AS/ 2017 tanggal 28
17
Februari 2017
NO SEMESTER II TINDAK
LANJUT STATUS
1. Temuan IADT Telah dilakukan audit
pada Telah ditindak atas audit
152 KC/ KCP/Unit Kerja. lanjuti 91%
semester II Seluruh Unit Kerja yang
(selesai dan tahun 2017 sudah di audit
telah dalam proses
diminta untuk menindak
tindaklan
jut) lanjuti sampai batas waktu
yang telah ditetapkan
2. Temuan audit Pada Semeter II tahun 2017
Telah dilaporkan BI yang perlu telah
ditindaklanjuti kepada BI dan
ditindaklanjuti sebanyak 5 temuan
menyampaikan
surat
permintaan
perpanjanga
n waktu
tindak lanjut
untuk
Pembuatan
Data Center
baru dan
pengadaan
KO & SOP
Fraud Risk
Managemen
t
3. Temuan audit Pada Semester II tahun
Telah dilaporkan OJK yang perlu 2017 terdapat
84 temuan. kepada OJK, dan ditindaklanjuti
menyampaikan
Surat
Permintaan
Perpanjanga
n
18
8) Direksi telah menyediakan data dan Direksi telah menyediakan data dan informasi yang
informasi yang lengkap, akurat, lengkap, akurat, dan tepat waktu kepada Komisaris.
terkini, dan tepat waktu kepada Data tersebut disampaikan dalam rapat rutin Direksi dan
Dewan Komisaris. Dewan Komisaris.
9) Pengambilan keputusan rapat Direksi Direksi telah mengambil keputusan dalam rapat
telah dilakukan berdasarkan berdasarkan musyawarah mufakat.
musyawarah untuk mufakat atau Dokumen Pendukung :
suara terbanyak dalam hal tidak Notulen rapat dan persetujuan peserta rapat Direksi
terjadi musyawarah untuk mufakat.
10) Setiap keputusan rapat yang diambil Keputusan rapat yang diambil oleh Direksi dapat
Direksi dapat diimplementasikan dan diimplementasikan, tidak menyimpang dengan
sesuai dengan kebijakan, pedoman kebijakan, pedoman serta tata tertib yang berlaku.
serta tata tertib kerja yang berlaku.
11) Direksi telah menetapkan kebijakan Direksi menetapkan kebijakan dan keputusan melalui
dan keputusan strategis melalui mekanisme rapat Direksi.
mekanisme rapat Direksi. Dokumen Pendukung :
Notulen rapat Direksi dan daftar hadir (Lampiran 2)
12) Direksi tidak memanfaatkan Bank Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
untuk kepentingan pribadi, keluarga, memperlihatkan bahwa Direksi memanfaatkan Bank
dan/atau pihak lain yang dapat untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak
merugikan atau mengurangi lain yang merugikan atau mengurangi keuntungan
keuntungan Bank. Bank. Sebagai dokumen pendukung, Direksi telah
membuat Surat Pernyataan mengenai hal ini.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Direksi
13) Direksi tidak mengambil dan/atau Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
menerima keuntungan pribadi dari memperlihatkan bahwa Direksi mengambil dan/atau
Bank selain remunerasi dan fasilitas menerima keuntungan pribadi selain remunerasi dan
lainnya yang ditetapkan Rapat Umum fasilitas yang telah ditetapkan oleh RUPS. Sebagai
Pemegang Saham (RUPS). dokumen pendukung, Direksi telah membuat Surat
Pernyataan mengenai hal ini.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Direksi
19
14) Pemilik melakukan intervensi waktu untuk
Tidak terdapat indikasi intervensi pemilik dalam
tindak lanjut
terhadap pelaksanaan tugas Direksi pelaksanaan tugas Direksi. temuan
yang menyebabkan kegiatan pengkinian data
Nasabah
operasional Bank terganggu sehingga 4. Temuan audit Menindaklanjuti Done, Surat
berdampak pada berkurangnya eksternal Management Letter dan No.199/DIRBM-
surat OJK No. 118/PB. FICO/17
keuntungan Bank dan/atau 312/2017 tanggal 19 Juni tanggal 12 Juli
menyebabkan kerugian Bank. 2017 2017
20
c. Governance Outcome
1) Direksi telah Direksi telah mempertanggung jawabkan pelaksanaan
mempertanggungjawabkan tugasnya dalam Rapat Umum Pemegang saham
pelaksanaan tugasnya kepada (RUPS) Tahunan pada tanggal 31 Maret 2017
pemegang saham melalui RUPS.
Dokumen Pendukung :
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
No.25 tanggal 31 Maret 2017
2) Pertanggungjawaban Direksi atas Pemegang saham menerima pertanggung jawaban
pelaksanaan tugasnya diterima oleh Direksi atas pelaksanaan tugasnya.
pemegang saham melalui RUPS. Dokumen Pendukung :
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan No.25
tanggal 31 Maret 2017.
3) Direksi telah mengungkapkan Direksi telah mengungkapkan kebijakan strategis
kebijakan Bank yang bersifat strategis Bank di bidang kepegawaian kepada pegawai yang
di bidang kepegawaian kepada dapat diakses melalui intranet Bank Mega dan e-letter.
pegawai dengan media yang mudah
diakses pegawai.
4) Direksi telah mengkomunikasikan Direksi telah mengkomunikasikan kepada pegawai
kepada pegawai mengenai arah bisnis mengenai arah bisnis bank dalam rangka pencapai misi
Bank dalam rangka pencapaian misi dan visi bank yaitu melalui Rapat Kerja yang diikuti
dan visi Bank. dengan penerbitan Surat Keputusan serta Surat Edaran
Direksi yang dapat diakses langsung oleh pegawai
melalui intranet Bank Mega.
5) Hasil rapat Direksi telah dituangkan Hasil rapat Direksi telah dituangkan dalam risalah rapat
dalam risalah rapat dan dan didokumentasikan dengan baik, termasuk
didokumentasikan dengan baik, pengungkapan dissenting opinions.
termasuk pengungkapan secara jelas Untuk tertib pelaksanaannya, Direksi juga telah
perbedaan pendapat (dissenting mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang
opinions) yang terjadi dalam rapat Notulen Rapat tersebut.
Direksi.
Selama Semester II Tahun 2017, Direksi telah
mengadakan rapat sebanyak 26 kali
Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Direksi (Lampiran 2)
21
6) Dalam laporan pelaksanaan tata Seluruh anggota Direksi telah membuat Surat
kelola, seluruh anggota Direksi paling Pernyataan yang berisi tentang kepemilikan saham dan
sedikit telah mengungkapkan: hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris,
a) Kepemilikan saham yang Direksi lainnya dan/atau Pemegang Saham Pengendali
mencapai 5% (lima persen) atau Bank. Hal tersebut telah dicantumkan dalam Laporan
lebih pada Bank yang pelaksanaan tata kelola termasuk Data Remunerasi dan
bersangkutan maupun pada bank fasilitas lainnya yang diterima oleh Komisaris dan
dan perusahaan lain yang Direksi sesuai dengan format yang ditetapkan dalam
berkedudukan di dalam dan di Surat Edaran OJK
luar negeri;
b) Hubungan keuangan dan Dokumen Pendukung :
hubungan keluarga dengan Surat Pernyataan Independensi
anggota Direksi lain, anggota Laporan Pelaksanaan tata kelola tahun 2016
Dewan Komisaris, dan/atau
pemegang saham pengendali
Bank;
c) Remunerasi dan fasilitas lain;
22
d) Opsi saham (share option) yang
dimiliki Direksi.
7) Peningkatan pengetahuan, keahlian, Keikutsertaan Direksi dalam training/ seminar cukup
dan kemampuan anggota Direksi membantu Direksi dalam penyelesaian permasalahan
dalam pengelolaan Bank yang yang dihadapi oleh Bank, dan diharapkan dapat
ditunjukkan antara lain dengan membantu meningkatkan kinerja Bank.
peningkatan kinerja Bank,
penyelesaian permasalahan yang
dihadapi Bank, dan pencapaian hasil
sesuai ekspektasi Pemangku
Kepentingan Bank.
8) Peningkatan pengetahuan, Peningkatan pengetahuan karyawan telah
keahlian,dan kemampuan dari seluruh dilakukan dengan melaksanakan training/
karyawan Bank pada seluruh workshop.
tingkatan atau jenjang organisasi
yang ditunjukkan antara lain dengan Dokumen Pendukung :
peningkatan kinerja individu sesuai Data Pelaksanaan Training / workshop dan
tugas dan tanggung jawab. sertifikasi (angka 9 dibawah ini)
9) Peningkatan budaya pembelajaran Pada tahun 2017, Bank Mega telah mengadakan
secara berkelanjutan dalam rangka training, workshop, dan sertifikasi sebagai berikut:
peningkatan pengetahuan tentang
perbankan dan perkembangan terkini Pelaksanaan Training Untuk Pegawai
terkait bidang keuangan atau bidang
lain yang mendukung pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab pada
seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi yang ditunjukkan antara
lain dengan peningkatan
keikutsertaan karyawan Bank dalam
sertifikasi perbankan dan/atau
pendidikan atau pelatihan dalam Pegawai Sertifikasi Manajemen Risiko
rangka pengembangan kualitas
individu.
23
Semester I Semester II
Bidang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Training Peserta Training Peserta
In house 402 10.885 327 10.042
Off house 83 135 109 215
SMR 26 512 28 352
DPTP 78 971 37 721
E-learning 11 11.258 11 19.209
Total 600 23.761 512 30.539
Semester I
Level Target Realisasi Target Realisasi
Sertifikasi Peserta Sertifikasi Peserta Peserta
Sertifikasi (Lulus) Refrehment Refreshment
Level 1 756 737 175 163
Level 2 514 457 167 160
Level 3 208 189 108 104
Level 4 43 41 21 21
Level 5 8 8 6 6
Total 1.529 1.432 477 454
Semester II
Level Target Realisasi Target Realisasi
Sertifikasi Peserta Sertifikasi Peserta Peserta
Sertifikasi (Lulus) Refrehment Refreshment
Level 1 581 581 166 166
Level 2 479 479 163 163
Level 3 207 207 106 106
Level 4 40 40 22 22
Level 5 7 7 5 5
Total 1.314 1.314 462 462
24
10) Kegiatan operasional Bank terganggu Tidak terdapat indikasi adanya intervensi pemilik
dan/atau memberikan keuntungan sehingga operasional bank terganggu atau berdampak
yang tidak wajar kepada pemilik yang pada berkurangnya keuntungan Bank.
berdampak pada berkurangnya
keuntungan Bank dan/atau
menyebabkan kerugian Bank, akibat
intervensi pemilik terhadap komposisi
dan/atau pelaksanaan tugas Direksi.
25
KERTAS KERJA
4) Dewan Komisaris tidak merangkap Terdapat rangkap jabatan Komisaris dalam satu group
jabatan kecuali terhadap hal-hal yang usaha Bank, yang dilakukan dalam rangka
telah ditetapkan dalam POJK Tata pengawasan pada perusahaan tersebut, sebagai
Kelola Bank Umum, yaitu: berikut :
a) Merangkap jabatan sebagai anggota 1. Chairul Tanjung (Komisaris Utama), memiliki
Direksi, anggota Dewan rangkap jabatan sebagai Komisaris Utama pada
Komisaris atau Pejabat Eksekutif PT. CT Corpora, PT. Para Rekan Investama, PT.
pada 1 (satu) lembaga atau Mega Corpora, PT. Trans Corpora dan PT. Trans
perusahaan bukan Airways.
2. Yungky Setiawan (Komisaris), memiliki rangkap
27
lembaga keuangan; atau jabatan sebagai Komisaris Utama pada PT.Trans
b) Merangkap jabatan sebagai Retail Indonesia, PT. Trans Retail, PT. Trans
anggota Direksi, anggota Dewan Food Oriental, PT.Metropolitan Retailmart dan
Komisaris atau Pejabat Eksekutif PT.Trans Fashion Indonesia.
yang melaksanakan fungsi 3. Darmadi Sutanto (Komisaris), memiliki rangkap
pengawasan pada 1 (satu) jabatan sebagai Komisaris pada PT. Trans Ice dan
perusahaan anak bukan bank yang PT. Metropolitan Retaimart.
dikendalikan Bank;
c) Komisaris Non Independen Tidak termasuk rangkap jabatan, sebagaimana diatur
menjalankan tugas fungsional dari pada POJK No.55/POJK.03/2016 pasal 28 ayat (2),
pemegang saham Bank yang dalam hal :
berbentuk badan hukum pada a. Anggota Dewan Komisaris menjabat sebagai
kelompok usaha Bank; dan/atau anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau
d) Anggota Dewan Komisaris Pejabat Eksekutif yang melaksanakan fungsi
menduduki jabatan pada organisasi pengawasan pada 1 (satu) perusahaan anak bukan
atau lembaga nirlaba. bank yang dikendalikan oleh Bank.
b. Komisaris Non Independen menjalankan tugas
fungsional dari pemegang saham Bank yang
berbentuk badan hukum pada kelompok usaha
Bank ; dan/atau
c. Anggota Dewan Komisaris menduduki jabatan
pada organisasi atau lembaga nirlaba.
Dokumen Pendukung :
Surat Penunjukan dari PT. CT Corpora No.024/
DIR/CTCORP/XII/17 tanggal 8 Desember 2017,
perihal Surat Penugasan Bpk. Chairul Tanjung
sebagai Wakil Pemegang Saham
Surat Penunjukan dari PT. CTCorpora No.025/
DIR/CTCORP/XII/17 tanggal 8 Desember 2017,
perihal Surat Penugasan Bpk. Yungky Setiawan
sebagai Wakil Pemegang Saham
Surat Penunjukan dari PT. CT Corpora No.026/
DIRUT/CTC/XII/17 tanggal 8 Desember 2017,
perihal Surat Penugasan Bpk Darmadi Sutanto
sebagai Wakil Pemegang Saham
28
5) Komisaris Independen dapat Komisaris Independen yang memiliki rangkap
merangkap jabatan sebagai ketua jabatan adalah Achjadi Ranuwisastra, sebagai Ketua
komite paling banyak pada 2 (dua) Komite Audit dan Ketua Komite Pemantau Risiko.
komite di Bank yang sama.
Bpk Achjadi Ranuwisastra juga menjabat sebagai
Ketua Komite Tata Kelola Terintegrasi, dimana
berdasarkan POJK No.18/POJK.03/2014 tanggal 19
November 2014 perihal Penerapan Tata Kelola
Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan kondisi
tersebut tidak termasuk rangkap jabatan.
Dokumen Pendukung :
SK Komite Audit
No.SK.087/DIRBM/17/DIRBM/17 tanggal 3 Juli
2017 tentang Komite Audit
SK Komite Pemantau Risiko
No.SK.083/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017 tentang
Komite Pemantau Risiko
Surat Keputusan Dewan Komisaris No.
SK.002/Dekom/III/17 tentang Pengkinian Komite
Tata Kelola Terintegrasi PT. Bank Mega Tbk
29
6) Mayoritas Dewan Komisaris tidak Mayoritas Komisaris tidak saling memiliki hubungan
saling memiliki hubungan keluarga keluarga dengan sesama anggota Komisaris dan/atau
sampai dengan derajat kedua dengan Direksi, sesuai Surat Pernyataan yang dibuat oleh
anggota Direksi dan/atau sesama masing-masing Komisaris.
Dewan Komisaris. Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan Independensi Komisaris
7) Dewan Komisaris telah memiliki Telah diterbitkan Board Manual yang berisi tata
pedoman dan tata tertib kerja termasuk tertib kerja termasuk etika kerja, waktu kerja dan
pengaturan etika kerja, waktu kerja, pengaturan rapat Dewan Komisaris
dan rapat. Dokumen Pendukung :
Surat Keputusan Direksi No.SK No.062/ DIRBM-
CGCG/ 17 tanggal 12 Juni 2017 tentang Board
Manual / Panduan Bagi Dewan Komisaris dan
Direksi.
8) Seluruh anggota Dewan Komisaris Seluruh anggota Dewan Komisaris telah memenuhi
memiliki integritas, kompetensi, dan kriteria ini, yaitu memiliki integritas, kompetensi dan
reputasi keuangan yang memadai. reputasi keuangan yang memadai.
Dokumen Pendukung :
CV masing-masing Komisaris
9) Komisaris Independen yang berasal Pada tahun 2017 tidak terdapat pengangkatan
dari mantan anggota Direksi Bank atau Komisaris Independen yang berasal dari mantan
mantan Pejabat Eksekutif Bank atau anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank atau
pihak yang memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan Bank
Bank yang dapat mempengaruhi yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
kemampuan untuk bertindak bertindak independen.
independen, dan tidak melakukan
fungsi pengawasan serta berasal dari
Bank yang bersangkutan, telah
menjalani masa tunggu (cooling off)
paling singkat 1 (satu) tahun.
10) Komisaris Independen yang berasal Seluruh Komisaris Independen memenuhi ketentuan
dari Komisaris Non Independen independensi dan telah mendapatkan persetujuan dari
setelah memenuhi persyaratan sebagai Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan
Komisaris Independen, telah menjalani Dokumen Pendukung :
masa tunggu (cooling off) paling Surat Pernyataan Independensi Komisaris
singkat selama 6 (enam) bulan, dan
telah memperoleh persetujuan Otoritas
Jasa Keuangan.
30
11) Komisaris Independen yang diangkat Dokumen Pendukung :
kembali setelah menjabat selama 2 Surat Pernyataan Independensi Achjadi Ranuwisastra
(dua) periode masa jabatan berturut
turut telah ditetapkan dalam rapat
Dewan Komisaris bahwa yang
bersangkutan tetap dapat bertindak
independen, dan Komisaris
Independen yang bersangkutan telah
menyatakan mengenai
independensinya dalam RUPS.
31
12) Seluruh Komisaris Independen tidak Seluruh Komisaris Independen memenuhi ketentuan
memiliki hubungan keuangan, independensi dan telah mendapatkan persetujuan dari
hubungan kepengurusan, hubungan Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan
kepemilikan, dan hubungan keluarga Dokumen Pendukung :
dengan anggota Dewan Komisaris Surat Pernyataan Independensi Komisaris
lainnya, anggota Direksi dan/atau
pemegang saham pengendali atau
hubungan dengan Bank, yang dapat
mempengaruhi kemampuan untuk
bertindak independen.
13) Seluruh anggota Dewan Komisaris Belum seluruh Anggota Dewan Komisaris lulus
telah lulus penilaian kemampuan dan penilaian kemampuan dan kepatutan dan memperoleh
kepatutan dan telah memperoleh surat Surat Persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan karena
persetujuan dari Otoritas Jasa ada perubahan susunan Dewan Komisaris
Keuangan. berdasarkan hasil Risalah Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa tanggal 15 November 2017.
Komisaris Utama sedang dalam proses fit & Proper
Test.
Dokumen Pendukung :
Achjadi Ranuwisastra : Surat Persetujuan Bank
Indonesia No.6/38/DGS /DPIP/Rahasia tanggal 18
Mei 2004.
Yungky Setiawan : Surat Persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan No. SR-199/D.03/2015 tanggal 22
Oktober 2015.
Darmadi Sutanto : Surat Persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan No.SR-187/D.03/2015 tanggal 9
Oktober 2015.
Lambock V. Nahattands : Surat Persetujuan
Otoritas Jasa Keuangan No. SR-220/D.03/2015
tanggal 27 November 2015.
14) Anggota Dewan Komisaris memiliki Anggota Dewan Komisaris memiliki kompetensi
kompetensi yang memadai dan relevan yang memadai dan relevan dengan jabatannya serta
dengan jabatannya untuk menjalankan mampu mengimplementasikan dalam tugas dan
tugas dan tanggung jawab serta tanggung jawabnya.
mampu mengimplementasikan Dokumen Pendukung :
kompetensi yang dimiliki dalam CV masing-masing Komisaris
pelaksanaan tugas dan
tanggungjawabnya.
32
15) Anggota Dewan Komisaris memiliki Anggota Dewan Komisaris melakukan pembelajaran
kemauan dan kemampuan untuk secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan
melakukan pembelajaran secara pengetahuan tentang perbankan dan perkembangan
berkelanjutan dalam rangka terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang
peningkatan pengetahuan tentang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
perbankan dan perkembangan terkini jawabnya.
terkait bidang keuangan atau bidang
lain yang mendukung pelaksanaan Dokumen Pendukung :
tugas dan tanggung jawabnya. Training/seminar yang diikuti oleh Dewan Komisaris
(lampiran 3)
16) Komposisi Dewan Komisaris tidak Selama Semester II Tahun 2017, tidak terdapat
memenuhi ketentuan karena adanya indikasi adanya intervensi pemilik dalam komposisi
intervensi pemilik. Dewan Komisaris.
33
b. Governance Process
1) Penggantian dan/atau pengangkatan Selama Semester II Tahun 2017, terdapat
anggota Dewan Komisaris telah penggantian dan/atau pengangkatan kembali
memperhatikan rekomendasi komite Komisaris dengan memperhatikan Surat
nominasi atau komite remunerasi dan Rekomendasi dari Komite Remunerasi dan Nominasi.
nominasi serta memperoleh
persetujuan dari RUPS. Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No. 007/KRNBM/17 tanggal 5
Oktober 2017 perihal Rekomendasi
Pengangkatan Komisaris Utama dan Susunan
Anggota Direksi PT. Bank Mega Tbk pada
RUPSLB November 2017
Risalah RUPSLB No.21 tanggal 15 Nov 2017
2) Dewan Komisaris telah melaksanakan Dewan Komisaris telah memastikan terselenggaranya
tugas untuk memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola dengan :
terselenggaranya penerapan prinsip Melakukan evaluasi fungsi kepatuhan.
Tata Kelola yang baik dalam setiap Mengadakan rapat secara rutin Dekom dan
kegiatan usaha Bank pada seluruh Dekom bersama Direksi.
tingkatan atau jenjang organisasi. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan risk
manajemen, kepatuhan, laporan keuangan dan
pelaksanaan audit internal dan memberikan
rekomendasi kepada Direksi.
Dokumen pendukung :
Memo Dinas Dewan Komisaris (lampiran 1)
34
5) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan
pengambilan keputusan kegiatan keputusan kegiatan operasional Bank. Keterlibatan
operasional Bank, kecuali dalam hal Dewan Komisaris dalam penyediaan dana dan
penyediaan dana kepada pihak terkait pengeluaran biaya untuk jumlah tertentu adalah dalam
dan hal-hal lain yang ditetapkan dalam rangka pengawasan dan telah sesuai dengan
anggaran dasar Bank dan/atau Anggaran Dasar Bank.
peraturan perundangan dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan. Dokumen pendukung :
Akta Perubahan Anggaran Dasar No.21 tanggal 27
Mei 2015
Surat Keputusan Dekom No.SK.008/XII/15
35
Barang dan/atau Pengeluaran Biaya
Surat Keputusan Dekom No.001/DEKOM/I/16
tanggal 27 Januari 2016 tentang Batas Wewenang
Memutus Kredit
Surat Keputusan Dekom No.003/DEKOM/IV/16
36
10) Pengangkatan anggota komite-komite Berdasarkan Keputusan Rapat Dewan Komisaris,
telah dilakukan Direksi berdasarkan Direksi telah melakukan pengangkatan anggota
keputusan rapat Dewan Komisaris. Komite dengan menerbitkan Surat Keputusan
Direksi.
Dokumen Pendukung :
Surat Keputusan Direksi No.SK. 087/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Audit PT. Bank
Mega Tbk
Surat Keputusan Direksi No.SK. 083/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Pemantau
Risiko PT. Bank Mega Tbk
Surat Keputusan Direksi No.SK.091/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite Remunerasi
dan Nominasi PT. Bank Mega Tbk
37
11) Dewan Komisaris telah memastikan Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Komite
bahwa komite yang dibentuk telah yang dibentuk telah menjalankan tugasnya secara
menjalankan tugasnya secara efektif. efektif dengan cara melakukan evaluasi kinerja
Komite. Untuk meningkatkan efektifitas kinerja
Komite, Dewan Komisaris juga memberikan
arahan/menyampaikan hal-hal yang harus menjadi
perhatian bagi anggota Komite dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas Dewan Komisaris (lampiran 1)
12) Dewan Komisaris telah menyediakan Dewan Komisaris telah memberikan waktu yang
waktu yang cukup untuk cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dapat dilihat dari kehadiran
jawab secara optimal. Dewan Komisaris di kantor Bank lebih dari 1 (satu)
kali dalam seminggu.
13) Rapat Dewan Komisaris membahas Selama Tahun 2017, Dewan Komisaris telah
permasalahan sesuai dengan agenda mengadakan Rapat secara formal sebanyak 6 (enam)
rapat dan diselenggarakan secara kali.
berkala, paling sedikit 4 (empat) kali
dalam 1 (satu) tahun, serta dihadiri Dokumen Pendukung :
secara fisik paling sedikit 2 (dua) kali Notulen Rapat Dewan Komisaris (lampiran 1)
dalam 1 (satu) tahun, atau melalui
teknologi telekonferensi bagi
Komisaris Non Independen dalam hal
Komisaris Non Independen tidak dapat
menghadiri rapat secara fisik.
14) Pengambilan keputusan rapat Dewan Keputusan yang diambil dalam rapat Dewan
Komisaris telah dilakukan berdasarkan Komisaris, seluruhnya berdasarkan musyawarah
musyawarah untuk mufakat atau suara mufakat.
terbanyak dalam hal tidak terjadi Dokumen Pendukung :
musyawarah untuk mufakat. Notulen Rapat Dewan Komisaris (lampiran 1)
15) Anggota Dewan Komisaris tidak Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
memanfaatkan Bank untuk memperlihatkan bahwa Komisaris memanfaatkan
kepentingan pribadi, keluarga,dan/atau Bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau
pihak lain yang dapat merugikan atau pihak lain yang merugikan atau mengurangi
mengurangi keuntungan Bank. keuntungan Bank. Untuk menyakinkan hal tersebut
Bank telah meminta anggota Dewan Komisaris untuk
membuat Surat Pernyataan terkait dengan hal tersebut.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Komisaris
38
16) Anggota Dewan Komisaris tidak Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
mengambil dan/atau menerima memperlihatkan bahwa Komisaris mengambil
keuntungan pribadi dari Bank selain dan/atau menerima keuntungan pribadi selain
remunerasi dan fasilitas lain yang remunerasi dan fasilitas yang telah ditetapkan oleh
ditetapkan RUPS. RUPS. Untuk menyakinkan hal tersebut Bank telah
meminta anggota Dewan Komisaris untuk membuat
Surat Pernyataan terkait dengan hal tersebut.
Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan masing-masing Komisaris
39
17) Pemilik melakukan intervensi terhadap Tidak terdapat indikasi atau bukti-bukti yang
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris memperlihatkan bahwa Pemilik melakukan intervensi
yang menyebabkan kegiatan terhadap pelaksanaan tugas Dewan Komisaris yang
operasional Bank terganggu sehingga menyebabkan kegiatan operasional Bank terganggu
berdampak pada berkurangnya sehingga berdampak pada berkurangnya keuntungan
keuntungan Bank dan/atau Bank dan/atau menyebabkan kerugian Bank
menyebabkan kerugian Bank.
c. Governance Outcome
1) Hasil rapat Dewan Komisaris telah Hasil Rapat Dewan Komisaris telah dituangkan
dituangkan dalam risalah rapat dan dalam notulen rapat dan diadministrasikan dengan
didokumentasikan dengan baik, baik dan lengkap sesuai dengan frekwensi Rapat.
termasuk perbedaan pendapat Dokumen Pendukung :
(dissenting opinions) yang terjadi Notulen Rapat Dewan Komisaris ( Lampiran 1)
secara jelas.
2) Hasil rapat Dewan Komisaris telah Notulen rapat telah didistribusikan kepada seluruh
dibagikan kepada seluruh anggota anggota Dewan Komisaris dan pihak terkait secara
Dewan Komisaris dan pihak yang langsung.
terkait.
3) Hasil rapat Dewan Komisaris Hasil Rapat Dewan Komisaris merupakan
merupakan rekomendasi dan/atau rekomendasi yang dapat diimplementasikan oleh
arahan yang dapat diimplementasikan Direksi
oleh RUPS dan/atau Direksi. Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Dewan Komisaris (Lampiran 1)
4) Dalam laporan pelaksanaan tata Komisaris telah membuat Surat Pernyataan
kelola, anggota Dewan Komisaris Independen yang berisi tentang kepemilikan saham
paling sedikit telah mengungkapkan: dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan
a) Kepemilikan saham yang Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham
mencapai 5% (lima persen) atau Pengendali Bank. Hal tersebut telah dicantumkan
lebih pada Bank yang dalam Laporan pelaksanaan Tata Kelola termasuk
bersangkutan maupun pada bank Data Remunerasi dan fasilitas lainnya yang diterima
dan perusahaan lain yang oleh Komisaris dan Direksi sesuai dengan format
berkedudukan di dalam dan di luar yang ditetapkan dalam Surat Edaran OJK.
negeri;
b) Hubungan keuangan dan Dokumen Pendukung :
hubungan keluarga dengan Surat Pernyataan Independensi
anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris lain, dan/atau
pemegang saham pengendali
Bank;
c) Remunerasi dan fasilitas lain;
d) Opsi saham (share option) yang
dimiliki Dewan Komisaris.
40
5) Peningkatan pengetahuan, keahlian, Peningkatan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
dan kemampuan anggota Dewan anggota Dewan Komisaris akan terus dilakukan.
Komisaris dalam pengawasan Bank Training/ Seminar yang diikuti oleh Dewan
yang ditunjukkan antara lain dengan Komisaris selama Semester II tahun 2017.
peningkatan kinerja Bank,
penyelesaian permasalahan yang Dokumen Pendukung :
dihadapi Bank, dan pencapaian hasil Training/seminar yang diikuti oleh Dewan Komisaris
sesuai ekspektasi Pemangku (lampiran 3)
Kepentingan. Peningkatan budaya
pembelajaran secara berkelanjutan
dalam rangka peningkatan
pengetahuan tentang perbankan dan
perkembangan terkini terkait bidang
keuangan atau bidang lain yang
mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab anggota Dewan
Komisaris
41
6) Kegiatan operasional Bank terganggu Tidak terdapat indikasi intervensi pemilik yang
dan/atau memberikan keuntungan mengganggu kegiatan operasional Bank yang
yang tidak wajar kepada pemilik yang berdampak pada berkurangnya keuntungan dan/atau
berdampak pada berkurangnya menyebabkan kerugian Bank.
keuntungan Bank dan/atau
menyebabkan kerugian Bank, akibat
intervensi pemilik terhadap komposisi
dan/atau pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris.
42
KERTAS KERJA
43
a) Anggota Komite Pemantau Risiko Anggota Komite Pemantau Risiko terdiri dari :
paling sedikit terdiri dari seorang Ketua : Achjadi Ranuwisastra/
Komisaris Independen, seorang Komisaris Independen
Pihak Independen yang ahli Anggota: Purwo Junianto/ Pihak
dibidang keuangan, dan seorang Independen yang memiliki keahlian di
Pihak Independen yang ahli bidang manajemen risiko
dibidang manajemen risiko. Anggota : Ivan Purnama Sanoesi/ Pihak
Independen yang memiliki keahlian di
bidang keuangan
44
Dokumen Pedukung :
Memo Dinas No.MD.014/KOMISARIS/2017
tanggal
21 Juni 2017 tentang Pengangkatan Anggota
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko
serta Komite Remunerasi dan Nominasi
Surat Keputusan Direksi
No.SK.083/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017
tentang Komite Pemantau Risiko PT. Bank
Mega, Tbk
b) Komite pemantau risiko diketuai Ketua Komite Pemantau Risiko adalah
oleh Komisaris Independen. Komisaris Independen
c) Paling sedikit 51% (lima puluh satu Anggota Komite merupakan Komisaris
persen) anggota Komite pemantau Independen dan Pihak Independen (100%
risiko adalah Komisaris Independen Independen).
dan Pihak Independen.
d) Anggota Komite Pemantau Risiko Anggota Komite Pemantau Risiko
memiliki integritas, akhlak, dan memiliki integritas, akhlak dan moral
moral yang baik. yang baik.
3) Komite Remunerasi dan Nominasi
a) Anggota Komite Remunerasi dan Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
Nominasi paling sedikit terdiri dari terdiri dari :
seorang Komisaris Independen, Ketua : Lambock V. Nahattands/
seorang Komisaris Non Independen, Komisaris Independen
dan seorang Pejabat Eksekutif yang Anggota : Yungky Setiawan/ Komisaris
membawahkan sumber daya Anggota : Anwar V Purba/Pejabat
manusia atau seorang perwakilan Eksekutif yang membawahi SDM
pegawai.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No.MD.014/KOMISARIS/2017
tanggal
21 Juni 2017 tentang Pengangkatan Anggota
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko
serta Komite Remunerasi dan Nominasi
Surat Keputusan No.SK. 091/DIRBM/17
tanggal 3 Juli 2017 tentang Komite
Remunerasi dan Nominasi PT. Bank Mega
Tbk.
b) Pejabat Eksekutif atau perwakilan Pejabat Ekekutif yang ditunjuk sebagai
pegawai anggota Komite harus anggota Komite memiliki pengetahuan tentang
memiliki pengetahuan dan sistem remunerasi dan nominasi serta rencana
mengetahui ketentuan sistem suksesi Bank.
remunerasi dan/atau nominasi serta
rencana suksesi (succession plan)
Bank.
45
c) Komite remunerasi dan Komite diketuai oleh Komisaris Independen
nominasi diketuai oleh
Komisaris Independen.
d) Dalam hal jumlah anggota Komite Anggota Komite tidak lebih dari 3 (tiga) orang
Remunerasi dan Nominasi yang
ditetapkan lebih dari 3 (tiga) orang
maka anggota Komisaris
Independen paling sedikit berjumlah
2 (dua) orang.
46
e) Dalam hal Bank membentuk Komite Komite Remunerasi dan Nominasi tidak dibuat
tersebut secara terpisah, maka: secara terpisah.
(1) Pejabat Eksekutif atau
perwakilan pegawai anggota
komite remunerasi harus
memiliki pengetahuan mengenai
sistem remunerasi Bank; dan
(2) Pejabat Eksekutif anggota
komite nominasi harus memiliki
pengetahuan tentang sistem
nominasi dan rencana suksesi
(succession plan) Bank.
4) Anggota komite audit dan komite Anggota Komite Audit dan Komite Pemantau
pemantau risiko bukan merupakan Risiko bukan merupakan anggota Direksi Bank
anggota Direksi Bank yang sama yang sama maupun Bank lain.
maupun Bank lain.
5) Rangkap jabatan Pihak Independen pada Anggota Komite yang merupakan Pihak
Bank yang sama, Bank lain dan/atau Independen tidak ada yang berasal dari Bank /
perusahaan lain telah memperhatikan Perusahaan lain (tidak terdapat rangkap
kompetensi, kriteria independensi, jabatan).
kerahasiaan, kode etik, serta pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab. Dokumen Pendukung :
Surat Pernyataan Independensi Anggota Komite
6) Seluruh Pihak Independen anggota Seluruh Pihak Independen telah memenuhi
Komite tidak memiliki hubungan kriteria Independensi. Hal ini didukung dengan
keuangan, hubungan kepengurusan, Surat Pernyataan dari masing-masing anggota
hubungan kepemilikan, dan/atau Komite.
hubungan keluarga dengan Direksi,
Dewan Komisaris, dan/atau pemegang Dokumen Pendukung :
saham pengendali atau hubungan dengan Surat Pernyataan Independensi Anggota Komite
Bank, yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk bertindak
independen.
7) Seluruh Pihak Independen yang berasal Anggota Komite yang berasal dari pihak
dari mantan Anggota Direksi atau independen tidak ada yang berasal dari mantan
mantan Pejabat Eksekutif yang berasal anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang
dari Bank yang bersangkutan dan tidak berasal dari bank yang sama.
melakukan fungsi pengawasan atau
pihak lain yang mempunyai hubungan
dengan Bank yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk bertindak independen
telah menjalani masa tunggu (cooling
off) paling singkat 6 (enam) bulan.
47
8) Rapat Komite Audit dan Komite Penyelenggaraan Rapat Komite Audit dan
Pemantau Risiko paling sedikit dihadiri Komite Pemantau Risiko dihadiri oleh 100%
51% (lima puluh satu persen) dari anggota Komite.
jumlah anggota termasuk Komisaris Dokumen pendukung :
Independen dan Pihak Independen. Notulen Rapat Komite Audit dan Komite
Pemantau Risiko (lampiran 4 A dan B)
9) Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi Penyelenggaraan Rapat Komite Remunerasi dan
paling sedikit dihadiri 51% (lima puluh Nominasi dihadiri oleh 100% Anggota Komite.
satu persen) dari jumlah anggota Dokumen pendukung :
termasuk seorang Komisaris Independen Notulen Rapat Komite Remunerasi dan
dan Pejabat Eksekutif atau Perwakilan Nominasi (Lampiran 4 C)
Pegawai.
48
10) Komposisi Komite tidak memenuhi Tidak terdapat indikasi adanya intervensi
ketentuan karena adanya intervensi pemilik dalam komposisi keanggotaan Komite
pemilik.
b. Governance Process
1) Komite Audit
Untuk memberikan rekomendasi kepada Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab
Dewan Komisaris: Komite Audit :
a) Komite Audit telah memantau dan 1. Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit
mengevaluasi perencanaan dan dalam rangka penilaian kecukupan
pelaksanaan audit serta memantau pengendalian intern termasuk kecukupan
tindak lanjut hasil audit dalam proses pelaporan keuangan.
rangka menilai kecukupan 2. Melakukan Review dan Evaluasi
pengendalian intern termasuk Pelaksanaan Tugas IADT
kecukupan proses pelaporan 3. Melakukan Review Kesesuaian
keuangan. Laporan Keuangan dengan Standar
Akutansi .
4. Melakukan Review Pelaksanaan Tindak
lanjut Direksi atas Temuan Audit Internal &
Eksternal
5. Memberikan Rekomendasi untuk
Penunjukan Akuntan Publik
Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komite Audit dan Memo Dinas
Komite Audit kepada Komisaris (lampiran 4
A)
b) Komite Audit telah melakukan kaji Komite Audit telah melakukan review terhadap
ulang (review) terhadap: terhadap hal-hal tersebut. Namun terlambat
1) Pelaksanaan tugas SKAI; menyampaikan Laporan Hasil Evaluasi Komite
2) Kesesuaian pelaksanaan audit Audit Terhadap Pelaksanaan Pemberian Jasa
oleh kantor akuntan publik Audit atas Informasi Keuangan Historis
dengan standar audit; Tahunan sehingga Bank dikenakan sanksi
3) Kesesuaian laporan keuangan denda oleh OJK
dengan standar akuntansi
keuangan; dan Dokumen Pendukung :
4) Pelaksanaan tindak lanjut oleh Memo Dinas Komite Audit ( lampiran 4 A)
Direksi atas hasil temuan SKAI, Surat OJK No.S-232/PB.312/2017 tanggal
akuntan publik dan hasil 31 Oktober 2017 perihal Laporan hasil
pengawasan Otoritas Jasa Evaluasi Komite Audit Terhadap
Keuangan. Pelaksanaan Pemberian Jasa Audit Atas
Informasi Keuangan Historis Tahunan Bank
Saudara.
49
c) Komite audit telah memberikan Komite Audit telah memberikan rekomendasi
rekomendasi penunjukan akuntan penunjukan KAP pada Dewan Komisaris
publik dan kantor akuntan publik
sesuai ketentuan yang berlaku Dokumen Pendukung :
kepada RUPS melalui Dewan Memo Dinas No.MD.005/KABM/17 tanggal
50
Manajemen Risiko:
Dokumen Pendukung
:
Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko dan
Memo Dinas Komite Pemantau Risiko (lampiran
4 B)
b) Komite Pemantau Risiko memantau Dokumen Pendukung :
dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko dan
komite manajemen risiko dan Memo Dinas Komite Pemantau Risiko (lampiran
Satuan Kerja Manajemen Risiko 4 B)
(SKMR).
3) Komite Remunerasi dan Nominasi
Untuk memberikan rekomendasi kepada Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab
Dewan Komisaris: Komite Remunerasi dan Nominasi :
a) Komite Remunerasi telah 1. Mengevaluasi Kebijakan Remunerasi untuk
mengevaluasi kebijakan remunerasi Direksi & Komisaris serta Pejabat Eksekutif
bagi: & Pegawai
1) Direksi dan Dewan Komisaris, 2. Memberikan rekomendasi pengangkatan
dan telah disampaikan Direksi dan Dewan Komisaris:
kepada RUPS; 3. Memberikan rekomendasi pengangkatan
2) Pejabat Eksekutif dan pegawai, anggota Komite Audit
dan telah disampaikan kepada 4. Memberikan rekomendasi penggantian
Direksi. anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
Dokumen pendukung :
Notulen Rapat dan Memo Rekomendasi
Komite Remunerasi dan Nominasi (lampiran 4
C)
b) Terkait dengan kebijakan nominasi, Tercantum dalam tata tertib Komite
komite telah menyusun sistem, serta Remunerasi dan Nominasi
prosedur pemilihan dan/atau
penggantian anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada RUPS.
c) Komite nominasi telah memberikan Komite Remunerasi & Nominal telah
rekomendasi calon anggota Direksi memberikan rekomendasi calon Komisaris
dan/atau calon anggota Dewan Utama pada RUPS LB Bank.
Komisaris untuk disampaikan
kepada RUPS. Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No.007/KRNBM/17 tanggal 5
Oktober 2017 perihal Rekomendasi
Pengangkatan Komisaris Utama dan Susunan
Anggota Direksi PT. Bank Mega, Tbk pada
RUPSLB November 2017
51
d) Komite Nominasi telah memberikan Komite Remunerasi & Nominasi telah
rekomendasi calon Pihak memberikan rekomendasi calon Pihak
Independen yang dapat menjadi Independen untuk menjadi anggota Komite
anggota komite kepada Dewan Audit.
Komisaris.
Dokumen Pendukung :
Memo Dinas No.MD.005/KRNBM/17
tanggal1 5 Juni 2017 tentang Rekomendasi
Anggota Independen Komite Pemantau Risiko
2017
52
4) Rapat Komite diselenggarakan Penyelenggaraan rapat Komite disesuaikan
sesuai kebutuhan Bank. dengan kebutuhan, frekwensi pelaksanaan
Rapat masing-masing Komite pada periode
pelaporan:
Komite Remunerasi dan Nominasi ( 5 kali)
Komite Pemantau Risiko (6 kali)
Komite Audit (19 kali)
Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komite (Lampiran 4)
5) Keputusan rapat diambil berdasarkan Keputusan rapat Komite diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat atau suara musyawarah mufakat atau suara terbanyak.
terbanyak dalam hal tidak terjadi Dokumen pendukung :
musyawarah untuk mufakat. Notulen Rapat Komite (Lampiran 4 A,B,C)
6) Hasil Rapat Komite merupakan Memo hasil meeting Komite yang merupakan
rekomendasi yang dapat dimanfaatkan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan secara
secara optimal oleh Dewan Komisaris optimal oleh Dewan Komisaris.
Dokumen Pendukung :
Memo Rekomendasi Komite ke Dewan
Komisaris (Lampiran 4 A,B,C)
7) Pemilik melakukan intervensi terhadap Tidak terdapat intervensi pemilik terhadap
pelaksanaan tugas komite, seperti pelaksanaan tugas Komite
misalnya terkait rekomendasi pemberian
remunerasi yang tidak wajar kepada
pihak terkait pemilik, rekomendasi calon
anggota Direksi atau calon anggota
Dewan Komisaris yang tidak sesuai
dengan prosedur pemilihan dan/atau
penggantian yang telah ditetapkan.
c. Governance Outcome
1) Pembuatan risalah rapat termasuk Setiap Rapat Komite telah dibuatkan notulen
pengungkapan perbedaaan pendapat rapat. Notulen diadministrasikan dengan baik
(dissenting opinions) secara jelas dan dan lengkap sesuai dengan frekwensi Rapat.
didokumentasikan dengan baik. Dokumen Pendukung :
Notulen Rapat Komite(Lampiran 4 A,B,C)
2) Masing-masing komite telah Masing-masing Komite telah
melaksanakan fungsi sesuai ketentuan melaksanakan fungsinya
seperti misalnya pemberian rekomendasi sesuai ketentuan yang berlaku.
sesuai tugas kepada Dewan Komisaris.
Dokumen pendukung :
Memo Rekomendasi Komite ke Dewan
Komisaris (Lampiran 4)
53
KESIMPULAN
A. Governance
Structure Faktor
Positif
Struktur tata kelola dan infrastruktur tata kelola telah dipenuhi oleh Bank Mega
seperti :
1) Jumlah, domisili, integritas dan ketentuan rangkap jabatan Dewan Komisaris dan
Direksi telah sesuai dengan ketentuan.
2) Untuk membantu Dewan Komisaris telah dibentuk Komite Audit, Komite
Remunerasi & Nominasi dan Komite Pemantau Risiko, yang telah melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Untuk meningkatkan efektifitas kerja
Komite, telah dilakukan penggantian keanggotaan Komite Pemantau Risiko sesuai
Surat Keputusan Direksi No.SK.083/DIRBM/17 tanggal 3 Juli 2017.
3) Bank telah memiliki Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan (Direktur
Compliance & Human Capital) dan Unit Kerja Kepatuhan (Unit Kerja Compliance
& GCG) yang telah memenuhi persyaratan independensi dan dengan ketersediaan
SDM yang memadai.
4) Untuk menunjang proses tata kelola, telah dibentuk unit kerja Audit Internal, Risk
Management, Anti Money Laundering, Banking Fraud, Sekretaris Perusahaan,
dan unit kerja Pengendalian Internal yang independen terhadap unit operasional
dan bisnis serta telah dilengkapi dengan pedoman kerja untuk masing-masing unit
kerja.
5) Bank telah memiliki kebijakan & prosedur aktivitas Bank yang memadai untuk
menunjang penerapan Tata Kelola Bank, seperti : tata tertib untuk Dekom dan
Direksi, kebijakan anti fraud, kebijakan manajemen risiko, kebijakan kepatuhan
serta kebijakan tata kelola Bank, kebijakan APU & PPT, kebijakan perlindungan
konsumen, kebijakan perkreditan dan kebijakan treasury. Kebijakan dan prosedur
internal tersebut telah dilakukan pengkinian / penyempurnaan sejalan dengan
diterbitkannya Peraturan OJK dan BI yang terkait pada pada tahun 2016 dan tahun
2017.
6) Terkait dengan penunjukkan Bank Mega sebagai Entitas Utama dalam
Konglomerasi Keuangan Mega Corpora, struktur Tata Kelola Terintegrasi telah
dilengkapi dengan pembentukan Satuan Kerja Kepatuhan Terintegrasi, Satuan
Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi dan Satuan Kerja Audit Internal
Terintegrasi.
7) Untuk membantu Direksi dalam pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi
telah dibentuk Komite Manajemen Risiko Terintegrasi yang berperan aktif dalam
pengawasan dan monitoring pelaksanaan Risk Manajemen Terintegrasi.
Sedangkan untuk melakukan pengawasan dalam penerapan Tata Kelola
54
Terintegrasi, Dewan Komisaris telah membentuk Komite Tata kelola Terintegrasi.
55
Faktor Negatif
Kelemahan struktur tata kelola :
1) Menunjuk hasil RUPS LB pada tanggal 15 November 2017, terdapat perubahan
susunan Dewan Komisaris, dimana telah diangkat Bpk Chairul Tanjung sebagai
Komisaris Utama. Perubahan tersebut menyebabkan komposisi Komisaris
Independen yang semula 50% menjadi 40%.
Kondisi ini telah memenuhi ketentuan komposisi Komisaris Independen menurut
POJK No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik yaitu minimal sebesar 30%, namun tidak memenuhi ketentuan
POJK No.55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum
yaitu minimal sebesar 50%.
Sampai dengan saat ini Bpk Chairul Tanjung belum efektif karena masih dalam
proses Fit & Proper Test OJK, dan komposisi Komisaris Independen sesuai
ketentuan (50%) akan dipenuhi pada RUPS di bulan Februari 2018.
B. Governance Process
Faktor Positif
1) Direksi Bank telah melakukan upaya upaya untuk melakukan proses tata kelola
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola, antara lain :
a) Pengambilan keputusan strategis diambil melalui Rapat Direksi. Setiap rapat
Direksi telah dilengkapi dengan notulen rapat dan didokumentasikan dengan
baik. Selama semester II tahun 2017 telah dilaksanakan 26 kali rapat Direksi
dan 23 kali rapat Direksi dengan Komisaris.
56
b) Keputusan rapat Direksi telah diimplementasikan dengan membuat Surat
Keputusan dan Surat Edaran Direksi yang mencakup pengaturan di bidang
perkreditan, pendanaan, kartu kredit, pelaksanaan risk manajemen, operasional
serta kebijakan kepegawaian untuk mendukung aktivitas usaha Bank sesuai
dengan strategi yang telah ditetapkan oleh Direksi.
c) Meningkatkan kompetensi dan skill pegawai melalui pelaksanaan training /
sosialisasi / seminar baik internal maupun eksternal. Selama semester II tahun
2017 ini telah dilaksanakan proses pembelajaran antara lain melalui in house
training, off house training dan development program, e-learning, sebanyak
512 training dengan peserta 30.539 orang pegawai.
Sampai dengan Desember 2017, pegawai yang memiliki Sertifikasi
Management Risiko sebanyak 2.756 orang, sudah sesuai dengan target yang
ditetapkan.
Sedangkan total pegawai yang memiliki sertifikasi AAJI saat ini adalah
sebanyak 1.310 orang pegawai.
2) Proses pengawasan telah dilakukan oleh Dewan Komisaris dibantu oleh Komite-
Komite sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing. Dewan
Komisaris melakukan pengawasan baik secara langsung dalam Rapat Dekom
bersama Direksi maupun melalui Memo Dinas yang disampaikan ke Direksi.
3) Sampai dengan Desember 2017, komitmen Bank terkait pemeriksaan oleh OJK
telah ditindak lanjuti sesuai dengan tenggat waktu yang disepakati dan telah
dilaporkan ke OJK. Namun demikian Manajemen Bank dengan Surat kepada
OJK No.360/DIRBM-AMLA/17 tanggal 22 Desember 2017 perihal Permohonan
Perpanjangan Tindak Lanjut Temuan OJK Bulan Desember 2017, mengajukan
perpanjangan waktu pemenuhan tindak lanjut terkait pengkinian data nasabah
funding sampai dengan bulan April dan Juni 2018.
4) Komitmen Bank terkait pemeriksaan oleh Bank Indonesia telah ditindak lanjuti
sesuai dengan tenggat waktu yang disepakati dan telah dilaporkan ke Bank
Indonesia. Namun demikian Manajemen Bank dengan surat kepada Bank
Indonesia:
a. No. 294/DIRBM-ITSO/17 tanggal 27 Oktober 2017 perihal Perubahan
Target Tanggal Penyelesaian Pembuatan Data Center Baru Atas Hasil
Pemeriksaan Implementasi Standar Nasional Teknologi Chip dan PIN
Online 6 (Enam) Digit untuk Kartu ATM/Debet, telah mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyelesaian sampai dengan tanggal 30
April 2018 dan 30 November 2018 sesuai dengan tahapan penyelesaiannya.
b. No.362.DIRBM-CTOP/17 tanggal 28 Desember 2017 perihal Permohonan
Perpanjangan Tindak Lanjut Temuan BI 2017 telah mengajukan
permohonan perpanjangan waktu untuk menyelesaian Kebijakan dan
Prosedur ATM Fraud Manajemen sampai dengan Desember 2019.
Faktor Negatif
Kelemahan dalam proses tata kelola adalah :
57
Pengendalian internal belum berjalan secara optimal seperti masih perlu
peningkatan dalam hal proses dual control dan fungsi supervisi serta risk awareness,
58
untuk mengurangi temuan-temuan audit yang berisiko tinggi dan fraud. Namun
demikian Bank terus berupaya untuk meningkatkan pengendalian internal tersebut
melalui training / sosialisasi dan kebijakan pemberian sanksi (administratif / denda)
untuk pembinaan dan pelaksanaan rotasi serta mutasi SDM di KC/KCP serta
pembahasan yang berkesinambungan guna mendapatkan solusi yang secara signifikan
dapat memperbaiki hal dimaksud.
C. Governance
Outcome
Faktor Positif
Faktor Negatif
1) Pada tahun 2017, frekuensi dan nominal sanksi denda semester II meningkat
dibandingkan dengan semester I (semester I 2017 : frekwensi 6 kali dengan
nominal Rp. 38.643.988,- dan semester II 2017 : frekwensi 13 kali dengan
nominal Rp.188.162.000,-). Namun demikian total nominal dan frekwensi sanksi
denda tahun 2017 menurun cukup signifikan dibandingkan tahun 2016 (tahun
2016 : frekwensi 30 kali dengan nominal Rp.474.914.835,- dan tahun 2017 :
frekwensi 19 kali dengan nominal Rp.226.805.988,-).
Sanksi denda pada semester II 2017 sebagian besar disebabkan karena cleansing
data Sistem Informasi Debitur (SID), dimana terdapat data debitur yang belum
dilaporkan sesesuai dengan ketentuan.
2) Masih terjadi fraud pada semester II tahun 2017, namun demikian frekwensinya
menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan semester I tahun 2017 (fraud
dengan nominal diatas Rp 100 juta semester I tahun 2017 sebanyak 5 kasus,
sedangkan semester II tahun 2017 sebanyak 1 kasus).
60
Lampiran 1.
DOKUMEN PENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB DEWAN KOMISARIS
61
SEMESTER II 2017
Evaluasi Kinerja Komite Audit
15. MD.No. 19 Juli 2017 Semeter I/2017
015/KOMISARIS/17
Evaluasi Kinerja Komite
16. MD.No. 19 Juli 2017 Pemantau Resiko Semeter
016/KOMISARIS/17 I/2017
Evaluasi Kinerja Komite Remunerasi
17. MD.No. 19 Juli 2017 dan Nominasi Semester I/2017
017/KOMISARIS/17
Evaluasi Hasil Pelaksanaan
18. MD.No. 26 Juli 2017 Audit Internal serta Tindak
018/KOMISARIS/17 Lanjut Direksi atas
Temuan Audit Internal dan Eksternal
Semester I/2017
Evaluasi Pelaksanaan Manajemen
19. MD.No. 9 Agustus 2017 Risiko Semeter I/2017
019/KOMISARIS/17
62
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
20. MD.No. 14 Agustus 2017 Audit Internal Periode April s/d Juni
020/KOMISARIS/17 2017
Evaluasi Pelaksanaan Fungsi
21. MD.No. 14 Agustus 2017 Kepatuhan Periode Semester I Tahun
021/KOMISARIS/17 2017
Penunjukan Kantor Akuntan
22. MD.No. 21 Agustus 2017 Publik (KAP) Periode
022/KOMISARIS/17 Tahun Buku 2017
Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi
23. MD.No. 28 Agustus 2017 Group Usaha Mega Corpora
023/KOMISARIS/17
24. MD.No. 6 September 2017 Evaluasi Risk Profile Triwulan
024/KOMISARIS/17 II/2017
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
25. MD.No. 31 Oktober 2017 Audit Internal Periode Juli s/d
027/KOMISARIS/17 Septemebr
2017
Evaluasi Pelaksanaan Fungsi
26. MD.No. 22 November Kepatuhan Periode Triwulan III
029/KOMISARIS/17 2017 Tahun 2017
27. MD.No. 5 Desember 2017 Evaluasi Risk Profile Triwulan
031/KOMISARIS/7 III/2017
65
Lampiran 2.
DOKUMEN PENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
67
47. No.NT.047/DIRBM/17 11 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi
48. No.NT.048/DIRBM/17 18 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi
49. No.NT.049/DIRBM/17 27 Desember 2017 Notulen Rapat Direksi
68
Lampiran 3
Data Training Dewan Komisaris dan Direksi
No SEMESTER II
TAHUN 2017
Judul Diikuti Oleh
Training
Refreshment SMR : Workshop Penilaian
1 Kemampuan dan Kepatutan (PKK) Achjadi
Ranuwisadstra
Refreshment SMR : Bedah Laporan Profil Risiko Sebagai
2 Alat Penilaian Manajemen Risiko Lambock V.
Nahattands
3 Refreshment SMR : Introduction to Dervatives & Financial Darmadi Sutanto
Markets
4 Sharing Knowledge Penerapan APU & PPT Achjadi Ranuwisastra
5 Seminar IBEX 2017 : Peluang dan Tantangan Digitalisasi Yungky Setiawan
Sistem Perbankan Nasional dari Perspektif Pelaku dan
Regulator
6 IDC Financial Services Forum Yungky Setiawan
7 Pelatihan Program Khusus (Fast Track) & Uji Kompetensi Martin Mulwanto
Program Khusus Sertifikasi Treasury Dealer
8 Workshop Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (PKK) Yuni Lastianto
9 SAP Hybris LIVE : Digital Summit YB. Hariantono
Refreshment SMR : Memahami Analisa Kredit Komersial
10 Secara Komprehensif & Bagaimana Memitigasi Lay Diza Larantie
Risikonya
DBS Asian Insight : Financial Institutions Collaboration and
11 Partnership in The Asian Market Martin Mulwanto
12 Asia Pacifik Risk Executive Council (REC) & AP Secutity Wiweko Probojakti
Summit
13 Refreshment SMR : Introduction to Derivatives & Wiweko Probojakti
Financial Markets
Refreshment SMR : Introduction to Derivatives &
14 Financial Markets Darmadi Sutanto
15 Visa asia Pacific Senior Client Council Kostaman Thayib
16 5th Executive Annual Gathering ASPI – Merangkul Ekonomi Kostaman Thayib
Digital yang Baru : Bertahan dan Berkembang
17 Digital Collaboration & Transformation Conference 2017 Lay Diza Larantie
18 The 3rd AdAsia Congress : Globalization Madi Darmadi
Advancing New Possibilities Lazuardi
19 Sunline Global Financial Summit 2017 YB. Hariantono
Seminar Pengembangan Manajemen Risiko Dalam Rangka
20 Menghadapi Era Digitalisasi YB. Hariantono
The 2nd Asia Pacific HR Forum : HR Innovations to Increase
21 Corporate Performance Yuni Lastianto
Seminar Penilaian Mutual Evaluation Review terhadap
22 Indonesia Yuni Lastianto
oleh APG dan Penilaian Risiko Tindak Pidana Pencucian
Uang & Tindak Pidana Pendanaan Terorisme di Indonesia
69
Workshop Kepatuhan Tahun 2017 dan Uji Sertifikasi
23 Kepatuhan & AML Level 3 Yuni Lastianto
Seminar FKDKP : Arah Kebijakan APU & PPT serta
24 Perlindungan Konsumen di Sektor Perbankan Yuni Lastianto
25 Refreshment SMR : Indonesia Risk Management Outlook Indivara Erni
2018
70
Lampiran 4.
DOKUMEN PENDUKUNG KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
A. Komite Audit
71
No No Dokumen Tanggal Periha
l
SEMESTER I 2017
Evaluasi Pelaksanaan Tindak Lanjut
1. No.NT.001/KABM/1 11 Januari 2017 Direksi Atas Temuan Audit Internal
dan eksternal Semester II Tahun 2016
7
Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran
2. No.NT.002/KABM/1 3 Februari 2017 IADT PT. Bank Mega, Tbk Tahun
7 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor
3. No.NT.003/KABM/1 24 Februari 2017 Cabang dan Cabang Pembantu periode
7 bulan
Januari 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor
4. No.NT.004/KABM/1 29 Maret 2017 Pusat
Bidang Treasury, Audit
7 Information Technology dan
audit Kantor Cabang
SEMESTER II 2017
29 September
14. No.NT.014/KABM/1 2017
7
15. No.NT.015/KABM/1 25 Oktober 2017
7
16. No.NT.016/KABM/1 6 Desember 2017
7
17. No.NT.017/KABM/1 22 Desember
7 2017
No. NT.
18. 001/KABM- 22 Februari 2017
EXT/17
No. NT. 22 September
19. 002/KABM- 2017
EXT/17
73
periode bulan Februari 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
5. No.NT.005/KABM/1 26 April 2017 Bidang Property & Facility
7 Management, Audit Information
Technology dan Audit
Kantor Cabang periode bulan Maret
2017
Evaluasi Kesesuaian Laporan
6. No.NT.006/KABM/1 3 Mei 2017 Keuangan PT. Bank Mega, Tbk.
7 dengan Standar Akuntansi untuk
Posisi 31 Desember 2016
dan 31 Maret 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
7. No.NT.007/KABM/1 31 Mei 2017 Bidang SKNBI, BI SSSS, kredit
7 MOJF, MMPJE dan Audit Kantor
Cabang periode
bulan April 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
8. No.NT.008/KABM/1 16 Juni 2017 Bidang Kredit Korporsi dan kredit
7 MOJF - Mitra Mega Finance Sidoarjo
dan Audit
Kantor Regional periode bulan Mei
2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit
9. No.NT.009/KABM/1 21 Juni 2017 Konsolidasi PT. Bank Mega, Tbk. dan
7 Entitas Anak oleh Kantor Akuntan
Publik
(KAP) 2016
SEMESTER II 2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit
10. No.NT.010/KABM/1 21 Juli 2017 Internal dan Tindak Lanjut Direksi
7 ATas Temuan Audit Internal dan
Eksternal Semeter I
Tahun 2017
Telahaan Temuan Audit Kantor Pusat
11. No.NT.011/KABM/1 9 Agustus 2017 Bidang Kredit dan Audit Kantor
Regional Periode bulan Juni 2017
7
Evaluasi Laporan Audit selama bulan
12. No.NT.012/KABM/1 6 September 2017 Juli
7 2017
Evaluasi Hasil Pelaksanaan
13. No.NT.013/KABM/1 15 September Audit Konsolidasi PT.
7 2017 Bank Mega, Tbk. dan
Entitas Anak oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) 2016
29 September Evaluasi Laporan Audit selam bulan
14. No.NT.014/KABM/1 2017 Agustus 2017 a
7
Evaluasi Audit bulan Juli -
15. No.NT.015/KABM/1 25 Oktober 2017 Laporan
7 September 2017
74
Evaluasi Laporan audit bulan Oktober
16. No.NT.016/KABM/1 6 Desember 2017 2017
7
Evaluasi Laporan Audit bulan
17. No.NT.017/KABM/1 22 Desember November
7 2017 2017
No. NT. Evaluasi Hasil Audit External (EY)
18. 001/KABM- 22 Februari 2017 untuk Bank Mega Tahun Buku 2016
EXT/17
Preliminary Meeting dengan Audit
No. NT. 22 September External (EY) untuk Pelaksanaan Audit
19. 002/KABM- 2017 Tahun Buku 2017
EXT/17
75
B. Komite Pemantau Risiko
76
C. Komite Remunerasi dan Nominasi
78
Kebijakan Kewajiban Penyediaan
22. No.SK.131/DIRBM/16 11 Mei 2016 Modal
Minimum (KPMM) sesuai Profil
Risiko
23. No.SE.069/DIRBM- 26 april 2017 Pedoman Penyusunan Profil Risiko
CPPD/17
24. No.SE.093/DIRBM- 20 April 2016 Penetapan Cut Off Application Scores
CPPD/16 dan Credit Limit Assignment
25. No.SE.050/DIRBM- 1 Maret 2016 Penetapan Cut Off Behavior Scores
CPPD/16 Dalam Kartu Kredit
26. No.SK.024/DIRBM/17 6 Maret 2017 Kebijakan Penggunaan Scoring
Processing Kart Kredit
27. No.SK.018/DIRBM/17 27 Februari 2017 Kebijakan Risk Tolerance,
Wewenang
Deviasi Pda proses Pemberian
Kartu
79
Kredit
28. No.SK.133/DIRBM/16 13 Mei 2016 Komite Kredit Bank Mega
29. No.SK.152/DIRBM/16 29 Juni 2016 Batas Wewenang Memutus Kredit
Direktorat Credit Card & Personal
Loan
30. No.SK.091/DIRBM- 7 Mei 2012 Kewenangan Penandatangan Kredit
RIMG/12
31. No.SK.367/DIRBM- 30 Oktober 2013 Risk Statement, Risk Appetite, Risk
RIMG/13 Tolerance dan Risk Culture PT. Bank
Mega, Tbk
32. No.SK.132/DIRBM/17 29 November Buku Pedoman Penurunan Nilai
2017 Kredit
33. No.SK.128/DIRBM17 13 November Kewenangan Pejabat di Bidang
2017 Perkreditan
34. No.SK.115/DIRBM/17 25 September Pembentukan Tim Validasi Model
2017 dalam
Satuan Kerja Manajemen Risiko
35. No.SE.182/DIRBM- 29 September Mekanisme Tools Trigger & Action
CPPD/17 2017 untuk
Risk Limit Kredit
36. No.SK.110/DIRBM/17 19 September Batas Wewenang Memutus
2017 Kredit Regional Head untuk
Segmen Kart
Kredit
80
Lampiran 6.
DAFTAR SURAT EDARAN DIREKSI DAN SURAT KEPUTUSAN DIREKSI
TERKAIT KEBIJAKAN PERKREDITAN YANG DITERBITKAN PADA
TAHUN 2017
82
Ketentuan Penagihan Kartu
24. No.SE. 049/DIRBM- 30 Maret 2017 Kredit Tunggakan
CPPD/17
Pengelolaa account Kredit UK Dan
25. No.SE. 056/DIRBM- 30 Maret 2017 n M
CPPD/17 Konsumer
Ketentuan Pengembalian Dana
26. No.SE. 060/DIRBM- 3 April 2017 (Refund) dan Pengalihan Pembayaran
(Switch Payment) Kartu Kredit Bank
CPPD/17 Mega
27. No.SE. 061/DIRBM- 4 April 2017 Ketentuan Produk Impor
CPPD/17
Ketentuan Pemberian Fasilitas
Transaksi Valuta Asing (Forex Line)
28. No.SE. 062/DIRBM- 4 April 2017 dan Trading Surat Berharga (Bonds
CPPD/17 Trading Line) Kepada Nasabah Non
Perorangan Non
Bank
29. No.SK. 052/DIRBM/17 11 April 2017 Kebijakan BI Checking
30. No.SE. 066/DIRBM- 11 April 2017 Prosedur BI Checking
CPPD/17
Kebijakan Kewajiban Pemenuhan
31. No.SK. 054/DIRBM/17 20 April 2017 Rasio Kecukupan Likuiditas
(Liquidity Coverage
Ratio)
32. No.SK. 057/DIRBM/17 27 April 2017 Kebijakan Risk Limit Bank Mega
33. No.SK. 069/DIRBM- 26 April 2017 Pedoman Penyusunan Profil Risiko
CPPD/17
Pemeliharaan Saldo dan Rekonsiliasi
34. No.SE. 071/DIRBM- 28 April 2017 Setemen Visa/ Mastercard
CPPD/17
Ketentuan Billing Statement,
35. No.SE. 072/DIRBM- 28 April 2017 E-Statement dan Solo Mailing
Kredit Bank Mega
CPPD/17 Kartu
Ketentuan Mega Wholesale Secured
36. No.SE. 074/DIRBM- 2 May 2017 Card dan Mega Groserindo Secured
CPPD/17 Card
37. No.SE. 089/DIRBM- 22 May 2017 Ketentuan Mega Factoring Financing
CPPD/17
Penginputan Suku Bunga Kredit
38. No.SE. 095/DIRBM- 26 May 2017 Umum pada Loan System
CPPD/17
Limit pembiayaan Berdasarkan Sektor
39. No.SK. 067/DIRBM/17 30 May 2017 Ekonomi & Mekanisme
Pemantauan Sektor
Ekonomi
Pedoman Profil Risiko
40. No.SK. 072/DIRBM/17 12 Juni 2017 Penyusuna
n Terintegrasi
Kewenangan Pejabat di Bidang
41. No.SK. 077/DIRBM/17 15 Juni 2017 Perkreditan
Ketentua Pelunasan Dipercepat
42. No.SK. 078/DIRBM/17 15 Juni 2017 Fasilitas Kredit
43. No.SK. 080/DIRBM/17 16 Juni 2017 Kebijakan Stress Test Terintegrasi
83
Ketentuan Administrasi Kartu Kosong,
44. No.SE. 120/DIRBM- 19 Juni 2017 Pencetakan, Pengiriman
dan Penghancuran
CPPD/17 Kartu Kredit
SEMESTER II 2017
45. No.SK. 096/DIRBM/17 10 Juli 2017 Kebijakan Restrukturisasi Kredit
46. No.SK. 097/DIRBM/7 10 Juli 2017 Komite Restrukturisasi Kredit
Pedoman Penyusunan Laporan Aset
47. No.SE. 127/DIRBM- 10 Juli 2017 Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Kredit - Standardized Approach
CPPD/17
48. No.SE. 128/DIRBM- 10 Juli 2017 Ketentuan Pengelolaan Portofolio
CPPD/17 Kredit
Kebijakan Penyelamatan
49. No.SK. 098/DIRBM/17 13 Juni 2017 dan Penyelesaian
Kredit Bermasalah
Buku Pedoman Penilai Agunan PT.
50. No.SK. 099/DIRBM/17 13 Juli 2017 Bank Mega, Tbk
84
Proses dan Prosedur
51. No.SK. 132/DIRBM- 17 Juli 2017 Restrukturisasi Kredit
CPPD/17
52. No.SK. 100/DIRBM/17 24 Juli 2017 Kebijakan Manajemen Risiko Kredit
Ketentuan Penanganan Cardhoder di
53. No.SK. 140/DIRBM- 31 Juli 2017 Cabang melalui Inbound Branch
CPPD/17 Helpdesk
Mekanisme Persetujuan
54. No.SK. 145/DIRBM- 10 Agustus 2017 Kredit Wewenang
CPPD/17 Regional dan Kantor Pusat
Kebijakan Sistem Layanan
55. No.SK.103/DIRBM/17 14 Agustus 2017 Informasi Keuangan
(SLIK)
56. No.SK.155/DIRBM- 30 Agustus 2017 Ketentuan Transaksi Surat Berharga
CPPD/17
57. No.SK. 107/DIRBM/17 31 Agustus 2017 Kebijakan Risk Limit Bank Mega
Transaksi Valauta Asing terhadap
58. No.SE. 157/DIRBM- 4 September 2017 Rupiah
CPPD/17 antara Bank dengan Pihak Domestik
dan/atau Pihak Asing
59. No.SE. 160/DIRBM- 6 September 17 Mega Travel Card
CPPD/17
60. No.SE. 161/DIRBM- 6 September 2017 Ketentuan Layanan Instant Issuance
CPPD/17
Surat Pernyataan Penerapan Prinsip
61. No.SE. 162/DIRBM- 11 September 2017 Tata
Kelola Perusahaan (Good
CPPD/17 Corporate Governance) di
Bidang Perkreditan
62. No.SE. 165/DIRBM- 12 September 2017 Ketentuan Produk Ekspor
CPPD/17
Kebijakan Penggunaan Jasa Akuntan
63. No.SK. 111/DIRBM/17 19 September 2017 Publik dan Kantor Akuntan Publik
Mekanisme Tools Trigger & Action
64. No.SE. 182/DIRBM- 29 September 2017 untuk Risk Limit – Kredit
CPPD/17
65. No.SE. 186/DIRBM- 4 Oktober 2017 Ketentuan Aktivasi Kartu Kredit
CPPD/17
Kebijakan Operasional Mega Credit
66. No.SE.190/DIRBM- 16 Oktober 2017 Card
CPPD/17 Mobile
Sentralisasi Legal Terkait
67. No.SE. 192/DIRBM- 19 Oktober 2017 Proses Pengikatan
CPPD/17 Kredit di Kantor Cabang
Limit Pembiayaan Berdasarkan Sektor
68. No.SK. 124/DIRBM/17 25 Oktober 2017 Ekonomi & Mekanisme
Pemantauan Sektor
Ekonomi
Ketentuan Penggunaan
69. No.SE. 198/DIRBM- 30 Oktober 2017 Sistem E-Document
CPPD/17
Ketentuan Pemberian Fasilitas Kredit
70. No.SE.199/DIRBM- 30 Oktober 2017 dengan Agunan Tunai
CPPD/17
Ketentuan dan Prosedur
71. No.SE. 200/DIRBM- 30 Oktober 2017 Pemberian Fasilitas
CPPD/17 Kredit to Back
85
Ketentuan Data Maintenance
72. No.SE. 206/DIRBM- 8 November 2017 Kartu Kredit
CPPD/17
Pedoman Penyusunan
73. No.SE. 207/DIRBM- 8 November 2017 Laporan
CPPD/17 Penyelenggraan Kegiatan
Alat
Pembayaran menggunakan Kartu
(APMK) dan Uang Elektronik
Kewenangan Pejabat di
74. No.SK. 128/DIRBM/17 13 November 2017 Bidang Perkreditan
Ketentuan Penggunaan Jasa
75. No.SE. 213/DIRBM- 21 November 2017 Notaris/PPAT
CPPD/17
Pedoman Perhitungan Risiko Kredit
76. No.SE. 216/DIRBM- 27 November 2017 pada Transaksi Derivatif
CPPD/17 dalam Rangka
Perhitungan BMPK
Ketentuan Persyaratan dan
77. No.SE. 218/DIRBM- 28 November 2017 Proses Aplikasi Kartu
CPPD/17 Kredit
86
Matriks Kewenangan Pengeluaran
78. No.SK. 130/DIRBM/17 16 November 2017 Biaya
Program, Penghapusan Biaya,
dan Diskomn Credit card
& Personal Loan
79. No.SK. 131/DIRBM/17 29 November 2017 Buku Perkreditan Bank Mega
80. No.SK. 132/DIRBM/17 29 November 2017 Buku Pedoman Penurunan Nilai
Kredit
81. No.SE. 225/DIRBM- 6 Desember 2017 Ketentuan Dokumentasi Arsip Kredit
CPPD/17
Ketentuan Pelunasan Fasilitas Kredit
82. No.SE. 227/DIRBM- 7 Desember 2017 (Non Kartu Kredit)
CPPD/17
Ketentuan Kode Pemblokiran
83. No.SE. 232/DIRBM- 11 Desember 2017 Kartu Kredit
CPPD/17
87
Lampiran 7.
DAFTAR ACTION PLAN/PROGRESS PENGKINIAN KEBIJAKAN DAN
PROSEDUR AKTIVITAS BANK (KO-SOP)
88
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 8
MEMO DINAS PEMBINAAN YANG DITERBITKAN OLEH DIREKTUR KEPATUHAN
19 DEsember Pelaksanaan
hatian dalam
Fungsi Kepatuhan dan Prinsip Kehati-
AKtivitas Operasional di KC dan
11. No.MD.087/DIR- 2017
KCP berdasarkan Hasil Temuan Audit Bulan Juli
CHC/17 sd September 2017
Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian dan Penerapan
19 Desember GCG dalam AKtivitas Perkreditan (segmen Retai
12. No.MD.088/DIR- 2017 dan Komersial) di KC dan KCP Berdasarkan Hasil
CHC/17 Temuan Audit dari Internal Audit (IADT) Bulan
Juli sd September
2017
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola
pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan
berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin
kompleks (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry,
dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan, dan genetik (Kozier, Erb, Berman,
11
Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai masa
anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.
kemampuan pada anak-anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan
penghargaan diri menjadi masalah sentral bagi anak usia sekolah (Behrman,
Kesehatan Indoneisa (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-
12 tahun (Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda
akhir masa kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-
Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Menurut Wong (2009), anak usia
sekolah atau anak yang sudah sekolah akan menjadi pengalaman inti anak.
dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia
berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai
12
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13
perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun).
Pada usia 10-12 tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang
mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong
pubertas. Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anak
dan kesehatan reproduksi yang berbeda dengan tahap-tahap usia yang lain
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5 inchi
sempurna pada usia 7 tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Anak laki-laki
usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg
lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan berat badan anak usia
sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per tahun. Periode ini, perbedaan
individu pada kenaikan berat badan disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan
memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm. Setelah usia 12
tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
tetap stabil selama masa anak pertengahan. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan
bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi) merupakan tanda
maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-
gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan
sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil adenoid yang
Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-
menari, melempar bola, atau bermain alat musik. Kemampuan perintah motorik
yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan; derajat
kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik belum matang,
namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif
pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada pubertas (Behrman,
2. Perkembangangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berpikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal yang
bersifat abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominiasi oleh
Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap
14
Fase ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak
konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.
Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek
atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir
konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan
selanjutnya akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal masa
remaja.
Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau
dugaan dan mengujinya dengan pemikiran yang abstrak, teoritis, dan filosifis.
Pola berpikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang orang lain
Menurut Piaget, usia 7–11 tahun menandakan fase operasi konkret. Anak
mengalami perubahan selama tahap ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi
mengembangkan pola pikir logis dari pola pikir intuitif, sebagai contoh mereka
belajar untuk mengurangi angka ketika mencari jawaban dari suatu soal atau
pertanyaan. Pada usia ini anak juga belajar mengenai hubungan sebab akibat,
contohnya mereka tahu bahwa batu tidak akan mengapung sebab batu lebih berat
daripada air (Piaget, J., 1996; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
kanak-kanak dan bacaan yang dibaca anak biasanya dipengaruhi oleh keluarga.
Setelah usia 9 tahun, kebanyakan anak termotivasi oleh dirinya sendiri. Mereka
bersaing dengan diri sendiri dan mereka senang membuat rencana kedepan,
mencapai usia 12 tahun, mereka termotivasi oleh dorongan di dalam diri, bukan
mengenai berbagai subjek dan berdebat (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
16
3. Perkembangan Moral
perkembangan kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: (1)
1) Fase Preconventional
Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai
dasar dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu
didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa
yang saya mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang
membuat mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan
ketaatan dan ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan.
Tahap selanjutnya, yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai
mereka sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan
orangtua tidak memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa
2) Fase Conventional
suatu kebaikan ketika perilaku anak menyebabkan mereka diterima oleh keluarga
penting sekali adanya contoh karakter yang baik, seperti jujur, setia, murah hati,
3) Fase Postconventional
Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsip
yang dimiliki dan yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya dipersepsikan
sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini, yaitu orientasi pada
hukum dan orientasi pada prinsip etik yang umum. Pada fase pertama, anak
menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepat yang menguntungkan
sebagai susuatu yang dapat mensejahterakan individu. Tidak ada yang dapat
mereka terima dari lingkungan tanpa membayarnya dan apabila menjadi bagian
kedua dikatakan sebagai tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai perilaku baik
18
dan buruk dari dirinya sendiri. Kebaikan dipersepsikan ketika mereka dapat
berdasarkan standard moral yang ada, seperti menaati aturan dan hukum yang
berlaku di masyarakat.
Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I tingkat
untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak usia sekolah berada pada
berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2011).
4. Perkembangan Spiritual
dan gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agama
membantu anak membedakan antara kenyataan dan khayalan. Orangtua dan tokoh
agama lebih memiliki pengaruh daripada teman sebaya dalam hal spiritual
(Fowler, J. W., 1981; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). pada saat anak tidak
menggunakan khayalan untuk menjelaskannya. Pada masa ini, anak usia sekolah
dapat mengajukan banyak pertanyaan menegnai Tuhan dan agama dan secara
umum meyakini bahwa Tuhan itu baik dan selalu ada untuk membantu. Sebelum
memasuki pubertas, anak-anak mulai menyadari bahwa doa mereka tidak selalu
dikabulkan dan mereka merasa kecewa karenanya. Beberapa anak menolak agama
pada usia ini, sedangkan sebagian yang lain terus menerimanya. Keputusan ini
biasanya sangat dipengaruhi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2011).
5. Perkembangan Psikoseksual
masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah
Psikoseksual anak menurut Freud terdiri atas fase oral (0–11 bulan), fase anak (1–
3 tahun), fase falik (3–6 tahun), dan fase genital (6–12 tahun).
Selama periode laten, anak menggunakan energy fisik dan psikologis yang
aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase laten, anak perempuan lebih menyukai
teman dengan jenis kelamin perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki. Pertanyaan
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
anak tentang seks semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistemtem
anak, yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luanya jawaban orangtua
Orangtua sebainya waspada apabila anak tidak pernah bertanya mengenai seks.
Peran ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak,
dengan seks.
Menurut Freud, tahapan akhir masa ini adalah tahapan genital ketika anak
mulai masuk fase pubertas. Ditandai dengan adanya proses pematangan organ
6. Perkembangan Psikososial
versus tidak percaya (0–1 tahun), Otonomi versus rasa malu dan ragu (1–3 tahun),
Inisiatif versus rasa bersalah (3–6 tahun), Industry versus inferiority (6–12 tahun),
Anak akan belajar untuk bekerjasama dengan bersaing dengan anak lainnya
melalui kegiatan yang dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun dalam
berkembang pada anak di fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan
keluarga terdekat. Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi
lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau
semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak
tujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman
industry).
Perasaan tidak adekuat dan rasa inferiority atau rendah diri akan
berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak
tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang pada fase ini akan
mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa. Pujian atau penguatan
melakukan sesuatu.
yang sedang berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Mereka
menunjukkan perannya dengan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan
apabila ada kepuasan yang diperoleh dari orangtua atau lingkungan tempat ia
berada, yang membantunya melalui proses pencarian identitas diri sebagai anak
Menurut Erikson, tugas utama anak usia sekolah adalah pada fase industry versus
inferiority. Pada masa ini, anak-anak mulai membentuk dan mengembangkan rasa
kompetensi dan ketekuanan. Anak usia sekolah termotivasi oleh berbagai kegiatan
Meskipun berjuang keras untuk sukses, anak pada usia ini selalu dihadapkan pada
dapat mencapai sukses pada tahap sebelumnya akan termotivasi untuk tekun dan
bekerjasama dengan anak-anak yang lain untuk mencapai tujuan umum (Erikson,
dikenal dengan istilah pra-remaja oleh professional dalam ilmu perilaku, oleh
adolesens awal, dan puber. Ketika mulai terjadi perubahan fisik, seperti
pertumbuhan rambut pubis dan payudara pada wanita, anak menjadi lebih sosial
dan pola perilakunya lebih sulit diperkirakan. Perubahan pada sistem reproduksi
Selama masa pra-pubertas, yaitu memasuki usia 9–13 tahun fungsi endokrin
sebasea (Potter & Perry, 2005; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
perempuan, minat dalam musik dan bertingkah seperti idola yang sedang populer
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
diantara adolesens yang lebih besar, baik anak laki-laki amupun perempuan
biasanya membentuk “teman baik” dengan orang tempat berbagi perasaan secara
intim. Perasaan ketertarikan pada lawan jenis terbentuk pada fase ini. Pada masa
ini mereka sering membentuk hubungan dengan orang dewasa lain daripada
dewasa (Potter & Perry, 2005). Anak-anak pada kelompok pra-pubertas seringkali
Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar sekolah.
sehari-hari.
7) Mengembangkan hati nurani, nilai moral, tata dan tingkatan nilai sosial.
respons/reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
28
dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,
lingkungan.
maupun secara negatif) terhadap orang lain, objek, atau situasi tertentu. Sikap
disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu), serta aspek konatif
bersifat positif atau negatif (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap tidak sama
dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab
Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus
tindakan agar tujuannya tercapai. Tetapi, setelah tujuan tercapai maka biasanya
Ajzen (1998) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu
ilmiah bahwa instensi untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu: sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dan norma
behavioral control (PBC) sebagai salah satu faktor anteseden bagi intensi yang
bahwa TRA dan TPB berfokus pada konstruksi teoritis berkaitan dengan faktor
TRA maupun TPB menganggap predictor terbaik perilaku adalah niat persepsi
1) Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku
(motivation to comply).
saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari
General, attitudes
Personality Normative Subjective
→ Intention Behavior
Social Beliefs Norm
Age, gender
Race, Ethniciy
Income, religion Perceived
Information Control Beliefs → Behavioral
Experience
Control
Knowledge
Media exposure
Gambar 2.1 Peran Background Factor pada Theory Planned of Behavior (TPB).
(Ajzen, 2005)
1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini berarti
2) Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku
dipengaruhi oleh beliefs tentang kontrol yang dimiliki disebut control beliefs.
Baik sikap, norma subjektif dan PBC merupakan fungsi perkalian dari masing-
4) PBC merupakan ciri khas dari teori ini dibandungkan dengan TRA. Pada
bagan diatas dapat dilihat bahwa ada 2 cara yang menghubungkan PBC
dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara intensi. Cara
kedua, adalah hubungan secara langsung antara PBC dengan tingkah laku
Menurut Ajzen (2005) dalam Ramadhani (2009) bahwa variable lain yang
perilaku, norma subjektif, dan PBC), yaitu variable yang mempengaruhi atau
yang dimilikinya.
2) Faktor Sosial, fator sosial ini antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal
remaja usia 10-13 tahun dan dikatakan remaja akhir adalah 18-22 tahun.
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
Usia yang lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti
yang melekat pada jenis kelamin tertentu, suatu contoh manusia jenis
kelamin lak-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
akhirnya berpengaruh juga pada intensi dan tingkah laku. Keberadaan faktor
tambahan ini memang masih menjadi pertanyaan empirin mengenai seberapa jauh
pengaruhnya terhadap beliefs, intensi dan tingkah laku. Faktor ini pada dasarnya
tidak menjadi bagian dari TPB yang dikemukakan Ajzen, melainkan hanya
manusia.
2.2.4 Intensi
diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku
dalam kaitan antara diri sendiri dan perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Bandura
depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dai Self regulation individu yang di
tingkah laku. Hal ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan
seberapa banyak usaha yang dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat
dilakukan.
perilakunya (Ajzen, 2002). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas
dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada beliefs bahwa target tingkah laku
berada di bwah kontrol kesadaran individu tersebut. suatu tingkah laku tidak
hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang
tidak ada di bawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan
merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan yang senyatanya dapat
atau tidak dapat dilakukan dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau pada
tindakan yang akan datang. Intensi memainkan peranan yang khas dalam
mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu.
toward behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control yang dimilki
2.2.5 Sikap
Sikap atau attitude berasal dari Bahasa Latin, yaitu aptus yang berarti
sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu (Ismail & Zain,
2008). Menurut Ajzen (2005), sikap adalah evaluasi individu secara positif atau
negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
Menurut Gagne & Briggs (dalam Ajzen, 2002), sikap merupakan suatu keadaan
afektif, dan tingkah laku yang dipelajari untuk berespon secara positif atau dalam
tingkah laku yang menghindari, melawan, atau menghalangi objek (Eagly &
Chaiken, 1993).
Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari
atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat melakukan suatu
perilaku. Seseorang yang yakin bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan
outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki sikap yang postif,
menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang postif akan
yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada
hasil yang negatif, maka ia akan memiliki sikap unfavorable (Ajzen, 1988).
Subjective norms merupakan faktor dari luar individu yang berisi persepsi
seseorang tentang apakah orang lain akan menyetujui atau tidak menyetujui suatu
tingkah laku yang ditampilkan (Baron & Byne, 2000). Norma subjektif ditentukan
oleh adanya keyakinan normatif (normative belief) dan keinginan untuk mengikuti
harapan-harapan yang berasal dari refent atau orang dan kelompok yang
dekat rekan kerja, atau yang lainnya tergantung pada perilaku yang terlibat.
sosial yang ada untuk mewujudkan atau tidak suatu perilaku. Individu memiliki
keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak
Subjective norms tidak hanya ditentukan oleh referent, tetapi juga ditentukan oleh
Individu yang yakin bahwa kebanyakan referent akan tidak menyetujui dirinya
perilaku tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya memiliki subjective
oleh dua hal, yaitu: belief, dari seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain
atau kelompok lain tentang apa kah individu perlu, harus, atau tidak boleh
efficacy atau kemampuan diri individu dalam melakukan suatu perilaku. Hal
senada juga dikemukaan oleh Ismail dan Zain (2008), yaitu Perceived Behavior
Control ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan
Pengalaman masa lalu individu terhadap suatu perilaku bisa dipengaruhi oleh
informasi yang di dapat dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang
Ajzen (dalam Ismail & Zain, 2008) menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak
percaya bahwa dirinya kekurangan sumber atau tidak memiliki kesempatan untuk
menunjukkan suatu perilaku, (kontrol perilaku yang rendah) individu tidak akan
Dalam beberapa situasi, satu atau dua faktor saja dapat digunakan untuk
dalam menjelaskan instensi. Tahap individu memiliki perbedaan bobot dari ketiga
tersebut, serta individu tersebut percaya bisa dan memiliki kesempatan untuk
terhadap faktor dari luar individu yang menghambat atau mendukung individu
faktor dari dalam individu yang menghambat atau mendukung individu untuk
menampilkan perilaku yang berasal dari dalam diri individu (Nursalam, 2013).
bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual. Baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk
tingkah laku ini sangat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai
berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono S. W., 2007).
Menurut Stuart dan Sundeen (2009), perilaku seksual yang sehat dan
adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum.
melalui proses pernikahan resmi menurut hukum agama dan kepercayaan masing-
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
terjadi diantara dua orang berlainan jenis, yaitu pria dan wanita. Perilaku seksual
disebabkan oleh sifat manusia yang mempunyai berbagai nafsu, antara lain nafsu
untuk bersebadan. Seks adalah suatu kebutuhan bagi suami isteri, selain untuk
memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin pasangan.
1) Kissing, sentuhan yang terjadi antara bibir yang diikuti dengan hasrat seksual.
2) Necking, aktivitas seksual disekitar tubuh namun belum ada kontak alat
kelamin.
3) Petting, aktivitas seksual dengan menempelkan alat kelamin namun belum ada
Pada dasarnya, pacaran adalah benar untuk berteman dengan lawan jenis. Namun,
berpacaran juga bisa menjadi sarana ekspresi bahwa ada orang yang special dan kita
sayangi. Untuk anak praremaja dan anak remaja, pacaran cukup diartikan mempunyai
sahabat yang bisa mendorong semangat belajar. berbedan dengan orang dewasa,
berpacaran adalah langkah awal untuk saling mengenal dan nantinya setelah siap akan
membuat komitmen yang lebih serius, yaitu mengikat diri dalam sebuah pernikahan.
Pacaran merupakan suatu bentuk ikatan antara dua orang remaja yang berlainan jenis
kelamin, yang juga memiliki arti bahwa orang lain tidak berhak mengganggu hubungan
2005).
Perilaku seksual seperti pacaran pada anak usia sekolah dan remaja sekarang ini,
disertai dengan aktivitas perilaku seksual yang dapat menyeret mereka melakukan
hubungan seksual pranikah (Roesmil, 2005). Berkencan bagi anak usia sekolah dan
remaja sekarang ini tidak hanya sekedar bertemu, saling berpandangan, atau mengobrol
menuntut sebuah keintiman secara fisik dengan pasangannya. Aktivitas ini seperti,
42
akhirnya mengarah pada sebuah hubungan seksual (Fatia, 2005). Hal ini menunjukkan
permasalahan dalam aspek kehidupan seksual anak usia sekolah dan remaja sangat
memprihatinkan.
penyimpangan karena tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
a) Kissing
berbagai bentuk rasa cinta dan sayang seseorang terhadap pasangannya. Ciuman jenis ini
biasa dilakukan dengan mentuhkan bibir ke kening atau pipi pasangan, bisa juga
menyentuhkan bibir pasangan asalkan hanya sebentar dan tidak ada kelanjutan setelah itu.
Hanya persentuhan antar bibir ke bibir saja. Biasanya ini dilakukan untuk menjajaki
5) Dalam norma yang berlaku dimasyarakat timur, ciuman masih dianggap tabu dan
tidak boleh dilakukan kecuali dengan orang tua dan saudara kandung, itupun sebatas
cium pipi tanda sayang. Bila sudah berciuman dengan alwan jenis, emosi sulit
dikontrol dan pada gilirannya akan mengganggu konsentrasi belajar. ciuman tidak
melakukan hubungan seksual. Sayangnya, ciuman menjadi sebuah gaya hidup yang
sudah biasa bagi anak-anak usia sekolah dan remaja sekarang ini. Ciuman tidak
hanya dilakukan untuk pacar sebagai ekpresi cinta dan sayang, tetapi juga pada orang
yang belum dikenal dengan alasan ungkapan sebagai salam kenal. Ditambah dengan
pengaruh melalui media hiburan dan internet yang Kissing, perilaku seksual
dengan saling menyentuhkan bibir antara bibir pasangan yang didorong oleh
hasrat seksual.
memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin pasangan.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
5) Kissing, sentuhan yang terjadi antara bibir yang diikuti dengan hasrat seksual.
6) Necking, aktivitas seksual disekitar tubuh namun belum ada kontak alat
kelamin.
7) Petting, aktivitas seksual dengan menempelkan alat kelamin namun belum ada
tahapan, yaitu:
seks baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan akan menyebabkan perubahan
tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotic, dan mulai menunjukkan
minat serta perhatian terhadap lawan jenisnya. Adanya dorongan- dorongan seksual dan
rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik
lawan jenis.
Pada dasarnya, pacaran adalah benar untuk berteman dengan lawan jenis. Namun,
berpacaran juga bisa menjadi sarana ekspresi bahwa ada orang yang special dan kita
sayangi. Untuk anak praremaja dan anak remaja, pacaran cukup diartikan mempunyai
sahabat yang bisa mendorong semangat belajar. berbedan dengan orang dewasa,
berpacaran adalah langkah awal untuk saling mengenal dan nantinya setelah siap akan
membuat komitmen yang lebih serius, yaitu mengikat diri dalam sebuah pernikahan.
Pacaran merupakan suatu bentuk ikatan antara dua orang remaja yang berlainan jenis
kelamin, yang juga memiliki arti bahwa orang lain tidak berhak mengganggu hubungan
2005).
Perilaku seksual seperti pacaran pada anak usia sekolah dan remaja sekarang ini,
disertai dengan aktivitas perilaku seksual yang dapat menyeret mereka melakukan
hubungan seksual pranikah (Roesmil, 2005). Berkencan bagi anak usia sekolah dan
remaja sekarang ini tidak hanya sekedar bertemu, saling berpandangan, atau mengobrol
menuntut sebuah keintiman secara fisik dengan pasangannya. Aktivitas ini seperti,
42
akhirnya mengarah pada sebuah hubungan seksual (Fatia, 2005). Hal ini menunjukkan
permasalahan dalam aspek kehidupan seksual anak usia sekolah dan remaja sangat
memprihatinkan.
penyimpangan karena tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
a) Kissing
berbagai bentuk rasa cinta dan sayang seseorang terhadap pasangannya. Ciuman jenis ini
biasa dilakukan dengan mentuhkan bibir ke kening atau pipi pasangan, bisa juga
menyentuhkan bibir pasangan asalkan hanya sebentar dan tidak ada kelanjutan setelah itu.
Hanya persentuhan antar bibir ke bibir saja. Biasanya ini dilakukan untuk menjajaki
Dalam norma yang berlaku dimasyarakat timur, ciuman masih dianggap tabu dan
tidak boleh dilakukan kecuali dengan orang tua dan saudara kandung, itupun sebatas cium
pipi tanda sayang. Bila sudah berciuman dengan alwan jenis, emosi sulit dikontrol dan
seksual. Sayangnya, ciuman menjadi sebuah gaya hidup yang sudah biasa bagi anak-anak
usia sekolah dan remaja sekarang ini. Ciuman tidak hanya dilakukan untuk pacar sebagai
ekpresi cinta dan sayang, tetapi juga pada orang yang belum dikenal dengan alasan
ungkapan sebagai salam kenal. Ditambah dengan pengaruh melalui media hiburan dan
internet yang
memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berenang masuk ke dalam rahim, walaupun
tidak sampai terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Segala resiko dan kemungkinan
untuk terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tetap tinggi. Aktivitas hubungan seksual
demikian ini sangat tidak pantas dan tidak benar untuk dilakukan oleh anak-anak usia
sekolah dan remaja selama masa pacaran mereka. Aktivitas hubungan seksual ini hanya
boleh dilakukan oleh orang dewasa yang telah berada dalam hubungan dan ikatan
b) Sexual intercourse
vagina perempuan. Apabila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang didalamnya
ada jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di dalam vagina, hal ini
akan memudahkan pertemuan sperma dengan sel telur yang dapat menyebabkan
Hubungan seksual ini merupakan puncak dari kegiatan seksual seorang laki-laki
dewasa dengan perempuan dewasa yang tidak bebas dilakukan oleh semua orang, lebih-
lebih anak usia sekolah dan remaja. Lebih jauh, anak usia sekolah dan remaja melakukan
hal ini dengan alasan suka sama suka dan sebagai landasan membuktikan perasaannya
yang mendalam pada pasangannya. Aktivitas seksual ini hanya boleh dilakukan pada
orang dewasa dan mereka yang berada dalam ikatan pernikahan yang sah sesuai hukum
c) Masturbasi/Onani
Perilaku seksual anak-anak usia sekolah dan remaja pada dasarnya sama seperti
46
terkadang menjadi masalah bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, karena hal ini
menyebabkan mereka sering tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran disekolah. Salah
satu bentuk pelampiasannya adalah melakukan masturbasi atau onani. Masturbasi atau
onani adalah suatu cara yang dilakukan untuk mencapai kepuasan dengan cara
kepuasan setelah melakukannya. Perilaku masturbasi atau onani bisa timbul dikarenakan
Ditinjau dari ilmu kesehatan dan medis, masturbasi sebenarnya perilaku yang
normal dan bisa terjadi pada aktivitas seksual seseorang. Masturbasi juga merupakana
perbuatan yang bersifat alamiah dan manusiawi serta wajar ketika seseorang
melakukannya. Secara fisik, sebenarnya tidak ada akibat buruk yang bisa ditimbulkan
ciuman bibir dengan beperlukan, meraba/diraba daerah erogen (payudara, alat kelamin)
dalam keaadan berpakaian, mencium/dicium dareha erogen dalam keadaan tanpa pakaian,
saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian, hubungan seksual.
Merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para remaja.
Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa memanipulasi terhadap alat
kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. Masturbasi ini
dilakukan sendiri atau secara mutual dengan teman sebaya sejenis kelamin, tetapi
sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara mutual dengan pacarnya
(Sarwono S. , 2004).
Pola perilaku seksual ini tidak hanya dilakukan oleh pasangan suami-isteri tetapi
telah dilakukan oleh sebagian dari remaja. Remaja menyalurkan aktivitas ini dengan
berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan, seperti sentuhan, pegangan
tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah
3) Hubungan seksual
Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang melakukan hubungan
seksual. Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan
lawan jenis.
Tahap perilaku seksual remaja dapat diurutkan mulai dari berpegangan tangan,
berpelukan, meraba/diraba pada daerah erogen (payudara, alat kelamin) dalam keadaan
sebagainya. Remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Pada masa ini, semestinya seorang
remaja mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya, dengan
demikian, memang dibutuhkan sikap dan tanggapan yang bijaksana dari orangtua, pendidik, dan
lingkungan masyarakat, termasuk pribadi remaja itu sendiri agar mereka mampu melewati masa
Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku seksual atau seks bebas di
kalangan anak usia sekolah, seperti lemahnya pemahaman agama, kurangnya perhatian
juga mendorong kecenderungan anak melakukan perilaku buruk yang datang dari luar.
Pengaruh buruk itu bisa berupa informasi yang keliru atau sesat mengenai hubungan
seksual, misalnya film, buku, teman sebaya yang sama-sama tidak mengerti, dan lain
sebagainya. Ini bisa menjadi faktor anak melakukan perilaku seksual aktif. Orangtua juga
memiliki peran penting dalam memantau perkembangan dan pergaulan anak sesuai
pendidikan seks yang baik dan benar, tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku
seksual pada anak yang akan memasuki usia pra-remaja atau dalam tahapan remaja
(Mardiya, 2012).
1) Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, dimulai dari keluarga
walaupun tidak sampai terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Segala resiko
dan kemungkinan untuk terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tetap tinggi.
Aktivitas hubungan seksual demikian ini sangat tidak pantas dan tidak benar
untuk dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dan remaja selama masa pacaran
mereka. Aktivitas hubungan seksual ini hanya boleh dilakukan oleh orang
dewasa yang telah berada dalam hubungan dan ikatan pernikahan yang sah,
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
d) Sexual intercourse
didalamnya ada jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di
dalam vagina, hal ini akan memudahkan pertemuan sperma dengan sel telur
Hubungan seksual ini merupakan puncak dari kegiatan seksual seorang laki-laki
dewasa dengan perempuan dewasa yang tidak bebas dilakukan oleh semua
orang, lebih-lebih anak usia sekolah dan remaja. Lebih jauh, anak usia sekolah
dan remaja melakukan hal ini dengan alasan suka sama suka dan sebagai
Aktivitas seksual ini hanya boleh dilakukan pada orang dewasa dan mereka
yang berada dalam ikatan pernikahan yang sah sesuai hukum dan norma
agama.
e) Masturbasi/Onani
Perilaku seksual anak-anak usia sekolah dan remaja pada dasarnya sama
memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berenang masuk ke dalam rahim, walaupun
tidak sampai terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Segala resiko dan kemungkinan
untuk terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tetap tinggi. Aktivitas hubungan seksual
demikian ini sangat tidak pantas dan tidak benar untuk dilakukan oleh anak-anak usia
sekolah dan remaja selama masa pacaran mereka. Aktivitas hubungan seksual ini hanya
boleh dilakukan oleh orang dewasa yang telah berada dalam hubungan dan ikatan
f) Sexual intercourse
yang didalamnya ada jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di
dalam vagina, hal ini akan memudahkan pertemuan sperma dengan sel telur yang
laki-laki dewasa dengan perempuan dewasa yang tidak bebas dilakukan oleh
semua orang, lebih-lebih anak usia sekolah dan remaja. Lebih jauh, anak usia
sekolah dan remaja melakukan hal ini dengan alasan suka sama suka dan sebagai
seksual ini hanya boleh dilakukan pada orang dewasa dan mereka yang berada
dalam ikatan pernikahan yang sah sesuai hukum dan norma agama.
g) Masturbasi/Onani
Perilaku seksual anak-anak usia sekolah dan remaja pada dasarnya sama
seperti orang dewasa. Meredakan dan menahan nafsu seksual yang mengganggu
46
terkadang menjadi masalah bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, karena hal ini
Masturbasi atau onani adalah suatu cara yang dilakukan untuk mencapai kepuasan
dengan cara merangsang diri sendiri, terutama organ kemaluannya. Mereka akan
yang normal dan bisa terjadi pada aktivitas seksual seseorang. Masturbasi juga
merupakana perbuatan yang bersifat alamiah dan manusiawi serta wajar ketika
seseorang melakukannya. Secara fisik, sebenarnya tidak ada akibat buruk yang
dareha erogen dalam keadaan tanpa pakaian, saling menempelkan alat kelamin
Merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para remaja.
Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa memanipulasi terhadap
Masturbasi ini dilakukan sendiri atau secara mutual dengan teman sebaya sejenis
kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara mutual
Pola perilaku seksual ini tidak hanya dilakukan oleh pasangan suami-isteri
tetapi telah dilakukan oleh sebagian dari remaja. Remaja menyalurkan aktivitas ini
sentuhan, pegangan tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang
seksual.
6) Hubungan seksual
Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang melakukan
keadaan tanpa pakaian, saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa
48
sebagainya. Remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Pada masa ini,
masyarakat, termasuk pribadi remaja itu sendiri agar mereka mampu melewati
Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku seksual atau seks
perilaku buruk yang datang dari luar. Pengaruh buruk itu bisa berupa informasi
yang keliru atau sesat mengenai hubungan seksual, misalnya film, buku, teman
sebaya yang sama-sama tidak mengerti, dan lain sebagainya. Ini bisa menjadi
faktor anak melakukan perilaku seksual aktif. Orangtua juga memiliki peran
penting dalam memantau perkembangan dan pergaulan anak sesuai dengan usia
seks yang baik dan benar, tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku seksual
pada anak yang akan memasuki usia pra-remaja atau dalam tahapan remaja
(Mardiya, 2012).
2) Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, dimulai dari keluarga
3) Faktor luar, mencakup kondisi sekolah atau pendidikan formal yang cukup
1) Waktu/ketika seorang anak mengalami pubertas. Pada saat itu mereka tidak
2) Kontrol sosial kurang tepat dimana terlalu ketat atau terlalu longgar.
untuk melakukan pertemua yang semakin sering tanpa adanya kontrol yang
50
11) Mereka sudah saatnya untuk melakukan aktivitas dan hubungan seksual
reproduksi/seksual.
yang sulit. Dalam Buku Psikologi Remaja yang ditulis oleh Sarlito W. Sarwono
diantaranya adalah:
dan peran-sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu
antara lain, menerima kondisi fisiknya (yang berubah) dan memanfaatkan teman
sebaya dari jenis kelamin yang manapun, menerima peranan seksual masing-
berkeluarga (Jensen, 1985). Dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru,
kematangan fisik, sementara itu menurut Anna Freud, fokus utama dari energi
pernikahan di bawah umur. Kebiasaan ini berasal dari adat yang sejak berlaku
sejak dahulu dimana masih terbawa hingga sekarang. Akan tetapi, semakin
semakin tertunda kebutuhan untuk menikahkan anak. dewasa ini, semakin banyak
orangtua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk lebih
52
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
individu memilih untuk tidak menikah sementara. Faktor-faktor itu antara lain,
cost (beban) dan barriers (hambatan) dari perkawinan. Kategori yang termasuk
menyulitkan perkawinan, adanya pilihan lain selain menikah, adanya hukum yang
persyaratan yang makin tinggi untuk melakukan perkawinan, dan adanya undang-
3) Tabu-Larangan
Hubungan seks diluar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi
juga tidak boleh ada. Bahkan, sering dianggap tidak pernah ada. Anggapan ini
sangat dipengaruhi oleh ajaran agama, pada gilirannya menyebabkan sikap negatif
masyarakat terhadap seks. Orangtua dan pendidik jadi tidak mau terbuka atau
berterus terang pada anak-anak atau anak didik mereka tentang seks dan takut
walaupun antara anak dengan orangtuanya sendiri, contoh yang sering terjadi
adalah ketika anak bertanya pada ayah atau ibunya: “Darimana datangnya adik?”
atau “Apakah diperkosa itu?” atau “Apakah Homoseks itu?”, maka biasanya
orangtua akan memilih untuk menghindari memberi jawaban atau malah justru
ini bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada di dalam “super ego”,
sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk
tingkah laku terbuka. Oleh karena itu remaja dan bayak dewasa lain umumnya
tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi
seksual dengan semakin meningkatnya anak usia sekolah yang hamil diluar
dan mencegah hal-hal yang tidak dikejendaki, akan tetapi umumnya mereka ini
terakhir ini disebabkan orangtua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan
sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. Sikap menabukan seks pada
54
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja dapat dengan mudah
remaja akan lebih terbuka dan mau bercerita pada orangtua. Orangtua juga dapat
Dampak perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang masih belum saatnya
1) Bahaya Fisik
kelamin dini yang tidak dikendaki. Penyakit ini bila tidak terobati dengan
b) Kehamilan yang tidak diinginkan pada usia dini yang akan meningkatkan
resiko kehamilan dan persalinan serta resiko pada janin, seperti panggul
yang sempit, kontraksi rahim yang lemah, ketidak teraturan tekanan darah
yang dapat menyebabkan kematian. Calon ibu yang usianya masih remaja
merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil serta mengasuh anak
sulit mengharapkan adanya peran kasih sayang yang tulus dan kuat dari
bayi, beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang
menjadi kurus dan kejiwaan menjadi tidak stabil. Pada pikiran mereka yang
tersimpan hanya seputar seks dan seks serta keinginan untuk melampiaskan nafsu
seksualnya, akibatnya bila tidak mendapat teman untuk melakukan seks bebas, ia
akan pergi ke tempat pelacuran atau prostitusi dan berpotensi untuk menjadi
pemerkosa. Lebih ironis lagi, apabila ia tidak menemukan orang dewasa sebagai
korban dari pelampian nafsu seksualnya maka ia tidak akan ragu untuk
memperkosa anak-anak dibawah umur bahkan mungkin wanita yang sudah lanjut
usia/nenek lansia.
3) Bahaya Sosial
56
Mereka hanya menginginkan kehidupan diatas sebuah kebebasan yang semu Laki-
menjurus pada perilaku seks bebas, lebih jauh akhirnya akan terjerumus pada
Seorang anak yang terlahir dari sebuah hubugan seks bebas atau
perzinahan tidak akan mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya, dan
tidak akan mendapatkan figure seorang ayah dan ibu yang dibutuhkan, sebuah
rumah dan keluarga, perhatian dan kasih sayang, serta pendidikan dan kehidupan
yang layak. Setelah anak mengerti dan dapat memahami bahwa terlahir melalui
hubungan seks bebas atau perzinahan, maka kejiwaan anak akan menjadi kaku,
tersisih dari pergaulan dan masyarakat, bahkan tidak jarang mereka akan terlibat
4) Bahaya Perekonomian
akibat kondisi mental dan fisik yang menurun, penghamburan harta untuk
memenuhi nafsu dan keinginan seksualnya. Pelaku juga akan berupaya untuk
mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dari jalan
yang haram dan keji seperti korupsi, menipu, berjudi, berbisnis minuman keras
pubertas, dan remaja. Tujuan akhirnya adalah agar anak-anak sekolah, anak-anak
yang memasuki masa pubertas dan remaja memiliki wawasan mengenai bahaya
dari perilaku ini dan memiliki pandangan untuk tidak melakukan hubungan
seksual atau seks bebas. Sejatinya pandangan mereka mengenai perilaku seks
bebas perlu diluruskan dan diinformasikan dengan segala macam bahaya, resiko,
dan pertanggung jawaban yang harus dihadapi dari dampak melakukan hubungan
seks bebas.
Beberapa pendekatan yang ditulis oleh Dadang Hawari (2009) diantaranya adalah:
1) Pendekatan Keluarga
yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik (tidak
tersebut tidaklah dalam arti hubungan seks semata, melainkan seks dalam arti
58
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59
2) Pendekatan Sekolah
mengajar anak didik yang pada nantinya akan memberikan “peluang” pada anak
didik untuk berperilaku menyimpang, misalnya mereka yang terlibat NAPZA dan
pergaulan bebas. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut antara lain:
Personil sekolah juga peelu diberikan pendidikan agama dan budi pekerti
yang cukup, pendidikan seksual yang Islami, bahaya dari NAPZA sehingga tidak
3) Pendekatan Masyarakat
faktor yang kondusif bagi anak atau remaja untuk berperilaku menyimpang seperti
terlibat dengan masalah NAPZA dan pergaulan bebas. Kondisi masyarakat yang
a) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan sampai dini
hari.
h) Pencemaran lingkungan.
1) Pendidikan agama sejak dini diberikan agar anak kelak bila memasuki masa
tidak memberi peluang berupa sarana dan prasarana yang dapat menjurus pada
pergaulan bebas.
60
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61
dampak buruk aborsi akibat dari pergaulan bebas. Baik dari sudut pabdang
criminalis).
oleh banyak orang yang berguna untuk menentukan apa yang benar, pantas, luhur,
dan baik untuk dilakukan. Nilai sosial bersifat langgeng dan tidak mudah
berubah, sebab nilai diperoleh dari hasil proses yang sangat panjang (Untoro,
2010).
yang terkait dengan penilaian baik atau buruk, patut atau tidak patut, benar atau
salah, sopan atau tidak sopan, dan lain sebagainya. Nilai ini menjadi ukuran dalam
dengan sesama manusia yang lain. Suatu peristiwa dalam hal ini, pada tahun 70-
an wanita yang menggunakan celana panjang dianggap kurang pantas dan bahkan
tidak sopan, di era sekarang hal ini sudah berubah dan ditinggalkan guna
lam, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari
(Waluya, 2010). Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat,
mencuri bernilai buruk. Proses dalam menentukan suatu tindakan dikatakan baik
atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui sebuah proses menimbang. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat, oleh karena itu
terdapat perbedaan tata nilai antara masyarakat yang satu dengan yang lain.
sebagai berikut:
anggota masyarakat.
62
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU... SAFIRAH SARAYATI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
63
4. Nilai sosial merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan
sosial manusia.
7. Nilai sosial bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang
lain.
8. Nilai sosial cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk pola-pola
sebagai orang yang patuh atau yang menyimpang dari tatanan sosial, nilai tersebut
sebagai pengukur. Nilai-nilai tersebut sebagai nilai yang bersifat umum, berlaku
hampir pada semua masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain sebagai
berikut:
2.5.1 Etika
Istilah etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, “etos”, artinya
asal katanya, etika adalah studi terhadap kebiasaan manusia. Studi etika dalam
berdasarkan pada sesuatu yang melekat pada kodrat manusia. Etika membahas
kebiasaan baik dan buruk dalam tingkah laku manusia. Kesimpulannya adalah
yang hendak diselidiki oleh etika adalah kebiasaan-kebiasaan dalam arti moral
(kesusilaan), oleh karena itu etika sering dikatakan sebagai studi tentang benar
Etika didefinisikan sebagai suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam
perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat. Definisi tersebut dapat dipahami bahwa etika dalah suatu ilmu yang
membahas tentang tingkah laku manusia dilihat dari baik buruknya, meskipun
dalam pengertian sederhana etika dan moral memiliki kesamaan makna, yaitu
memiliki arti adat kebiasaan dan berkaitan dengan nilai baik dan buruknya
kesusilaan secara kritis. Etika dipandang sebagai filsafat atau pemikiran kritis
ilmu untuk memahami mengapa seseorang perlu mengikuti ajaran moral tertentu
atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika
64
seseorang dianggap baik atau menyimpang. Etika adalah suatu nilai tentang baik
atau buruk yang terkait dengan perilaku seseorang dalam bertutur kata. Jika
menggunakan kromo madyo atau kromo inggil kepada orang yang lebih tua
dhahar” atau “bapak saweg sare.” (Apakah bapak sudah makan? Atau bapak
sedang tidur). Etika dalam berjalan juga dapat dilihat, jika seorang wanita berjalan
dengan pria, maka pria akan berjalan disebalh kanan wanita dan berfungsi untuk
2010).
2.5.2 Moral
Kata “moral” berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak: mores) yang berarti
kebiasaan, adat-adat. Kata “mos” (mores) dalam bahasa Latin sama artinya
dengan “etos” dalam bahasa Yunani. Bemula dari kata “mos” timbul kata “mores”
dan moral merupakan kata sifat yang semula berbunyi moralis. Pada penggunaan
Bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Moral dapat diartikan
sebagai ide-ide yang diterima umum tentang tindakan manusia, yaitu berkaitan
dengan makna yang baik dan wajar. Moral, dalam artian lain adalah suatu
umum, melitputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu
ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup,
bertindak agar menjadi pribadi yang baik yang bersumber pada tradisi, adat-
hubungan harmonis, selaras, dan serasi diantara sesama manusia dalam suatu
Nilai sosial yang terkait dengan moral adalah nilai-nilai yang berhubungan
dengan jiwa, hati dan perasaan seseorang dalam melakukan tindakan. Nilai moral
nurani atau tidak. Contoh peristiwa: mencuri, tidak jujur, ingkar janji, penipuan,
(Soeroso, 2010).
2.5.3 Agama
sosial yang berhubungan denagn tuntunan ajaran agama yang ada. Penilainnya
dengan cara apakah seseorang menjalankan kewajiban agama secara baik dan
66
tidak melanggar hukum agama, yang diatur di dalam kitab agamanya masing-
sanksi fisik dan denda. Contoh: hukum islam yang diterapkan di Aceh (Untoro,
2010).
2.5.4 Akhlak
Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yaitu keadaan jiwa yang telah
terlatih sehingga di dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang
membentuk perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa terpikirkan atau angan-
angan lagi. Akhlak bersifat konstan, spontan, dan tidak temporer, tidak
2003).
dan sanksi yang diberikan terhadap pelanggarnya. Nilai hukum yang berkaitan
dengan Hak Asasi Manusia atau pelanggran nilai-nilai kemanusiaan akan masuk
berperilaku yang tidak melanggar hukum resmi yang dibuat Negara. Pelanggaran
norma ini mendapatkan sanksi yang pasti, yaitu berupa penjara, denda uang,
Norma sosial sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial
adal ukuran dalam menilai perilaku seuatu kelompok masyarakat tertentu. Norma
sosialnya. Norma sosial juga diberikan pengertian sebagai pelaksana dari nilai-
nilai sosial yang ada, suatu contoh nilai sosial mengatakan jika tangan kanan lebih
baik daripada tangan kiri, maka apabila seseorang akan melakukan sesuatu makan
dengan tangan kanan, memberikan sesuatu dengan tangan kanan. Hal ini
merupakan norma sosial yang didasarkan pada nilai tangan kanan lebih baik
atau tidak berperilaku sesuai dengan etentuan yang berlaku dalam norma maka
Sekolah Dasardatang terlambat maka dihkum untuk berdiri di lorong kelas hingga
jam pelajaran kedua atau dihukum dengan cara hormat di depan tiang bendera
68
hingga jam pelajaran berikutnya, dan lain sebagainya. Norma merupakan hasil
buatan amnesia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya aturan ini dibentuk secara
tidak sengaja, lama-kelamaan norma disusun atau dibentuk secara sadar dalam
masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas
tingkatan norma sosial, dimulai dari sanksi sosial yang ringan sampai dengan
sanksi sosial yang berat. Urutan tingkatan norma sosial menurut Soeroso (2010),
1. Cara (usage), adalah suatu cara berbuat berdasarkan sesuatu yang sudah
biasa, boleh dilakukan dan boleh tidak dilakukan. Hal ini tidak ada sanksinya
dan tidak ada hukum yang mengikat. Contoh: cara makan yang baik adalah
dengan tangan kanan, maka sendok yang digunakan untuk makan digunakan
atau perilaku yang diulang-ulang dengan tidak memberi sanksi apapun bagi
perilaku yang aneh tetapi tidak mempunyai nilai moral yang penting (Soeroso,
merupakan norma yang mengatur manusia untuk selalu berperilaku baik atau
berupa menjadi bahan gunjingan masyarakat sekitar atau mungkin yang paling
berat adalah disebut sebagai orang jahat. Contoh: suami atau istri dilarang
berbuat mesum atau zinah dengan yang bukan menjadi pasangan sah-nya
(Untoro, 2010).
4. Adat istiadat (custom), adalah pola kebiasaan yang dijunjung tinggi oleh
yang tidak melanggar adat istiadat masyarakat sekitar. Contoh: hukum adat di
Aceh yang melarang laki-laki dan perempuan yang bukan pasangan suami-
istri atau keluarga berduaan di dalam suatu ruangan, bagi yang melanggarnya
5. Hukum (law), adalah suatu aturan tertulis yang berlaku secara baku untuk
70
kan dikenakan sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan diakui (Soeroso,
2010).
berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah sebagai
berikut:
1. Norma Agama, biasanya norma agama berasal dari ajaran agama dan
pada Tuhan sesuai dengan aturan agama yang diyakini, tidak berbohong, tidak
mencuri, dan tidak membunuh merupakan contoh ajaran agama yang harus
dijalankan.
dari hati nurani yang menghasilkan suatu perilaku, sehingga seseorang dapat
membedakan sesuatu yang dianggap baik dan sesuatu yang dianggap buruk.
(dipenjara, di usir) atau batin (dijauhi, diucilkan), misalnya adalah orang yang
ini akan mendapat celaan, kritik, dan lain-lain tergantung pada tingkat
atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang
secara batin, misalnya adalah membawa oleh-oleh ketika pulang dari suatu
Nilai dan norma dalam masyarakat selalu berkaitan dan juga dianggap simultan
didalamnya. Terdapat berbagai macam peran dari nilai dan norma sosial yang ada di
kelompoknya. Nilai dan norma sosial dalam hal ini memiliki fungsi sebagai
sesuai dengan nilai dan norma yang mereka sepakati bersama akan
masyarakat selayaknya mengetahui dan paham apa yang baik bagi mereka
72
mereka yang lemah. Hal ini terjadi karena setiap anggota masyarakat telah
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Kesadaran akan hak
dan kewajiban akan memupuk rasa kebersamaan dan senasib antar anggota
mereka yang lemah. Perlindungan tersebut bisa berawal dari keluarga sendiri
bersama dalam membentuk dan menjalani kehidupan. Nilai ini akan tetap
terhadap nilai kebersaaman tersebut. Salah satu fungsi norma adalah menjaga
dan menegakkan nilai kesepakatan yang luhur dari masyarakat yang terkait
(Soeroso, 2010).
Pada masa ini baik anak laki-laki maupun perempuan belajar untuk bertingkah
laku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kelompoknya, dengan demikian nilai atau
kaidah moral untuk sebagian besar lebih banyak ditentukan oleh norma-norma yang
terdapat pada lingkungan kelompoknya. Pada usia 10 – 12 than anak dapat mengetahui
yang mendasari suatu peraturan. Kemampuan anak pada usia ini telah cukup berkembang
milik, keadilan, dan kehormatan. Pada masa mendekati remaja, anak sudah
dalam hubungan-hbungan dengan anak-anak lain. Nilai-nilai ini sebagian akan menetap
sepanjang hidupnya dan akan mempengaruhi tingkah-lakunya sebagaiman hal ini terjadi
ketika masih anak-anak. Sebagian anak yang lain, secara perlahan dan bertahap
lingkungan yang berbeda dengan nilai-nilai moral yang sudah terbentuk (Gunarsa, 2010).
74
Tabel 2.5 – Keasilan Penelitian Analisis Faktor Perilaku Seksual Pada Anak SD di SDN
Dukuh Kupang II – 489 Kecamatan
Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang
Surabaya.
No. Judul Karya Variabe Jenis Hasil
Ilmiah & l Penelitia
Penulis n
Gambaran perilaku seksual kedua narasumber
Faktor-Faktor a. Penyebab
Remaja Perilaku Menyimpang padatampak
primer yang Remajadengan
Tunagrahita SLBNonani.
jelas adalah Semarang (Farisa, 2
1. b. Perilaku seksual Case Study Ditinjau dari faktor pengaruhnya, hal yang
c. Tunagrahita mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah
ketunaan dari remaja tunagrahita itu sendiri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan
Analisis Hubungan yang bermakna secara signifikan antara perilaku
Perilaku Seks a. Perilaku seksual remaja
seksual tidak aman terhadap pengetahuan
Pertamakali Tidak b. IMS kesehatan reproduksi.
2. aman pada Remaja c. Kesehatan Cross
Terdapat hubungan secara signifikan antara
Usia 15-24 tahun Reproduksi Sectional
perialku seksual remaja usia 15-24 tahun dengan
dan Kesehatan pengetahuan pencegahan penyakit infeksi menular
Reproduksi (Pratiwi seksual.
& Basuki, 2010)
Analisis Faktor
a. Adolescent Metode
sexual behavior Factors
Perilaku Seksual Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, faktor personal,
b. Integrated survei
pada Remaja Usia pengetahuan, dan batasan lingkungan memiliki korelasi
3. Behavioral analitik
Model (IBM)
(14-18) Tahun yang rendah dengan perilaku seksual pada remaja tengah.
kuantitatif
berdasarkan
dengan
Integrated
rancangan
Behavioral Model
penelitian
(IBM) di
cross
Lingkungan
sectional
Skripsi Lokalisasi Jarak ANALISIS FAKTOR PERILAKU...
dan Dolly
Kelurahan Putat Jaya
Kecamatan Sawahan
Surabaya (Ekasari,
2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang
Desain
Perilaku Seksual a. Perilaku seksual remaja
seksualitas, persepsi kemampuan remaja mengendalikan
mengguna
Remaja b. Theory of Planned Behavior perilaku seksual memiliki hubungan yang cukup kuat
4. kan
Berdasarkan dengan niat melakukan
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
Analisis Faktor dari aktivitas seksual, niat melakukan aktivitas memiliki
Theory of Planned hubungan yang kuat dengan perilaku seksual, persepsi
Behavior di SMA persepsi kemampuan remaja mengendalikan perilaku
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tri Guna Bhakti seksual memiliki hubungan yang cukup kuat dengan
Surabaya (Motrik, perilaku
2012) seksual.
7
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Paper
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Di zaman globalisasi ini perkembangan teknologi sudah jauh lebih maju dengan berbagai perkembangan
yang sudah ada. Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat teknologi informasi begitu mudah
diakses dari berbagai belahan dunia. Anda dapat mengakses setiap informasi dari setiap negara dengan
sistem internasional.
Setiap orang tidak dapat menghindari perkembangan teknologi yang selalu ada dan berganti setiap waktu.
Salah satu contoh nyatannya adalah terbentuknya konvergensi media. Konvergensi media dapat
mempermudah akses informasi melalui online.
Kemudian apakah pengaruh konvergensi media terhadap pergaulan anak muda di dunia maya?
TUJUAN
Membuktikan pengaruh konvergensi media terhadap pergaulan anak muda di dunia maya.
RUANG LINGKUP
BAB II :
Di zaman globalisasi ini perkembangan teknologi sudah jauh lebih maju dengan berbagai perkembangan
yang sudah ada. Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat teknologi informasi begitu mudah
diakses dari berbagai belahan dunia. Anda dapat mengakses setiap informasi dari setiap negara dengan
sistem internasional.
Setiap orang tidak dapat menghindari perkembangan teknologi yang selalu ada dan berganti setiap waktu.
Salah satu contoh nyatannya adalah terbentuknya konvergensi media. Konvergensi media dapat
mempermudah akses informasi melalui online.
Kemudian apakah pengaruh konvergensi media terhadap pergaulan anak muda di dunia maya?
BAB III
PEMBAHASAN
Di zaman globalisasi ini masyarakat dituntut untuk melek media, termasuk media informasi yang dapat
memberikan segala masukan tentang paralelisme politik media. Masyarakat seharusnya sudah paham
akan hal yang pelik ini. Karena yang melatarbelakangi adalah media menjadi sasaran kepentingan para
investor.
Karena hal yang demikian dengan terbentuknya konvergensi media menjadi wadah bagi aspirasi
masyarakat untuk mengeluarkan pendapatnya. Ketika masyarakat tidak dapat memanfaatkan media
konvensional mereka dapat menggunakan media informasi canggih yang sudah tersedia. Hal ini dapat
membantu problematika politik yang menggelitik.
BAB IV
PENUTUP
Dari penjelasan mengenai konvergensi media diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi
informasi cukup membantu berbagai aspek, salah satunya adalah politik.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kemunculan internet berawal dari berbagai keadaan yang mendasari terbentuknya komunikasi
antar masyarakat di seluruh penjuru dunia. Seperti keentingan militer, bisnis, forum, berita,
hingga pertukaran informasi secara global dapat dipermudah dengan adanya media internet.
Mayoritas pengguna internet adalah kaum remaja yang memanfaatkan media global ini untuk
berbagai kepentingan seperti pendidikan dan sosialisasi. Walau demikian orang dewasa hingga
orang tuapun tak kalah juga menggunakan fasilitas ini untuk menunjang pekerjaannya. Tapi
intensitas penggunaan oleh remaja memang lebih mendominasi.
Oleh karena itu banyak pula remaja yang menyalahgunakan penggunaan media internet ini.
Apalagi semakin semaraknya jejaring soisal seperti instagram, facebook, twitter yang dapat
memcari atau mengetahui keadaan seluruh orang di penjuru dunia.
Akan tetapi dengan adannya jejaring sosial ini membuat para remaja lebih aktif bersosialisasi di
dunia maya daripada di dunia nyata akibat kecanduan. Hal ini membuat prestasi belajarnnya
menjadi turun dari sebelum penggunaan internet.
Banyak dari para remaja yang menggunakan media sosial untuk membagi curahan hati, namun
ada juga yang menggunakan kata-kata kotor di jejaring sosial. Sampai ada yang melalukan
kriminalisasi yang berawal dari media sosial.
Skripsi ANALISIS FAKTOR PERILAKU...
Karena banyak pengaruh internet yang kurang baik dan disalahgunakan oleh para remaja,
akhirnya saya memilih tema ini untuk dijadikan karya tulis.
TUJUAN
BAB II
Penyalahgunaan internet oleh remaja disebabkan karena keadaan remaja yang masih dalam tahap
peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Oleh karena itu sifat labil mereka masih sangat tinggi.
Walaupun demikian bukan berarti penggunaan internet selalu dikonotasikan negatif.
Penggunaan internet sebenarnya mempunyai banyak sekali manfaat jika digunakan secara positif
seperti penyebaran berita positif tidak hoax, bisnis online, dan silaturahmi dengan teman lama.
Akan tetapi karena ulah remaja banyak yang megkonotasikan jika internet membawa dampak
yang buruk.
Sebenarnya baik tidaknya penggunaan internet tergantung pada setiap penggunannya berniat
seperti apa dalam mengaplikasikan media sosial ini.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Internet sebenarnya mempunyai banyak manfaat jika digunakan sesuai dengan
fungsinnya secara bijak dan benar. Kondisi psikologis remaja yang labil dan suka coba-
coba, suka mengekspresikan diri, kondisii lingkungan yang tidak mendukung
menyebabkan para remaja suka menyalahgunaan internet. Oleh karena itu hal tersebut
perlu perhatian kita lebih untuk mengatasinnya.
Penggunaan internet yang digunakan dengan niat kebaikan akan menghasilkan hasil yang
baik, begitu juga jika kita menyalahgunakannya untuk hal yang negatif maka hasilnya
juga akan buruk.
Latar belakang : penyakit kulit yang termasuk kategori infeksi banyak ditemukan di
daerah beriklim tropis dengan lingkungan sosial ekonomi yang cenderung rendah.
Kecamatan Winosa Kabupaten Karangmanis Provinsi Bali merupakan wilayah dengan
iklim yang tropis dengan mayoritas sosial ekonomi yang rendah.
Penyakit kulit infeksi mempunyai urutan ke 4 dari peringkat sepuluh besar macam
penyakit yang berada di wilayah ini.
Hasil : Dari 124 orang penderita penyakit kulit di Kecamatan Winosa, 95 orang (52,1%)
menderita penyakit kulit infeksi yang terdiri dari mikosis (48,5), skabies (30,9), folikulitis
(3,2%), impetigo (6,5%) dan ektima (8,9%). Perbandingan antara pria : wanita = 2 : 1,
didominasi kelompok usia 26 — 45 tahun (33, 8%) dan terbanyak dibidang pekerjaan
pertanian dan peternakan (29,3%).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Kesimpulan : Dan seluruh kasus didapatkan bahwa penderita penyakit kulit infeksi
terbanyak adalah laki-laki pada kelompok umur 26 — 45 tahun dan bekerja dibidang
pertanian dan perternakan.
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah biasanya disajikan dalam
sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas (tugas perkuliahan).
Kertas Kerja
Kertas kerja (work paper) pada prinsipnya sama dengan makalah, namun dibuat dengan analisis
lebih dalam dan tajam dan dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri
oleh ilmuwan. Kertas kerja itu menjadi acuan untuk tujuan tertentu dan bisa diterima atau
dimentahkan oleh forum ilmiah. Kertaskerja biasanya beriskan materi yang mendalam dan
dipresentasikan pada lokal karya seminar dan dihadiri ilmuwan.
Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan akademisi (mahasiswa) dalam kaitannya
dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum menyelesaikan jenjang studi
(Diploma/S1/S2/S3). Sistematika penulisannya sama dengan artikel atau makalah, tergantung
panduan yang berlaku di perguruan tinggi masing-masing.
Artikel
artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel
yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah
disepakati. Artikel ilmiah diangkat dari hasil pemikiran dan kajian pustaka atau hasil
pengembangan
Skripsi
proyek. ANALISIS FAKTOR PERILAKU...