Anda di halaman 1dari 9

STIMULASI DENTIN REPARATIF DIRECT PULP CAPPING MENGGUNAKAN

EKSTRAK IKAN TERI (Stolephorus sp)

Yuliana Ratna Kumala*, Dini Rachmawati**, Klaudia Hersanto***

*Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya


**Departemen Kedokteran Gigi Anak Universitas Brawijaya
***Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Vitalitas pulpa gigi harus dilindungi karena pulpa berisi serabut, sel, pembuluh
darah, saraf sensoris, dan jaringan limfe. Salah satu cara untuk mempertahankan vitalitas
pulpa adalah dengan perawatan direct pulp capping. Ikan teri merupakan salah satu
produk perikanan laut Indonesia yang memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi.
Kalsium fosfat dapat menstimulasi diferensiasi stem cell menjadi odontoblas maupun
odontoblast-like cells untuk meningkatkan regenerasi dentin sehingga menghasilkan dentin
reparatif. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ekstrak ikan teri dapat menstimulasi dentin
reparatif pada perawatan direct pulp capping gigi. Metode: Sampel adalah 3 kelompok
tikus dengan jumlah 21 ekor yang dilakukan preparasi oklusal pada gigi molar pertama
menggunakan mata bur gigi mikrodonsia sedalam 1 mm, lalu diberikan zinc oxide eugenol
pada kelompok kontrol negatif dan bubuk ekstrak ikan teri 4 mg pada perlakuan 1, 8 mg
pada perlakuan 2, 12 mg pada perlakuan 3. Hasil: Uji korelasi antara dosis ekstrak ikan
teri terhadap jumlah sel odontoblas menunjukkan angka positif yaitu 0,853 yang
merupakan korelasi signifikan. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan jumlah sel
odontoblas berbanding lurus dengan peningkatan dosis yang diberikan. Kesimpulan:
ekstrak ikan teri dapat menstimulasi dentin reparatif pada direct pulp capping gigi molar
tikus wistar.

Kata Kunci : Direct pulp capping, ikan teri, odontoblas, dentin reparatif
ABSTRACT

Pulp vitality must be protected because a pulp consists of fibers, cells, blood
vessels, sensory nerves and also lymph vessels. Direct pulp capping is one of the ways to
maintain pulp vitality. Anchovy is one of the Indonesian marine fisheries’ products which
contents high calcium and phosphor. The phosphor was made by blending phosphate and
water. Calcium and phosphate form a calcium phosphate complex with hidroxyapatite as
one of its compound. Calcium phosphate can stimulate a stem cell differentiation into
odontoblasts or odontoblast-like cells that increase the dentin regeneration so it can
produce a reparative dentin. Objective: to know whether the anchovy extract can stimulate
the reparative dentin in Wistar rat molars’ direct pulp capping. Methode:
The sample was 3 groups of Wistar mice. Conducted occlusal preparation of molar first rat
mandibular teeth using microcosmodial 1 mm deep burden of the teeth, then administered
zinc oxide eugenol in the negative control group and anchovy extract powder 4 mg at a
treatment of 1, 8 mg at treatment 2, 12 mg at treatment 3. Result: the correlation test
between these doses of anchovy extract to the odontoblast cells number is 0,853 which
shows a significant correlation. It means that an increase of odontoblast cells numbers
directly correlated with an increase of the given dose. Conclusion: the anchovy extract can
stimulate the dentin reparative in Wistar rat molars’ direct pulp capping.

Keywords : Direct pulp capping, anchovy, odontoblast, reparative dentin

PENDAHULUAN Vitalitas pulpa harus dilindungi karena


Karies gigi merupakan penyakit pulpa berisi serabut, sel, dan berbagai
infeksi dengan prevalensi sangat tinggi struktur seperti pembuluh darah, saraf
dan termasuk dalam 10 besar penyakit sensoris, dan jaringan limfe.3
yang diderita oleh masyarakat.1 Menurut Vitalitas pulpa dapat dijaga
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dengan cara pulp capping. Direct pulp
tahun 2007, prevalensi karies aktif pada capping merupakan salah metode pulp
penduduk Indonesia kelompok umur di capping yang banyak digunakan untuk
atas 12 tahun sebesar 46,5% dan yang menutup pulpa gigi yang terbuka akibat
bebas karies sebesar 27,9%. Karies yang aktivitas mekanik berupa iatrogenik injuri
tidak dilakukan perawatan akan dengan bahan resin adhesif. Bahan direct
berdampak pada kesehatan pulpa. 2
pulp capping dapat menstimulasi
terbentuknya dentin reparatif.4 reparatif.11 Odontoblas bersifat
Pertumbuhan dentin reparatif merupakan responsibel dalam proses sintesis
indikasi keberhasilan perawatan pulpa dentin.12 Selain itu, odontoblas memiliki
terbuka.5 peran dalam menginisiasi nukleasi ion
Indonesia mempunyai sumber untuk menginisiasi proses mineralisasi
daya perikanan laut yang cukup besar. serta mengaktifkan mekanisme transport
Produksi sumber daya ikan di laut intramembran ion Ca2+ dan ion PO43-
Indonesia menurut Kementerian untuk mempertahankan keseimbangan
Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun ion intraselular.13 Hasil dari proses
2010, meningkat rata-rata 2,87% per mineralisasi tersebut adalah akumulasi
tahun. Salah satu produksi perikanan laut ion Ca2+ dan ion PO43- pada matriks. Data
yang meningkat cukup tajam adalah ikan tersebut menunjukkan bahwa ion Ca2+
teri (Stolephorus sp), dalam periode dan ion PO43- memiliki peran yang
2000-2010 peningkatannya hingga penting dalam mineralisasi matriks dentin
sekitar 11,89%.6 Berdasarkan Nutry reparatif.14 Beberapa penelitian
Survey Indonesia, kandungan kalsium menyatakan bahwa kalsium fosfat
dalam ikan teri (Stolephorus sp), dengan menstimulasi pembentukan dentin
berbagai kelompok diperoleh data ± reparatif bila diaplikasikan pada pulpa
2200 mg/100 gram. Selain itu, terbuka.15,16
Stolephorus sp juga kaya akan fosfor
yaitu 1500 mg/100 gram.7 METODE
Fosfor ditemukan dalam bentuk Penelitian ini telah mendapatkan
fosfat (PO43-) saat bercampur dengan air kelaikan etik (ethical clereance) dari
(H2O).8 Fosfat merupakan unsur yang komisi etik penelitian Fakultas
penting dalam membantu proses Kedokteran Universitas Brawijaya.
metabolisme sel suatu organisme.9 Saat Sampel yang digunakan adalah tikus
fosfat berikatan dengan kalsium maka galur wistar (Rattus norvegicus) yang
akan terbentuk senyawa kompleks memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
10
kalsium fosfat (Ca3(PO4)2). berjumlah 21 ekor. Tikus wistar jantan
Kalsium fosfat dapat diadaptasikan terlebih dahulu selama 1
menstimulasi diferensiasi stem cell minggu. Kriteria tikus yang digunakan
menjadi odontoblas maupun dalam penelitian adalah berjenis kelamin
odontoblast-like cells untuk jantan, usia 6-8 minggu, berat badan
meningkatkan regenerasi dentin 200-300 gram, sehat yang ditandai
sehingga menghasilkan dentin
dengan gerakannya aktif, mata jernih, natrium klorit. Kemudian diberikan zinc
dan ketebalan bulu normal. oxide eugenol pada kelompok kontrol
Prosedur penelitian terdiri dari negatif dan bubuk ekstrak ikan teri 4 mg
beberapa tahapan kerja yaitu pembuatan pada perlakuan 1; 8 mg pada perlakuan
Ekstrak Ikan Teri (Stolephorus sp) dari 2; dan 12 mg pada perlakuan 3. Kavitas
ikan teri yang masih segar, tidak berbau ditutup menggunakan GIC.
tajam, tidak berlendir, masih utuh dan Pembedahan dilakukan pada hari
teksturnya tidak lembek atau hancur bila ke-30 pada tikus yang telah dianastesi
ditekan lalu dicuci menggunakan total dengan kloroform. Tulang
aquadest untuk menghilangkan kotoran. mandibula dipotong seluruhnya
Dikeringkan menggunakan oven pada kemudian dipotong lagi menjadi dua,
0
suhu 50 C sekitar 6 jam, dihaluskan sehingga gigi molar kanan dan kiri tikus
menggunakan blender hingga menjadi terdapat pada masing-masing potongan
bubuk, ditimbang sebesar 10 mg dengan mandibula kemudian diberi tanda sesuai
timbangan analitik, dilarutkan dalam kelompok perlakuan. Potongan-potongan
aquadest 1 liter dalam tabung mandibula direndam pada 10% neutral
erlenmeyer dan ditutup selama 24 jam. buffered formalin untuk memfiksasi
Larutan teri disaring dengan kertas jaringan selama 7 hari dan 10% EDTA
saring, direaksikan dengan NaOH untuk mendekalsifikasi jaringan.
sebesar 12,85 gram, dan disentrifugasi Jaringan tulang mandibula dan
250 rpm selama 15 menit untuk gigi dimasukkan pada blok parafin hasil
mengambil endapan. Endapan dioven embedding pada penjepit (block holder)
agar kering dengan suhu 50 C selama 5 mikrotom dengan ukuran tertentu. Irisan
jam. Dilakukan pengulangan pembuatan jaringan diambil dengan kuas dan
sampel sebanyak 5 kali. Kemudian dimasukkan ke dalam air pada suhu 38-
sampel ekstrak diuji kandungan 40 °C. Irisan yang terentang diletakkan
senyawanya. pada object glass. Selanjutnya
Pada seluruh tahapan perlakuan dikeringkan dan diletakkan di atas hot
dilakukan anastesi total kemudian isolasi plate 38-40°C sampai kering.
daerah kerja dan bersihkan daerah kerja Pewarnaan HE dilakukan dengan
dengan dentin conditioner. Preparasi memasukkan spesimen ke dalam
oklusal gigi molar pertama mandibula hematoksilin. Lalu dimasukkan ke dalam
tikus menggunakan mata bur gigi eosin selama 5 menit dan diakhiri dengan
mikrodonsia sedalam 1 mm, lalu irigasi pengeringan. Setiap langkah diikuti
dengan aquadest dan garam 0,9% pembilasan dengan air.
Mengamati jaringan pulpa Dari hasil uji Oneway ANOVA
dengan melihat dan menghitung pada penelitian ini didapatkan nilai
peningkatan jumlah sel odontoblas pada signifikansi 0,0 (p<0,05), terdapat
preparat di mikroskop. Analisis perbedaan signifikan jumlah sel
histopatologi subyektif menggunakan odontoblas antara sebelum dan sesudah
mikroskop Olympus XC10 dengan paparan ekstrak ikan teri. Hasil uji Post
pembesaran 40x. Hoc Multiple Comparison didapatkan
didapatkan perbedaan bermakna antar
HASIL PENELITIAN kelompok kecuali antara kelompok 4 mg
Dari tabel 1 dapat diamati bahwa dan 8 mg. Pada kelompok perlakuan
semakin tinggi paparan dosis ekstrak ikan yang diberi paparan ekstrak ikan teri
teri yang diberikan maka jumlah sel dengan dosis 12 mg terdapat perbedaan
odontoblas yang terbentuk juga semakin bermakna dengan kelompok kontrol
banyak. Berdasarkan uji normalitas negatif, kelompok 4 mg, dan kelompok 8
Shapiro-Wilk yang telah dilakukan, data mg. Sedangkan pada kelompok
jumlah sel odontoblas memiliki angka perlakuan yang diberi paparan ekstrak
signifikansi 0,089 (p > 0,05). Data jumlah ikan teri dengan dosis 4 mg dan 8 mg
sel odontoblas berdistribusi normal. terdapat perbedaan bermakna terhadap
Hasil uji homogenitas varian kelompok kontrol negatif dan kelompok
Levene Statistic yang telah dilakukan 12 mg.
menunjukkan angka signifikasi 0,161
(p>0,05). Data berdistribusi normal dan PEMBAHASAN
memiliki varian yang homogen sehingga Berdasarkan hasil penelitian dan
dapat dilakukan uji Oneway ANOVA. analisis data didapatkan bahwa
pemberian ekstrak ikan teri (Stolephorus
Tabel 1. Jumlah Sel Odontoblas sp) mampu meningkatkan jumlah sel
Pada Hari ke-30 odontoblas dalam berbagai konsentrasi

Kontrol Klp. 4 mg Klp. 8 mg


Klp.12 yang diberikan. Dari uji kandungan
mg
(sel) (sel) (sel)
(sel)
senyawa ekstrak ikan teri didapatkan
14 39 25 91 prosentase kandungan senyawa kalsium
26 50 73 99
fosfat dalam bentuk hidroksiapatit adalah
22 47 51 52
16 36 63 114 sebesar 76%. Kemampuan ekstrak ikan
15 51 58 101 teri (Stolephorus sp) dalam menstimulasi
19 60 69 137
dentin reparatif pada direct pulp capping
gigi molar tikus wistar dikarenakan
kandungan ekstrak ikan teri yaitu kalsium kerja kalsium fosfat adalah dengan
(Ca2+) dan fosfat (PO43-) dapat berikatan menstimulasi pembentukan dentin
membentuk senyawa kompleks kalsium reparatif tanpa adanya lapisan jaringan
fosfat dengan hidroksiapatit (HA) sebagai nekrotik bila diaplikasikan pada pulpa
bagian dari senyawa kalsium fosfat yang terbuka.15,16
paling stabil. Hasil dari aktivitas odontoblas
Fungsi penting hidroksiapatit adalah terbentuknya predentin.
yaitu mampu mempertahankan vitalitas Predentin terletak berdekatan dengan
pulpa yang mengalami perforasi dengan jaringan pulpa dan lebarnya sekitar 2-6
berperan dalam pembentukan jaringan μm. Lebar ini tergantung pada aktivitas
keras gigi.17,18 Hidroksiapatit juga odontoblas. Predentin merupakan
merupakan bahan yang biokompatibel pembentukan awal dari dentin dan
sehingga dapat menunjang fungsinya predentin tidak termineralisasi.22 Serat
dalam membentuk dentin reparatif.19 Ion kolagen bertanggung jawab dalam
Ca2+ dapat menurunkan permeabilitas proses mineralisasi antara dentin dan
kapiler yang akan mengurangi produksi predentin, di mana predentin menjadi
cairan interseluler dan meningkatkan dentin dan terbentuk sebuah lapisan baru
konsentrasi pada area yang sedang dari predentin.21
mengalami mineralisasi seperti saat Karies atau iatrogenik injuri
pembentukan dentin reparatif.20 Fosfat dapat menyebabkan timbulnya respon
(PO43-) merupakan unsur yang penting protektif melalui pembentukan dentin
dalam membantu proses metabolisme sel reparatif. Pembentukan dentin reparatif
suatu organisme.9 Mekanisme kerja merupakan suatu mekanisme penutupan
kalsium fosfat yaitu menstimulasi alamiah tubulus dentin yang terpotong
diferensiasi stem cell. Stem cell yang pada permukaan pulpa.22 Mekanisme
terdiferensiasi akan menjadi odontoblas pembentukan ini terjadi dengan cara
maupun odontoblast-like cells yang serabut-serabut kolagen mendukung
berfungsi meningkatkan regenerasi tubulus-tubulus dentin mengalami
dentin sehingga menghasilkan dentin kalsifikasi serta aktifnya odontoblas yang
reparatif.11 Jika injuri yang terjadi tersebar di dekat pulpa. Kemudian
menyebabkan kematian sel odontoblas, odontoblas mensintesis dan mensekresi
maka odontoblast-like cells akan matriks anorganik sehingga menciptakan
membentuk dentin reparatif pada daerah lingkungan yang memungkinkan
yang dekat dengan injuri untuk terjadinya mineralisasi matriks. Hal
21
melindungi jaringan pulpa. Aktivitas tersebut akan menghasilkan dentin
reparatif. Terbentuknya dentin reparatif 1. Wulan Agustin, Sumono Agus. 2009.
memungkinkan gigi mempertahankan Capability of Boiling Water of Bay
diri terhadap efek karies maupun bentuk Leaf (Eugenia polyantha W) for
lain dari trauma. Bukti menunjukkan Reducing Streptococcus sp. Colony.
bahwa dentin reparatif melindungi pulpa Indonesian Journal of Pharmacy; Vol
23
dengan mengurangi masuknya iritan. 20 No 3.
Kecepatan, kualitas, dan kuantitas dentin 2. Riset Kesehatan Dasar. 2007.
reparatif yang terbentuk tergantung dari Jakarta: Badan Penelitian dan
keparahan dan lamanya injuri pada Pengembangan Kesehatan,
24
odontoblas. Apabila luas jaringan yang Departemen Kesehatan, Republik
terekspos kecil dan terdapat suplai darah Indonesia.
yang bagus maka akan mendukung 3. Harty, Ogston Robia. 2012. Kamus
terjadinya penyembuhan yang Kedokteran Gigi. Alih bahasa, Narlan
25
potensial. S. Jakarta: EGC
4. Sabir, Tabbu, Agustiono, Sosroseno.
KESIMPULAN 2005. Histological Analysis of Rat
Kesimpulan dari penelitian ini Dental Pulp Tissue Capped with
adalah ekstrak ikan teri (Stolephorus sp) Propolis. J Oral Sci; 47(3):135-
dapat menstimulasi dentin reparatif pada 8.Chang, R. 2005. Kimia Dasar:
direct pulp capping gigi molar tikus Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid
wistar. Ekstrak ikan teri (Stolephorus sp) 1. Jakarta: Erlangga, p. 105-133.
dapat meningkatkan jumlah sel 5. Sahar, Halim and Dalia, El-Rouby.
odontoblas pada direct pulp capping gigi 2012. The Adverse Effects of Nano
molar tikus wistar. bond Adhesive Systems Used as
Direct Pulp Capping Materials.
SARAN European Journal of Dentistry and
Perlu adanya penelitian lebih Medicine, 4: 14-25.
lanjut dengan menggunakan dosis yang 6. Kementerian Kelautan dan
lebih bervariasi, uji klinik untuk Perikanan. 2010. Jakarta: Jumlah
mengetahui dosis terapeutik, dosis Produksi Perikanan Republik
toksis, dan efek samping yang mungkin Indonesia.
timbul pada penggunaan ekstrak ikan teri 7. Mobonggi, Liska. 2014. Uji Formalin
pada manusia. Pada Ikan Teri (Stolephorus Sp) Asin
Kering di Kota Gorontalo. Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu-ilmu
Pertanian Universitas Negeri Pathological Processes in the Early
Gorontalo. Stages. Roma; Springer.
8. Kreger, 2004, Plant Layout and 14. Aparicio Conrado, Ginebra Maria-
Material Handling, 3rd Edition, Pau. 2015. Biomineralization and
Apple, Malabar. Biomaterials Fundamentals and
9. Asmara, Anjar. 2005. Hubungan Applications. Woodhead Publishing.
Struktur Komunitas Plankton 15. Ogisu, Takahito. Suzuki, Masaya.
dengan Kondisi Fisika-Kimia Shinkai, Koichi. Katoh, Yoshiroh.
Perairan Pulau Pramuka dan Pulau 2008. Effect on Pulp Healing of CO2
Panggang Kepulauan Seribu. Laser Irradiation and Direct Pulp
Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Capping with Experimentally
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Developed Adhesive Resin Systems
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Containing Reparative Dentin-
10. Jeffries Michael, Mills Derek. 2006. Promoting Agents. The Journal of
Fresh Water Ecology, Principles, and Oral Laser Applications, 8: 257-273.
Application. John Wiley and Sons, 16. Kato, Ogisu Takahito, Suzuki
Chisester, UK. 285. Masaya, Shinkai Koichi, et al. 2009.
11. Zhang, Walboomers, Jansen. 2007. Dentin Bond Strength of a New
The Formation of Tertiary Dentin Adhesive System Containing
After Pulp Capping with a Calcium Calcium Phosphate Experimentally
Phosphate Cement, Loaded with Developed for Direct Pulp Capping.
PLGA Microparticles Containing TGF- Dental Materials Journal; 28(6):
b1. Journal of Biomedical Materials 743–749.
Research Part A; DOI: 17. Okamoto Harunori, Arai Kiyoshi,
10.1002/jbm.a.31558. Matsune Kensuke, Hirukawa Saori,
12. Hao, Narayanan, Ramachandan, He, et al. 2006. The Usefulness of New
et al. 2010. Odontoblast Cells Hydroxyapatite as a Pulp Capping
Immortalized by Telomerase Agent in Rat Molars. Int J Oral-Med
Produce Mineralized Dentin-like Sci, 5(1):50-56
Tissue Both in Vitro andin Vivo. The 18. Chiu, Hsiu Ching Hsu, and Wei
Journal of Biological Chemistry, DOI Hsing, Tuan. 2007. Effect of Zirconia
10.1074/jbc.M112223200. Addition on the Microstructural
13. Bonucci, Ermanno. 2007. Biological Evolution of Porous Hydroxyapatite.
Calcification Normal and Ceramics International. Vol. 33, No.
5, pp. 15-718.
19. Palard, Combes, Champion, Sylvie,
et al. 2009. Effect of Silicon Content
on the Sintering and Biological
Behaviour of Ca10(PO4)6-
x(SiO4)x(OH)2-x Ceramics. Acta
Biomaterialia. Vol. 5, No. 4, pp.
1223-1232.
20. Karin Christina, Caroll Leslie, Atta
Maria Teresa, Alberto Carlos, et al.
2009. Cytotoxicity And
Biocompatibility Of Direct and
Indirect Pulp Capping Materials. J
Appl Oral Sci; 17(6):544-54.
21. Tsurumachi, Huang, Zhang,
Hayashi, et al. 2008. Scanning
Electron Microscopic Study of
Dentinal Pulpal Walls in Relation to
Age and Tooth Area. Oral Science J;
50: 199-203.
22. Sandrasegaram, Devibalan. 2015.
Mikrostruktur Dentin Tertier Gigi
Molar Penyirih di Pancur Batu Medan
dengan Scanning Electron
Microscope.
23. Madhura. 2006. Dentinal Changes in
Attrition and Abrasion- A Combined
Light and Scanning Electron
Microscopic Study. Rajiv Gandhi
Univ. India.
24. Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan
Pulpa Gigi, Ed. 2. Jakarta: EGC
25. Frigoletto RT. 2002. Pulp Therapy in
Pedodontics. J Am Dent Assoc;
86:1344.

Anda mungkin juga menyukai