Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Obat – Obatan Emergency untuk Resusitasi Jantung Paru

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Sistem 2

Yang di Bimbing oleh :

Janes Jainurakhma, M.Kep

Kelompok 3 :

Agung Tri Widodo ( 1520004 )

Riski Lidiya Putri ( 1520027 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis makalah
kegawatdaruratan tentang “ Obat – obatan emergency untuk resusitasi jantung
paru” ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan kami juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah
kegawatdaruratan system 2 stikes kepanjen yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Terlepas dari semua itu, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kepanjen, 11 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ………………………………………………………………1


1.2.Tujuan Penulisan ………………………………………………………….... 1
1.3.Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. DOPAMIN ………………………………………………………………….2

2.2. DOBUTAMIN …………………………………………………………….. 4

2.3. MAGNESIUM SULFAT ( MgSO4) …………………………………….... 7

2.4. High Alert Medications (Sound-Alike,Look-Alike) ……………………….7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………. 11

3.2. Saran ………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Emergency adalah serangkaian usaha – usaha pertama yang dapat dilakukan
pada kondisi gawat daruratdalam rangkai menyelamatkan pasien dari kematian.
Pengelolaan pasien yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat untuk menghindari kematian.
Obat – obatan emergency atau gawat darurat adalah obt – obat yng
digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi / life
support. Pengetahuan mengenai obat – obatan ini penting sekali untuk
mengatasi situasi gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan
tepat.
Obat – obat emergency atau obat obatan yang dipakai pada gawat darurat
contohnya antara lain adalah dopamine, dobutamin, magnesium sulfat ( MgSO4
).

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami apa saja obat obatan emergeny yang di
gunakan pada pasien yang sedang kritis

1.3. Rumusan Masalah


Bagaimana cara memberikan obat obatan emergency pada pasien yang
sedang kritsis dan apa efek samping yang harus diperhatikan dari obat obatan
emergency

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DOPAMIN

Dopamin adalah suatu katekolamin endogen, merupakan precursor


adrenalin.

 Indikasi
Syok kardiogenik pada infark miokard atau bedah jantung.
 Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap sulfat ( sediaan yang mengandung natrium bisulfit ),
takiaritmia, phaeochromocytoma, fibrilasi ventricular, glaucoma sudut
sempit.
 Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
a. Infus I.V : ( Pemberianya memerlukan pompa infus ):
b. Bayi : 1 – 20 mcg/kg/menit, infus kontinyu, titrasi sampai respon yang
diharapkan.
c. Anak – Anak : 1 – 20 mcg/kg/menit, maksimum 50 mcg/kg/menit, titrasi
sampai respon yang diharapkan
d. Dewasa : 1 – 5 mcg/kg/menit sampai 20 mcg/kg/menit, titrasi sampai
respon yang diharapkan.infus boleh ditingkatkan 4 mcg/kg/menit pada
interval 10 – 30 menit sampai respon optimal tercapai.
e. Jika dosis > 20 – 30 mcg/kg/menit diperlukan,dapat menggunakan
presor kerja langsung ( seperti epinefrin dan norepinephrine ).
Jika dosis berlebihan dapat menimbulkan efek adrenergic yang
berlebihan. Selama infus dopamine dapat terjadi mual, muntah,
takikardia, aritmia, nyeri dada, nyeri kepala, hipertensi, dan tekanan
diastolic. Dosis dopamine juga harus disesuaikan pada pasien yang
mendapat antidepresi trisiklik.
f. Rumus dosis dopamine dalam syringe pump adalah:
- Sediaan dopamine 1 ampul = 200 mg

5
- Karena 1 mg : 1. 000 mikrogram maka 1 ampul : 200.000 mikogram
- Syringe pump menggunakan spuit 50 cc. kecepatan pemberian
dalam satuan cc/jam.
- Maka 1 cc cairan dalam syringe pump :

200.000 µg
= 4.000 µg
50 cc

Dosis x 60 x BB
Konsentrasi

Atau
Dosis x 60 x BB
4.000

Contoh :
Pasien dengan tekanan darah darah 80/50 mmHg dan BB 50 kg. dosis
dopamine dimulai dari 5 mikrogram/kgBB/menit.
5 𝑥 60 𝑥 50 15.000
= = 3,75 𝑐𝑐/𝑗𝑎𝑚
4.000 4.000
g. Rumus hitung tetesan dopamine per drip :
Contoh :
- Pasien dengan berat 80 kg
- Diberikan dopamine 10 mcg/kgBB/menit dalam 250 ml NS (
mikrodrip)
- Dopamine 1 ampul : 200 mg/ 10 ml
- Hitung dosis
: 10 mcg/kgBB/menit
: 10 mcg x 80 kg x 1 menit
: 800 mcg/ menit
- Hitung tetesan
: 250 ml / 200 mg ) x (800 mcg/1menit) x ( 60 gtt/1 ml )
: ( 250 ml / 200000 mcg ) x 800 mcg/menit x 60 gtt/ml )
: ( 25/20) x 8 x 6 gtt/menit

6
: 5/4 x 8 x 6 gtt/ menit
: 60 menit
 Efek samping yang harus diperhatikan
Sering : denyut ektopik, takikardia, sakit karena angina, palpitasi,
hipotensia, vasokonstriksi, sakit kepala, mual, muntah, dispnea.
Jarang : bradikardia, aritmia ventricular ( dosis tinggi ), gangrene,
hipertensi, ansietas, piloereksi, peningkatan serum glukosa, nekrosis
jaringan ( karena ekstravasasi dopamine), peningkatan tekanan intraocular,
dilatasi pupil, azotemia, polyuria.
 Peran perawat
Monitoring penggunaan obat : tekanan darah, ECG, heart rate, CVP (
Central Veneus Pressur ), output urine, jika dipasang kateter artery
pulmonary monitor CI ( Cardiac Index ), PCWP ( Pulmonary Capilary
Wedge Pressure ) digunakan untuk memantau fungsi jantung kiri dan
kelainan pada paru normalnya tekanan dan tahanya rendah. SVR ( Sistemic
Vascular Resistence ) dan PVR ( Pulmonary Vascular Resistence )

2.2. DOBUTAMIN

Dobutamin adalah simpatomimetic sintetik yang secara


strukturberhubungan dengan dopamine dan tergolong selective.
Dobutamine hindroklorida merupakan serbuk Kristal berwarna putih, agak
larut dalam air dan alcohol. Dobutamin mempunyaipKa 9,4. Dobutamin
hidroklorida dalam perdagangan tersedia dalam bentuk larutan sterildalam
aqua pro injection. Dobutamin hidroklorida merupakan larutan jernih tidak
bewarna hingga larutan bewarna sedikit kekuning – kuningan.

 Indikasi
Penatalaksanaan jangka pendek gagal jantung akibat depresi kontraktilitas
karena penyakit jantung organic atau prosedur pembedahan

 Kontra indikasi
Kontraindikasi pada obat dobutamin adalah hypersensitive terhadap bisulfit
( mengandung bisulfit ) stenoris subaortik hipertrofi idiopatik.

7
 Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
a. Laju pemberian yang lazim 2 – 20 µg/kg per menit. Titrasi sehingga HR
tidak sampai meningkat 10% dari baseline.
b. Untuk penggunaan yang optimal disarankan memonitor hemodinamik.
c. Respon untuk pasien usia tua menurun signifikan.
d. Rumus dosis doputamin dalam syringe pump adalah :
- Sediaan doputamin 1 ampul = 250 mg
- Karena 1 mg = 1000 mikogram maka 1 ampul = 250.000 mikrogram
- Syringe pump menggunakan spuit 50 cc. pemberian dalam satuan
cc/gram
250.000
- Maka 1 cc cairan dalam syringe pump = =
50 cc

5.000µ𝑔

Dosis x 60 x BB
Konsentrasi

Atau
Dosis x 60 x BB
5.000

Contoh =
Pasien dengan BB 50 kg. dosis doputamin dimulai dari 5
mg/kgBB/menit.

5 𝑥 60 𝑥 50 15.000
= = 3 𝑐𝑐/𝑗𝑎𝑚
5.000 5.000

e. Rumus hitung tetesan doputamin per drip =


1. Faktor pengencer

250.000
= 500
500

8
2. Rumus menggunakan kolf
Dosis x 60 x BB
500
Hasil disesuaikan makro / mikro
f. Rumus untuk low cardiac output
1. Dosis kecil : 1 – 3 µ𝑔/kg/min ( Renal dose )
Receptors, menyebabkan vasodilatasi.
2. Dosis sedang : 3 – 10 µg/kg/min menstimulir beta 1 receptors,
menyebabkan peningkatan kontraktilitas myocard, heart rate dan
konduksi.
3. Dosis besar : 10 – 15 µ g/kg/min. menstimulir alpha receptors.
Alpha 1: vasokonstriksi arteriole dan venulae SVR (Systemic
BP) meningkat, PVR ( Pulmonary artery pressure ) meningkat.
Alpha 2: vasodilatasi arteriole dan venulae serta depresi
symphatic penurunan SVR, PVR dan hert rate.
g. Dosis untuk CO menurun BP menurun ( SBP < 100 mmHg ) SVR
meningkat
Dosis : 2 – 15 µg/kg/min.

 Efek Samping
Sakit kepala, sesak nafas, takikardia, hipertensi kontraksi vertikel,
premature, angina pectoris, mual muntah, nyeri dan non angina.
 Peran perawat
Monitoring tekanan darah, ECG, heart rate, CVP ( Central Veneus Pressur
) adalah tekanan didalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks
dan letak ujung kateter pada vena kava superior tepat di distal atrium kanan
, output urine, jika dipasang kateter artery pulmonary monitor CI ( Cardiac
Index ), PCWP ( Pulmonary Capilary Wedge Pressure ) digunakan untuk
memantau fungsi jantung kiri dan kelainan pada paru normalnya tekanan
dan tahanya rendah. SVR ( Sistemic Vascular Resistence ) dan PVR (
Pulmonary Vascular Resistence ); juga monitoring serum kalium

9
2.3. Magnesium Sulfat ( MgSO4 )

 Indikasi
Direkomendasikan untuk pengobatan torsades depointes pada vertikel
takikardi, keracunan digitalis dan preeklamsi.
 Kontra indikasi
Hipermagnesimia ( Kelebihan magnesium). Hipokalemia ( kekurangan
kalium ),anuria ( susah buang air kecil )
 Dosis, Cara Pemberiann dan Lama Pemberian
Dosis untuk Torsades de pointest 1 – 2 gr dilarutkan dengan dektrose 5%
diberikan selama 5 – 60 menit. Drip 0,5 – 1 gr/jam iv elama 24 jam.
 Efek samping
Mual, muntah, terasa haus, darah rendah ( hipotensi ) dan mengantuk

2.4. High Alert Medications (Sound-Alike,Look-Alike)

High alert medications adalah obat yang sering menyebabkan terjadinya

kesalahan-kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi

menyebabkan dampak yang tifak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat

yang terlihat mirip dan kedengaranya mirip (Nama Obat Rupa , dan Ucapannya

mirip/NORUM) atau (Look Alike, Sound Alike/LASA).

 Tujuan dari pengelolaan High alert medications :

1. Mencegah kesalahan pemberian obat akibat nama obat yang membingukan

(Look a like and sound a like drugs)

2. Mengurangi / menghilangkan kegajidian kesalahan pemberian elektrolit

kosentrat.

3. Elektrolit kosentrat hanya disimpan di bagian farmasi, tidak di ruang rawat,

kecuali pada area tertentu sesuai kebutuhan.

10
4. Mengurangi resiko medication error akibat obat-obat atau cairan lain dalam

kontainer yang tidak berlabel

 Jenis-jenis High alert medications :

1. Kelompok obat yang memiliki tampilan dan nama mirip (Look-Alike

Sound-Alike)

2. Kelompok elektrolit konsentrasi tinggi

3. Obat-obat sitotatika

 Contoh obat-obat LASA (Look-Alike Sound-Alike)

NO NAMA OBAT

alloPURINol Haloperidol

amiNEFRON Amiodarone

AMINOfusin COMAfusin

AMOXIcillin MUcylin

Analspec analSIK

asam TRANEXamat asam MEFENamat

 Prosedur pemberian obat High alert medications oleh perawat

1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien,

perwata lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara

independen (double check):

 Kesesuaian antara obat dengan rekam medic/ instruksi dokter

dan dengan kardeks

 Ketepatan perhitungan dosis obat

 Identifikasi pasien

2. Obat high alert infus harus dipastikan:

11
 Ketepatan kecepatan infus,

 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada

syringe pump dan di setiap ujung jalur slang.

3. Setiap kali pasien pindah ruang rawat. Perawat pengantar

menjelaskan kepada perawat penerima , bahwa pasien mendapatkan

obat high alert.

 Prosedur penyimpanan obat High alert medications

1. Obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan / kesalahan

serius, digunakan farmasi dan di depo-depo farmasi ditempatkan

pada tempat yang terpisah dari obat-obat yang lain dan diberi

penanda / label “high alert”.

2. Obat-obat high alert yang terdapat diruangan perawat harus

ditempatkan pada tempat yang terpisah (lemari khusus) dan diberi

label high alert.

3. Obat-obat high alert yang harus disimpan pada suhu tertentu harus

terpisah dari obat-obat yang lain dan diberi label high alert.

4. Obat-obat high alert yang terdapat pada trolley emergency harus

ditempelkan label high alert.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat “High alert

medications”

1. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar

obat high alert.

2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk

obat high alert.

12
3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diawasi mulai dari

peresepan, penyimpanan, penyiapan, di farmasi dan pemberian obat.

4. Obat high alert disimpan ditemapat terpisah, akses terbatas, dan

diberi label high alert

5. Tidak menyimpan obat di meja dekat pasien tanpa pengawasan.

6. Melakukan pengecekan ganda

13
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Obat obatan emergency merupakan obat – obatan yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi life support. Pengetahuan
mengetahui obat – obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat
yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Banyak sekali macam obat
emergency, sebagai perawat memerlukan pemahaman sebagai modal sebelum
memberikan obat kepada pasien. Kita harus melihat indikasi, kontraindikasi, dan
efek samping karena setiap kasus akan berbeda obat emergency yang diberikan.
Sehingga pasien akan tertolong dengan pertolongan yang tepat dan tidak ada
kejadian fatal yang diakibatkan oleh kesalahan pemeberian obat emergency.

3.2.Saran
Sebagai perawat harus mengetahui 6 hal yang benar dalam pemberian obat
kepada pasien. Karena hal ini sangat berperan penting dalam kesuksesan perawat
dalam pemberian obat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan. 2013. Apa yang dimaksud dengan obat. Diakses di


http://dinkes.go.id/index.php/artikel-kesehatan/111-apa-yang-dimaksud-dengan-
obat
Http//www.scribd.com/doc/283344358/obat-emergency-anestesi
www.academicedu/30779444/OBAT-OBAT EMERGENCI

15

Anda mungkin juga menyukai