Anda di halaman 1dari 3

Konsumsi cabe rawit di Indonesia adalah 939,1 gram per kapita per hari atau hampir

1 kg per orang per hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia
menyukai makanan pedas. Setiap kali makan, olahan cabe seperti sambal, sering
menjadi tambahan yang harus tersedia. Apalagi akhir-akhir ini rumah makan yang
menawarkan menu-menu ekstra pedas, tidak pernah sepi pengunjung dan sedang
menjadi tren.

Indra pengecap kita terbagi atas 4 daerah yang peka terhadap rasa yang berbedbeda
yaitu manis, pahit, asin dan masam. Rasa pedas sendiri sebenarnya tidak memiliki
proporsi tersendiri di indra pengecap kita. Sensasi pedas berasal dari zat kimia
bernama capsaicin. Capsaicin merupakan kandungan yang secara alami ditemukan
pada keluarga tanaman capsicum. Keluarga capsicum yang sering kita temui yaitu
cabe rawit, cabe besar, paprika, dan lain-lain. Kandungan capsaicin tertinggi
terdapat pada bagian biji yang menempel pada bagian dalam buah. Kadarnya
berbeda tergantung varietas tanamannya.

Seseorang yang memang gemar makan makanan pedas merasa lebih puas jika
makanannya diberi banyak cabe. Perasaan ini sebenarnya dikarenakan adanya
reaksi dari reseptor rasa sakit di lidah kita karena capsaicin. The College of
Agriculture and Life Sciences di Cornell University menjelaskan bahwa reaksi ini
mendorong dikeluarkannya hormon endorfin yang menimbulkan sensasi bahagia
seperti pada orang yang berolahraga. Perasaan ini juga mungkin berperan dalam
penghilang rasa sakit yang alami, jika Anda menderita rasa sakit di tubuh.

Capsaicin akan menimbulkan efek yang disebut termogenik. Efek tersebut membuat
cadangan energi kimia di dalam sel tubuh diubah menjadi energi panas. Mekanisme
yang menyebabkan kita berkeringat, detak jantung semakin cepat dan terkadang
hidung berair ini terjadi karena meningkatnya metabolisme tubuh oleh hormon
epinefrin dan norepinefrin. Berdasarkan penelitian oleh Toshio Moritani, Phd ,
tambahan 3 mg capsaicin pada wanita hanya membantu membakar tambahan
energy sebanyak 10-20 kalori. Kandungan capsaicin pada keluarga tanaman
capsicum sendiri hanya berkisar 0,2-13 mg per 100 gr. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tambahan energy yang dibakar pun sebenarnya cukup rendah.

Salah satu sumber rasa pedas yang sering kita jumpai adalah cabe rawit.
Sebenarnya, menambahkan beberapa biji cabe dalam makanan misalnya, tidak akan
menambah kandungan total energi pada makanan Anda secara drastis. Justru
dengan menambahkan 1-2 sendok makan cabe rawit, kebutuhan vitamin A harian
anda sudah terpenuhi, demikian juga seperlima dari kebutuhan vitamin C harian.
Selain itu Kalium yang disumbangkan juga akan setara dengan 2 buah pisang hijau.
Pedas bukan tidak mungkin justru meningkatkan asupan energi Anda. Sebuah
penelitian dengan hewan coba menunjukkan adanya kecenderungan mengonsumsi
minuman manis lebih tinggi pada kelompok hewan coba yang diberi capsaicin. Hal
ini diduga karena berkurangnya kemampuan sensoris rasa manis pada hewan coba
tersebut. Minuman manis dengan kandungan gula pasir yang tinggi memang lebih
efektif dalam meredakan pedas namun sumbangan energi yang diberikan juga
tinggi. Hal ini tentunya akan menggagalkan usaha Anda dalam menambah
pembakaran energi. Jadi, gunakanlah air putih yang tidak menyumbangkan energi,
untuk meredakan rasa pedas.

Bagi mereka yang tidak terbiasa makan pedas, menurut beberapa penelitian,
tambahan rasa pedas memang dapat menekan hormone ghrelin yang menimbulkan
nafsu makan. Sebuah penelitian lain yang membandingkan antara kelompok
pengguna dan non pengguna, menunjukkan bahwa kelompok non pengguna
memang berkurang asupan energi dan nafsu makannya namun tidak pada
pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tersebut berkurang pada orang
yang sudah terbiasa makan pedas. Itulah mengapa pada orang penyuka pedas, porsi
makan tidak berkurang karena pedas, bahkan mungkin justru bertambah. Lalu
sampai dosis berapakah pedas dapat membantu kita menurunkan nafsu makan?
Pertanyaan itu sampai sekarang masih diteliti, karena toleransi pencernaan
seseorang oleh pedas pun berbeda.

Sebagian orang baik-baik saja walaupun makan banyak cabe, dan sebagian lagi
mengalami efek-efek karena kurangnya toleransi seperti sebah, perut yang panas,
diare dan kambuhnya gastritis. Mitos yang beredar adalah makan pedas dapat
menyebabkan iritasi lambung dan usus. Penelitian menunjukkan bahwa, walaupun
mengiritasi lambung dan usus, makanan pedas bukanlah penyebabnya.
Perkembangan penyakit ini tidak pernah berkorelasi langsung dengan makanan
pedas.

Sukses tidaknya program diet Anda sebenarnya lebih tergantung pada pengaturan
pola makan dan olahraga yang sesuai. Jika Anda menyukai makanan pedas,
nikmatilah dan tidak perlu menyiksa diri karena melakukannya tidak akan
mengecilkan ukuran pakaian Anda dengan drastis ataupun menggagalkan usaha
peningkatan berat badan Anda. Efeknya memang kecil namun jika dapat dengan
mudah dimasukkan, bahkan menjadi perubahan yang menyenangkan pada pola
makan sehat Anda, digabungkan dengan perubahan-perubahan kecil dan mudah
lainnya, bersama-sama mereka akan menghemat asupan energi Anda (acip).

Daftar pustaka
Amy Lee, Tszying. 2010. Effects of Dihydrocapsiate on Adaptive and Diet-induced
thermogenesis with a High Protein Very Low Calorie Diet: a Randomized Control
Trial. Center for Human Nutrition, David Geffen School of Medicine, University of
California, Los Angeles, CA 90095, USA.
http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1743-7075-7-78.pdf
Castleman,Michael. 2010. The New Healing Herbs: The Essential Guide to More Than
125 of Nature’s Most Potent Herbal Remedies. Rodale Books, Mar 16, 2010.
www.googlebooks.com.
Erhardt Juergen. 2007. Nutrisurvey for Windows. SEAMEO_TROPMED RCCN-
Universitas Indonesia. www.nutrisurvey.de.
Katsuragi, Hisashi. 2010. Synthesis of Capsaicin Glycosides and 8-
Nordihydrocapsaicin Glycosides as Potential Weight-Loss Formulations. Journal of
Clinical Nutrition Volum28, Issue 3, June 2009, Pages 260–265. Libertas Academica.
http://la-press.com/synthesis-of-capsaicin-glycosides-and-8-nordihydrocapsaicin-
glycosides-a1935
http://www.doaj.org/doaj?func=openurl&genre=article&issn=11786264&date=20
10&volume=2010&issue=3&spage=35
Ludy, Mary-jon. 2011. The Effect of Red Pepper on Thermogenesis and Appetite in
Regular Spicy Food Users and Non-Users. Purdue University.
http://gateway.proquest.com/openurl%3furl_ver=Z39.88-
2004%26res_dat=xri:pqdiss%26rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:dissertation%26rf
t_dat=xri:pqdiss:3477701
Ravi, Thilaka. 2008. Capsaicin in Chilli Peppers Increases Metabolism, Body
Temperature. Research News. http://www.medindia.net/news/Capsaicin-in-Chilli-
Peppers-Increases-Metabolism-Body-Temperature-40322-1.htm#ixzz1t3imm6kG
Swan, Darren. 2007. Peppers are Hot—as a Health and Diet Aid.
http://news.medill.northwestern.edu/chicago/news.aspx?id=62587
Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2011. Tabel 15.b. Konsumsi Rata-rata per Kapita
Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, 2007-2011.
http://www.deptan.go.id/Indikator/tabe-15b-konsumsi-rata.htm
Thoburn, Rob. 2011. Hot Pepper for Weight Loss. Not so Hot?
http://.www.robthoburn.com.
XF, Gu. 2009. Intra-oral Pre-treatment with Capsaicin Increases Consumption of
Sweet Solutions in Rats.Nutr Neurosci. 2009 Aug;12(4):149-54. Department of Oral
and Maxillofacial Surgery, Dental Research Institute, Seoul National University
School of Dentistry, Seoul 110-768, Korea.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19622238

Anda mungkin juga menyukai