Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DALAM

MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS XI MA NURUL ITTIHAD

PERINA LOTENG DALAM MATERI CAUSE AND EFFECT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. hususnya kelas. Ada begitu banyak

kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran, baik itu

berhubungan dengan materi pembelajaran maupun guru. Untuk itu kelas harus menjadi

tempat yang nyaman bagi siswa, karena dengan begitu siswa bisa berinteraksi dengan aktif

dan menunjukkan kreatifitasnya selama proses pembelajaran.

Materi pebelajaran yang diterima siswa hendaknya disampaikan dengan cara yang

menarik minat siswa, sehingga siswa di dalam kelas menjadi aktif. Penyampaian materi

pembelajaran yang menarik bisa menghindari kelas yang pasif, monoton dan membosankan.

Guru selaku penyampai materi pembelajaran harus teliti dalam pemilihan model

pembelajaran yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang aktif dan menarik. Model

pembelajaran yang diterapkan harus bisa meningkatklan keaktifan siswa dan menarik minat

belajar siswa yang bisa menjawab rasa ingin tahu siswa yang tinggi.

Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di dalam kelas XI MA Nurul Ittihad Perina pada materi

cause and effect. Tingkat keaktifan siswa sangat kurang, bahkan siswa cenderung melakukan

1
aktifitas sendiri yang tidak ada hubungan nya dengan materi. Hal ini bisa di ketahui melalui

hasil observasi guru seperti berikut:

Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses pembelajaran


Materi Cause and Effect (Pratindakan)

Aspek Uraian Aspek Tidak Hasil Pengamatan Dalam


Pengamatan ada Jumlah Siswa
≤4 5-10 11-15 16-23
1. Siswa bertanya sesuai dengan √
materi pelajaran
2. Siswa berkomentar sesuai dengan √
Verbal materi pelajaran
3. Siswa mengobrol sendiri di luar √
materi
4. Siswamenjawab pertanyaan dari √
guru
5. Siswa bercanda dengan teman √

6. Siswa berbicara sendiri diluar √


materi.
7. Siswa diam, tidak menjawab √
pertanyaan
1. Siswa antusias mengikuti √
pelajaran.
2. Siswa tampak percaya diri √

√√Non 3. Siswa tampak malu malu √


Verbal
4. Siswa menyimak temannya √

5. Siswa bermain main sendiri √

6. Siswa menyimak guru √

7. Siswa membaca buku lain √

8. Siswa mengerjakan tugas lain √

2
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran cause and Effect
(Pratindakan)
No Aspek pengamatan Hasil pengamatan Ket
Baik Cukup Kurang
1. Penguasaan kelas √
2. Penguasaan materi √
3. Pelaksanaan terhadap pembelajaran
Cause and effect
4. Alokasi waktu
5. Membimbing siswa √
6. Meragamkan aktifitas belajar √
7. Kejelasan penugasan kepada siswa √
8. Mengevaluasi hasil kerja/belajar √
siswa
9. Memberikan komentar kepada siswa: √
 verbal (ucapan: bagus,
baik,dsb.)
 nonverbal (anggukan, tepuk
tangan, dsb.)
10. Metode dan model pembelajran √

Dari hasil lembar observasi yang dilakukan teman sejawat (observer) di atas jelaslah

bahwa penyebab kurang aktifnya siswa kelas XI MA Nurul Ittihad Perina dalam proses

pembelajaran materi cause and effect adalah model pembelajaran yang dipilih oleh guru

masih cendrung bersifat konvensional, yang lebih banyak diisi dengan ceramah sehingga

membuat kelas terasa monoton dan membosankan, hal ini yang membuat aktifitas siswa

dikelas pasif.

Terry Irenewaty (2006) dalam penelitiannya menyatakan: Pengajaran dengan

menggunakan metode ceramah sering mengalami masalah terutama berkaitan dengan

sifatnya yang monoton dan membuat peserta didik merasa bosan. Namun metode ceramah

tetap merupakan metode yang tidak mungkin ditinggalkan dalam proses pembelajaran. Untuk

3
itu perlu diupayakan improvisasi model pembelajaran ceramah agar lebih menarik dan

menantang.

Model pembelajaran ceramah memang tidak bisa dihilangkan, tetapi guru dituntut untuk

mengembangkan kreativitasnya dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang

relatif banyak melibatkan keaktifan siswa dan menciptakan inovasi sehingga pembelajaran

berlangsung menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif (Sadam

Hasan, 2011).

Untuk mengatasi hal tersebut,maka dibutuhkan penerapan model pembelajaran yang bisa

meningkatkan keaktifan siswa di dalam mempelajari materi cause and effect. Model

pembelajaran yang dibutuhkan adalah, model pembelajaran kooperatif dengan tipe Student

Team Achievement Division, yang merupakan model diskusi dan juga penilaian individual

sekaligus. Model dan tipe pembelajaran ini diharapakan mampu mengatasi masalah di dalam

kelas XI MA Nurul Ittihad Perina dalam materi cause and effect.

Melalui pembelajaran kooperatif (1) siswa tidak selalu menggantungkan pada guru, akan

tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, (2) siswa dapat

mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dan membandingkannya

dengan ide-idenya orang lain, (3) siswa akan respek pada teman dan menyadari akan segala

keterbatasannya, (4) memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar, (5) meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, (6) mengembangkan kemampuan

siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, (7) meningkatkan kemampuan siswa

4
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). (8) Interaksi

selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan

untuk berpikir.

Dalam Student Teams Achievement Division (STAD) para siswa dibagi dalam tim belajar

yang terdiri atas 4 orang yang berbeda-beda kemampuan, jenis kelamin, latar belakang

etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk

memastikan bahwa semua anggota tim menguasi pelajaran. Selanjutnya, Semua siswa

mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana pada saat itu mereka tidak

diperbolehkan untuk saling membantu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan Aktivitas Belajar Siswa,

yaitu:

1. Pelaksanaan pendidikan MA Nurul Ittihad masih kurang dalam membentuk siswa

yang aktif dalam belajar.

2. Kurangnya aktivitas belajar dan penerapan metode ceramah masih mendominasi

dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran bersifat monoton.

3. Suasana dalam pembelajaran bahasa inggris materi cause and effect kelas XI

semester 2 kurang menarik.

4. Kurangnya aktivitas dan partisipasi beberapa siswa dalam kegiatan pembelajaran,

yang ditunjukkan dari siswa yang kurang memperhatikan guru saat menjelaskan

materi, siswa jarang bertanya dan berpendapat ketika diskusi.

5
5. Penggunaan model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) belum digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah Penerapan Model Cooperative Learning

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan Aktivitas Belajar

Bahasa Inggris Materi Cause And Effect semester 2 kelas XI MA Nurul Ittihad Perina.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

melalui penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) pada materi cause and effect semester 2 kelas XI MA Nurul Ittihad Perina.

E. Mamfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Mamfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Penerapan Model

Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam

Peningkatan Aktivitas Belajar pada materi cause and effect.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan bagi penelitianlain terkait

dengan Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dalam Peningkatan Aktivitas Belajar dalam materi cause and effect.

6
2. Mamfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran cause and effect dalam model

pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Team Achievement Division (STAD)

2) Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga siswa

tidak monoton belajar dengan metode konvensional dan Student Team

Achievement Division (STAD) diharapkan membawa dampak peningkatan

aktivitas belajar siswa.

3) Melatih dan mebimbing siswa untuk berani mengemukakan pendapat tentang

cause and effcet sesuai dengan pemahaman siswa.

4) Melatih siswa untuk bekerja sama dan menumbuhkan semangat gotong royong.

2. Bagi Guru

a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi guru dalam pemilihan model

pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan Aktivitas Belajar

Siswa pada materi cause and effect.

b. Memberikan masukan dalam pengembangan pembelajaran bahasa inggris

materi cause and effect menggunakan Model Cooperative Learning Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD).

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA.

A. Kajian Teori

1. Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam istilah bahasa Indonesia istilah cooperatif learning lebih sering dikenal deng

pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson (1994) cooperative learning adalah

mengelompokkan siswa agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan secara

maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif dapat dipahami dari arti kata kooperatif yang

mempunyai arti “bersifat kerja sama” atau “bersedia membantu” (Depdiknas, 2008). Jadi

pengertian Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa

belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan

keang -gotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda)

(Arends, 2012).

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative yakni strategi pembelajaran yang

menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang

berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32).

Berdasarkan teori di atas dapat difahami pembelajran dengan metode kooperatif

merupakan proses pembelajaran dengan metode mengelompokkan siswa ke dala

beberapa kelompok dengan jumlah 4-5 siswa di dalam satu kelompok. Model ini

bertujuan untuk siswa bisa bekerja sama dalam team dan saling membantu di dalam

memecahkan permasalahan dan menemukan konsep dari materi pembelajaran.

8
Di samping itu, dengan model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih aktif dan

suasana kelas tidak monoton, karena siswa bekerja dalam kelompok berbagi pengetahuan

dengan teman, sehingga siswa akan saling aktif berinteraksi dan berdiskusi tentang materi

yang diberkan.

Pembelajaran Kooperatif memiliki lima variasi model yang dapat diterapkan, yaitu,

yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation,

Think Pair Share, Numbered Heads Together (Arends, 2012).

2. Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division merupakan salah satu tipe dari pembelajran

kooperatif. Menurut Slavin dalam Anwar (2013) STAD adalah metode pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Sedangkan

menurut Endang dalam Anwar (2013) STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif

yang memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi.

Slavin (2009: 143) menyatakan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas lima

komponen utama yaitu:

a. Prestasi kelas. Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam prestasi

didalam kelas.

b. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas

dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

c. Kuis setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan

sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individual.

9
d. Skor Kemajuan Individual. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah

untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai

apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerjayang lebih baik dari

pada sebelumnya.

e. Rekognisi team. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang

lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu.

Pembelajaran dengan model STAD mampu menciptakan pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran

yang demikian akan mampu membangkitkan semangat bagi siswa untuk belajar sehingga

akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang optimal. Terdapat beberapa

faktor yang menjadikan model ini mampu menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa. Faktor tersebut adalah karakter STAD sebagai model

pembelajaran yang menuntut kerjasama, pembelajaran berpusat pada siswa (Student

Centered), dan adanya penghargaan bagi tim terbaik.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Team Achievement

Division (STAD) juga pernah dilakukan oleh Iqbal Nurfais Fakultas Ilmu dan Keguruan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2015 dengan judul PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION (STAD), MOTIVASI, DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA

KELAS XI I.IS 4 SMA NEGERI 1 GOMBONG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

dengan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar sosiologi setelah

10
diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division pada

kelas XI IPS SMA NEGERI 1 GOMBONG tahun pelajaran 2014/2015.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan dan dengan tujuan yang

diharapkan. Namun pada kenyataan nya proses pembelajaran sering tidak seperti yang

direncanakan, dalam proses ada beberapa kendala dan permasalahan yang muncul, seperti

kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga metode pembelajaran

sangat dibutuhkan agar siswa bisa belajar aktif dan menyenangkan. Salah satu metode yang

bisa diterapkan adalah metode cooperative learning dengan tipe student team achievement

division (STAD). STAD bisa diterapkan karena metode ini merupakan metode berdiskusi

dengan beberapa langkah yang bisa membuat siswa lebih aktif di dalam kelas dan metode

STAD tidak hanya memberikan penilaan terhadap kerja tim akan tetapi memberikan penilaan

individual juga.

Pembelajaran materi cause and effect harus dikemas dalam proses pembelajaran yang

menarik dan bisa membuat siswa aktif mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.

Metode STAD ini diharapkan mampu membangkitkan keaktifan siswa di dalam kelas

sehingga siswa tidak hanya pasif duduk dan dengar. Metode STAD ini juga diharapkan

mampu membuat siswa bekerjasama di dalam tim, berdiskusi, menyampaiakn pendapat

mereka.

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru bisa merancang pembelajaran

yang aktif dan menyenangkan bagi siswa karena pembelajaran konvensional seperti ceramah

yang monoton bisa membuat siswa pasif dan kelas terasa membosankan.

11
Efektifitas sebuah pembelajaran dapat dilihat jika siswa bisa mengerti dan memahami

materi yang disampaikan oleh guru. Siswa yang sudah melakukan pembelajaran secara

kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan sendirinya akan

mendorong potensi yang dimiliki untuk meningkatkan hasil belajar pada materi cause and

effect. Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD,diharapakan akan

berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang meningkat.

Gambar Alur Berfikir

KONDSI AWAL

KELAS XI MA NURUL PEMBELAJARAN


ITTIHAD MATERI CAUSE DENGAN METODE
AND EFFECT CERAMAH

KEAKTIFAN SISWA
RENDAH (PASIF)
EVALUASI PENERAPAN
METODE STAD

PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
BAB III

REFLEKSI EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN
BAB III

12
BAB III

METODE

A. Rancangan Pengembangan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang

dilakukan langsung oleh guru sendiri. Penelitian tindakan kelas merupakan proses menilai

dan memperbaikai pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru

dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran di kelasnya (Suparno,

2008).Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan

praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Adapun karakteristik dari PTK adalah: (1) Problem yang dipecahkan merupakan

persoalan yang dihadapi peneliti dalam kehidupan sehari-hari, (2) Peneliti memberikan

perlakuan yang terencana untuk memecahkan permasalahan, (3) Langakah-langkah

penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkata atau daur yang

memungkinkan terjadi kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif, (4) Adanya

langkah perpikir reflektif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

B. Lokasi Pengembangan

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI semester genap MA Nurul Ittiahad Perina

Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

C. Waktu Pengembangan

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Waktu

pelaksanaan selama dua bulan yaitu dari bulan Februari sampai Maret.

13
D. Subyek Pengembangan

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI semester dua MA Nurul

Ittihad Perina tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 23 orang, terdiri dari 14 orang

siswa perempuan dan 9 orang siswa laki laki.

E. Prosedur Pengembangan

Di dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-

siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian diawali dengan perencanaan

(Planning), tindakan (Action), mengobservasi (Observation), dan melakukan refleksi

(Reflection), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang diharapkan tercapai, Hopkins

dalam Arikunto (2008:14). Prosedur pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat dalam bagan

berikut ini:
PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

OBSERVASI

PERENCANAAN

SIKLUS II

PELAKSANAAN
REFLEKSI OBSERVASI

dst

14
1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan

datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Perencanaan dalam hal ini proses menentukan apa yang ingin dicapai dalam pembelajran

materi cause and effect dan langkah langkah yang dibutuhkan serta model dan metode

dari proses pembelajran tersebut untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

2. Pelaksanaan (action)

Tindakan merupakan kegiatan secara sadar dan terkendali sesuai dengan langkah langkah

dan tahapan tahapan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dari

awal. Tindakan dilakukan berdasarkan rencana meskipun tidak dilakukan semua. Hal

yang paling penting untuk diingat adalah tindakan mengarah kepada tujuan atau

perbaikan dari keadaan sebelumnya.

3. Observasi (observation)

Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama

tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantuan. Observasi dilakukan

untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan

tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa. Kriteria keberhasilan proses

ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dilakukan oleh pengamat.

Dalam penelitian ini observasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika

15
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena yang diselidiki. Adapun untuk lembar observasi sebagaimana terlampir.

4. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali prosedur kegiatan

tindakan kelas pada siklus yang pertama yang ternyata belum menunjukkan tingkat

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran materi cause and effect meningkat signifikan

sehingga dibutuhkan kembali prosedur kegiatan tindakan kelas pada siklus yang ke dua.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data. Dan data tersebut terdapat

bermacam-macam jenis metode. Jenis metode yang digunakan dalam pengumpulan dat

disesuaikan dengan sifat penelitian yang dilakukan.Metode-metode yang digunaka peneliti

dalam mengumpulkan data tersebut adalah sebagai beikut:

1. Observasi

Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama

tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantuan.25 Observasi

dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan

tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa. Kriteria keberhasilan proses

ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dilakukan oleh pengamat.

Dalam penelitian ini observasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika

mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena yang diselidiki.

16
2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu Wawancara atau kuesioner

adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yan berkenaan

dengan pendapat, aspirasi, haran, persepsi, keinginandan lain-lain dari responden.

Wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka

secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang

menjadi sumber data atau obyek penelitian.Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancarapeneliti) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (siswa dan

guru) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Siswa kelas XI. untuk menelusuri dan

menggali pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dengan menggunakan metode

konvensional. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur, wawancara terstruktur

adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan.

3. Catatan lapangan.

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar,dilihat, dialami,

dan dipikirkan dalam rangka penyimpulan data refleksi terhadap data dalam penelitian

kualitatif. Catatan ini berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-

kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan. Dalam penelitian ini

catatan lapangan digunakan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen

pengumpul data yang ada dari awal tindakan sampai akhir tindakan. Dengan demikian

diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.

17
4. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP dan profil sekolah.

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang

sudah tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti

monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Evaluasi mengenai

kemajuan, perkembangan, atau keberhasilan belajar peserta didik juga dapat dilengkapi

atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokume-dokumen. Sebagai

informasi mengenai kegiatan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran bukan

tidak mungkin pada saat–saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi

pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Untuk lebih memperkuat hasil

penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto-foto pada saat siswa

melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada materi cause and effect.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam Penelitian

Tindakan Kelas ini proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

18
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, observasi (pengamatan) yang sudah ditulis

dalam sebuah catatan lapangan.

Beranjak dari pendapat di atas, maka penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif

model mengalir dari Miles dan Huberman yang meliputi 3 hal yaitu:

a. Reduksi data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mempermudah peneliti membuat kesimpulan yang

dapat dipertanggung jawabkan. Dalam mereduksi data ini peneliti di bantu teman

sejawat untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dari wawancara, observasi dan

catatan lapangan, melalui diskusi ini, maka hasil yang diperoleh dapat maksimal dan

diverifikasi.

b. Penyajian Data ( Data Display)

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah penyajian data. Penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori.

Penyajian data yang digunakan pada data PTK adalah dengan teks yang berbentuk

naratif. Dengan Penyajian data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami

tersebut. Hasil Reduksi tadi, selanjutnya di buat penafsiran untuk membuat

perencanaan tindakan selanjutnya hasil penafsiran dapat berupa penjelasan tentang :

a) Perbedaan antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, b) Perlunya perubahan

tindakan, c) Alternatif tindakan yang dianggap paling tepat, d) Anggapan peneliti,

19
teman sejawat, dan guru yang terlibat dalam pengamatan dan pencatatan lapangan

terhadap tindakan yang dilakukan, e) Kendala dan pemecahan.

c. Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan

kesimpulan terhadap data-data hasil penafsiran. Kesimpulan dalam penelitian ini

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut

dapat berupa deskripsi / gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas,

sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Jika hasil dari kesimpulan ini kurang kuat,

maka perlu adanya verifikasi. Verifikasi yaitu menguji kebenaran, kekokohan, dan

mencocokkan makna-makna yang muncul dari data. Pelaksanaan verifikasi

merupakan suatu tujuan ulang pada pencatatan lapangan atau peninjauan kembali

serta tukar pikiran dengan teman sejawat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Anwar,2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Yogyakarta

Mulya, Aina (Senin 30 April 2018).Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dikutip


8 Februari 2019 https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-
kooperatif.html

https://eprints.uny.ac.id/7812/2/bab 1 - 08403244006.pd

Math.MrBarton. Cooperative Learning and Achievement, Theory and Research. Di kutip 7


februari 2019
http://mrbartonmaths.com/resourcesnew/8.%20Research/Group%20Work/Cooperative%20Learning%2
0and%20Achievement.pdf

Perpustakaan dikti (28 March 2018). Buku rferensi : pengertian pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) dikutip 7 Februari 2019http://perpustakaan-dikti.blogspot.com/.

21
LAMPIRAN

Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses pembelajaran


Materi Cause and Effect (Pratindakan)

Aspek Uraian Aspek Ada/ Hasil Pengamatan Dalam


Pengamatan Tidak Jumlah Siswa
Verbal 1. Siswa bertanya sesuai dengan ≤4 5-10 11-15 16-23
materi pelajaran.
2. Siswa berkomentarsesuai dengan
materi pelajaran.
3. Siswa mengobrol sendiri di luar
materi
4. Siswamenjawab pertanyaan dari
guru
5. Siswa bercanda dengan teman
6. Siswa berbicara sendiri diluar
materi.
7. Siswa diam, tidak menjawab
pertanyaan
8. Siswa antusias mengikuti
pelajaran.
Non Verbal 1. Siswa tampak percaya diri

2. Siswa tampak malu malu

3. Siswa menyimak temannya

4. Siswa bermain main sendiri

5. Siswa menyimak guru

6. Siswa membaca buku lain

7. Siswa mengerjakan tugas lain

22
LAMPIRAN

Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses pembelajaran


Materi Cause and Effect selama siklus I

Aspek Uraian Aspek Ada/ Hasil Pengamatan Dalam


Pengamatan Tidak Jumlah Siswa
Verbal 1. Siswa bertanya sesuai dengan ≤4 5-10 11-15 16-23
materi pelajaran.
2. Siswa berkomentarsesuai dengan
materi pelajaran.
3. Siswa mengobrol sendiri di luar
materi
4. Siswamenjawab pertanyaan dari
guru
5. Siswa bercanda dengan teman
6. Siswa berbicara sendiri diluar
materi.
7. Siswa diam, tidak menjawab
pertanyaan
8. Siswa antusias mengikuti
pelajaran.
Non Verbal 1. Siswa tampak percaya diri

2. Siswa tampak malu malu

3. Siswa menyimak temannya

4. Siswa bermain main sendiri

5. Siswa menyimak guru

6. Siswa membaca buku lain

7. Siswa mengerjakan tugas lain

23
Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses pembelajaran
Materi Cause and Effect selama siklus II

Aspek Uraian Aspek Ada/ Hasil Pengamatan Dalam


Pengamatan Tidak Jumlah Siswa
Verbal 1. Siswa bertanya sesuai dengan ≤4 5-10 11-15 16-23
materi pelajaran.
2. Siswa berkomentarsesuai dengan
materi pelajaran.
3. Siswa mengobrol sendiri di luar
materi
4. Siswamenjawab pertanyaan dari
guru
5. Siswa bercanda dengan teman
6. Siswa berbicara sendiri diluar
materi.
7. Siswa diam, tidak menjawab
pertanyaan
8. Siswa antusias mengikuti
pelajaran.
Non Verbal 1. Siswa tampak percaya diri

2. Siswa tampak malu malu

3. Siswa menyimak temannya

4. Siswa bermain main sendiri

5. Siswa menyimak guru

6. Siswa membaca buku lain

7. Siswa mengerjakan tugas lain

24
PEDOMAN WAWANCARA SISWA

HARI / TANGGAL ; 3 MARET 2019


TEMPAT : MA NURUL ITTIHAD PERINA
PROSES : TANYA JAWAB

NO PERTANYAAN
1. Menurut anda, materi cause and effect itu menjenuhkan /membosankan ?

2. Apa yang menyebabkan anda kurang suka dengan materi cause and effect

3. Berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, apakah materi pembelajran menjadi

mudah dengan menggunakan metode ceramah?

4.
Apakah belajar itu lebih mudah bila menggunakan model pembelajaran STAD?

25
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Guru)

Hari/ Tgl : 3 Maret 2019


Proses : Tanya Jawab
tempat : MA Nurul Ittihad perina.

NO PERTANYAAN
1. Langkah-langkah apa saja yang anda lakukan agar siswa dapat meningkatkan hasil

belajarnya

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan hasil belajar siswa menurun?

3. Menurut anda apakah dengan menggunakan media manik-manik dapat dikatakan efektif

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

4. Berkaitan dengan materi langkah-langkah apa sajakah yang paling efektif yang pernah

anda terapkan untuk mempermudah pembelajaran Matematika?

5. Apakah siswa pernah merasa malas, bila mata pelajaran matematika hanya menggunakan

metode ceramah

26
27

Anda mungkin juga menyukai