BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. hususnya kelas. Ada begitu banyak
kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran, baik itu
berhubungan dengan materi pembelajaran maupun guru. Untuk itu kelas harus menjadi
tempat yang nyaman bagi siswa, karena dengan begitu siswa bisa berinteraksi dengan aktif
Materi pebelajaran yang diterima siswa hendaknya disampaikan dengan cara yang
menarik minat siswa, sehingga siswa di dalam kelas menjadi aktif. Penyampaian materi
pembelajaran yang menarik bisa menghindari kelas yang pasif, monoton dan membosankan.
Guru selaku penyampai materi pembelajaran harus teliti dalam pemilihan model
pembelajaran yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang aktif dan menarik. Model
pembelajaran yang diterapkan harus bisa meningkatklan keaktifan siswa dan menarik minat
belajar siswa yang bisa menjawab rasa ingin tahu siswa yang tinggi.
Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di dalam kelas XI MA Nurul Ittihad Perina pada materi
cause and effect. Tingkat keaktifan siswa sangat kurang, bahkan siswa cenderung melakukan
1
aktifitas sendiri yang tidak ada hubungan nya dengan materi. Hal ini bisa di ketahui melalui
2
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran cause and Effect
(Pratindakan)
No Aspek pengamatan Hasil pengamatan Ket
Baik Cukup Kurang
1. Penguasaan kelas √
2. Penguasaan materi √
3. Pelaksanaan terhadap pembelajaran
Cause and effect
4. Alokasi waktu
5. Membimbing siswa √
6. Meragamkan aktifitas belajar √
7. Kejelasan penugasan kepada siswa √
8. Mengevaluasi hasil kerja/belajar √
siswa
9. Memberikan komentar kepada siswa: √
verbal (ucapan: bagus,
baik,dsb.)
nonverbal (anggukan, tepuk
tangan, dsb.)
10. Metode dan model pembelajran √
Dari hasil lembar observasi yang dilakukan teman sejawat (observer) di atas jelaslah
bahwa penyebab kurang aktifnya siswa kelas XI MA Nurul Ittihad Perina dalam proses
pembelajaran materi cause and effect adalah model pembelajaran yang dipilih oleh guru
masih cendrung bersifat konvensional, yang lebih banyak diisi dengan ceramah sehingga
membuat kelas terasa monoton dan membosankan, hal ini yang membuat aktifitas siswa
dikelas pasif.
sifatnya yang monoton dan membuat peserta didik merasa bosan. Namun metode ceramah
tetap merupakan metode yang tidak mungkin ditinggalkan dalam proses pembelajaran. Untuk
3
itu perlu diupayakan improvisasi model pembelajaran ceramah agar lebih menarik dan
menantang.
Model pembelajaran ceramah memang tidak bisa dihilangkan, tetapi guru dituntut untuk
relatif banyak melibatkan keaktifan siswa dan menciptakan inovasi sehingga pembelajaran
berlangsung menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif (Sadam
Hasan, 2011).
Untuk mengatasi hal tersebut,maka dibutuhkan penerapan model pembelajaran yang bisa
meningkatkan keaktifan siswa di dalam mempelajari materi cause and effect. Model
pembelajaran yang dibutuhkan adalah, model pembelajaran kooperatif dengan tipe Student
Team Achievement Division, yang merupakan model diskusi dan juga penilaian individual
sekaligus. Model dan tipe pembelajaran ini diharapakan mampu mengatasi masalah di dalam
Melalui pembelajaran kooperatif (1) siswa tidak selalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, (2) siswa dapat
dengan ide-idenya orang lain, (3) siswa akan respek pada teman dan menyadari akan segala
keterbatasannya, (4) memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, (6) mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, (7) meningkatkan kemampuan siswa
4
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). (8) Interaksi
untuk berpikir.
Dalam Student Teams Achievement Division (STAD) para siswa dibagi dalam tim belajar
yang terdiri atas 4 orang yang berbeda-beda kemampuan, jenis kelamin, latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim menguasi pelajaran. Selanjutnya, Semua siswa
mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana pada saat itu mereka tidak
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan Aktivitas Belajar Siswa,
yaitu:
3. Suasana dalam pembelajaran bahasa inggris materi cause and effect kelas XI
yang ditunjukkan dari siswa yang kurang memperhatikan guru saat menjelaskan
5
5. Penggunaan model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement
C. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan Aktivitas Belajar
Bahasa Inggris Materi Cause And Effect semester 2 kelas XI MA Nurul Ittihad Perina.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
melalui penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) pada materi cause and effect semester 2 kelas XI MA Nurul Ittihad Perina.
E. Mamfaat Penelitian.
1. Mamfaat Teoritis.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan bagi penelitianlain terkait
Division (STAD) dalam Peningkatan Aktivitas Belajar dalam materi cause and effect.
6
2. Mamfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran cause and effect dalam model
2) Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga siswa
4) Melatih siswa untuk bekerja sama dan menumbuhkan semangat gotong royong.
2. Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi guru dalam pemilihan model
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA.
A. Kajian Teori
Dalam istilah bahasa Indonesia istilah cooperatif learning lebih sering dikenal deng
pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson (1994) cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan secara
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif dapat dipahami dari arti kata kooperatif yang
mempunyai arti “bersifat kerja sama” atau “bersedia membantu” (Depdiknas, 2008). Jadi
belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan
keang -gotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda)
(Arends, 2012).
beberapa kelompok dengan jumlah 4-5 siswa di dalam satu kelompok. Model ini
bertujuan untuk siswa bisa bekerja sama dalam team dan saling membantu di dalam
8
Di samping itu, dengan model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih aktif dan
suasana kelas tidak monoton, karena siswa bekerja dalam kelompok berbagi pengetahuan
dengan teman, sehingga siswa akan saling aktif berinteraksi dan berdiskusi tentang materi
yang diberkan.
Pembelajaran Kooperatif memiliki lima variasi model yang dapat diterapkan, yaitu,
Student Team Achievement Division merupakan salah satu tipe dari pembelajran
kooperatif. Menurut Slavin dalam Anwar (2013) STAD adalah metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Sedangkan
menurut Endang dalam Anwar (2013) STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif
Slavin (2009: 143) menyatakan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas lima
didalam kelas.
b. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas
c. Kuis setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual.
9
d. Skor Kemajuan Individual. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah
untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai
apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerjayang lebih baik dari
pada sebelumnya.
e. Rekognisi team. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang
inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran
yang demikian akan mampu membangkitkan semangat bagi siswa untuk belajar sehingga
akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang optimal. Terdapat beberapa
faktor yang menjadikan model ini mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa. Faktor tersebut adalah karakter STAD sebagai model
Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Team Achievement
Division (STAD) juga pernah dilakukan oleh Iqbal Nurfais Fakultas Ilmu dan Keguruan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2015 dengan judul PENERAPAN MODEL
dengan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar sosiologi setelah
10
diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division pada
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan dan dengan tujuan yang
diharapkan. Namun pada kenyataan nya proses pembelajaran sering tidak seperti yang
direncanakan, dalam proses ada beberapa kendala dan permasalahan yang muncul, seperti
sangat dibutuhkan agar siswa bisa belajar aktif dan menyenangkan. Salah satu metode yang
bisa diterapkan adalah metode cooperative learning dengan tipe student team achievement
division (STAD). STAD bisa diterapkan karena metode ini merupakan metode berdiskusi
dengan beberapa langkah yang bisa membuat siswa lebih aktif di dalam kelas dan metode
STAD tidak hanya memberikan penilaan terhadap kerja tim akan tetapi memberikan penilaan
individual juga.
Pembelajaran materi cause and effect harus dikemas dalam proses pembelajaran yang
menarik dan bisa membuat siswa aktif mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
Metode STAD ini diharapkan mampu membangkitkan keaktifan siswa di dalam kelas
sehingga siswa tidak hanya pasif duduk dan dengar. Metode STAD ini juga diharapkan
mereka.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru bisa merancang pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan bagi siswa karena pembelajaran konvensional seperti ceramah
yang monoton bisa membuat siswa pasif dan kelas terasa membosankan.
11
Efektifitas sebuah pembelajaran dapat dilihat jika siswa bisa mengerti dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Siswa yang sudah melakukan pembelajaran secara
kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan sendirinya akan
mendorong potensi yang dimiliki untuk meningkatkan hasil belajar pada materi cause and
KONDSI AWAL
KEAKTIFAN SISWA
RENDAH (PASIF)
EVALUASI PENERAPAN
METODE STAD
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
BAB III
REFLEKSI EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN
BAB III
12
BAB III
METODE
A. Rancangan Pengembangan
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang
dilakukan langsung oleh guru sendiri. Penelitian tindakan kelas merupakan proses menilai
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
2008).Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan
Adapun karakteristik dari PTK adalah: (1) Problem yang dipecahkan merupakan
persoalan yang dihadapi peneliti dalam kehidupan sehari-hari, (2) Peneliti memberikan
penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkata atau daur yang
memungkinkan terjadi kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif, (4) Adanya
langkah perpikir reflektif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.
B. Lokasi Pengembangan
C. Waktu Pengembangan
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Waktu
pelaksanaan selama dua bulan yaitu dari bulan Februari sampai Maret.
13
D. Subyek Pengembangan
Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI semester dua MA Nurul
Ittihad Perina tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 23 orang, terdiri dari 14 orang
E. Prosedur Pengembangan
siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian diawali dengan perencanaan
(Reflection), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang diharapkan tercapai, Hopkins
dalam Arikunto (2008:14). Prosedur pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat dalam bagan
berikut ini:
PERENCANAAN
OBSERVASI
PERENCANAAN
SIKLUS II
PELAKSANAAN
REFLEKSI OBSERVASI
dst
14
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan
Perencanaan dalam hal ini proses menentukan apa yang ingin dicapai dalam pembelajran
materi cause and effect dan langkah langkah yang dibutuhkan serta model dan metode
2. Pelaksanaan (action)
Tindakan merupakan kegiatan secara sadar dan terkendali sesuai dengan langkah langkah
dan tahapan tahapan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dari
awal. Tindakan dilakukan berdasarkan rencana meskipun tidak dilakukan semua. Hal
yang paling penting untuk diingat adalah tindakan mengarah kepada tujuan atau
3. Observasi (observation)
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama
tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantuan. Observasi dilakukan
tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa. Kriteria keberhasilan proses
ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dilakukan oleh pengamat.
Dalam penelitian ini observasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika
15
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
4. Refleksi (reflection)
tindakan kelas pada siklus yang pertama yang ternyata belum menunjukkan tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran materi cause and effect meningkat signifikan
sehingga dibutuhkan kembali prosedur kegiatan tindakan kelas pada siklus yang ke dua.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data. Dan data tersebut terdapat
bermacam-macam jenis metode. Jenis metode yang digunakan dalam pengumpulan dat
1. Observasi
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama
tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantuan.25 Observasi
dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini
tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa. Kriteria keberhasilan proses
ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dilakukan oleh pengamat.
Dalam penelitian ini observasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika
16
2. Wawancara
adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yan berkenaan
Wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka
secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang
menjadi sumber data atau obyek penelitian.Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak,
guru) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Siswa kelas XI. untuk menelusuri dan
menggali pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dengan menggunakan metode
3. Catatan lapangan.
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar,dilihat, dialami,
dan dipikirkan dalam rangka penyimpulan data refleksi terhadap data dalam penelitian
kualitatif. Catatan ini berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-
kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan. Dalam penelitian ini
catatan lapangan digunakan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen
pengumpul data yang ada dari awal tindakan sampai akhir tindakan. Dengan demikian
diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.
17
4. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP dan profil sekolah.
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang
sudah tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti
kemajuan, perkembangan, atau keberhasilan belajar peserta didik juga dapat dilengkapi
informasi mengenai kegiatan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran bukan
tidak mungkin pada saat–saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Untuk lebih memperkuat hasil
penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto-foto pada saat siswa
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
18
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, observasi (pengamatan) yang sudah ditulis
Beranjak dari pendapat di atas, maka penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif
model mengalir dari Miles dan Huberman yang meliputi 3 hal yaitu:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
dapat dipertanggung jawabkan. Dalam mereduksi data ini peneliti di bantu teman
sejawat untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dari wawancara, observasi dan
catatan lapangan, melalui diskusi ini, maka hasil yang diperoleh dapat maksimal dan
diverifikasi.
Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah penyajian data. Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori.
Penyajian data yang digunakan pada data PTK adalah dengan teks yang berbentuk
naratif. Dengan Penyajian data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang
19
teman sejawat, dan guru yang terlibat dalam pengamatan dan pencatatan lapangan
Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut
dapat berupa deskripsi / gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas,
sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Jika hasil dari kesimpulan ini kurang kuat,
maka perlu adanya verifikasi. Verifikasi yaitu menguji kebenaran, kekokohan, dan
merupakan suatu tujuan ulang pada pencatatan lapangan atau peninjauan kembali
20
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/7812/2/bab 1 - 08403244006.pd
Perpustakaan dikti (28 March 2018). Buku rferensi : pengertian pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) dikutip 7 Februari 2019http://perpustakaan-dikti.blogspot.com/.
21
LAMPIRAN
22
LAMPIRAN
23
Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses pembelajaran
Materi Cause and Effect selama siklus II
24
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
NO PERTANYAAN
1. Menurut anda, materi cause and effect itu menjenuhkan /membosankan ?
2. Apa yang menyebabkan anda kurang suka dengan materi cause and effect
3. Berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, apakah materi pembelajran menjadi
4.
Apakah belajar itu lebih mudah bila menggunakan model pembelajaran STAD?
25
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Guru)
NO PERTANYAAN
1. Langkah-langkah apa saja yang anda lakukan agar siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya
3. Menurut anda apakah dengan menggunakan media manik-manik dapat dikatakan efektif
4. Berkaitan dengan materi langkah-langkah apa sajakah yang paling efektif yang pernah
5. Apakah siswa pernah merasa malas, bila mata pelajaran matematika hanya menggunakan
metode ceramah
26
27