Laporan Lapangan Geomorfologi
Laporan Lapangan Geomorfologi
UNIVERSITAS HALUOLEO
LAPORAN LAPANGAN
OLEH
KELOMPOK 8
KENDARI
2017
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meluluskan mata kuliah Geeomorfologi pada Jurusan
OLEH
KENDARI
2017
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Telah Disetujui.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan
Lapangan Field Trip Geomorfologi ini yang syukur dan alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Namun
berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, terutama kepada yang terhormat dosen
pembimbing Petrologi Bapak Muh. Chaerul, ST. SKM.,M.Sc. serta kepada para asisten yang
memberikan bimbingan dan koreksi sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan
yang maha Esa dapat melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha Esa
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanJudul
Halaman Tujuan
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Foto
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
1.2. MaksuddanTujuan
1.4. AlatdanBahan
1.5. PenelitiTerdahulu
1.6. ManfaatPenelitian
3.1. Morfografi
3.2. Morfometri
3.3. Morfogenesa
4.1. HasilPenelitian
4.2. Pembahasan
4.2.2. JenisMorfologi
BAB V DISKUSI
5.1.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sulawesi dan daerah sekitarnya terletak pada pertemuan tiga lempeng yang saling
bertabrakan; Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat
dan Lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke utara, sehingga kondisi tektoniknya sangat
kompleks, dimana kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan
bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses
tektonik lainnya. Adapun struktur geologi yang berkembang didominasi sesar-sesar mendatar,
dimana mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan dengan model
simple shear.
Pulau Sulawesi adalah pulau di negara Indonesia yang mempunyai batuan penyusun paling
kompleks diantara batuan penyususun pulau-pulau yang lain. Dari beberapa provinsi di wilayah
Sulawesi itu sendiri , salah satu daerah yang memiliki struktur geologi yang kompleks adalah
Sulawesi tenggara. Daerah Sulawesi tenggara merupakan bagian dari kepingan benua
kepulauan. Meski demikian ada beberapa daerah yang temasuk dalam Sulawesi tenggara yang
struktur geologinya masih berkaitan erat dengan proses-proses geologi yang ada di mandala
Telah banyak para ilmuan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang memiliki rasa
ingin tahu yang besar tentang batuan penyusun daerah Sulawesi Tenggara. Hal ini tidak terlepas
dari pengetahuan awal dari asumsi bahwa daerah-daerah yang dilalui atau dekat dengan jalur
ring of fire pasti memiliki batuan penyusun serta kandungan mineral ekonomis yang beragam.
Olehnya itu, mahasiswa kebumian yang baru harus pula mengikuti jejak para peneliti terdahulu
salah satunya dengan meneliti langsung batuan penyusun daerah Sulawesi Tenggara.
singkapan batuan, dan dapat menegetahui mineral apa saja yang terkandung dalam batuan
sehingga dapat menjelaskan genesa dan karakteristik batuan dengan benar berdasarkan
2.1. Maksud
2.2. Tujuan
2.2.1. Untuk mengetahui pola aliran dan tipe genetik sungai daerah Amarilis
2016. Perjalanan ke lapangan di Daerah Amarilis Kota Kendari, dimulai dari pelataran Kampus
Lama, Universitas Halu Oleo. Yang berada di Kamaraya. Start pada pukul ± 07.00 WITA berjalan
kaki sampai pada stasiun pertama membutuhkan waktu sekitar ± 30 menit. Kemudian untuk
mencapai stasiun kedua membutuhkan waktu ± 30 menit. Kemudian stasiun ketiga waktu yang di
tempuh ±30 menit, kemudian berjalan lagi menuju stasiun keempat selama ± 3 jam dan sebagai
tempat istirahat, kemudian pukul ±13:00 WITA di lanjutkan lagi perjalanan menuju stasiun kelima
(terakhir) dengan waktu tempuh ±30 menit.Pada stasiun kelima (terakhir) melakukan
pengamatan mengenai penampang geomorfologi ±15 menit. Setelah itu, dilakukan perjalanan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum lapangan di daerah
erosi
and Energi.
4. Surono, 2013. Geologi lengan Tenggara Sulawesi. Badan geologi. Kementrian energi
Manfaat dari penelitian ini adalah agar mahasiswa dapat menambah wawasan dalam
GEOLOGI REGIONAL
LANDASAN TEORI
BAB III
Adapun metode yang di gunakan pada field trip Genesa Bahan Galian kali ini yaitu :
dilapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam,
menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan
yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat
dan hal hal lain diperlukan dalam mendukung penelitin yang sedang dilakukan. Pada tahap awal
observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebannyak
mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terpokus, yaitu mulai
menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menentukan pola-
pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka
palu geologi, selanjutnya melakukan pengukuran strike dan dip serta menentukan arah
penyebaran batuanya dengan melihat arah strike dan dip yang di ukur di setiap stasiun. Setelah
itu, memplot arah penggambaran dengan menggunakan kompas geologi. Setelah itu mengukur
2. Tahapan selanjutnya sampel yang di dapat di masukan dalam kantong sampel dan di tulis
perstasiun. Setelah itu, sampel yang di dapat di identifikasi bedasarkan jenis batuanya. Tahapan
pengidentifikasianya yaitu :
II. Data litologi berupa jenis batuan warna lapuk, warna segar, tekstur, struktur
III. Data geomorfologi berupa relief, tipe morfologi, tingkat pelapukan, sungai,
IV. Data struktur berupa lapisan, lipatan foliasi, kekar dan sesar.
BAB IV
Adapun hasil deskripsi sampel pada field trip Genesa Bahan Galian kali ini yaitu:
Stasiun I di jumpai dengan jenis batuan sedimen dengan data singkapan yang memiliki titik
koordinat S 030,50’,01,2’’ dan E 1220,25’49,8’’ dengan proses pelapukannya yang secara insitu
dan memiliki dimensi (2×2 m) dan data litologinya jenis batuan sedimen yang memiliki warna
segar hitam serta warna lapukya abu-abu dengan tekstur non klastik serta meiliki struktur kristalin
dengan komposisi mineral kuarsa dan kalsit. Nama batuan ini yaitu Batugamping Kristalin.
Singkapan pada stasiun II di jumpai jenis batuan metamorf pada titik koordinat S 030,50’
06,63’’ dan E 1220 25’47,5’’, yang memiliki warna segar abu-abu kehijauan dengan warna lapuk
coklat. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik dengan jenis granoblastik, dan memiliki struktur
non foliasi. Batuan ini tersusun atas mineral-mineral seperti biotit, kuarsa dan plagioklas. Dari
Distasiun III di jumpai jenis batuan metamorf pada kordinat S 05 0,20”,6,63’’ dan E 1220,
75’,33,9’’. Batuan ini memiliki warna segar hitam keabu-abuan dan warna lapuknya coklat, tekstur
dari batuan ini yaitu kristaloblastik (Granoblastik) srta memiliki struktur foliasi (gneistosa). Batuan
ini tersusun atas mineral-mineral piroksin, kuarsa, hornblende dan plagioklas. Dari identifikasi di
Stasiun IV di temukan singkapan dengan jenis batuan metamorf pada titik koordinat S
030,50’2,1’’ dan E 1220 26’01,8’’. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu kehijaun dan warna
lapuknya yaitu coklat. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik (granoblastik) dengan struktur
foliasi (gnestosa), batuan ini memiliki komposisi mineral seperti piroksin, biotit, kuarsa dan
plagioklas. Dari identifikasi sifat fisik batuan maka dapat ditentukan nama batuanya yaitu Gneiss
Stasiun V di jumpai singkapan batuan dengan jenis batuan beku yang terletak pada titik
koordinat S 03050’ 14,0’’ dan E 1220 65’15,8’’. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu
kehijauan dan warna lapuknya yaitu kuning kecoklatan. Batuan ini memiliki tekstur kristalinitas
holokristalin dengan granularitas faneritik dan memiliki febrik dengan bentuk subhedral serta
relasi yang equigranular, dengan struktur masif Batuan ini memiliki komposisi mineral piroksin,
kuarsa, plagioklas,bitit dan horblende. Dari sifat fisik batuan yang telah diketahui maka dapat di
Stasiun VI di jumpai jenis batuan beku dengan titik koordinat S 03 0,50’,04,5’’ dan E 1220
26’,16,6’’. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu kehijauan dengan warna lapuk coklat denga
tekstur kristalinitas holokrastalin, granularitas faneritik, febrik dengan bentuk subhedral denga
relasi equigranular. Batuan ini memiliki komposisi mineral seperti biotit, kuarsa dan horblende
dengan struktur masif. Berdasarkan hasil identifikasi batuan nama batuan ini yaitu Peridotit
Stasiun VII di jumpai dengan jenis endapan laterit sparolot denga limonit, dimana limonit
memiliki komposisi mineral seperti hematit (domonan), silikia, giotit dan kromit. Pada endapan
saprolit yang memiliki komposisi mineral Hematit (sedikit), silika, Giotit (dominan) dan kromit.
4.2. Pembahasan
Hasil identifikasi sampel yang di lakukan pada stasiun I dengan jenis batuan sedimen yang
memiliki warna segar hitam dan warna lapuknya yaitu abu-abu dengan tekstur non klastik karena
dapat bereaksi dengan HCl serta tanpa melalui proses transportasi dan hanya mengalami
pengendapan yang secara insitu. Batuan ini memiliki struktur kristalin karena pada tubuh batuan
tersusun dari beberapa mineral. Batuan ini memiliki komposisi mineral kuarsa dan kalsit.
Berdasarkan hasil identifikasi di atas nama batuan ini yaitu batugamping kristalin.
Identifikasi sampel pada stasiun II dengan jenis batuan metamorf yang memiliki warna lapuk
coklat dan warna segar abu-abu kehijauan dengan tekstur kristaloblasti yakni sudah tidak
memperlihatkan batuan asalnya dengan golongan granoblasti dimana ukuran butirya yang
seragam. Batuan ini memiliki struktur foliasi karena terdapatnya penjajaran mineral pada tubuh
abatuan ini, dengan golongan gneistosa yakni terdapat mineral mika dan mineral yang granular
tetapi mineral pipihnya tidak menerus. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu biotit, kuarsa, dan
plagioklas.
Identifikasi sampel pada batuan stasiun III dengan dengan jenis batuan metamorf memiliki
warna segar abu-abu kehitaman dan warna lapuknya yaitu coklat yang memiliki tekstur
Kristaloblastik yakni pada batuan ini tidak sama sekali memperlihatkan batuan asalnya dengan
golongan granoblastik yakni dimana ukuran butir pada batuan ini yaitu seragam dengan struktur
foliasi yakni terdapatnya penjejeran mineral pada tubuh batuan ini dengan golongan gneistosa
yakni pada batuan ini terdapat mineral mika dan granular tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
Identifikasi sampel pada batuan stasiun IV dengan dengan jenis batuan metamorf memiliki
warna segar abu-abu kehijauan dan warna lapuknya yaitu coklat yang memiliki tekstur
Kristaloblastik yakni pada batuan ini tidak sama sekali memperlihatkan batuan asalnya dengan
golongan granoblastik yakni dimana ukuran butir pada batuan ini yaitu seragam dengan struktur
foliasi yakni terdapatnya penjejeran mineral pada tubuh batuan ini dengan golongan gneistosa
yakni pada batuan ini terdapat mineral mika dan granular tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
Identifikasi sampel yang di jumpai pada stasiun V dengan jenis batuan beku yang memiliki
warna segar abu-abu kehijauan dan memiliki warna lapuk yaitu kuning kecoklatan. Batuan ini
memiliki tekstur kristalinitas dimana kristalinitas itu sendiri yaitu keadaan proporsi antara masa
kristal dan masa gelas dalam batuan dengan golongan holokristalin yakni batuan ini tersusun
oleh kebanyakan masa kristal dan masa dasar yang sedikit, dengan granularitas dimana
granularitas yaitu ukuran butir kristal batuan beku yang tergolong faneritik semua masa kristalnya
dapat dilihat dengan mata telanjang secara langsung. Batuan ini memiliki febrik dimana febrik itu
sendiri yaitu hubungan antar butir penyusun batuan, dengan bentuk subhedral yakni batuan ini
tersusun dari bentuk kristal dari butiran mineral di batasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna, batuan ini termasuk dalam relasi equigranular yakni batuan ini memiliki ukuran butir
yang seragam. Batuan ini memiliki struktur masif yakni tidak menunjukan adanya batuan lain
yang tertanam dalam tubuhnya. Jenis batuan ini memiliki komposisi mineral piroksin yang
memiliki warna hitam mengkilat dengan bentuk mineral memipih, kuarsa yang berwarna putih
dengan bentuk mineral prismatik, plagioklas dengan warna putih tulang dengan bentuk mineral
prismatik, biotit dengan warna hitam, dengan bentuk membutir, dan horblende yang berwarna
hitan dengan bentuk mineral prismatik panjang. Berdasarkan hasil identifikasi diatas nama
Identifikasi sampel yang di jumpai pada stasiun VI dengan jenis batuan beku yang memilik
warna segar abu-abu kehijauan dan memilik warna lapuk yaitu coklat. Batuan ini memiliki tekstur
kristalinitas dimana kristalinitas itu sendiri yaitu keadaan proporsi antara masa kristal dan masa
gelas dalam batuan dengan golongan holokristalin yakni batuan ini tersusun oleh kebanyakan
masa kristal dan masa dasar yang sedikit, dengan granularitas dimana granularitas yaitu ukuran
butir kristal batuan beku yang tergolong faneritik semua masa kristalnya dapat dilihat dengan
mata telanjang secara langsung. Batuan ini memiliki febrik dimana febrik itu sendiri yaitu
hubungan antar butir penyusun batuan, dengan bentuk subhedral yakni batuan ini tersusun dari
bentuk kristal dari butiran mineral di batasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna, batuan
ini termasuk dalam relasi equigranular yakni batuan ini memiliki ukuran butir yang seragam. Jenis
batuan ini memiliki komposisi mineral piroksin yang memiliki warna hitam mengkilat dengan
bentuk mineral memipih, kuarsa yang berwarna putih dengan bentuk mineral prismatik,
plagioklas dengan warna putih tulang dengan bentuk mineral prismatik, biotit dengan warna
hitam, dengan bentuk membutir, dan hornblende yang berwarna hitam dengan bentuk mineral
prismatik panjang. Berdasarkan hasil identifikasi diatas nama batuan ini yaitu peridotit.
Distasiun VII diambil sampel saprolit dan limonit. Kedua sampel tersebut di suplit sehingga
didapatkan sampel yang lebih halus. Cara menyuplit itu sendiri diawali dengan menghamparkan
sampel diatas plastik atau karung lalu dibagi menjadi empat bagian. Dipilih dan dibuang bagian
yang paling banyak material kasarnya secara menyilang. Cara ini dilakukan sebanyak dua kali.
Sampel hasil suplitan dimasukkan didalam kantung sampel dan akan diidentifikasi lagi
kandungan mineralnya.
Dari identifikasi secara cerat pada sampel, maka dapat dilihat pada sampel limonit
mengandung mineral primer hematit (Fe3O2) dan mineral sekunder silika dan cromit. Adapun
sampel saprolit mengandung mineral primer guetit (Fe(OH)2) dan mineral sekunder silika dan