Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN RISET, DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALUOLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

KONDISI MORFOLOGI DAERAH AMARILIS KOTA KENDARI PROV SULTRA

LAPORAN LAPANGAN

OLEH

KELOMPOK 8

ANDI AGUSDAR (F1B3 14 018)

KENDARI

2017
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

KONDISI MORFOLOGI DAERAH AMARILIS KOTA KENDARI PROV SULTRA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meluluskan mata kuliah Geeomorfologi pada Jurusan

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu Oleo

OLEH

MUHAMMAD NUR ( F1B3 14 024)

KENDARI

2017
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

KONDISI MORFOLOGI DAERAH AMARILIS KOTA KENDARI PROV SULTRA

Telah Disetujui.

Dosen Pembimbing Asisten

Muh. Chaerul,ST.,SKM.,M.Sc. La Ode Miqdad Husein


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan

Lapangan Field Trip Geomorfologi ini yang syukur dan alhamdulillah selesai tepat pada

waktunya.

Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Namun

berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, terutama kepada yang terhormat dosen

pembimbing Petrologi Bapak Muh. Chaerul, ST. SKM.,M.Sc. serta kepada para asisten yang

memberikan bimbingan dan koreksi sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan

yang maha Esa dapat melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha Esa

senantiasa meridhoi segala usaha yang telah dilakukan.

Kendari, Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HalamanJudul

Halaman Tujuan

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Foto

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

1.2. MaksuddanTujuan

1.3. Waktu, LetakdanKesampaian Daerah

1.4. AlatdanBahan

1.5. PenelitiTerdahulu

1.6. ManfaatPenelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

2.1. Geomorfologi Regional

2.2. Stratigrafi Regional

2.3. StrukturGeologi Regional


BAB IIILANDASAN TEORI

3.1. Morfografi

3.2. Morfometri

3.3. Morfogenesa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HasilPenelitian

4.2. Pembahasan

4.2.1. PolaAliran&TipeGenetik Sungai

4.2.2. JenisMorfologi

BAB V DISKUSI

5.1.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sulawesi dan daerah sekitarnya terletak pada pertemuan tiga lempeng yang saling

bertabrakan; Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat

dan Lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke utara, sehingga kondisi tektoniknya sangat

kompleks, dimana kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan

bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses

tektonik lainnya. Adapun struktur geologi yang berkembang didominasi sesar-sesar mendatar,

dimana mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan dengan model

simple shear.

Pulau Sulawesi adalah pulau di negara Indonesia yang mempunyai batuan penyusun paling

kompleks diantara batuan penyususun pulau-pulau yang lain. Dari beberapa provinsi di wilayah

Sulawesi itu sendiri , salah satu daerah yang memiliki struktur geologi yang kompleks adalah

Sulawesi tenggara. Daerah Sulawesi tenggara merupakan bagian dari kepingan benua

kepulauan. Meski demikian ada beberapa daerah yang temasuk dalam Sulawesi tenggara yang

struktur geologinya masih berkaitan erat dengan proses-proses geologi yang ada di mandala

timur yang terkenal dengan kompleks ofiolitnya.

Telah banyak para ilmuan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang memiliki rasa

ingin tahu yang besar tentang batuan penyusun daerah Sulawesi Tenggara. Hal ini tidak terlepas

dari pengetahuan awal dari asumsi bahwa daerah-daerah yang dilalui atau dekat dengan jalur

ring of fire pasti memiliki batuan penyusun serta kandungan mineral ekonomis yang beragam.

Olehnya itu, mahasiswa kebumian yang baru harus pula mengikuti jejak para peneliti terdahulu
salah satunya dengan meneliti langsung batuan penyusun daerah Sulawesi Tenggara.

Dilakukannya praktikum lapangan supaya mahasiswa kebumian dapat mengamati sendiri

singkapan batuan, dan dapat menegetahui mineral apa saja yang terkandung dalam batuan

sehingga dapat menjelaskan genesa dan karakteristik batuan dengan benar berdasarkan

pengematan yang dilakukan dilapangan.

2.2 Maksud dan Tujuan

2.1. Maksud

Maksud dari praktikum lapangan Geomorfologi adalah untuk mengetahui

kondisiMorfologi Daerah Amarilis Kota KendariProvSultra

2.2. Tujuan

tujuan dari praktikum lapangan Geomorfologi adalah sebagai berikut :

2.2.1. Untuk mengetahui pola aliran dan tipe genetik sungai daerah Amarilis

2.2.2. Untuk mengetahui jenis morfologi daerah Amarilis

1.3 Letak, Waktu dan Kesampaian daerah

Praktikum lapangan Geomorfologi dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 17Desember

2016. Perjalanan ke lapangan di Daerah Amarilis Kota Kendari, dimulai dari pelataran Kampus

Lama, Universitas Halu Oleo. Yang berada di Kamaraya. Start pada pukul ± 07.00 WITA berjalan

kaki sampai pada stasiun pertama membutuhkan waktu sekitar ± 30 menit. Kemudian untuk

mencapai stasiun kedua membutuhkan waktu ± 30 menit. Kemudian stasiun ketiga waktu yang di

tempuh ±30 menit, kemudian berjalan lagi menuju stasiun keempat selama ± 3 jam dan sebagai

tempat istirahat, kemudian pukul ±13:00 WITA di lanjutkan lagi perjalanan menuju stasiun kelima

(terakhir) dengan waktu tempuh ±30 menit.Pada stasiun kelima (terakhir) melakukan

pengamatan mengenai penampang geomorfologi ±15 menit. Setelah itu, dilakukan perjalanan

pulang ketempat masing-masing.


1.4. Alat dan bahan

1.4.1 Tabel alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum lapangan di daerah

Amarilis adalah sebagai berikut:

1. Kompas Sebagai alat penunjuk arah, penentuan aliran suungai,

dan mengukur slop

2. Pensil warna Sebagai alat untuk mewarnai penampang geomorfologi

3. GPS Sebagai alat untuk menentukan titik koordinat

4. Pensil Sebagai alat untuk menulis data geomorfologi

5. Kantong Sampel Wadah untuk menyimpan barang

6. Buku Lapangan Untuk menulis hasil data geomorfologi

7. Klip Board Sebagai penyangga

8 tali Sebagai Alat bantu

9 Rol mteter Sebagai alat untuk mengukur tingkat pelapukan atau

erosi

1.5 Peneliti Terdaluhu

Adapun nama-nama peneliti terdahulu adalah sebagai berikut :

1. Rusman, E Sukido, Sukarna. D. Haryono, E, Simanjuntak T.O 1993. Keterangan Peta

Geologi lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Tenggara, skala 1 : 250.000

2. Surono dan Bachri S., 2001 Stratigraphy, Sedimentation, and Paleogeographic

Significance of the Triassic Meluhu pormation, southeast arm of Sulawesi, eastern

Indonesia Geological research and development center.


3. Sukamto, R. 1975. Struktural of Sulawesi in the light of Plate Tektonik. Dept. of Mineral

and Energi.

4. Surono, 2013. Geologi lengan Tenggara Sulawesi. Badan geologi. Kementrian energi

dan sumber daya mineral.

1.6. Manfaaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah agar mahasiswa dapat menambah wawasan dalam

menentukan pola aliran sungai dm tipe genetik sungai di daerah Amarilis.


BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi Regional

2.2 Stratigrafi Regional

2.3 Struktur Geologi Regional


BAB III

LANDASAN TEORI

BAB III

METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Adapun metode yang di gunakan pada field trip Genesa Bahan Galian kali ini yaitu :

Observasi langsung dilapangan (Teknik pengumpulan data dengan observasi).

Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung

dilapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam,

menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan

yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat

dan hal hal lain diperlukan dalam mendukung penelitin yang sedang dilakukan. Pada tahap awal

observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebannyak

mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terpokus, yaitu mulai

menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menentukan pola-

pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka

peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti.

3.2. Tahapan Pengambilan Data di Lapangan


Adapun tahapan yang di gunakan dalam pengambilan data di lapangan yaitu :

1. Tahapan menyampling yaitu tahapan mengambil sampel di lapangan dengan menggunakan

palu geologi, selanjutnya melakukan pengukuran strike dan dip serta menentukan arah

penyebaran batuanya dengan melihat arah strike dan dip yang di ukur di setiap stasiun. Setelah

itu, memplot arah penggambaran dengan menggunakan kompas geologi. Setelah itu mengukur

kedudukan singkapan dengan menggunakan GPS.

2. Tahapan selanjutnya sampel yang di dapat di masukan dalam kantong sampel dan di tulis

perstasiun. Setelah itu, sampel yang di dapat di identifikasi bedasarkan jenis batuanya. Tahapan

pengidentifikasianya yaitu :

I. Data singkapan berupa pengukuran titik koordinat, arah penyebaran, insitu,

dan hubunganya dengan batuan sekitarnya

II. Data litologi berupa jenis batuan warna lapuk, warna segar, tekstur, struktur

serta komposisi mineral dan nama batuan.

III. Data geomorfologi berupa relief, tipe morfologi, tingkat pelapukan, sungai,

soil, tata guna lahan dan stadia daerah

IV. Data struktur berupa lapisan, lipatan foliasi, kekar dan sesar.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Deskripsi Sampel

Adapun hasil deskripsi sampel pada field trip Genesa Bahan Galian kali ini yaitu:

Gambar 4.1 : Singkapan Batugamping kristalin

Stasiun I di jumpai dengan jenis batuan sedimen dengan data singkapan yang memiliki titik

koordinat S 030,50’,01,2’’ dan E 1220,25’49,8’’ dengan proses pelapukannya yang secara insitu
dan memiliki dimensi (2×2 m) dan data litologinya jenis batuan sedimen yang memiliki warna

segar hitam serta warna lapukya abu-abu dengan tekstur non klastik serta meiliki struktur kristalin

dengan komposisi mineral kuarsa dan kalsit. Nama batuan ini yaitu Batugamping Kristalin.

Gambar 4.2 : Singkapan Batu Gneis

Singkapan pada stasiun II di jumpai jenis batuan metamorf pada titik koordinat S 030,50’

06,63’’ dan E 1220 25’47,5’’, yang memiliki warna segar abu-abu kehijauan dengan warna lapuk

coklat. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik dengan jenis granoblastik, dan memiliki struktur

non foliasi. Batuan ini tersusun atas mineral-mineral seperti biotit, kuarsa dan plagioklas. Dari

identifikasi di atas nama batuan ini yaitu Gneis.

Gambar 4.3 : Singkapan Batu Gneis

Distasiun III di jumpai jenis batuan metamorf pada kordinat S 05 0,20”,6,63’’ dan E 1220,

75’,33,9’’. Batuan ini memiliki warna segar hitam keabu-abuan dan warna lapuknya coklat, tekstur

dari batuan ini yaitu kristaloblastik (Granoblastik) srta memiliki struktur foliasi (gneistosa). Batuan

ini tersusun atas mineral-mineral piroksin, kuarsa, hornblende dan plagioklas. Dari identifikasi di

atas nama batuan ini yaitu Gneiss

Gambar 4.4 : Singkapan Batu Gneiss

Stasiun IV di temukan singkapan dengan jenis batuan metamorf pada titik koordinat S

030,50’2,1’’ dan E 1220 26’01,8’’. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu kehijaun dan warna

lapuknya yaitu coklat. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik (granoblastik) dengan struktur
foliasi (gnestosa), batuan ini memiliki komposisi mineral seperti piroksin, biotit, kuarsa dan

plagioklas. Dari identifikasi sifat fisik batuan maka dapat ditentukan nama batuanya yaitu Gneiss

Gambar 4.5 : Singkapan BatuanPeridotit

Stasiun V di jumpai singkapan batuan dengan jenis batuan beku yang terletak pada titik

koordinat S 03050’ 14,0’’ dan E 1220 65’15,8’’. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu

kehijauan dan warna lapuknya yaitu kuning kecoklatan. Batuan ini memiliki tekstur kristalinitas

holokristalin dengan granularitas faneritik dan memiliki febrik dengan bentuk subhedral serta

relasi yang equigranular, dengan struktur masif Batuan ini memiliki komposisi mineral piroksin,

kuarsa, plagioklas,bitit dan horblende. Dari sifat fisik batuan yang telah diketahui maka dapat di

tentukan nama batuannya yaitu Peridotit

Gambar 4.6 : Singkapan Batuan Peridotit

Stasiun VI di jumpai jenis batuan beku dengan titik koordinat S 03 0,50’,04,5’’ dan E 1220

26’,16,6’’. Batuan ini memiliki warna segar abu-abu kehijauan dengan warna lapuk coklat denga

tekstur kristalinitas holokrastalin, granularitas faneritik, febrik dengan bentuk subhedral denga

relasi equigranular. Batuan ini memiliki komposisi mineral seperti biotit, kuarsa dan horblende

dengan struktur masif. Berdasarkan hasil identifikasi batuan nama batuan ini yaitu Peridotit

Stasiun VII di jumpai dengan jenis endapan laterit sparolot denga limonit, dimana limonit

memiliki komposisi mineral seperti hematit (domonan), silikia, giotit dan kromit. Pada endapan

saprolit yang memiliki komposisi mineral Hematit (sedikit), silika, Giotit (dominan) dan kromit.

4.2. Pembahasan
Hasil identifikasi sampel yang di lakukan pada stasiun I dengan jenis batuan sedimen yang

memiliki warna segar hitam dan warna lapuknya yaitu abu-abu dengan tekstur non klastik karena

dapat bereaksi dengan HCl serta tanpa melalui proses transportasi dan hanya mengalami

pengendapan yang secara insitu. Batuan ini memiliki struktur kristalin karena pada tubuh batuan

tersusun dari beberapa mineral. Batuan ini memiliki komposisi mineral kuarsa dan kalsit.

Berdasarkan hasil identifikasi di atas nama batuan ini yaitu batugamping kristalin.

Identifikasi sampel pada stasiun II dengan jenis batuan metamorf yang memiliki warna lapuk

coklat dan warna segar abu-abu kehijauan dengan tekstur kristaloblasti yakni sudah tidak

memperlihatkan batuan asalnya dengan golongan granoblasti dimana ukuran butirya yang

seragam. Batuan ini memiliki struktur foliasi karena terdapatnya penjajaran mineral pada tubuh

abatuan ini, dengan golongan gneistosa yakni terdapat mineral mika dan mineral yang granular

tetapi mineral pipihnya tidak menerus. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu biotit, kuarsa, dan

plagioklas.

Identifikasi sampel pada batuan stasiun III dengan dengan jenis batuan metamorf memiliki

warna segar abu-abu kehitaman dan warna lapuknya yaitu coklat yang memiliki tekstur

Kristaloblastik yakni pada batuan ini tidak sama sekali memperlihatkan batuan asalnya dengan

golongan granoblastik yakni dimana ukuran butir pada batuan ini yaitu seragam dengan struktur

foliasi yakni terdapatnya penjejeran mineral pada tubuh batuan ini dengan golongan gneistosa

yakni pada batuan ini terdapat mineral mika dan granular tetapi orientasi mineral pipihnya tidak

menerus atau terputus.

Identifikasi sampel pada batuan stasiun IV dengan dengan jenis batuan metamorf memiliki

warna segar abu-abu kehijauan dan warna lapuknya yaitu coklat yang memiliki tekstur

Kristaloblastik yakni pada batuan ini tidak sama sekali memperlihatkan batuan asalnya dengan

golongan granoblastik yakni dimana ukuran butir pada batuan ini yaitu seragam dengan struktur
foliasi yakni terdapatnya penjejeran mineral pada tubuh batuan ini dengan golongan gneistosa

yakni pada batuan ini terdapat mineral mika dan granular tetapi orientasi mineral pipihnya tidak

menerus atau terputus.

Identifikasi sampel yang di jumpai pada stasiun V dengan jenis batuan beku yang memiliki

warna segar abu-abu kehijauan dan memiliki warna lapuk yaitu kuning kecoklatan. Batuan ini

memiliki tekstur kristalinitas dimana kristalinitas itu sendiri yaitu keadaan proporsi antara masa

kristal dan masa gelas dalam batuan dengan golongan holokristalin yakni batuan ini tersusun

oleh kebanyakan masa kristal dan masa dasar yang sedikit, dengan granularitas dimana

granularitas yaitu ukuran butir kristal batuan beku yang tergolong faneritik semua masa kristalnya

dapat dilihat dengan mata telanjang secara langsung. Batuan ini memiliki febrik dimana febrik itu

sendiri yaitu hubungan antar butir penyusun batuan, dengan bentuk subhedral yakni batuan ini

tersusun dari bentuk kristal dari butiran mineral di batasi oleh sebagian bidang kristal yang

sempurna, batuan ini termasuk dalam relasi equigranular yakni batuan ini memiliki ukuran butir

yang seragam. Batuan ini memiliki struktur masif yakni tidak menunjukan adanya batuan lain

yang tertanam dalam tubuhnya. Jenis batuan ini memiliki komposisi mineral piroksin yang

memiliki warna hitam mengkilat dengan bentuk mineral memipih, kuarsa yang berwarna putih

dengan bentuk mineral prismatik, plagioklas dengan warna putih tulang dengan bentuk mineral

prismatik, biotit dengan warna hitam, dengan bentuk membutir, dan horblende yang berwarna

hitan dengan bentuk mineral prismatik panjang. Berdasarkan hasil identifikasi diatas nama

batuan ini yaitu peridotit

Identifikasi sampel yang di jumpai pada stasiun VI dengan jenis batuan beku yang memilik

warna segar abu-abu kehijauan dan memilik warna lapuk yaitu coklat. Batuan ini memiliki tekstur

kristalinitas dimana kristalinitas itu sendiri yaitu keadaan proporsi antara masa kristal dan masa

gelas dalam batuan dengan golongan holokristalin yakni batuan ini tersusun oleh kebanyakan
masa kristal dan masa dasar yang sedikit, dengan granularitas dimana granularitas yaitu ukuran

butir kristal batuan beku yang tergolong faneritik semua masa kristalnya dapat dilihat dengan

mata telanjang secara langsung. Batuan ini memiliki febrik dimana febrik itu sendiri yaitu

hubungan antar butir penyusun batuan, dengan bentuk subhedral yakni batuan ini tersusun dari

bentuk kristal dari butiran mineral di batasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna, batuan

ini termasuk dalam relasi equigranular yakni batuan ini memiliki ukuran butir yang seragam. Jenis

batuan ini memiliki komposisi mineral piroksin yang memiliki warna hitam mengkilat dengan

bentuk mineral memipih, kuarsa yang berwarna putih dengan bentuk mineral prismatik,

plagioklas dengan warna putih tulang dengan bentuk mineral prismatik, biotit dengan warna

hitam, dengan bentuk membutir, dan hornblende yang berwarna hitam dengan bentuk mineral

prismatik panjang. Berdasarkan hasil identifikasi diatas nama batuan ini yaitu peridotit.

Distasiun VII diambil sampel saprolit dan limonit. Kedua sampel tersebut di suplit sehingga

didapatkan sampel yang lebih halus. Cara menyuplit itu sendiri diawali dengan menghamparkan

sampel diatas plastik atau karung lalu dibagi menjadi empat bagian. Dipilih dan dibuang bagian

yang paling banyak material kasarnya secara menyilang. Cara ini dilakukan sebanyak dua kali.

Sampel hasil suplitan dimasukkan didalam kantung sampel dan akan diidentifikasi lagi

kandungan mineralnya.

Dari identifikasi secara cerat pada sampel, maka dapat dilihat pada sampel limonit

mengandung mineral primer hematit (Fe3O2) dan mineral sekunder silika dan cromit. Adapun

sampel saprolit mengandung mineral primer guetit (Fe(OH)2) dan mineral sekunder silika dan

kromit serta miineral tersier hematit.

Anda mungkin juga menyukai