Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGGUNAAN TONGKAT ISTIWA’ UNTUK MENENTUKAN JAM


DARI PANJANG BAYANGAN

Guna Memenuhi Mata Kuliah Praktikum Falak 1

Dosen Pengampu : Drs. KH. Slamet Hambali, MSI

Disusun oleh:

Novi Arisafitri 1702046106

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam punya keteraturan yang mengagumkan. Jika saja kita bisa


membacanya dengan tepat, kita bisa melihat jam hanya dengan melirik
bayangan. Matahari adalah penunjuk waktu pertama yang digunakan oleh
manusia. Zaman dahulu orang menandai waktu dengan Matahari, berbeda
dengan zaman sekarang, kita telah memiliki jam tangan atau jam digital
lainnya yang canggih. Namun disaat tertentu saat kita tengah berada dalam
sebuah perjalanan atau dalam sebuah acara perkemahan, pendakian, dll.
Sementara kita tidak punya penunjuk waktu atau jam yang bisa digunakan,
kita perlu mengetahui waktu pada saat itu. Memperkirakan waktu tanpa
menggunakan jam dapat berpedoman dengan Matahari menggunakan bayang-
bayang benda salah satunya pemakalah disini menggunakan alat yang cukup
sederhana yaitu sebuah tongkat yang dalam ilmu falak biasa disebut dengan
tongkat istiwa’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tongkat istiwa’ ?
2. Bagaimana langkah-langkah menentukan jam dari bayang-bayang
dengan menggunakan tongkat istiwa’?

2 |Praktikum Falak 1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tongkat istiwa’

Tongkat istiwa’ adalah sebuah alat bantu yang dapat dibuat dari besi, kayu
atau pasir dan semen, ditengah-tengah diberi banda (besi atau kayu) dalam
posisi tegak lurus, dikelilingi lingkaran dan benda yang berdiri tegak lurus
sebagai titik pusat.1 Pada zaman dahulu tingkat ini dikenal dengan nama
“Gnomon”. Di Mesir orang bisa menggunakan obelisk sebagai pengganti
tongkat. Di negeri kita sampai sekarangpun masih banyak orang yang
menggunakan tongkat istiwa’ ini sebagai alat untuk mencocokkan waktu
istiwa’ dan menentukan waktu-waktu shalat.2

2. Menentukan Jam dari Panjang Bayangan dengan Tongkat Istiwa’

Ketika suatu benda terkena sinar Matahari, secara alami akan


menghasilkan bayangan Matahari. Berdasarkan keilmuan falak, pada keadaan
seperti itu dapat digunakan untuk menentukan jam pada saat bayangan itu
terjadi. dengan catatan harus ada data pelengkap, seperti lintang dan bujur
tempat, nilai deklinasi dan equation of time matahari, tinggi tongkat, dan
panjang bayangan yang dibentuk oleh tongkat tersebut.

Sebagai contoh dan praktik lapangan pemakalah pada hari Jum’at, 27


September 2019 markaz asrama putri Siti Fatimah Pondok Pesantren Life
Skill Daarun Najah Semarang, dengan rincian data:

Lintang Tempat = -6° 59’ 21” LS

Bujur Tempat = 110° 24’ BT

Bujur Daerah = 105°

1
Slamet Hambali, Ilmu Falak: Arah Kiblat Setiap Saat, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta,2013), hlm. 29.
2
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra),hlm. 65.

3 |Praktikum Falak 1
Deklinasi Matahari = -1° 30’ 41”

Equation (e) = 0j 8m 48d

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk menyelesaikannya, yaitu 3:

1. Alat & Data


a. Tongkat Istiwa’.
b. Bidang datar / dial.
c. Alat tulis.
d. Kalkulator.
e. Data Ephemeris meliputi: equation of Time (e), deklinasi matahari
(δ)
f. Data koordinat meliputi: lintang tempat (LT), bujur tempat (BT),
bujur daerah (BD)
g. Waterpass
2. Pastikan tempat untuk melakukan observasi sudah datar dan lebih baik
menggunakan dial yang sudah datar diukur menggunakan Waterpass.

3. Letakkan tongkat Istiwa’ pada bidang datar, di tempat yang terkena sinar
Matahari. Sebelumnya ukurlah terlebih dahulu panjang tongkat istiwa’

3
Muhammad Himmatur Riza, Sundial Horizontal dalam Penentuan Penanggalan Jwa
Pranata Mangsa, (Skripsi: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang, 2018), hlm. 91.

4 |Praktikum Falak 1
yang digunakan. Pemakalah disini dalam praktek lapangan menggunakan
tongkat sepanjang 18 Cm.

4. Catat jam bidik ketika melakukan observasi. Contoh : pagi sebelum zawal
atau sore sesudah zawal. Untuk praktek pemakalah melakukan observasi
lapangan pada pagi hari sebelum zawal pada pukul 09:16:31 WIB
menggunakan jam BMKG ketika Matahari berada di deklinasi Selatan
sehingga bernilai negatif.
5. Lalu ukur panjang bayangan tongkat.

Setelah melakukan observasi lapangan di pagi hari sebelum zawal,


hasilnya panjang bayangan sepanjang 12 Cm.
6. Mencari ketinggian matahari,
Tinggi Matahari adalah jarak busur sepanjang lingkaran vertikal
dihitung dari ufuk sampai Matahari. Tinggi Matahari bernilai positif (+)

5 |Praktikum Falak 1
apabila posisi Matahari berada di atas ufuk. Adapun jika Matahari berada
di bawah ufuk, tinggi Matahari bernilai (-).4 Untuk menghitungnya dapat
menggunakan yaitu sebagai berikut:
Panjang atau tinggi tongkat = 18 cm
Panjang bayangannya = 12 cm
Rumusnya:
Tan = panjang tongkat / panjang bayangan
Tan = 18 / 12
Cara pejet kalkulatornya:
Shift Tan ( 50:40) = 56° 18’ 35,76”
Sudah diketahui tinggi mataharinya (h) adalah 56° 18’ 35,76”
7. Menghitung sudut waktu matahari pada saat itu
Sudut waktu Matahari adalah busur sepanjang lingkaran harian
Matahari dihitung dari titik kulminasi atas sampai Matahari berada. Harga
sudut waktu adalah 0⁰ sampai 180⁰. Nilai sudut waktu 0⁰ adalah ketika
Matahari berada di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit,
sedangkan nilai sudut waktu 180⁰ ketika Matahari berada di titik
kulminasi bawah. Dan apabila Matahari berada di sebelah barat meridian
atau di belahan langit sebelah barat, maka sudut waktu berrnilai positif
(+), lalu apabila Matahari berada di sebelah timur meridian atau di
belahan langit sebelah timur, maka sudut waktu bernilai negaitf (-).
Adapun rumus untuk menghitung sudut waktu adalah :5
Rumus:
Cos t = Sin h / Cos LT / Cos DM – Tan LT x Tan DM
Ket:
Ketinggian matahari / h = 56° 18’ 35,76”
Lintang Tempat / LT = -6° 59’ 21” LS
Deklinasi Matahari / DM = -1° 30’ 41”
Cos t = Sin h / Cos LT / Cos DM – Tan LT x Tan DM

4
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 81.
5
Khazin, Ilmu Falak dalam. . ., hlm. 81

6 |Praktikum Falak 1
Shift Cos = (Sin (56° 18’ 35,76” ) / Cos (-6° 59’ 21”) / Cos (-1°
30’ 41”) – Tan (-6° 59’ 21”) x Tan (-1° 30’ 41”) )
= 33° 20’ 56,77”
Kemudian nilai sudut waktu ini dijadikan satuan jam dengan dibagi 15
t = 33° 20’ 56,77” / 15°

= 2J 13m 23,78d

8. Menentukan waktu hakiki (WH)


Waktu Hakiki atau WH adalah waktu yang didasarkan pada
peredaran Matahari hakiki saat Matahari berada di meridian atas. Untuk
menghitungnya dengan menggunakan rumus:6
Ada dua ketentuan untuk mendapatkan waktu hakiki, yaitu:
a. Apabila bayangan mengarah ke barat (Pagi), maka berlaku:
WH = 12 – t
b. Apabila bayangan mengarah ke timur (Sore), maka berlaku:
WH = 12 + t
Karena pengamatan di sini Pagi, maka rumus yang digunakan adalah;
WH = 12 – t
= 12 – 2J 13m 23,78d
= 9J 46m 36,22d
9. Menentukan waktu daerah (WD)
Waktu daerah atau WD juga disebut dengan LMT singkatan dari
Local Mean Time, yaitu waktu pertengahan untuk wilayah Indonesia, yang
meliputi Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA),
dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Adapun untuk menghitungnya dapat
menggunakan rumus:7 Waktu daerah adalah waktu berdasarkan kepada
zona waktu, seperti WIB (105), WITA (120) dan WIT (135). Bertujuan
untuk penyelarasan waktu yang ada.

6
Slamet Hambali, Ilmu Falak I (Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia), (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011), hlm. 57
7
Slamet Hambali, Ilmu Falak I .., hlm.193

7 |Praktikum Falak 1
Rumusnya adalah:

WD = WH – e + (BD – BT)/15

= 9J 46m 36,22d – 0j 8m 48d + (105° – 110° 19’ 25”) / 15

= 9j 16m 30,55d

Dengan demikian, bayangan yang terjadi pada hari Jum’at tanggal


27 September 2019 dengan markaz asrama putri Pondok Pesantren Life
Skill Daarun Najaah, dengan rincian data di atas, maka bayangan yang
ditunjukkan oleh bayangan tongkat tersebut menunjuk pada jam 9j 16m
30,55d.

Dari hasil obserasi langsung oleh pemakalah dimana setelah


melakukan perhitungan dan dibandingkan dengan hasil praktik lapangan,
hasilnya tidak terlalu jauh berbeda hanya selisih dibagian detiknya saja.
Dengan rincian :

1) Perhitungan sebelum praktik lapangan dengan panjang tongkat 18 cm


dan panjang bayangan 12 cm pada jam 09j 16m 31d WIB.
2) Setelah praktik lapangan dengen perhitungan yang sama dan panjang
tongkat 18 cm serta panjang bayangan 12 cm hasilnya terjadi pada jam
9j 16m 30,55d WIB
3) Selisih antara perhitungan dengan hasil praktik lapangan yaitu:
Selisih = jam sebelum praktik – jam setelah praktik
= 09j 16m 31d - 9j 16m 30,55d
= 0˚ 0’ 0,45m

8 |Praktikum Falak 1
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Ketika suatu benda terkena sinar matahari, secara alami akan
menghasilkan bayangan Matahari. Berdasarkan keilmuan falak, pada
keadaan seperti itu dapat digunakan untuk menentukan jam pada saat
bayangan itu terjadi. Hanya membuthkan data perhitungan berikut ini:
1. Mencari ketinggian matahari (h).
2. Menghitung sudut waktu matahari pada saat itu (t).
3. Menentukan waktu hakiki (WH).
4. Menentukan waktu daerah (WD)

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah ini kami buat sebaik-baiknya, kekurangan dan


kesalahan tidak luput dari makalah ini, maka dari itu kami penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun guna
menambah khazanah keilmuan.

9 |Praktikum Falak 1
DAFTAR PUSTAKA

Hambali, Slamet. 2011. Ilmu Falak I (Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah
Kiblat Seluruh Dunia.) Semarang: Program Pascasarjana IAIN
Walisongo Semarang.

Hambali, Slamet. 2013. Ilmu Falak: Arah Kiblat Setiap Saat. (Yogyakarta:
Pustaka Ilmu Yogyakarta).

Izzuddin, Ahmad. 2017. Ilmu Falak Praktis, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra)

Khazin, Muhyiddin. 2005. Kamus Ilmu Falak. (Jogjakarta: Buana Pustaka).

Riza, Muhammad Himmatur. Sundial Horizontal dalam Penentuan Penanggalan


Jwa Pranata Mangsa. (Skripsi: Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Walisongo Semarang).

10 |Praktikum Falak 1

Anda mungkin juga menyukai