Anda di halaman 1dari 9

Subtema 7

Inovasi Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengelolaan


untuk Menjaga Kapasitas Tampungan Waduk.

Studi Pembangkit Listrik Tenaga Air Pompa Jatiluhur di Jawa Barat

Haris Zulkarnain, S.T., M.T.


Direktur Keuangan dan SDM - Perum Jasa Tirta II

Ir. Andrijanto, M.T.


Direktur Utama - PT. Jasa Tirta Luhur
andrijanto.djali@pt-jatiluhur.co.id

Gok Ari Joso, S.T., M.T.


Direktur Operasional dan Komersial - PT. Jasa Tirta Luhur
gaj.mamora@pt-jatiluhur.co.id

Muhamad Rafif Prasetyo, S.T.


Staff - PT. Jasa Tirta Luhur
engineering@pt-jatiluhur.co.id

Abstrak
Pembangkit listrik umumnya memproduksi listrik dengan nilai yang cenderung tetap,
namun beban listrik yang dibutuhkan setiap waktu selalu berbeda. Saat kebutuhan beban
maksimum, terdapat kemungkinan pembangkit listrik tidak dapat memenuhi permintaan
beban. Sedangkat saat kebutuhan beban minimum, terdapat pasokan listrik yang terbuang.
Pembangkit Listrik Tenaga Air Pompa (PLTA Pompa) terdiri dari dua waduk yaitu waduk
atas dan waduk bawah yang memiliki ketinggian yang berbeda, serta sebuah turbin yang
dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik ataupun pompa air. Saat penggunaan beban
maksimum, PLTA Pompa berfungsi sebagai pembangkit listrik. Sedangkan saat
penggunaan beban minimum, PLTA Pompa akan memompa air dari waduk bawah kembali
ke waduk atas. Dalam makalah ini dilakukan studi pembangunan PLTA Pompa bertempat
di Jatiluhur, Purwakarta. Studi yang dilakukan meliputi aspek teknis dan aspek finansial.
Hasil studi menunjukkan bahwa Pembangunan PLTA Pompa dapat dilakukan di ruas
Waduk Cirata – Waduk Jatiluhur maupun ruas Waduk Jatiluhur – Sungai Citarum.
Manfaat lain dari pembangunan PLTA Pompa adalah pengendalian bajir pada ruas Waduk
Jatiluhur – Sungai Citarum.

Kata Kunci : Beban Listrik, PLTA Pompa, Studi Pembangunan, Waduk Jatiluhur

1. LATAR BELAKANG
Sistem Tenaga Listrik terdiri dari sejumlah pembangkit listrik yang dibangun dari berbagai
jenis pembangkit dan saling terinterkoneksi untuk memenuhi permintaan energi listrik
yang bervariasi di setiap saat. Pembangkit Listrik yang umum digunakan saat ini adalah
pembangkit listrik dengan tenaga termis. Pembangkit listrik dengan tenaga termis ini
umumnya memiliki daya produksi yang tetap. Permintaan energi listrik oleh konsumen
bervariasi di setiap waktu, sehingga diperlukan optimisasi pemenuhan kebutuhan listrik.
Salah satu cara untuk menyelesaikan hal ini yaitu dengan menggunakan pembangkit listrik
dengan pengoperasian yang fleksibel.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pompa merupakan salah satu jenis pembangkit
listrik energi terbarukan. PLTA Pompa dapat difungsikan sebagai pembangkit tenaga
listrik atau pemompaan air. Beberapa kelebihan dari PLTA Pompa diantaranya dapat
menyeimbangkan permintaan dan kebutuhan energi listrik, sebagai pembangkit tenaga
listrik cadangan, serta dapat menurunkan biaya pembangkitan secara keseluruhan. Kendala
yang membatasi operasi PLTA Pompa diantaranya ketersediaan air dalam bendungan dan
pembangkitan dan pemompaan air yang tidak terus menerus dilakukan.
Semua kendala harus dipertimbangkan dalam pembuatan jadwal operasi PLTA Pompa
seperti keseimbangan permintaan dan kebutuhan energi listrik, ketersediaan pembangkit
listrik cadangan, waktu minimum hour dan peak hour dari kebutuhan energi listrik, aliran
daya, serta konsumsi bahan bakar pembangkit listrik tenaga termis. Penjadwalan operasi
PLTA Pompa ditujukan untuk mendapatkan biaya operasi yang rendah pada pembangkit
listrik tenaga termis dan secara bersamaan memecahkan permasalahan Unit Commitment
dan Economic Load Dispatch.
PLTA Pompa terdiri dari dua waduk, yaitu waduk atas dan waduk bawah yang memiliki
ketinggian yang berbeda. Bila air diturunkan dari waduk atas ke waduk bawah dan
memutar turbin, energi listrik akan dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin.
Energi listrik yang dihasilkan oleh generator disalurkan ke jaringan sistem tenaga listrik
pada saat beban puncak. Air dari waduk bawah dipompa kembali ke waduk atas dengan
menggunakan pompa yang diputar oleh motor. Motor mendapat suplai daya dari jaringan
sistem tenaga listrik pada saat beban rendah. PLTA Pompa dapat dijadikan sebagai fasilitas
cadangan selama periode beban puncak.
PLTA pada umumnya merupakan pembangkit yang dapat dikembangkan sebagai energi
primer yang terbarukan (renewable). PLTA Pompa khususnya, menerapkan teknologi
turbinpompa yang dapat dibalik (reversible) digunakan untuk menyimpan sejumlah besar
energi listrik ekstra dan menyuplai daya pada beban puncak dengan cepat dengan
mengalirkan air bolak balik diantara dua bendungan yang mempunyai ketinggian yang
berbeda. Pembangkit-pembangkit tersebut dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan energi angin dan matahari, dengan memberikan kapasitas penyimpanan
yang besar pada sistem tenaga listrik.

2. WADUK
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, waduk memiliki arti sebagai tempat penyimpanan
persediaan air untuk memenuhi kebutuhan atau mengatur ketersediaan air dan sebagainya.
Waduk umumnya dibangun dilokasi dimana
2.1. Waduk Juanda
Waduk Ir. H. Juanda (Waduk Juanda) bertempat di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa
Barat. Waduk tersebut memiliki kapasitas tampungan 2,44 Milyar m3. Genangan pada
tampungan normal +107 mdpl seluas 83 km2 dan aliran masuk rata-rata tahunan 5,5 Milyar
m3. Waduk Juanda merupakan waduk multi fungsi dengan pelayanan diantaranya pasok
irigasi seluas 2.420 km2, air baku untuk penggunaan rumah tangga, penggunaan perkotaan,
dan penggunaan industri. Waduk Juanda memiliki PLTA dengan kapasitas terpasang 187,5
MW. Sebagai waduk paling bawah dari rangkaian Bendungan Kaskade Citarum di Sungai
Citarum (Waduk Saguling – Waduk Cirata – Waduk Juanda), Waduk Juanda berfungsi
sebagai waduk pengatur yang menjamin ketersediaan air ke hilir terus menerus. Sehingga
PLTA Juanda beoperasi secara kontinyu selama 24 jam sehari. Dengan demikian, PLTA
tidak dapat berfungsi untuk menyediakan energi listrik lebih saat permintaan energi listrik
lebih dari kapasitas terpasangnya.
Besarnya energi listrik yang dibangkitkan PLTA Juanda secara umum mengikuti besarnya
pemberian air ke hilir. Saat musim kemarau, pemberian air relative lebih besar
dibandingkan dengan saat musim hujan dikarenakan kebutuhan air di hilir pada musim
kemarau lebih besar. Dengan demikian produksi listrik pada musim kemarau akan lebih
besar dibandingkan dengan musim hujan.
2.2. Waduk Cirata
Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62km2 akibat pembangunan
waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga)
kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung. Genangan air
terluas terdapat di Kabupaten Cianjur.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia
Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas
8x126 Megawatt MW sehingga total kapasitas terpasang 1.008 MW dengan produksi
energi listrik rata-rata 1.428 GigaWatt-hour (GWh) pertahun.

3. POTENSI PLTA POMPA


Terdapat 2 opsi dalam membangun PLTA Pompa di ruas Sungai Citarum. Opsi pertama
berada pada ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda. Opsi lainnya berada pada ruas Waduk
Juanda – Bendung Curug.
3.1. Ruas Waduk Cirata – Waduk Jatiluhur
Waduk Cirata merupakan Waduk yang berada di hulu Waduk Juanda dari sistem
Bendungan Kaskade Citarum. Air Citarum yang dikeluarkan dari Waduk Cirata mengalir
ke Waduk Juanda. Berdasarkan posisi dari waduk – waduk tersebut, dapat ditentukan
Waduk Cirata sebagai waduk atas dan Waduk Juanda sebagai waduk bawah. Intake PLTA
Pompa yang memungkinkan adalah di ruas Bendungan Utama Cirata – Maniis. Pada ruas
ini, kondisi bukit relatif tebal sehingga lebih memungkinkan untuk dilakukan pengeboran
dan Galian Terbuka. Skema PLTA Pompa untuk ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda dapat
dilihat pada Gambar 1. Sedangkan citra satelit dari PLTA Pompa ruas Waduk Cirata –
Waduk Juanda dapat dilihat pada Gambar 2.
350 m Main Transformer
Jalan Cirata - Maniis
300 m
250 m
Cirata Reservoir
I ntak e

200 m Power House

150 m Penstocks :
Large Concrete/Large Steel Pipe Ir. H. Djuanda Reservoir
100 m
Reversible Pump-Turbin
50 m
0,50 km 1,00 km 1,50 km 2,00 km 2,50 km 3,00 km 3,50 km 4,00 km 4,50 km

Gambar 1 Skema PLTA Pompa pada ruas Waduk Cirata - Waduk Juanda

Waduk Ir. H. Djuanda

Waduk Cirata

Gambar 2 Peta citra satelit untuk PLTA Pompa pada ruas Waduk Cirata - Waduk Juanda

3.2. Ruas Waduk Juanda – Bendung Curug


Waduk Juanda merupakan waduk paling bawah dari sistem Bendungan Kaskade Citarum.
Air Citarum yang dikeluarkan dari Waduk Juanda mengalir kembali ke Sungai Citarum
dan mengalir sejauh sekitar 11 km menuju Bendung Curug. Bendung Curug merupakan
Bendung Utama Jaringan Daerah Irigasi (DI) Jatiluhur. Air dari Waduk Juanda diatur di
Bendung Curug untuk diberikan ke tiga sub DI jatiluhur sebagai berikut:

Daerah barat melalui Saluran Tarum Barat, diberikan menggunakan pompa Hidrolik
a. Daerah utara melalui Sungai Citarum yang kemudian diatur di Bendung Walahar dan
dialirkan melalui Saluran Tarum Utara secara gravitasi, dan
b. Daerah timur melalui Saluran Tarum Timur, diberikan menggunakan pompa listrik.
Sungai Citarum ruas Waduk Jatiluhur – Bendung Curug memiliki karakteristik aliran yang
berbelok – belok serta banyak genangan di kiri dan kanan pada daerah sempadan. Di
beberapa bagian, genangan sudah berupa kolam-kolam besar hasil dari kegiatan
pengambilan galian C (pasir). Genangan ini berpotensi untuk dijadikan waduk bawah dari
PLTA Pompa ruas Waduk Juanda – Bendung Curug. Namun demikian untuk mendapatkan
data secara rinci diperlukan pengukuran yang lebih rinci di lapangan. Di sepanjang ruas ini
terdapat beberapa perusahaan.
Intake PLTA Pompa ruas Waduk Juanda – Bendung Curug yang memungkinkan adalah di
ruas Bendungan Utama Jatiluhur – Kutamanah. Pada ruas ini, kondisi bukit relatif tipis
sehingga lebih memungkinkan untuk dilakukan pengeboran. Skema PLTA Pompa pada
ruas Waduk Juanda – Bendung Curug dapat dilihat pada Gambar 3. Sedangkan peta citra
satelit dari PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda – Bendung Curug dapat dilihat pada
Gambar 4.

Main Transformer

Intake
Ir. H. Djuanda Reservoir
Waterflow Wh Power House
en Generati
ng
Penstocks : Waterflow Wh
Larg e C on crete/L arg e Steel Pip e en Pumping
Reservoir Citarum River
Reversible Pump-Turbin

Gambar 3 Skema PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda - Bendung Curug

N
Power House
Reservoir

Generator
(ReversiblePump&Generator)

Penstocks:
Concrete/Large Pipe Steel

Cikao River
Road Inspection Citarum River
Intake

Main Dam
Ir. H. Djuanda Reservoir

Morning Glory spillway

Gambar 4 Peta citra satelit PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda - Bendung Curug
4. PEMBAHASAN
Kajian teknis dan kajian finansial dilakukan untuk melihat kelayakan PLTA Pompa pada
masing – masing lokasi potensi pembangunan PLTA Pompa.
4.1. Kajian Teknis PLTA Pompa Ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda
Kajian teknis dari PLTA Pompa ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda diberikan dalam
Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Kajian Teknis PLTA Pompa pada ruas Waduk Cirata - Waduk Juanda
No. Uraian Satuan Nilai
A. TURBIN
1. Head Tertinggi m 210,00
2. Head Terendah m 110,00
3. Head Rata-rata m 160,00
4. g (gravitasi) m/s2 9,81
5. Q (debit) m3/s 730,00
6. ρ (massa jenis air) kg/m3 1.000,00
7. η (efisiensi) - 0,90
8. Operasi jam 4,00
9. P (daya) MW 1.031
10. Energi yang dihasilkan kWh 4.124.908,80

B. POMPA
1. Hp (Head Turbin) m 160,00
2. g (gravitasi) m/s2 9,81
3. Q (debit) m3/s 730,00
4. ρ (massa jenis air) kg/m3 1.000,00
5. η (efisiensi) - 0,77
6. Operasi jam 4,00
7. P (daya) MW 1.488,06
8. Energi yang diperlukan kWh 5.952.249,35

C. Efisiensi Pembangkit (output / input) 0,69

4.2. Kajian Finansial PLTA Pompa Ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda
Kajian finansial dari PLTA Pompa ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda diberikan dalam
Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kajian Finansial PLTA Pompa pada ruas Waduk Cirata - Waduk Juanda
No. Uraian Satuan Jumlah
1. Asumsi Tarif Listrik yang dijual Rp / kWh 1.830,6
2. Asumsi Tarif Listrik yang dibeli Rp / kWh 1.017,0

3. Hasil Penjualan Listrik Rupiah 2.889.023.172,75


4. Pembelian Listrik untuk Pemompaan Rupiah 6.053.437.588,95
No. Uraian Satuan Jumlah
1. Asumsi Tarif Listrik yang dijual Rp / kWh 1.830,6
2. Asumsi Tarif Listrik yang dibeli Rp / kWh 1.017,0

5. Selisih Penjualan dan Pembelian Rupiah (3.164.414.416,20)

4.3. Kajian Teknis PLTA Pompa Ruas Waduk Juanda – Bendung Curug
Kajian teknis dari PLTA Pompa ruas Waduk Juanda – Bendung Curug diberikan dalam
Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Kajian Teknis PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda - Bendung Curug
No. Uraian Satuan Nilai
A. TURBIN
1. Head Tertinggi m 80,00
2. Head Terendah m 63,00
3. Head Rata-rata m 71,50
4. g (gravitasi) m/s2 9,81
5. Q (debit) m3/s 500,00
6. ρ (massa jenis air) kg/m3 1.000,00
7. η (efisiensi) - 0,90
8. Operasi jam 4,00
9. P (daya) MW 315,64
10. Energi yang dihasilkan kWh 1.262.547,00
11. Volume Air m3 7.200.000,00
12. Tinggi Reservoir Bawah m 5,00
13. Luas Reservoir m2 1.440.000,00

B. POMPA
1. Hp (Head Turbin) m 78,65
2. g (gravitasi) m/s2 9,81
3. Q (debit) m3/s 500,00
4. ρ (massa jenis air) kg/m3 1.000,00
5. η (efisiensi) - 0,90
6. Operasi jam 4,00
7. P (daya) MW 428,64
8. Energi yang diperlukan kWh 1.714.570,00

C. Efisiensi Pembangkit (output / input) 0,74

4.4. Kajian Finansial PLTA Pompa Ruas Waduk Juanda – Bendung Curug
Kajian finansial dari PLTA Pompa ruas Waduk Juanda – Bendung Curug diberikan dalam
Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Kajian Finansial PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda - Bendung Curug
No. Uraian Satuan Jumlah
1. Asumsi Tarif Listrik yang dijual Rp / kWh 1.830,6
2. Asumsi Tarif Listrik yang dibeli Rp / kWh 1.017,0
3. Hasil Penjualan Listrik Rupiah 2.889.023.172,75
4. Pembelian Listrik untuk Pemompaan Rupiah 1.743.717.690,00
5. Selisih Penjualan dan Pembelian Rupiah 1.145.305.482,75

4.5. Studi mendalam Pembangunan PLTA Pompa Jatiluhur


Dari kedua opsi potensi pembangunan PLTA Pompa Jatiluhur, berdasarkan selisih antara
penjualan dan pembelian energi listrik PLTA Pompa serta efisiensi pembangkit dari
masing-masing opsi, Pembangunan PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda – Bendung
Curug lebih memungkinkan dibandingkan dengan ruas Waduk Cirata – Waduk Juanda.
Selanjutnya dilakukan studi mendalam pada pembangunan PLTA Pompa ruas Waduk
Juanda – Bendung Curug.
4.5.1. Identifikasi Potensi
Perbedaan tinggi muka air (TMA) pada Waduk Juanda dengan TMA di ruas Waduk
Juanda – Bendung Curug rata-rata sebesar 71,5 meter. Luas daerah genangan yang ada di
ruas Jatiluhur Curug sekitar 542 ha. Sebagian besar genangan adalah bekas galian C
dengan kedalaman yang galian sekitar 10 m. Genangan tersebut dapat dijadikan sebagai
waduk bawah. Dengan memanfaatkan kondisi tinggi jatuh dan kapasitas tampungan
genangan yang difungsikan sebagai waduk bawah, maka pembangunan PLTA Pompa
sangat memungkinkan pada ruas Waduk Juanda – Bendung Curug.
Berasarkan kondisi tampungan genangan yang memungkinkan dimanfaatkan, maka debit
yang diperkirakan mungkin untuk dialirkan adalah sebesar 500 m3/s dengan lamanya
operasi pembangkitan selama 5 jam. Sedangkan lamanya operasi pemompaan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
4.5.2. Konstruksi
Untuk memanfaatkan potensi tersebut, maka berikut adalah usulan rencana konstruksi
PLTA Pompa ruas Waduk Juanda – Bendung Curug.
a. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan diusulkan untuk berada di antara ruas Bendungan Utama dan
Desa Kutamanah. Pertimbangan pengambilan lokasi ini adalah:
 Lokasi tersebut merupakan jarak terpendek antara waduk atas (Waduk Juanda)
dengan waduk bawah (genangan ruas Waduk Juanda – Bendung Curug).
Berdasarkan hasil pengukuran google earth menunjukkan jarak kedua waduk
tersebut sebesar 3,2 km.
 Pada ruas bendungan Utama dan Desa Kutamanah terdapat bagian bukit yang
memiliki kemiringan lereng yang curam. Hal ini terlihat bila melalui jalan pada ruas
tersebut. Kondisi ini menguntungkan dalam membuat terowongan air karena relatif
pendek. Diperkirakan panjang terowongan sekitar 1,5 km.
 Area ini jauh dari masyarakat sekitar dan sebagian besar lahan berupa sawah.
Kondisi ini mengurangi beban untuk biaya pembebasan lahan.
b. Rumah Pembangkitan dan Pompa
Rumah pembangkitan dibuat dekat dengan waduk bawah. Diharapkan tapak untuk
rumah pembangkitan merupakan lahan genangan, sehingga tidak perlu dilakukan
pembebasan lahan. Unit pembangkitan dan unit pompa merupakan satu kesatuan
sehingga unit dapat berfungsi sebagai unit pembangkit pada saat beban puncak dan
sebaliknya berfungsi sebagai pompa.

c. Pipa pesat
Pipa pesat sebagian berupa terowongan dan sebagian lagi berupa konstruksi pipa.
Terowongan dibuat dua buah dan kemudian dibagi kedalam pipa-pipa di hilirnya sesuai
dengan jumlah unit pembangkitan.
 Tailrace
Tailrace dibuat pendek dan langsung terhubung dengan waduk bawah pada elevasi
yang relatif sama dengan kondisi TMA hilir.
 Waduk bawah
Waduk bawah dibuat memanjang di sisi kiri Sungai dengan memanfaatkan sebanyak
mungkin bekas galian C. antara waduk bawah dan Sungai Citarum dipisahkan
sebuah tanggul. Namun demikian antara waduk bawah dengan aliran Citarum
dibuatkan pintu pengaturan yang berfungsi untuk pengendali banjir pada saat aliran
Sungai Cikao besar. Pada saat aliran Cikao besar maka sebagian aliran dimasukkan
ke dalam waduk bawah. Dengan dapat dikendalikannya aliran di euas Jatiluhur
Curug maka operasi pompa Tarum Barat tidak terganggu akibat debit besar dari
Cikao.

5. KESIMPULAN
Dari hasil studi, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Pembangunan PLTA Pompa di ruas Waduk Juanda – Bendung Curug sangat
memungkinkan.
b. Selisih Penjualan dan Pembelian listrik untuk ruas Waduk Juanda – Bendung Curug
adalah Rp 1.145.305.482,75
c. Manfaat lain dari pembangunan PLTA Pompa pada ruas Waduk Juanda – Bendung
Curug adalah pengendalian banjir pada hilir Sungai Citarum.

DAFTAR PUSTAKA
Zuhal. 2000. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
PT. Arkitek Team Empat. 2019. Feasibility Study of Jatiluhur Pump Storage Power Plant
4 x 190 MW in West Java. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai