Pelat Girder Dist
Pelat Girder Dist
Bisa juga juga digunakan profil yang terdiri dari dua buah pelat
badan dan dua buah pelat sayap sehingga membentuk suatu
bentuk geometri kotak (hollow), yang selanjutnya dikenal
dengan istilah box girder.
Pengaku melintang
Pada bangunan gedung pelat girder dijumpai sebagai balok crane atau
sebagai balok portal yang memikul beban yang besar.
Gambar 6. Penggunaan pelat girder pada jembatan kereta api
Gambar 7. Penggunaan pelat girder pada jembatan jalan raya
Gambar 8. Penggunaan pelat girder sebagai balok crane
Gambar 9. Penggunaan pelat girder sebagai balok portal gedung
C. Dimensi Pelat Girder
Panel pelat badan adalah mencakup luasan pelat yang tidak diperkaku dengan
ukuran dalam arah memanjang adalah a dan ukuran dalam arah tinggi balok
adalah h.
h E
6,36
tw fy
h E
3,18
tw fy
b. Pelat badan dengan pengaku melintang
Bila a/h > 3,0 pelat girder tersebut dianggap tidak diberi
pengaku.
Af . fy . h Mu
atau,
Af Mu / (fy . h)
D. Kekuatan Lentur Pelat Girder
1. Kekuatan lentur rencana
Jika nilai :
h/tw < r maka dikategorikan sebagai balok biasa
h/tw > r maka dikategorikan sebagai balok pelat berdinding penuh.
2550
dimana, λr
fy
Nilai fy dalam MPa, dan untuk balok hibrida maka nilai fy diambil dari
nilai fy fens, hal ini disebabkan karena stabilitas dari web untuk menahan
tekuk lentur tergantung pada regangan yang terjadi dalam flens.
Momen nominal balok, Mn = Kg. S .fcr
dimana Kg sebagai koefisien balok berdinding penuh diambil
sebesar,
ar h 2550
Kg 1
1200 300 ar t w fcr
dimana,
ar = Aw/Afc
Aw = luas pelat badan
Afc = luas pelat sayap tertekan
h = tinggi bersih balok
S = modulus penampang
= Inetto/ymax
ymax = d/2
d = tinggi penampang pelat girder
fcr = tegangan kritis
Tegangan kritis
Tegangan kritis fcr ditentukan oleh:
Kelangsingan berdasar panjang bentang (tekuk torsi lateral)
Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap (local buckling)
E E
Batas kelangsingan, λp 1,76 λr 4,40
fy fy
Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap (local buckling)
ditentukan sebagai,
Batas kelangsingan,
dengan,
dengan,
maka,
Atau,
dengan,
c. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal pelat h/tw
memenuhi,
maka,
Atau,
dengan,
F. Interaksi Geser dan Lentur
Interaksi geser dan lentur diberlakukan pada daerah (titik) yang menderita gaya geser
dan momen lentur yatu pada panel lapangan.
Untuk pelat girder dengan tumpuan sederhana (sendi – roll) panel-panel ujungnya
tidak perlu diperiksa terhadap interaksi geser dan lentur.
Kuat geser nominal pelat badan dengan adanya momen lentur harus dihitung dengan
ketentuan,
a. Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap maka momen lentur
perlu (Mu) memenuhi,
Mu Mf
dengan Mf adalah kuat lentur nominal dihitung hanya dengan pelat saya saja,
Mf = Af . df . fy
di mana,
Af = luas efektif pelat sayap (mm2)
df = jarak antara titik berat pelat-pelat sayap (mm)
b. Jika momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh penampang, maka
pelat girder harus direncanakan untuk memikul kombinasi lentur
dan geser yaitu,
G. Pengaku (Siffener)
dengan,
Ru = beban terpusat atau gaya tumpu gelagar
melintang
Rb = kekuatan nominal pelat badan berdasarkan kuat
leleh, kuat tekuk (dihitung berdasarkan butir
8.10.3, 8.10.4, 8.10.5, dan 8.10.6, SNI 03 –
1729)
As = luas tampang pengaku
= 0,9
Bila (Ru - Rb) hasilnya negatif (-) maka tidak perlu pengaku
badan.
Kekuatan nominal pelat badan berdasarkan kuat leleh :
Keterangan:
k = tebal pelat sayap ditambah jari-jari peralihan
(mm)
N = dimensi longitudinal pelat perletakan atau
tumpuan, minimal sebesar k (mm)
Gambar 15. Posisi beban terpusat pada jarak lebih besar dan lebih kecil dari
tinggi balok
Kekuatan nominal pelat badan berdasarkan kuat tekuk dukung :
Bila beban terpusat dikenakan pada jarak lebih dari d/2 dari ujung balok
(8.10.4.a),
Bila beban terpusat dikenakan pada jarak kurang dari d/2 dari ujung balok
dan untuk N/d 0,20 (butir 8.10.4.b),
Untuk pelat sayap yang tidak dikekang terhadap rotasi dan dihitung
jika (h/tw)/(L/bf) 1,7 (butir 8.10-5.b),
dengan,
Cr = 3,25 untuk M My
= 1,62 untuk M > My
Kekuatan nominal pelat badan berdasarkan kuat tekuk lentur
akibat gaya tekan adalah (butir 8.10.6),
2. Lebar pengaku
Lebar pengaku pada setiap sisi pelat badan harus lebih besar
dari sepertiga lebar pelat sayap dikurangi setengah tebal pelat
badan,
dengan,
As = luas penampang pengaku penahan gaya tumpu (penumpu
beban)
4. Kontrol sebagai kolom
fy
Harus dipenuhi, R u A' dengan = 0,85
ω
5. Pengaku yang tidak menerima beban
Bila kuat geser pelat badan Vn tidak memenuhi, maka dipasang pengaku
vertikal pada salah satu sisi atau di kedua sisi pelat badan.
a. Luas minimum
Pengaku vertikal yang tidak menerima beban luar secara langsung atau
momen, harus memenuhi:
2
a
a
As 0,5 D Aw 1 Cv
h
h
2
a
1
h
dengan,
D = 1,0 untuk sepasang pengaku
= 1,8 untuk pengaku tunggal
= 2,4 untuk pengaku pelat tunggal
AW = luas pelat badan
Cv = perbandingan antara kuat geser pada butur 8.8.4 atau 8.8.5
terhadap kuat geser pada butir 8.8.3
b. Kekakuan minimum pengaku
Pengaku vertikal pada pelat badan yang tidak menerima beban luar
secara langsung atau momen harus mempunyai momen inersia (Is)
terhadap garis tengah bidang pelat badan,
a
Is 0,75 h.tW3 untuk 2
h
3
1,5h 3 .t W a
Is untuk 2
a2 h
dimana,
1 2
Is .t s .bs
12
A B C D E
3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m
190
25
20 20 10
20 1700
25
120 400
Kuis 1 :
Desainlah suatu balok pelat berdinding
penuh yang tertumpu sederhana
bentangan 18 m. Tinggi balok yang
dijinkan adalah 165 cm. Asumsikan
balok terkekang lateral menerus dan
mutu baja St 37.
Kuis 2 :
THE END