Legal Opinion PENMOD
Legal Opinion PENMOD
Disusun oleh:
DINAR BATANG TARIS (14040704020)
RIZQY AULIA FITRI (14040704044)
AHMAD HAFIDZ JIMMY P (14040704066)
NOVIA KUSUMAWARDANI (14040704107)
RUSMANIAH (14040704115)
Isu Hukum:
1. Apakah prosedur pendirian PT PMA Edulab Care telah sesuai dengan perundang
– undangan yang berlaku ?
2. Apa fasilitas yang akan diperoleh Penanam Modal Asing di Indonesia ?
3. Apa tindakan yang harus dilakukan oleh John Pieter bila terjadi nasionalisasi pada
PT PMA Edulab Care oleh pemerintah Indonesia ?
4. Apa resiko bisnis yang dihadapi oleh John Pieter dan Adrian Yermia selaku
pemilik PT PMA Edulab Care?
Dasar Hukum:
1. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (yang
selanjutnya disebut UUPM)
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 111 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha
Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal.
3. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No 111 Tahun 2007
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Daftar
Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
5. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi
7. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009
Tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.
Konsep Hukum:
1. Pasal 1 ayat (3) UUPM "Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri."
2. Menurut Pasal 5 ayat (2) UUPM “Penanaman modal asing wajib dalam bentuk
perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah
Indonesia, kecuali ditentukan lain dalam undang – undang”.
3. Pasal 5 ayat (3) UUPM, "Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk perseoran terbatas dilakukan dengan:
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
b. membeli saham; dan
c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan."
4. Pasal 6 ayat (1) UUPM, “Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada
semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan
kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan”
5. Pasal 6 ayat (2) UUPM, “Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia”
6. Pasal 7 ayat (1) UUPM," Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi
atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-
undang."
7. Pasal 7 ayat (2) UUPM, “Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi
atau pengambilalihan hak kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan
harga pasar”
8. Pasal 7 ayat (1) UUPM, “Jika diantara kedua belah pihak tidak tercapai
kesepakatan tentang kompensasi atau ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase”
9. Pasal 10 ayat (1) UUPM, "Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi
kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara
Indonesia."
10. Pasal 12 ayat (2) UUPM, "Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing
adalah:
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang."
11. Pasal 15 UUPM, "Setiap penanaman modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
Analisis Kasus:
1. Pendirian PT PMA Edulab Care telah sesuai dengan tata cara yang diatur dalam
perundang – undangan.
- Pada Januari 2009, pengusaha asal Inggris bernama John Pieter berlibur ke
Indonesia didaerah Papua dan melihat adanya kesempatan untuk berinvestasi
di bidang kesehatan, khususnya bidang pembuatan obat anti malaria.
- April 2009, John Pieter mengontak temannya di Indonesia yang bernama
Adrian Yermia untuk membantunya membuat perusahaan dibidang pembuatan
obat anti malaria.
- Adrian Yermia mempelajari seluruh peraturan tentang pendirian peseroan
terbatas modal asing. Yang mana menurut Menurut Pasal 5 ayat (2) UUPM
“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Indonesia, kecuali ditentukan
lain dalam undang – undang”.
- Pengajuan izin sementara untuk pendirian PT PMS melalui BPKM diatur
dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010.
- Dan karena penanaman modal asing yang akan dilakukan John Pieter akan
bergerak dibidang industri bahan baku obat maka menurut Lampiran Perpres
No 111 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 77
Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, huruf c
nomor 19 tentang batasan kepemilikan modal asing dalam usaha industri
farmasi, industri bahan baku obat j.o Lampiran Perpres No 36 Tahun 2010
lampiran 1 nomor 16 bidang kesehatan, usaha industri farmasi, industri bahan
baku obat adalah 75%. Maka pembagian modal sebagai berikut John Pieter
sebagai penanam modal asing sebesar 75% dan Adrian Yermia sebagai
penanam modal dalam negeri sebesar 25%.
- Menurut Pasal 12 ayat (2) UUPM, "Bidang usaha yang tertutup bagi penanam
modal asing adalah: a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan
perang; dan b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup
berdasarkan undang-undang." Maka PT PMA Edulab Care merupakan bidang
usaha yang terbuka bagi penanam modal asing
- Untuk mengesahkan pendirian PT PMA Edulab Care, sesuai dengan Pasal 25
ayat (3) UUPM, "Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal asing
yang berbentuk perseroan terbatas dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan."
- Maka dalam Lampiran I Perka BKPM Nomor 12 Tahun 1009 Permenkes
Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi disebutkan
tata cara pendirian PT PMA dibidang Industri Farmasi
- PT PMA Edulab Care masuk kedalam bidang Industri Farmasi karena sesuai
dengan fungsi perusahaanya yang tercantum dalam Pasal 15 Permenkes
Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi Analisis
Kasus: industri farmasi mempunyai fungsi:
a. pembuatan obat dan/atau bahan obat
b. pendidikan dan pelatihan;dan
c. penelitian dan pengembangan
- Menurut Pasal 33 ayat (3) huruf a, b, c, d, e, f, Pendaftaranya melampirkan
dokumen – dokumen sebagai berikut:
a. Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat
yang dikeluarkan oleh kedutaan besar / kantor perwakilan negara yang
bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah negara lain;
b. Rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah
perseorangan asing;
c. Rekaman anggaran dasar dalam bahasa inggirs atau terjemahanya
dalam bahasa indonesia dari penterjemah tersumpah untuk pemohon
adalah untuk badan usaha asing;
d. Rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahanya beserta
pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah
badan usaha Indonesia;
e. Permohonan pendaftaran ditanda tangani diatas materai bila cukup oleh
seluruh pemohon (bila belum berbadan hukum) atau oleh direksi (bila
sudah berbadan hukum)
f. Surat kuasa asli bermaterai cukup untuk pengurusan permohonan yang
tidak dilakukan secara langsung oleh pemohon / direksi perusahaan.
- Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari BKPM dikeluarkan,
selanjutnya mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari
BKPM, yaitu izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha.
- Menurut Pasal 5 ayat (1) Permenkes Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010
Tentang Industri Farmasi. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi
sebagaimana dimaskud dalam Pasal 4 ayat (1) terdiri atas:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara
Indonesia masing – masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu dan;
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang – undangan di bidang
kefarmasian.
Birokrasi
System birokrasi yang panjang di bidang penanaman modal, dapat
mengakibatkan situasi yang tidak kondusif bagi kegiatan penanaman
modal, sehingga bisa menyebabkan hilangnya minat para pemodal untuk
melakukan investasi. Birokrasi yag terlalu panjang dan berbelit-belit
sehingga terkesan mempersulit para pemodal asing dapat menyebabkan
keengganan bagi para pemodal asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Transparansi dan Kepastian Hukum
Masalah transparansi dan kepastian hukum bagi calon investor adanya
transparansi dalam proses dan tata cara penanaman modal akan
mencipatakan suatu kepastian hukum bagi jaminan usaha investo.
Sehingga pada akhirnya dapat dijadikan stimulus untuk merangsang minat
para penanam modal asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Alih Teknologi
Dalam hal ini, adanya pengaturan yang ketat mengenai kewajiban alih
teknologi dapat menurunkan minat penanam modal untuk berinvestasi,
karena diperlukan adanya pertimbangan yang benar-benar matang untuk
melakukan alih teknologi bagi kalangan investor. Sehingga harus ada
kontraprestasi yang dapat diterima oleh pihak Investor sebelum melakukan
alih teknologi.
Jaminan Investasi
Jaminan investasi dalam hal ini terjadi perubahan kebijakan host
country, kerusuhan, huru hara, penyitaan, nasionalisasi, pengambil alihan,
termasuk masalah repatriasi modal, serta penarikan keuntungan.
Ketenagakerjaan
Permasalahan ketenagakerjaan pada kegiatan penanaman modal yaitu:
Proses pengalihan teknologi dan keterampilan seringkali berjalan
lambat dan tersendat;
Adanya pelanggaran terhadap izin kerja tenaga kerja asing.
Mekanisme Penyelesian Sengketa Alternatif
Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif forum penyelesaian
sengketa, baik melalui peradilan atau badan arbitrase internasional atau
penyelesaian sengketa alternatif lainnya mencerminkan netralitas serta
profesionalisme hakim atau arbiter dalam pengambilan keputusan.
Kesimpulan:
1. Perusahaan yang didirikan oleh John Pieter telah memenuhi persyaratan pendirian
industry farmasi, yang antara lain adalah:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggungjawab pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu dan;
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Selain itu, perusahaan yang didirikan oleh John Pieter dan Adrian Yermia tersebut
telah memenuhi ketentuan dalam Perpres Nomor 111 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka j.o Lampiran Perpres
Nomor 36 Tahun 2010 lampiran 2 nomor 16 bidang kesehatan usaha industri
farmasi yang menyatakan bahwa maksimal penanaman modal asing di bidang
tersebut adalah 75%. Dimana pihak John Pieter telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Fasilitas yang diperoleh bagi PMA yaitu fasilitas fiskal, keringanan bea masuk,
pemberian izin tinggal terbatas sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (3)
UUPM.