LAPORAN AKHIR
IV. Alat-alat
a. Sound level meter
b. Sumber bunyi
c. Speaker
d. Penggaris / metera
V. Teori Dasar
Menurut Endah (1995 : 305), bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara
kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,
durasi, dan pola waktu.
Pada gelombang diamati dua fenomena sekaligus, yaitu osilasi titik pada medium dan
perambatan pada osilasi. Dua fenomena ini pasti diamati pada gelombang apa saja ketika
menggetarkan salah satu ujung tali maka akan terlihat pola simpangan pada tali bergerak ke
ujung tali yang lain. Jadi, gelombang adalah osilasi yang merambat pada suatu medium tanpa
diikuti perambatan bagian-bagian medium itu sendiri (Mikrajuddin, 2016 : 350).
Alat untuk mengukur tingkat kuat bunyi kebisingan di kenal dengan sound level
meter (selanjutnya disingkat SLM). SLM merupakan alatu kur dengan basis system
pengukuran elektronik. Meskipun pengukuran bisa dibuat secara langsung dengan cara
mekanik, system pengukuran elektronik memberikan banyak keuntungan untuk beberapa
pengukuran, antara lain kecepatan system dalam mengambil, mengirim, mengolah, dan
menyimpan data. SLM banyak di jual di pasaran namun harganya tergolong mahal.
Instrumen utama untuk pengukuran suara lapangan adalah soundlevel met er (SLM).
Komponen dari soundlevel meter yaitu:
1. Mikrofon. Mikrofon berguna mendeteksi fluktuasi tekanan suara dan mengubah sinyal
listrik analog.
2. Preamplifier. Preamplifier digunakan untuk pencocokan impedansi dan terkadang
memberikan tegangan polarisasi DC ke mikrofon.
3. Jaringan pembobotan frekuensi .Tahap ini menyediakan system jaringan, umumnya AC
dan linear yang digunkan untuk memodifikasi karakteristik respon frekuensi dan
instrument pengukuran. Pembobotan frekuensi yang tepat tergantung pada jenis
pengukuran yang di buat.
4. Rentang penguat control. Kebanyakan penguat detector soundlevel meter memiliki
jangkauan terbatas dari sinyal yang mereka operasikan secara akurat. Penguat ini
digunakan untuk mengatur tegangan sinyal ketingkat yang ada dalam kisaran ini.
5. Detektor. Elemen ini digunakan untuk mengkarakterisasi amplitude sinyal yang masuk.
Ada beberapa jenis detector yang umum digunakan. Mereka termasuk RMS(Root
Means Square), puncak dan integrase.
6. Layar. Setelah amplitude sinyal terdet ksi, layar digunakan untuk menunjukkan level
ini. Umumnya tampilan SLM di skala akan dalam deksripsi yang mengacu pada standar
internasional yaitu 2 x 105 pa. Output.
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada suatu
satuan atau gabungan getaran yang merambat adalah gelombangnya. Rumus umum
gelombang : E = hv/λ = hf. Hubungan antara periode T dan panjang gelombang adalah
ω=2π/T dan k=2π/λ. Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang
dalam waktu satu detik (Valentinus, 2008 : 111).
Untuk meyatakan tingkat intensitas bunyi biasanya digunakan skala logaritmik, dengan
satuan desibel (dB) β=10 log I/Io. Dengan β adalah kuat bunyi (dB), I adalah intensitas bunyi
yang diterima (w/m2) dan Io adalah intensitas ambang pendengaran (1. 10 -12
w/m2) (wildan,
2009 : 31).
Intensitas adalah jumlah energi bunyi tiap detiknya menembus tegak lurus bidang seluas
satuan luas. Luasnya daerah bunyi yang dapat diterima telinga manusia, dan penggunaan skala
logaritma akan mempermudah pembacaan harga intensitas bunyi. Hubungan intensitas bunyi
(I) dengan tingkat intensitas bunyi dinyatakan dengan TI=10 log I/Io, dimana TI adalah
tingkat intensitas bunyi (sound preasure level) dalam satuan dB (Jamaludim, 2014 : 42) .
High noise levels can contribute to condiovaascular effect in humans and an increased
incidence of desease. So use of sound level meter can help in monitoring sound level various
economic zones in urban areas as well as keep a vigilant eye on welfare of people in the urban
areas (simon, 2017 : 659).
VI. Prosedur kerja
Cara mengkalibrasi sound level meter;
a. Hidupkan kalibrator dan sound level meter.
b. Putar tombol penyetel , dan atur tingkat tekanan suara.
c. Pastikan kalibrator berada pada sound level meter yang benar.
d. Lalu sesuaikan sound level meter untuk memperoleh hasil yang benar.
Pengukuran :
a. Ukurlah intensitas bunyi yang dikeluarkan oleh suatu sumber bunyi dengan
jarak 10 cm dari sumber bunyi.
IX. Pembahasan
Percobaan kali ini adalah percobaan tentang pengukuran menggunakan sound
level meter. Saound level meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur taraf
kebisingan atau sound level. Kebisingan adalah bunyi yang termasuk dalam kategori
polutan lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan. Untuk mengukur tingkat kekuatan
bunyi kebisingan ini di perlukan sound level meter.
Kebisingan pada faktanya memang mengganggu kesehatan seperti saat kami
melakukan praktikum ini dan kami melakukan dengan membunyikan suara atau bunyi
bising terlihat praktikan – praktikan yang lainya merasa terganggu dengan bunyi tersebut.
Konsentrasi dan fokus mereka saat melakukan praktikum dan kegiatan percobaan
menjadi terganggu.
Kami melakukan percobaan dengan mengukur kebisingan dengan menggunakan
sound level meter. Dengan jarak yang berbeda-beda yakni 10cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm,
dan 50 cm. Hasil yang diperoleh berupa besaran taraf intensitas bunyi bersatuan desibel
(dB). Hasil percobaan pertama pada jarak 10cm yaitu 109,7 dB, Hasil percobaan kedua
pada jarak 20cm yaitu 109,6 dB, Hasil percobaan ketiga pada jarak 30cm yaitu 109,5 dB,
Hasil percobaan keempat pada jarak 40cm yaitu 106,2 dB, Hasil percobaan pertama pada
jarak 50cm yaitu 105dB.
X. Pertanyaan
10.1. Berapa nilai ambang batas tingkat kebisingan?
Jawaban : Nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk
sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari.
XI. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan berikut ini didapatlah kesimpulan sebagai berikut :
1. Sound level meter adalah alat ukur untuk mengukur taraf kebisingan dengan satuan
desibel(dB).
2. Intensitas bunyi dapat diukur dengan menggunakan sound level meter.
3. Taraf intensitas bunyi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan TI=10 log I/Io.
DAFTAR PUSTAKA
Endah, Purnomo. 2016. Pengantar Eksperimen Fisika. Yogyakarta: CV Mulya.
Jamaluddin, Suriyanto. 2014. Perancangan dan Implementasi Sound Level Meter (SLM).
Dalam Skala Laboratorium Sebagai Alat Ukur Intensitas Bunyi. Jurnal Pendidikan
and Awisy Environment Experimentally. Open Journal of Acoustic. Vol. 8. No. 1. 13-
22.
Wildan. 2011. Rancang Bangun Sound Level Meter Berbasis Mikrokontroler AT8851.
10 TI/10 = I/Io
I = 10 TI/10 . Io
TI1 = 109,9 dB
TI3 = TI2 – 20 log r3/r2 = 103,9 – 20 log 30/20 = 103,9 – 3,52 = 100,38 dB
TI4 = TI3 – 20 log r4/r3 = 100,38 – 20 log 40/30 = 100,38 – 2,46 = 97,84 dB
TI5 = TI4 – 20 log r5/r4 = 97,84 – 20 log 50/40 = 97,84 – 1,92 = 95,92 dB
12.2. Lampiran gambar
PRAKTIKUM ALAT – ALAT UKUR
PENGUKURAN MENGGUNAKAN OSILOSKOP DIGITAL
Tegangan/VPP
𝑉𝑃𝑃
1. VP = 2
𝑉𝑃
2. Veff =
√2
1
3. Periode =𝑓
B. Pengukuran Frekuensi AC
Output Perpindahan Angka 𝑇𝑖𝑚𝑒 Freg VPP VP Veff Periode Ket
𝐷𝑖𝑣
Tegangan Gambar Sumbu Y 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝐷𝑖𝑣
20 Volt 2 Div 0,12 5 Ms 100,8 20 V 10 7,09 0,009 T
Volt/div
20 Volt 2 Div 11,20 5 Ms 100,8 20 V 10 7,09 0,0033 P
Volt/div
IX. Pembahasan
Osiloskop adalah salah satu alat ukur yang dapat menampilkan bentuk dari sinyal
listrik. Pada percobaan osiloskop ini, kita dapat mengetahui prinsip kerja osiloskop. Pada
percobaan pertama dengan menggunakan sumber tegangan DC mengalami perubahan
skala gelombang sesuai dengan sumber dan volt/div yang diinginkan.
Sama halnya seperti pada percobaan pertama dengan meggunakan tegangan DC ,diperoleh
hasil bahwa sumber dan volt/div yang digunakan berpengaruh terhadap skala dan bentuk
gelombang yang dihasilkan. Karena apabila sumber dan volt/div yang digunakan semakin
tinggi maka skala yang dihasilkan pada gelombang AC dilayar osiloskop akan semakin
besar. Kemudian apabila kita menggunakan tegangan positif pada gelombang ,maka titik
gelombang akan naik dan sebaliknya jika menggunakan tegangan negative maka titik
gelombang terebut akan turun.
Frekuensi gelombang pada osiloskop dipengaruhi oleh besarnya time/div yang
digunakan karena semakin tinggi time/div yang digunakan maka akan semakin bear skala
gelombang yang dihasilkan, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan periode dan
frekuensi gelombang pada osiloskop juga meningkat.
Adapun data hasil pengukuran tegangan arus searah (DC). Tersedia baterai
tunggal ,dua baterai dihubungkan secara seri dan dua baterai dihubungkan secara pararel .
Adapun prosedur yang digunakan yaitu, menyiapkan osiloskop sehingga setiap untuk
mengukur tegangan DC , yaitu menyiapkan osiloskop sehingga siap untuk mengukur
tegangan DC, mengatur posisi vertical tepat ditengah-tengah skala yang horizontal,
mengukur tegangan baterai yang sudah disiapkan.
Terdapat tiga percobaan yang kami lakukan, yaitu : mengukur tegangan DC,
mengukur frekuensi AC dan menggambarkan kurva lissajous dengan 2 channel dengan
menggunakan osiloskop digital. Pada percobaan pertama dilakukan pengukuran tegangan
DC kami menggukan sumber tegangan sebesar 1,5 volt dari baterai. Kemudian hasil yang
didapatkan pada layar panel osiloskop menunjukkan 1 kotak 3 garis, di mana 1 kotak
bernilai 1 volt dan 1 garis bernilai 0,2 volt/div. Maka panjang gelombang di layar panel
sebesar 1, 6 volt. Serta tegangan pada baterai bernilai 2,40 volt pada layar osiloskop.
Namun secara teori tegangan baterai sebesar 3,2 volt. Hal ini disebabkan karena daya pada
baterai yang sudah mulai melemah dikarenakan terlalu sering digunakan, sehingga terjadi
ketidaksamaan anatara teori dan praktek.
Dari percobaan dapat diketahui bahwa panjang gelombang dipengaruhi oleh
time/div. Semakin besar saklar time/ div, maka panjang gelomban semakin pendek,
sedangkan amplitudo gelombang dipengaruhi oleh saklar volt/div. Adapun gambar
lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang menunjukkan perbedaan
atau perbandingan beda fase, frekuensi dan amplitudo dari 2 gelombang inputan pada
probe osiloskop. Frekuensi adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap detiknya dalam
satuan Hz. Sedangkan beda fase adalah perbadningan besar sudut anatara dua gelombang
sinusoidal yang diamati. Beda fase akan terlihat apabila dua buah gelombang sinusoidal
yang dimasukkan ke dalam osiloskop secara bersama-sama. Ada banyak gambar atau
grafik lissajous di kenyataannya. Namun hanya ada bebarapa grafik lissajous
yang mudah diketahui beda fasemya, lissajous yang frekuensinya sama. Selain itu, dengan
sedikit penyetelan kita dapat mengetahui beda fase antara sinyal masukan serta sinyal
keluaran.
X. Pertanyaan
Adapun pertanyaan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan apa itu noise dan berikan contohnya?
Jawaban: Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan dalam suatu sistem
komunikasi atau informasi. Sinyal-sinyal noise ini dapat mengganggu kualitas
penerimaan sinyal dan reproduksi sinyal yang akan di pancarkan. Contohnya noise
yang dapat dirasakan seperti pada menyebabkan suara desis di loudspeaker sehingga
terdengan oleh pendengarnya
2. Apa itu kegunaan kurva lissajous dan gambarkanlah macam-macam bentuk kurva
lissajous beserta sudutnya?
Jawaban: Kurva lissajous adalah untk membandingkan atau menunjukkan perbedaan
beda fase, frekuensi dan amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop.
Macam-macam bentuk kurva lissajous beserta sudutnya adalah:
XI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Osiloskop digital merupakan alat ukur yang dapat menganalisis dan menampilkan
suatu gelombang AC, DC dan lissajous pada layar
2. Cara menggunakan osiloskop dengan baik dan benar yaitu dengan cara mengkalibrasi
atau mengembalikan posisi ke arah nol sebelum memulai percobaan
3. Besar kecilnya gelombang yang dihasilkan dipengaruhi oleh sumber tegangan dan
volt/div atau time/div yang digunakan
4. Gambar kurva lissajous
1:3
300 900
XII. Daftar Pustaka
Bachmid,A.,dkk.2017.Osiloskop Portable Digital Berbasis AVR AT mega
644.E. Jurnal Teknik dan Komputer. Vol. 6.No.1. ISSN: 2301-8402. Cooper, W.D. 1984.
Instrumentasi Eektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta :
Erlangga.
Kharisma,A.W.,dan Utama .J.2013.Portable Digital Osiloscope Menggunakan
P1C18F4550 Portable Digital Osiloscope Based on P1C18F4550.
TELEKONTRAN.Vol.1.No.2.
Shen,C.L.,dan Kong,A.J.2011.Aplikasi Elektromagnetik.Jakarta:Erlangga. Soedojo,Peter.1998.
Azas-azas Ilmu Fisika Listrik-Magnet Jilid2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiri.2004.Elektronika Dasar dan Perpheral Komputer.Yogyakarta:ANDI.
XIII. Lampiran
13.1. Lampiran hitung
1. Pengukuran Tegangan DC
a. VPP = 0,2 div X 300 volt/div
= 0,4 Volt
b. VP = VPP/2
= 0,4/2
= 0,2 Volt
c. Veff = VP/√2
= 0,2/√2
=0,1 √2
2. Pengukuran Frekuensi AC
a. VPP = 2 div X 6,12 volt/div
= 6,12 Volt
b. VP = VPP/2
= 12,24/2
= 6,12 Volt
c. Veff = VP/√2
= 6,12/√2
= 3,06√2
d. T = 1/f
= 1/100,89
= 0,00991
3. Pengukuran Grafik Lissajous
F = 100 CH 1
a. VPP = 2,4 div X 5 volt/div
= 17 Volt
b. VP = VPP/2
= 17/2
= 8,5 Volt
c. Veff = VP/√2
= 8,5/√2
= 4,25√2
d. T = 1/f
= 1/100
= 0,01
F = 300 CH 2
a. VPP = 2,2 div X 10 volt/div
= 2,2 Volt
b. VP = VPP/2
= 2,2/2
= 11 Volt
c. Veff = VP/√2
= 11/√2
= 5,5 √2
d. T = 1/f
= 1/300
= 0,033
II. Tujuan :
1. Dapat Mengenal Bagian Function Generaton dan Fungsinya
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium.
Pada suatu satuan atau gabungan getaran yang merambat adalah gelombangnya. Satu
gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit
(gelombang tranversal) atau menghitung jarak antara satu rapatan dengan satu
renggangan (gelombang longitudinal) (Valentinus, 2017 : 111). Function generator
digunakan sebagai sumber sinyal atau frekuensi untuk menggetarkan loudspeaker.
Frekuensi getaran dari loudspeaker dapat diubah ubah sesuai dengan output function
gerator (Mashuri, 2001 : 101).
Function generator terdiri atas generator utama dan generator modulus. Generator
utama dan generator meyediakan gelombang output sinus, kotak , atau segitiga dengan
frekuensi 0,01 Hz sampai 13 mHz. Sedangkan dengan generation modulasi menghasilkan
bentuk gelombang sinus, kotak, persegi dengan frekuensi 0,001 hz sampai 10 khz . Pada
umumnya frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasikan dengan mengatur kapasitor
dalam rangkuman LC atau RC, dalam instrumen ini dikendalikan oleh variasi arus yang
mengemudikan integrator , generator fungsi memberikan keluaran berbagai bentuk
gelombang sinus, segitiga, dan kotak dengan jangkauan frekuensi dari 0,01 Hz sampai 100
kHz. Frekuensi terkendali tegangan (frekuensi controlled voltage) mengatur dua sumber
arus upper dan lower contant curret soutce . Upper constant curret mensuplai arus tegangan
ke integrator yang menghasilkan tegangan output naik secara linear terhadap waktu
menurut persamaan berikut :
Voutput: - 1/C idt
Prinsip kerja ini yaitu saat alat tersebut diberi satuan dari satu daya maka arus
tersebut akan diolah osiloskop ICNE-966-IC NE-566 ini dapat menghasilkan sinyal
maksimal 1 more oleh karna itu kita praktikum dibutuhkan sinyal maksimal 2 Mhz
maka IC tersebut membutuhkan supaya nilai frekuensinya menjadi maksimal 2Hz.
Sesuai dengan ketentuan kit IC NE-566 dapat menghasilkan output sinyal berupa sinyal
sinusoidal didapatkan dengan mengkonversi sinyal segitiga dengan bantuan blok
pengubah sinyal sinusoidal dalam aplikasinya amplitude dan frekuensinya output sinyal
sinusoidal alat ini dapat diatur oleh potensiometer (Tirmare, 2015 : 2394).
Generator fungsi analog umumnya menghasilkan gelombang segitiga sebagai
dasar dari semua outputnya. Segitiga ini sebagai dasar dari semua outputnya segitiga
ini dihasilkan kapasitor yang diawet dan dilepas secara berulang-ulang dari seumber
arus konstan. Hal ini menghasilkan ramp voltase dengan menggunakan
komparator,menghasilkan gelombang segitiga linear dengan arus yang bercontra
function.
1. 50 Hz 2,5 V
2. 100 Hz 2,5 V
3. 300 Hz 2,6 V
4. 500 Hz 2,6 V
5. 1000 Hz 2,5 V
VII. Analisis Data
7.1. Persamaan mencari tegangan
V(t) = A sin (2π f t + ϕ)
VIII. Pembahasan
Percobaan kali ini adalah percobaan dengan menggunakan Analog Function Generator.
Tujuan melakukan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal bagian function
generator beserta fungsinya, dan dapat menyelidiki hubungan frekuensi dengan output yang
terbentuk. Generator fungsi merupakan sebuah instrument terandalkan yang merupakan
memberikan suatu pilihan bentuk gelombang yang berbeda yang frekuensi nya dapat diatur
sepanjang waktu suatu rangkuman yang lebar. Bentuk-bentuk gelombang keluaran yang paling
lazim adalah sinus,segitiga,persegi dan gigi gergaji.
Sebelum melakukan kegiatan praktikum, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yaitu
menyiapkan Analog function generator dan osiloskop. Frekuensi yang akan diuji yakni 50 Hz,
100 Hz, 300 Hz, 500 Hz, dan 1000 Hz. Setelah mendapatkan hasil maka, selanjutnya
menghubungkan grafik frekuensi dan output yang terbentuk.
Hasil praktikum yang diperoleh yakni kami dapat memahami dan mengenal bagian-bagian
dan fungsi dari analog function generator dimana praktikan dapat menggunakan alat
sebagaimana mestinya. Praktikanmemperoleh data dengan menggunakan persamaan teori
mencari tegangan yakni, V(t) = A sin (2π f t + ϕ) dengan ϕ bernilai nol (0) karena bentuk
gelombagnya sinusoidal.
Hasil perhitungan yang kami dapat yakni, V1 = 40,586 V, V2 = 27,07 V, V3 = 6,956 V, V4 =
4,399 V, dan V5 = 2,873 V. Dari hasil yang didapat maka, pada percobaan dapat disimpulkan
bahwa semakin besar nilai frekuensi nilai tegangan akan semakin kecil, dimana frekuensi
berbanding terbalik dengan tegangan. Kemudian dilakukan perhitungan data untuk mencari nilai
amplitudo (A). Hasil perhitungannya yakni, A1 = 57,389 m, A2 = 38,277 m, A3 = - 9,835 m, A4 =
- 6,220 m, dan A5 = -4,061 m. Perhitungan tegangan dilakukan dengan menggunakan persamaan
vrms = 𝐴/√2.
Function generator adalah alat yang menghasilkan atau membangkitkan gelombang
berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk gelombang pulsa. Dari percobaan yang
telah dilakukan maka, dapat disimpulkan bahwa hubungan frekuensi dengan tegangan outpu
yang terbentuk berbentuk sinus berbanding terbalik dengan nilai Vpp.
X. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpilan antara lain :
1. Function generator adalah alat ukur elektronika yang menghasilkan gelombang
berbentuk sinus,segitiga sinus,segiempat dan berbentuk gelombang
pulsa.gelombang utama menyediakan gelombang-gelombang output
sinus,kotak atau segitiga dengan frekuensi 0,01 Hz = 0,1 KHz.
2. frekuensi dengan tegangan outpu yang terbentuk berbentuk sinus berbanding
terbalik dengan nilai Vpp.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Mikrajudin. 2007. Fisika Dasar II. Bandung : ITB
Danang, Khristiyanto. 2015. System Akuisisi Data Multikanal Berbasis Arduino Uno.
Prosidiry Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika(SNFPF). Vol 6 (1). 2302 –
7827.
Zuly, Wiwiwn. 2014. Rekayasa Sistem Kendali Generator Sinyal XR-2206 Berbasis UNO
11.1.1. Tegangan
𝐴
𝑉𝑟𝑚𝑠 =
√2
𝐴 57,389
𝑉𝑟𝑚𝑠1 = = = 40,992 𝑉
√2 √2
𝐴 38,2776
𝑉𝑟𝑚𝑠2 = = = 27,341 𝑉
√2 √2
𝐴 −9,835
𝑉𝑟𝑚𝑠3 = = = − 6,956 𝑉
√2 √2
𝐴 −6,2208
𝑉𝑟𝑚𝑠4 = = = − 4,233 𝑉
√2 √2
𝐴 − 4,0617
𝑉𝑟𝑚𝑠5 = = = − 2,833 𝑉
√2 √2
11.1.3. Tegangan Puncak Ke Puncak Pada Osiloskop
𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑉𝑝𝑝 = . 𝑑𝑖𝑣
𝑑𝑖𝑣
2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑉𝑝𝑝 = . 2 𝑑𝑖𝑣
𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑝𝑝 = 4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑡= . 𝑑𝑖𝑣
𝑑𝑖𝑣
2 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑡= . 2 𝑑𝑖𝑣
𝑑𝑖𝑣
𝑡 = 4 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
11.2. Lampiran Gambar
Gelombang 300 Hz Gelombang 100 Hz Gelombang 50 Hz
III. Tujuan
Salah satu kesalahan yang teradi dalam amperemeter adalah kesalahan kalibrasi.
Timbulnya kesalahan ini karena permukaan meter (alat ukur) mungkin tidak ditandai
secara cermat atau pembacaan skala yang tidak cermat atau pembuatan skala yang tidak
cermat (Fadlisyah, 2012:200). Dasar multimeter elektronik analog dapat dikelompokkan
kedalam tiga bagian utama yaitu aringan pengukuran, rangkaian penguat, dan penggerak
meter analog(seperti jenis PM-MC) (Sutiagah, 2006:235).
Fluke Digital Multimeters (DMM's) berada pada sabuk alat yang lebih banyak,
menemukan lebih banyak masalah, daripada alat uji lainnya yang sebanding. Setiap
desain diuji secara ekstrem: drop, shock, kelembaban, sebutkan saja. Setiap Fluke Digital
Multimeter memberi Anda apa yang Anda butuhkan: pengukuran yang akurat; Konsisten,
kinerja yang andal; Memperhatikan keamanan; dan garansi terkuat yang tersedia
(Pulungan, 2017;96).
R1 R2 R seri R parallel
2 Volt
4 Volt
6 Volt
8 Volt
10 Volt
12 Volt
2 Volt
4 Volt
6 Volt
8 Volt
10 Volt
12 Volt
5. Multimeter Analog sebagai Amperemeter DC (DC mA)
a. Rangkailah komponen elektronika seperti pada gambar dibawah ini:
B. Multimeter Digital
1. Observasi dan kalibrasilah Multimeter Digital
2. Lakukan memindah-mindahkan kabel dan menekan tombl-tombol sesuai dengan
teori dasar sebelum anda melakukan pengukuran langsung.
3. Pengukuran hambatan dengan multimeter digital:
a. Siapkan dua buah resistor kemudian ukur tahanan dari masing-masing resistor
tersebut yaitu R1 dan R2.
b. Hubungkan kedua resistor secara seri kemudian ukur tahanan pada rangkaia seri
tersebut (R seri).
c. Hubungkan kedua resistor secara parallel kemudian ukur tahanan pada rangkaian
parallel tersebut (R parallel).
d. Masukan semua nilai yang telah didapat ke dalamTabel 2.1
R1 R2 R seri R parallel
2 Volt
4 Volt
6 Volt
8 Volt
10 Volt
12 Volt
(M)
2. 1,5 Volt
3. 3 Volt
4. 3 Volt
7. Pengukuran kuat arus AC dengan multimeter digital:
a. Rangkai komponen elektronika seperti pada gambar
R (Ohm) (M)
100 watt
60 watt
40 watt
25 watt
1. Perhitungan Resistor
Hitam 100
Coklat 101
Merah 102
Jingga 103
Kuning 104
Hijau 105
Biru 106
Ungu 107
Abu-Abu 108
Putih 109
Emas 5%
Perak 10%
Tak Berwarna 20%
1 1 1
Paralel = + 𝑅2 + .... + 𝑅𝑛
𝑅1
Seri = R1 + R2 + ... + Rn
a. Multitester
Ω = skala ukur x skala tunjuk
b. Multimeter Digital
Ω = skala yang tertera di display
a. Multitester
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
ACV = 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
b. Multimeter Digital
ACV = skala ukur
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
• Kesalahan = x 100%
𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
• Kesalahan mutlak = │ │
𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
a. Multitester
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
DCV = 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
b. Multimeter Digiital
DCV = skala ukur
0V 0V 0%
3V 2,4 V 20%
6V 5V 16,6%
9V 8V 11,11%
12 V 9V 25%
0V 0V 0%
3V 2V 33,3%
6V 5,5 V 8,3%
9V 8,2 V 8,8%
12 V 11 V 8,3%
2. Multimeter Digital
• Pengukuran Hambatan
R1 R2 Rseri Rparallel Ket
100Ω 100Ω 200Ω 50Ω Teori
98,7Ω 98,7Ω 199Ω 50Ω Praktek
• Pengukuran Tegangan DC
V pada power V pada saat
𝑇−𝑀
supply (T) diukur (M) % kesalahan = x 100%
𝑀
0V 0V 0%
3V 2,3 V 29%
6V 5,57 V 7,1%
9V 8,38 V 6,8%
12 V 11,47 V 4,4%
• Pengukuran Tegangan AC
V pada power V pada saat
𝑇−𝑀
supply (T) diukur (M) % kesalahan = x 100%
𝑀
0V 0,06 V 0%
3V 2,95 V 1,6%
6V 5,50 V 8,3%
9V 8,30 V 7,7%
12 V 10,97 V 8,5%
IX. Pembahasan
Multimeter adalah alat ukur yang prinsip keranya sama dengan voltmeter,
ohmmeter, serta amperemeter. Multimeter dapat mengukur tegangan, hambatan, dan kuat
arus secara mekanis. Percobaan kali ini adalah percobaan tentang multimeter. Multimeter
yang digunakan yanag digunakan yaitu multimeter analog dan multimeter
digital.perbedaan multimeter analog dan multimeter digital adalah multimeter analog
perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan sedangkan multimeter digital tidak
perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Percobaan dilakukan dengan menguji multimeter analog dan multimeter digital
sebagai ohmmeter, voltmeter, dan amperemeter. Percobaan yang dilakukan pada
kesempatan kali ini hanya percobaan menguji multimeter analog dan multimetr digital
sebagai Ohmmeter dan Voltmeter AC/DC. Multimeter sebagai amperemeter tidak
dilakukan karena tidak adanya power supply sebagai sumber daya untuk menguji
percobaan ini. Pertama percobaaan menguji multimeter sebagai ohmmeter. Penguian
dilakukan dengan menghitung nilai hambatan yang digunakan secara teori yani
menghitungnya dengan sesuai garis warna pada resistor. Warna resisto yakni coklat,
hitam, coklat. Sesuai itu didapatkan R1 = 100 Ω, R2 = 200 Ω, dan Rparalel = 50 Ω.
Sedangkan pada multimeter digital R1 = 98,7 Ω, R2 = 199 Ω, dan Rparalel = 50 Ω.
Perbedaan ini terjadi karena pada multimeter digital tidak dilakukan kalibrasi serta
tingkat akurasi atau letepatan yang berbeda dengan multimiter analog.
Kemudian melakukan percobaan menuji multimeter sebagai voltmeter. Pertama
menguji multimeter sebagai voltmeter AC. Dimana hasilnya pada multimeter analog
yaitu 0 V , 2,4 V, 5 V, 8 V, dan 9 V. Hasil pada multimeter digital yaitu 0,9 V, 2,13 V,
5,57 V, 8,38 V, dan 11,43 V. Hasil pengukuran terlihat berbeda dengan tegangan sumber
yaitu 0 V, 3 V, 6 V, 9 V, dan 12 V. Perbedaan ini erjadi karena adanya nilai hambatan
pada rangkaian percobaan. Sama haknya dengan pengukuran multimeter digital sebagai
voltmeter AC. Nilainya juga berbeda dari tegangan sumber karena adanya hambatan
pada rangkaian percobaan.
Selanjutnya multimeter analog dan multimeter digital sebagai Voltmeter DC.
Terjadi hal yang sama yakni nilai tegangan yang dihasilkan berbeda dengan sumber
tegangan pada power supply tunjukkan. Namun, tingkat akurasi atau ketepatan yang
lebih baik dibandingkan dengan miltimeter analog.
Menurut litelatur, pada prinsipnya untuk menguji suatu transistor adalah dengan
menguji fungsi dasar transistor sebagai saklar. Apabila fungsi dasar transistor sebagai
saklar dapat dilakukan oleh transistor tersebut, maka transistor dalam keadaan baik.
Multimeter analog dapat digunakan untuk test transistor. Caranya dengan mengatur
multimeter pada fungsi ohm x1 atau x10. Sedangakan untuk test transistor dengan
multimeter digital jauh lebih mudah, karena pada multimeter digital yang murah
sekalipun saat ini selalu menyediakan hfe tester untuk mengukur faktor penguatan
transistor.
X. Pertanyaan dan Tugas
1. Multimeter Analog
a. Dalam menyimpan multimeter analog ganggang saklar pengatur jangkauan ukur,
sebaiknya diletakkan pada skala mana? Kenapa demikian!
b. Dapatkah multimeter analog dipergunakan untuk mengukur kuat arus PLN.
c. Carilah harga tahanan R dari kuat arus yang sudah saudara ukur dengan Ma dan beda
pottensial titik a dan b yang sudah saudara ukur dengan DCV. Carilah untuk 1 buah
baterai dan 2 buat baterai?
2. Multimeter Digital
a. Kenapa semakin besar batas kuat arus yang dipakai semakin besar pula tingkat
kesalahannya?
b. Kapan saat mengukur tegangan AC angka multimeter digital pada displaynya tidak
mau diam?
*Jawaban*
1. Multimeter analog
a. Sebelum dan sesudah multimeter digunakan, posisi saklar jangkauan ukur harus
selalu berada pada posisi ACV dangan batas ukur 250 ACV atau lebih. Karena posisi
saklar jangkauan ukur harus pada posisi yang sesuai dengan besaran yang akan
diukur. Jika akan mengukur tegangan ACV letakkan saklar pada posisi batas ukur
yang lebih tinggi dari tegangan yang diukur.
b. Bisa, hanya saja multimeter analog jarang ada fitur untuk pengukuran arus AC
memakai multimeter untuk mengukur ampere harus lebih hati-hati. Karena posisi seri
dengan bebas, sehingga ada arus listrik yang mengalir di kabel multimeter. Agar
lebih aman sebaiknya kabel probe tidak dipegang oleh tangan tetapi dijepit oleh suatu
terminal agar posisinya tidak berubah dan peralatan listrik tidak 0n-off.
2. Multimeter digital
a. Karena setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda, semakin besar
batasan ukurnya maka semakin kecil pula tingkat ketelitiannya. Dengan
menggunakan tingkat yang tinggi maka harga pengukurannya yang didapat semakin
akurat.
b. Saat tegangan yang diukur lebih tinggi dari skala ukur yang dipilih dan arus pun tidak
stabil.
XI. Kesimpulan
1. Multimeter analog dan multimeter digital dapat digunakan untuk mengukur
hambatan, tegangan AC dan DC, kuat arus AC dan DC, serta mengukur hfe.
2. Multimeter analog dapat digunakan sebagai ohm meter.
3. Multimeter analog dapat digunakan untuk mengukur tegangan AC hanya saja
hasilnya memiliki selisih yang kecil dengan tegangan yang diukur.
4. Multimeter analog digunakan untuk mengukur tegangan DC hasilnya juga memiliki
selisih yang kecil.
5. Multimeter digital dapat juga digunakan untuk mengukur kuat arus meskipun kami
tidak melakukan percobaan tersebut.
6. Multimeter analog juga bisa digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
7. Multimeter analog dan multimeter digital juga digunakan untuk mengukur hfe
transistor.
XII. Daftar Pustaka
1. Pengukuran Resistor
R1 = R2 = R
maka, R= 100Ω
2. Pengukuran Menggunakan Multimeter Analog dan Digital sebagai
Ohmmeter
a. Multimeter Analog
• R1 = 100Ω Rseri = 100Ω
• R2 = 100Ω Rparalel = 50Ω
b. Multimeter Digital
• R1 = 98,7Ω Rseri = 199Ω
• R2 = 98,7Ω Rparalel = 50Ω
3. Penggukuran Menggunakan Multimeter Analog dan Digital sebagai
Voltmeter DC
a. Multimeter Analog
• DCV1 = 0 V
2 𝑥 12
• DCV2 = V = 2,4 V
0
2 𝑥 25
• DCV3 = V=5V
10
1𝑥8
• DCV4 = V =8V
1
1𝑥9
• DCV5 = V =9V
1
b. Multimeter Digital
• DCV1 = 0,06 V
• DCV2 = 2,95 V
• DCV3 = 5,57 V
• DCV4 = 0,38 V
• DCV5 = 11,47 V
4. Penggukuran Menggunakan Multimeter Analog dan Digital sebagai
Voltmeter AC
a. Multimeter Analog
• ACV1 = 0 V
1𝑥2
• ACV2 = V=2V
1
1 𝑥 5,5
• ACV3 = V = 5,5 V
1
1 𝑥 8,2
• ACV4 = V = 8,2 V
1
1 𝑥 11
• ACV5 = V = 11 V
1
b. Multimeter Digital
• ACV1 = 0,06 V
• ACV2 = 2,95 V
• ACV3 = 5,50 V
• ACV4 = 8,30 V
• ACV5 = 10,97 V
5. Kesalahan
a. Multimeter Analog (ACV)
0−0
• (%)1 = x 100% = 0 %
0
3−2,4
• (%)2 = x 100% = 20 %
3
6−5
• (%)3 = x 100% = 16,6 %
6
9−8
• (%)4 = x 100% = 11,11 %
9
12−9
• (%)5 = x 100% = 25 %
12
6. Kesalahan Mutlak
a. Multimeter Analog (ACV)
0−0
• KM1 = │ │= 0
0
3−2,4
• KM2 =│ │= 0,2
3
6,5
• KM3 =│ │= 0,166
6
9−8
• KM4 =│ │= 0,111
9
12−9
• KM5 =│ │= 0,25
12
B. Lampiran Gambar
PRAKTIKUM ALAT – ALAT UKUR
PERCOBAAN DENGAN MENGGUNAKAN OSILOSKOP ANALOG
III. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum iini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengkalibrasi osiloskop.
2. Dapat menentukan tegangan searah ( tegangan DC) dan tegangan bolak-balik (
tegangan AC ).
3. Dapat menentukan frekuensi tegangan AC pada tegangan sekunder power supply 6
volt dan 12 volt serta frekuensi input power supply.
8. Carilah tegangan efektif (Veff) untuk 0V, 3V, 6V, 9V, dan 12V dimana
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
Veff =
√2
Dimana:
λ= Panjang gelombang dapat diukur dari gambar yang dibentuk pada layar osiloskop
1
= angka TIME/DIV yang dipakai saat melakukan pengukuran, angka TIME/DIV ini
𝑉
sama dengan seperkecepatan sapu elektron untuk menempuh 1 λ, yang terjadi dilayar.
1
= .............................................detik/cm
𝑉
𝑉 = .............................................cm/detik
𝑉
Maka, f= 𝜆 Hertz
VII. Hasil
1. Tabel Tegangan Arus Searah (DCV/Tegangan DC)
Panjang gambar
Jumlah Angka
dilayar menurut Tegangan Baterai
Baterai Volt/div
sumbu y
1 6,7 div 2 volt/div 1,4 V
2 1,4 div 2 volt/div 2,8 V
3 2 div 2 volt/div 4V
3. Tabel frekuensi AC pada tegangan sekunder power supply 6 Volt dan 12 Volt
serta frekuensi input power suplly
Output Panjang 1 Angka V T=a f=1/T F=V/λ
Power gelomban TIME/DI (cm/dt) xb (Hz) (Hz)
Supply g V (1/V (dt)
(a) dt/cm)
(cm) (b)
0,2x103 13x1
6 2,6 -3
5x10 s -3
0,076x103 0,076x103
s 0 s
0,2x103 14x1
12 2,8 -3
5x10 s -3
0,071x103 0,071x103
s 0 s
VIII. Analisis Data
1. Mengukur tegangan DC
𝑣𝑜𝑙𝑡
➢ 𝑉𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 = 𝑑𝑖𝑣 × 𝑑𝑖𝑣
2. Mengukur Tegangan AC
𝑣𝑜𝑙𝑡
➢ 𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣 × 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑝𝑝
➢ 𝑉𝑝 = 2
𝑉𝑝
➢ 𝑉𝑒𝑓𝑓 =
√2
IX. Pembahasan
Percobaan kali ini adalah percobaan tentang penggunaan osiloskop analog. Osiloskop
adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik dengan osiloskop
maka kita dapat menentukan atau mengukur serta mengetahui berapa nilai frekuensi,
periode dan tegangan dari sinyal listrik yang bernilai bervariasi terhadap waktu secara
berulang-ulang.
Percobaan kali ini terdapat tiga kali percobaan yang pertama percobaan menentukan
tegangan searah (DCV), kemudian yang kedua yaitu percobaan menentukan tegangan
arus bolak-balik(ACV), dan yang ketiga adalah percobaan mengukur frekuensi tegangan
AC pada tegangan sekunder 6 volt dan 12 volt serta frekuensi input power supply.
Pertama percobaan menentukan tegangan DCV, sebelum melakukan percobaan
dilakukan kalibrasi pada osiloskop analog dengan menyesuaikan tegangan jaingan
dengan tegangan osiloskop, dengan cara mengatur swicth tegangan input osiloskop
menadi 220 v atau 110 volt. Kemudian periksa sekring 0,5 A dan untuk tegangan yaitu
110 volt. Berdasarkan hasil percobaan ini didapat pengukuran tegangan berdasarkan
layar gelombang yang terbentuk pada osiloskop diperoleh tegangan yaitu 2,8 volt.
Tegangan yang diukur yaitu tegangan pada baterai ABC.
Selanjutnya percobaan mengukur tegangan arah bolak-balik (ACV). Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan besaran input power supply bervariasi yaitu 0 V, 3 V, 6
V, 9 V, dan 12 V. Angka volt/div yang digunakan yaitu 2 dan 5. Apabila hanya menggunakan
angka 2 volt/div maka nantinya pada tegangan output power supply 6 sampai 12 volt gambar
gelombang yang muncul besar dan akan sulit dalam pengukuran dan perhitungannya. Hasil Vpp
yang didapat yaitu 1.6 V, 8.8 V, 17 V, 24 V, dan 32 V. Besaran Vp yang diperoleh yakni 0.8 V, 4.4
V, 8.5 V, 12 V, dan 16 V. Kemudian besar tegangan efektinya yaitu 0.5657 V, 3.177 V, 6.313 V,
8.4865 V, Dan 11.315 V.
Percobaan ketiga yaitu percobaan menentukan frekuensi pada tegangan sekunder power
supply yaitu pada 6 V dan 12 V serta frekuensi input power supply. Angka time/div yang dipakai
yaitu 5 time/div. Setelah itu diperoleh periode sebesar 13 x 10-3 s. Setelah itu diperoleh
frekuensi sebesar 0,076 x 103 Hz dan 0,071 x 103 Hz. Serta panjang gelombang sebesar 2,6 cm
dan 2,8 cm.
X. Pertanyaan dan tugas
Coretlah yang salah dari 2 pertanyaan di dalam kurung seperti yang terdapa t
dalam kalimat dibawah ini !
e. Terang suramnya gambar pada layar osiloskop dapat diatur dengan tombol ( Intensity /
Focus ). Sedangkan tajam dan baurnya gambar dapat diatur oleh tombol ( Intensity /
Focus ).
f. Makin besar angka yang ditunjukkan skala TIME/DIV kecepatan sinar katoda menyapu
layar makin ( cepat / lambat)
g. Ketika pemgaturan pelemahan vertikal (Volt/DIV) menunjukkan angka 0,5 seperti
percobaan : mencoba fungsi-fungsi tombol osiloskop kegiatan ke II, jarak ke 2 titik
pada layar 1 cm, ini berarti tegangan yang dimasukkan melalui jack besarnya 0,5 Volt,
yaitu tegangan (- Vmaks/Vpp).
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Sebelum melakukan kegiatan pengukuran osiloskop analog, maka osiloskop analog
harus dikalibrasi terlebih dahulu yang dengan cara memeriksa jaringan listrik tempat
akan dilakaukan percobaan. Sesuaikan tegangan jaringan dengan osiloskop, mengatur
switch tegangan input osiloskop dan memeriksa sekring apakah baik atau sudah putus.
2. Tegangan searah dapat ditentukan dengan cara menghubungkan kabel penghubung pada
CH 2 diosiloskop dan kutub positif dan negative dijepit ekkutub positif dan kutub
negative yang terdapat baterai. Kemudian, atur volt/divnya serta tine/div diatur juga jika
hasil osiloskop dilayar tidak terbaca. Setelah itu didapatakan hasil tegangan bolak balik.
Sedangkan tegangan bolak – balik dapat ditentukan dengan cara menghubungkan kabel
penghubung kepower supply sesuai dengan prosedur kemudian ataur volt/div
diosiloskop sesuai ketentuan, maka hasilnya akan terlihat.
3. Frekuensi tegangan Ac dapat ditentukan dengan cara menghubungkan dengan power
supply dengan tegangan output power supply 6 volt dan 12 volt. Kemudian diatur
time/divnya. Setelah itu didapatkan hasil yang dapat dibaca dilayar osiloskop analog.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, dwi. 2018. Elektroniks Telekomunikasi. Bandung : Universitas Telkom.
Medugu, jiya. 2013. Journal of reseach and method education (IOSR-JRME).Virtual
Osiloscope : Alternative Instruction Materials for Teachinglectronics at The echnical
Colleges, In North East Geopolitical Zone, Nigeria. Vol 1 (2). 38 - 43.
Sarwoko. 2013. Rangkaian Elektronika Analog. Yogyakarta : CV Madya.
Vita, Saraatmadja. 2013. Jurnal Penelitian dan Metode Pembelajaran. Perancangan dan
Realisasi Function Generator Frekuensi Maksimal 2 MHz. Vol 2 (1). 33 – 43.
Widyanuklida. 2014. Jurnal Penelitian dan Metode Dalam Pendidikan.Osiloskop dan
Pembangkit Gelombang Virtual Berbasis Lab View Menggunakan Antarmuka Kartu Suara. Vol
5 (1). 19 – 31.
XII. Lampiran
12.1 Lampiran Hitung
a. Mengukur Tegangan DC
• Jumlah Baterai 1
V = 𝑑𝑖𝑣 x volt/div
= 0,7 x 2
= 1,4 volt
• Jumlah Baterai 2
V = 𝑑𝑖𝑣 x volt/div
= 1,4 x 2
= 2,8 volt
• Jumlah Baterai 3
V = 𝑑𝑖𝑣 x volt/div
=2x2
= 4 volt
b. Mengukur Tegangan AC
• Output power supply 0 volt
𝑣𝑜𝑙𝑡
1. Vpp = 𝑥 𝑑𝑖𝑣 = 2 x 0,8 = 1,6 volt
𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑝𝑝 1,6
2. Vp = = = 0,8 volt
2 2
𝑉𝑝 0,8
3. Veff = = = 0,5657 volt
√2 √2
NIM : A1C318072
KELAS : REGULER C
V. PROSEDUR KERJA
a. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini
G
15kΩ IG
E S
1.5V
b. Hitunglah besar arus yang melalui galvanometer menurut teori
c. Selanjutnya hubungkan saklar S, kemudian amati besarnya arus
yang mengalir pada galvanometer (IG)
d. Hitunglah harga RG
e. Untuk rangkaian yang sama, lakukan pengukuran berulang sebanyak
5x, catat data yag diperoleh pada kolom data.
f. Buatlah rangkaian seperti pada gambar dibawah ini
15kΩ lampu IG
E S
1,5V
g. Hubungkan saklar s, selanjutnya amati besar arus yang mengalir pada galvanometer
dan amati bola lampu nyala/tidak nyala
h. Buatlah rangkaian seperti gambar
30kΩ IG
E S
1,5V
i. Carilah besar arus menurut teori yang melalui Galvanometer (IG)
j. Selanjutnya hubungkan saklar S dan amati besar arus yang mengalir pada
galvanometer (IG)
k. Untuk rangkaian yang sama, lakukan pengukuran berulang sebanyak 5 kali. Catat
data yang diperoleh pada kolom data.
l. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini
15kΩ lampu IG
E S
1,5V
m. Hubungkan saklar S dan amati besar arus yang mengalir pada galvanometer serta
amati bola lampu nyala/ tidak nyala.
VI. ANALISIS DATA
1. Mencari hambatan resistor
𝑉
𝑅=
𝐼
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 =
𝐼𝐺
VIII. PEMBAHASAN
Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur kuat
arus dan beda potensial yang relative kecil. Pada percobaan kali ini praktikan
mendapatkan kesempatan untuk melakukan beberapa pengukuran menggunakan
galvanometer.
Dalam praktikum ini kami melakukan pengukuran pada sebuah rangakaian
dengan melakukan perlakuan yang berbeda. Dimana pada kali ini kami
menggunakan 2 resistor yaitu resistor dengan nilai 20 kΩ dan resistor 47 kΩ. sumber
arus listrik yang praktikan gunakan sebesar 1,5 volt dimana masing masing
pengukuran resistor dilakukan sebanyak 5 kali menggunakan dan tidak
menggunakan lampu.
Pada pratikum kali ini praktikan akan menentukan nilai It, Ig, dan Rg. It
adalah arus pada resistor dimana untuk mencari nilai It dapat menggunakan
persamaan It= V/R. Ig sendiri adalah nilai arus yang tertera pada galvanometer,
dimana jika pada galvanometer terdapat batas ukur dapat digunakan persamaan
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
𝐼𝑔 = 𝑥 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 Rg sendiri adalah hambatan dalam
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝐸−𝑅(𝐼𝐺)
galvanometer. Rg ditentukan dengan persamaan 𝑅𝐺 = .
𝐼𝐺
Dari data yang praktikan dapatkan dari pengukuran ini menunjukan bahwa
percobaan yang dilakukan berhasil, ini ditandai dengan niali Ig yang lebih kecil
dibandingkan nilai It dan mengakibatkan nilai Rg bernilai positif namun pada lampu
LED tidak dapat menyala.
Dari rangakaian arus DC dapat disimpulkan dalam orde µA. LED tidak
menyala dikarenakan nilai arus pada rangkaian ini terlalu kecil atau berbanding
terbalik dengan nilai tegangan dan berbanding lurus dengan nilai hambatan.
IX. Pertanyaan dan Tugas
1. Mengapa bola lampu senter tidak hidup padahal jarum galvanometer bergerak?
Jawab : akibat dari lampu led tidak menyala yaitu dikarenakan kesalahan yang
terjadi pada saat melakukan prosedur kerja.
2. Dapatkah galvanometer mengukur tegangan?
Jawab : tidak, karena galvanometerbmerupakan alat ukur listrik yang biasanya
mengukur kuat arus dan beda potensial. Sedangkan tegangan tidak diukur dengan
menggunakan galvanometer .
3. Jika galvanometer mengukur arus 100 µA dan hambatan dalamnya RG= 150Ω.
Tentukan kemampuan maksimum galvanometer ini untuk mengukur tegangan!
Jawab :
XI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percoban yang telah dilakukan yaitu, sebagai berikut :
1. Galvanometer dapat digunakan untuk mengukur pada rangkaian dalam orde
mikroamper.
2. Pengkuran arus Dc menggunakan galvanometer dengan cara dirangkai secara
seri, tetapi hanya bisa mengukur arus yang relatif kecil.
3. Pada saat menggunakan galvanometer digunakan pada batas ukur terendah,
lalu menengah, setelah itu tertinggi agar tidak rusak.
4. Tahanan listrik pada galvanometer digunakan untuk menghambat arus,
sehingga arus yang diukur tidak terlalu besar.
XII. Daftar Pustaka
Dinata irwan,dkk. 2015. Implementasi wireless monitoring energi listrik berbasis
web database. Jurnal nasional teknik elektro. ISSN:2302-2949.
Galih valentinus,dkk. 2016. Pengantar listrik magnet dan terapannya.yogyakarta :
CV. Mullia jaya.
Hasanah uswatun,dkk. 2017. A teaching material for learning alternating current
circuit using soundcard oscilloscope-experiments for tehe electrical
resonance.unnes science education journal. ISSN:2252-6617.
Waluyanti sri. 2008. Alat ukur dan teknik pengukuran jilid I. direktorat pembinaan
sekolah menengah kejuruan pertama.
Waluyanti sri. 2008. Alat ukur dan teknik pengukuran jilid II. direktorat
pembinaan sekolah menengah kejuruan pertama.
Yuliza. 2016. Prototype pengukuran pemakain energi listrik pada kamar kost
dalam satu hunian berbasis ARDUINO UNO R3 dan GSM SHIELD SIM900.
Journal online teknik elektro. ISSN:2252-7036.
XIII. LAMPIRAN
a. Lampiran gambar
b. Lampiran hitung
➢ Mencari arus resistor
• R=20 kΩ
It 1 = V/R
= 1,5/20000
= 75 µA
It 2 = v/r
= 1,5/2000
= 75 µA
It 3 = v/r
= 1,5/2000
= 75 µA
It 4 = v/r
= 1,5/2000
= 75 µA
It 5 = v/r
= 1,5/2000
= 75 µA
• R=47 kΩ
It 1 = V/R
= 1,4/47000
= 31,9 µA
It 2 = V/R
= 1,4/47000
= 31,9 µA
It 3 = V/R
= 1,4/47000
= 31,9 µA
It 4 = V/R
= 1,4/47000
= 31,9 µA
It 5 = V/R
= 1,4/47000
= 31,9 µA
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 3 =
𝐼𝐺
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 4 =
𝐼𝐺
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 5 =
𝐼𝐺
• R=47 KΩ
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 1 =
𝐼𝐺
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 2 =
𝐼𝐺
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 3 =
𝐼𝐺
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 4 =
𝐼𝐺
𝐸 − 𝑅(𝐼𝐺)
𝑅𝐺 5 =
𝐼𝐺
UNIVERSITAS JAMBI
2019
I. Judul : THERMOCOUPLE
II. Hari/tanggal : Selasa/15mei 2019
III. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengenal bagian serta
fungsi dari Alat Ukur Thermocouple.
2. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat memahami timbulnya
gerak energi listrik yang diakibatkan dari perbedaan suhu.
3. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat menyelidiki pengaruh
perubahan suhu terhadap tegangan.
4. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat menentukan beda
potensial di kedua ujung kawat.
5. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat menentukan koefisien
seebeck.
IV. Landasan teori
Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk
mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang
digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”. Efek
Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan oleh seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana sebuah logam
konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan
tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua persimpangan (junction)
ini dinamakan dengan Efek “Seeback”(Nandakumar, 2017:399).
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering
digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika yang
berkaitan dengan Suhu (Temperature). Beberapa kelebihan Termokopel yang
membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu dan
juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C hingga
2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas, Termokopel juga tahan
terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan (Warsito, 2010:143)
Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel
hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi
sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam
konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Termokopel tersedia dalam berbagai ragam rentang suhu dan jenis bahan.
Pada dasarnya, gabungan jenis-jenis logam konduktor yang berbeda akan
menghasilkan rentang suhu operasional yang berbeda pula. Berikut ini adalah
Jenis-jenis atau tipe Termokopel yang umum digunakan berdasarkan Standar
Internasional (Valentinus, 2007:455)
3. Menghitung VAB
𝑇𝑢
𝑉𝐴𝐵𝑛 = ∫ 𝜎𝐴𝐵 𝑑𝑇
𝑇𝑟
IX. Pembahasan
Thermocouple merupakan sensor temperatur yang bisa digunakan mengukur
suhu dengan nilai yang tinggi. Sehingga sensor suhu termokopel ini banyak
digunakan untuk industri. Sensor suhu termokopel memiliki nilai output yang
kecil dengan noise yang tinggi, sehingga memerlukan rangkaian pengkondisian
sinyal agar nilai output tersebut dapat dibaca dengan baik.
Bagian-bagian dari termokopel dibedakan menjadi dua bagian yaitu general
purpose rope dan thermocouple, bagian general purpose rope memiliki jack yang
berfungsi menghubungkan dengan termokopel, stick yang berfungsi sebagai
variabel pendeteksi suhu, dan pemegang yang digunakan sebagai tempat dimana
tangan melakukan pengukuran. Sedangkan untuk bagian termokopel terdiri dari
display sebagai penunjuk hasil dan kenop sebagai pemutar on atau off.
Percobaan menggunakan termokopel ini dilakukan dengan beberapa alat bantu
seperti multimeter dan termometer batang, kedua alat ini digunakan untuk
pengukuran tegangan keluaran dan suhu air yang dipanaskan. Untuk pembacaan
tegangan keluaran dapt dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ke
multimeter yang kemudian akan menampilkan tegangan keluaran ketika kenaikan
suhu maupun penurunan suhu. Setelah melakukan praktikum terlihat nilai
tegangan keluaran yang terbaca pada multimeter semakin meningkat seiring
dengan kenikan suhu dari air panas, sebaliknya jika suhu semakin menurun maka
tegangan keluaran yang terbaca juga kan semakin menurun.
Setelah mendapatkan nilai dari tegangan keluaran, hal yang selanjutnya
dilakukan yaitu membandingkan hasil percobaan dengan koefisien seebeck jenis
k. Koefisien seebeck dapat ditentuksn dengan menggunakan rumus:
𝑉𝑎𝑏𝑛
σabn =
∆𝑇
dengan menggunakan rumus ini kita dapat memebandingkan nilai yang didapat
melalui melalui praktek dengan teori yang ada. Setelah melakukan percobaan
didapatkan nilai yang tidak sama persis dengan prinsip yaitu sebesar 40,6 𝜎𝑉/℃.
Nilai yang tidak sama ini diakibatkan pada saat memasukan kabel pada gelas ukur
berisi es, kabel yang seharusnya mengenai secara langsung ke batu es malah
mengenai embu-embunya saja.
X. Pertanyaan akhir
1. Sebut dan jelaskan fungsi bagian-bagian dan fungsi dari thermocouple?
Jawaban :
Bagian dari termokopel dibagi menjadi dua yaitu bagian general
purpose rope dan termokapel, bagian general purpose rope terdiri dari jack,
stick dan pemegang. Sedangkan untuk bagian termokapel terdiri dari display
dan kenop pemutar on dan off.
Jawaban :
➢ Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya
Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda
jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang
terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu
konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor
yang mendeteksi suhu panas.
➢ Karena pada saat pengukuran menggunakan termometer suhu langsung
dibaca secra langsung, sedangkan untuk pembacaan termokopel harus
diteruskan terlebih dahulu melalui kabel pada rangkaian sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan suhu pada proses tersebut.
➢ Ketika arus DC dialirkan keelemen peltier akan menyebabkan salah satu
sisi elemen menjadi dingin dan sisi lain menjadi panas dan sebaliknya
jika arah arus dibalik
Pelumas Nabati Terhadap Jarak Potong dan Flank Wear Pahat Carbide.
2528-1666.
13.2Lampiran Hitung
13.2.1 kenaikan suhu
1. Menghitung σAB
𝜎𝐴𝐵𝑛
𝜎𝐴𝐵 =
∆𝑇
40,6
𝜎𝐴𝐵1 = = 0,688
(65 − 5,9)
40,6
𝜎𝐴𝐵2 = = 0,617
(70 − 4,3)
40,6
𝜎𝐴𝐵3 = = 0,683
(75 − 5,6)
40,6
𝜎𝐴𝐵4 = = 0,571
(80 − 7,9)
40,6
𝜎𝐴𝐵5 = = 0,537
(85 − 8,6)
3. Menghitung VAB
𝑇𝑢
𝑉𝐴𝐵𝑛 = ∫ 𝜎𝐴𝐵 𝑑𝑇
𝑇𝑟
65
𝑉𝐴𝐵1 = ∫ 0,688 𝑑𝑇 = (44,72) − (4,05) = 40,67
5,9
70
𝑉𝐴𝐵2 = ∫ 0,617 𝑑𝑇 = (43,19) − (2,7765) = 40,4135
4,5
75
𝑉𝐴𝐵3 = ∫ 0,683 𝑑𝑇 = (51,225) − (3,8248) = 47,4002
5,6
80
𝑉𝐴𝐵4 = ∫ 0,571 𝑑𝑇 = (41,36) − (4,5109) = 36,8491
7,9
85
𝑉𝐴𝐵5 = ∫ 0,537 𝑑𝑇 = (45,645) − (4,6182) = 41,0268
8,6
13.5Menghitung VAB
𝑇𝑢
𝑉𝐴𝐵𝑛 = ∫ 𝜎𝐴𝐵 𝑑𝑇
𝑇𝑟
95
𝑉𝐴𝐵1 = ∫ 0,471 𝑑𝑇 = (44,74) − (4,19) = 40,54
8,9
90
𝑉𝐴𝐵2 = ∫ 0,446 𝑑𝑇 = (40,14) − (4,24) = 35,9
9,1
85
𝑉𝐴𝐵3 = ∫ 0,533 𝑑𝑇 = (45,305) − (4,743) = 40,561
8,9
80
𝑉𝐴𝐵4 = ∫ 0,572 𝑑𝑇 = (45,76) − (5,205) = 40,554
9,1
75
𝑉𝐴𝐵5 = ∫ 0,620 𝑑𝑇 = (46,5) − (5,9524) = 40,548
9,6
UNIVERSITAS JAMBI
2019
Jembatan AC
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dengan baik kegunaan dari masing-masing
jenis jembatan AC beserta dengan konfigurasi, teori, dan konsep-
konsepnya.
B. Landasan Teori
Menurut Cooper (1999:24), Jembatan arus bolak-balik merupakan perluasan
wajar dari jembatan arus searah dan dalam bentuk dasarnya terdiri dari empat
lengan jembatan, sumber eksitasi, dan sebuah detector nol. Sumber daya
menyalurkan suatu tegangan bolak-balik ke jembatan pada frekuensi yang
diinginkan. Untuk pengukuran pada frekuensi rendah, antaran sumber daya
(power line) dapat berfungsi sebagai sumber eksitasi, pada frekuensi yang lebih
tinggi, sebuah osilator umumnya menyalurkan tegangan eksitasi. Detektor nol
harus memberi tanggapan terhadap ketidakseimbangan arus-arus bolak-balik dan
dalam bentuk yang paling sederhana (tetapi sangat efektif) terdiri dari sepasang
telepon kepala (head phones). Dalam pemakaiaan lain, detektor nol dapat terdiri
dari sebuah penguat arus bolak-balik bersama sebuah alat pencatat keluaran atau
sebuah indikator tabung sinar elektron (tuning eye).
Menurut Soedjana (1976 : 123 – 124), Sebuah jembatan AC bentuk dasarnya
terdiri dari empat lengan, sumber eksitasi dan menyeimbangkan detektor. Setiap
lengan terdiri dari impedansi. Sumber AC adalah pasokan persediaan tegangan
AC pada frekuensi yang diperlukan. Karena hukum Ohm juga berlaku untuk arus
bolak-balik, maka kondisi untuk keseimbangan didapat sebagai berikut:
. = . (6.1)
Persamaan ini adalah sama dengan dua persamaan di bawah ini:
| | |=| | (6.2)
Bila kondisi keseimbangan tersebut ditulis dengan suatu persamaan yang
memperlihatkan hubungan-hubungan antara bagian-bagian nyata dan bagian-
bagian imajinernya, maka didapat hubungan keseimbangan sebagai berikut:
. - . = . - . (6.3)
. + . = . + . (6.4)
Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan
dinyatakan dalam dua persamaan. Hal ini adalah merupakan perbedaan pokok
dengan persamaan keseimbangan dalam jembatan arus searah. Jadi dengan
demikian, maka berbeda dengan jembatan arus searah, dimana keseimbangan
bisa dicapai dengan pengaturan satu cabang, maka untuk jembatan arus bolak-
balik, keseimbangan hanya didapat dengan pengaturan dua komponen dari
jembatan. Jembatan arus bolak-balik beraneka macam ragamnya. Kondisi-kondisi
keseimbangan pada arus bolak-balik pada umumnya tergantung dari frekuensi
sumber energinya, akan tetapi untuk pengukuran impedansi adalah sangat
memudahkan bila kondisi-kondisi keseimbangan dibuat tidak tergantung pada
frekuensi. Jembatan arus bolak-balik yang kondisi keseimbangannya tergantung
dari frekuensi disebut jembatan- jembatan frekuensi dan jembatan ini
mendapatkan penggunaannya untuk pengukuran frekuensi sederhana atau dalam
osilator dan filter.
Menurut Dinata (2015: 84-85), Daya pada arus bolak-balik atau alternating
current (ac) ada 3 macam yaitu daya aktif, dayareaktif dan daya nyata.
1. Daya Aktif
Daya aktif digunakan secara umum oleh konsumen. Daya aktif inilah yang
biasanya dapat dikonversikan dalam bentuk kerja. Satuan dayaaktif dinyatakan
dalam watt. Daya aktif (realpower), didapat dari persamaan:
P = V.I.cos [ ]
2. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan
magnet. Dari pembentukan medan magnet. Maka akan terbentuk fluks magnet.
Satuan daya reaktif dinyatakan dalam VAr. Daya reaktif (reactivepower), didapat
dari persamaan:
Q = V.I.sin [ ]
3. Daya Nyata
Daya nyata adalah penjumlahan geometris dari daya aktif dan daya reaktif.
Daya nyata merupakan daya yang diproduksi oleh perusahaan sumber listrik
untuk diditribusikan ke konsumen. Satuan daya nyata ini dinyatakan dalam VA.
Daya nyata (apparent power), didapat dari persamaan:
S = V.I [ ]
Daya aktif dan reaktif didefinisikan secara matematika sebagai berikut:
P + JQ = Vsrms.Irms S
Rangkaian jembatan AC pada umumnya banyak digunakan dalam aplikasi
pengukuran nilai suatu komponen., rangkaian jembatan dikatakan seimbang
apabila arus yang mengalir pada cabang yang menghubungkan dua lengan dari
jembatan tersebut sama dengan nol ampere. Dalam penerapannya, Digunakan
resistor variabel yang nilainya sangat presisi yang diatur sehingga arus yang lewat
pada bagian tengah (biasanya memakai galvanometer) sama dengan nol
ampere. Untuk rangkaian AC, kondisi seimbang pada rangkaian jembatan terjadi
saat nilai impedansi dari masing-masing lengan/cabang dalam jembatan
(Marthein, 2006: 45).
Menurut Cooper (1999:176-177), Jembatan Hay berbeda dari jembatan
Maxwel yaitu mempunyai tahanan R1 yang seri dengan kapasitor standar C1
sebagai pengganti tahanan parallel.Kelihatan bahwa sudut-sudut fasayang besar.
R1 akan mempunyai nilai yang sangat rendah. Dengan demikian rangkaian Hay
lebih menyenyangkan untuk pengukuran Q tinggi.
; ;
( )( )
dan
( )
( )
Atau
( )
Jembatan Maxwell guna mengukur induktansi yang Q-nya kecil (perlawanan ohm
kumparan relative besar)
Lx = induktansi yang diukur
Rx = perlawanan ohm kumparan yang sedang diukur
Cs = kondensator standar, presisi dan variable; terkalibrasi dengan cermat
Rs = perlawanan standar
R1 = menentukan jangkah ukur
Indikator dapat berupa telepon-kepala, osiloskop, alat ukur-volt ac.
Dalam kondisi bersetimbang berlaku secara simultan:
1. Resistor Box.
2. Kapasitor.
3. Induktor.
4. Capit Buaya.
5. Oscillator.
7. Multimeter Digital.
D. Percobaan
1. GAMBAR PERCOBAAN
a. Jembatan Maxwell
Nilai tegangan, frekuensi, Rx, Lx, Rs, Ra, Rm ditentukan oleh asisten.
V F(Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx KET
b. Jembatan Hay
Nilai tegangan, frekuensi, Rx, Lx, Rs, Ra, Rm ditentukan oleh asisten.
Atur nilai tahanan Cs agar jembatan menjadi setimbang.
Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:
V F(Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx KET
c. Jembatan Wien
Susunlah rangkain Jembatan Wien seperti gambar di atas.
Nilai tegangan, R1, C1, R2, R3, C3, R4 ditentukan oleh asisten.
Atur frekuensi sumber tegangan agar jembatan menjadi setimbang.
Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:
V F(Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx KET
Buktikan dengan hasil perhitungan apakah nilai yang di dapat sesuai
dengan teori yang berlaku
d. Jembatan Schering
Susunlah rangkain Jembatan Schering seperti gambar di atas.
Nilai tegangan, frekuensi, R1, C1, R2, C3, Cx, ditentukan oleh asisten.
Atur nilai tahanan Rx agar jembatan menjadi setimbang.
Catat data pengamatan kedalam tabel berikut:
V F(Hz) Rx Rm Ra Rs Cs Lx KET
3. ANALISIS DATA
1) jembatan Maxwell
Menentukan Hambatan
2) Jembatan Wien
Menentukan Hambatan
Menentukan Frekuensi
√
3) Jembatan Schering
Menentukan Tan θx . Tan θs
Tan θx . Tan θs = w (C2 s - C1 Q)
4) Jembatan carey-foster
Menentukan nilai M
Menentukan L
* +
2. Jembatan Wien
NO. R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) R4 (Ω) C1 C2 F
1. 0,25 74,4861 13,45 0,71 12 2,6 0,016
2. 250 7,45x1012 134,5 710 1200 260 0,16 x10-5
3. Jembatan Schering
NO. CS S Q W C1 C2
1. 22 44,61 70,897 0,84 12 7,4
2. 2200 446,1 708,97 84,1 1200 740
4. Jembatan Carey-foster
NO. C Q R S
1. 12 70,897 0,25 44,61
2. 1200 708,97 82,6 446,1
F. Pembahasan
Jembatan arus bolak-balik merupakan perluasan wajar dari jembatan arus
searah dan dalam bentuk dasarnya terdiri dari empat lengan jembatan, sumber
eksitasi, dan sebuah detektor nol. Sumber daya menyalurkan suatu tegangan
bolak-balik ke jembatan pada frekuensi yang diinginkan. Untuk pengukuran pada
frekuensi rendah, antaran sumber daya (power line) dapat berfungsi sebagai
sumber eksitasi, pada frekuensi yang lebih tinggi, sebuah osilator umumnya
menyalurkan tegangan eksitasi. Detektor nol harus memberi tanggapan terhadap
ketidakseimbangan arus-arus bolak-balik dan dalam bentuk yang paling sederhana
(tetapi sangat efektif) terdiri dari sepasang telepon kepala (head phones). Dalam
pemakaiaan lain, detektor nol dapat terdiri dari sebuah penguat arus bolak-balik
bersama sebuah alat pencatat keluaran atau sebuah indikator tabung sinar elektron
(tuning eye). Jembatan AC digunakan untuk pengukuran impedansi yang tidak
diketahui dengan cara membandingkan nilai komponen yang besarannya
diketahui. Impedansi merupakan hambatan (R) yang ada pada rangkaian AC.
Dan sudutnya
Contoh soal :
Dik: Z1 = I w < 80°
Z2 = 250 Ω
Z3 = 400 < 30°
Dit: Z4 =...... ?
Z2 = 450 Ω
Z3 = 560 < 45,45° Ω
Dit: Z4 =...... ?
Jawab: Z1.Z4=Z2.Z3
Z4 = 871,97 Ω
<
<62,5° + °
= -17,05°
Dan
Ketika sakelar S ditutup dalam jembatan, maka akan dialiri oleh arus
bolak- balik. Untuk memperoleh keseimbangannya diaturlah induktansi standar
Lx dengan tahanan standar Rn. Maka setelah dicapai keseimbangan berlakulah:
( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
Dimana:
Lx = Induktansi yang diukur
Rx = Tahanan nyata dari
Ln = Induktansi standar
R1= Tahanan nyata dari
Rn = Tahanan standar
Contoh soal :
Jika diketahui R3 0,65 ohm, R1 12,8 ohm R2 11,11 dan C adalah 5 maka
tentukanlah nilai Rx dan Lx !
Penyelesaian :
Rx =
=
= 0,564 ohm
Lx = R2 R3 C
= 11,11. 0,65 . 5
= 36,10
2. Jembatan Hay
Dan
( )
Untuk Q > 10
Contoh soal :
Dik: R1= 18,117 Ω
Rx= 8,67 Ω
R2= 60,55 Ω
R3= 14,14 Ω
C1= 1
= 4,2 colum
Dit: Lx....... ?
Penyelesaian :
( )
Lx = R2. R3. C
Lx = 60.55 . 14,14 . 1
Lx = 856,177
3. Jembatan Schering
Gambar Jembatan Schering
Jembatan Schering ini berfungsi untuk mempersamakan kapasitas dan
tahanan dalam diri kondensator, dengan kapasitas dan tahanan dalam dari suatu
kondensator standar. Jembatan Schering digunakan untuk mengukur sifat-sifat
isolasi yakni pada sudut-sudut fasa yang sangat mendekati 90 .
Syarat setimbang jembatan ini adalah jumlah sudut fasa lengan satu dan
lengan empat sama dengan jumlah sudut fasa lengan 2 dan 3. Persamaan
setimbang diturunkan dengan cara yang biasa dan dengan memasukkan nilai-nilai
impedansi dan admitansi yang memenuhi kedalam persamaan umum. Diperoleh :
Zx = Z2 Z3 Y1
Rx = - = R2 (- )( )
CX = C3
Contoh soal :
Diket :
CS = 22
S = 44,61
Q = 70,897
W = 0,84
C1 = 12
C2 = 7,4
Dit:
Penyelesaian :
Cx
Tan θx . Tan θs = w (C2 s - C1 Q)
=0,84 (7,4(44,61) – 12 (70,897))
= 0,84 (330,114 – 850,764)
= - 437,346
4. Jembatan Carey-foster
(R + jwL)l1 – jwM(I1+I2) = 0
Persamaan di atas ini hanya benar bila rasio dari I1 terdapat I2 adalah tepat,
dan didapat dari persyaratan bahwa tegangan antara cabang SC adalah sama
dengan tegangan melalui cabang Q.
( )
Contoh soal :
Diket :
C = 12
Q = 70,897
R = 0,25
S = 44,61
Dit : M = …?
L = …?
Penyelesaian
( )
( )
mm
5. Jembatan Maxwell-Wien
Contoh soal :
Dik:
R1 = 250 Ω
R3 = 134,5 Ω
R4 = 710 Ω
C1 =1200
C3 =260
Dit: R2 = ….?
F = …?
Penyelesaian :
√ √
Hz
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
Sebuah jembatan AC bentuk dasarnya terdiri dari empat lengan, sumber
eksitasi dan menyeimbangkan detektor. Setiap lengan terdiri dari impedansi.
Sumber AC adalah pasokan persediaan tegangan AC pada frekuensi yang
diperlukan.
Dit Rx = …..?
Lx =…...?
Penyelesaian:
b. Dik :
R1 = 250 Ω
R2 =82,6 Ω
R3 = 134,5 Ω
C=1200
Dit Rx = …..?
Lx =…...?
Penyelesaian:
2. Jembatan wien
a. Dik:
R1 = 0,25Ω
R3 = 13,45 Ω
R4 = 0,71 Ω
C1 =12
C3 =2,6
Dit: R2 = ….?
F = …?
Penyelesaian
√
√
b. Dik:
R1 = 250 Ω
R3 = 134,5 Ω
R4 = 710 Ω
C1 =1200
C3 =260
Dit: R2 = ….?
F = …?
Penyelesaian
√
3. Jembatan schering
a. Dik :
CS = 22
S = 44,61
Q = 70,897
W = 0,84
C1 = 12
C2 = 7,4
Dit:
Penyelesaian :
Cx
Dit:
Penyelesaian :
Cx
4. Jembatan carey-foster
a. Dik :
C = 12
Q = 70,897
R = 0,25
S = 44,61
Dit : M = …?
L = …?
Penyelesaian
( )
( ) mm
b. Dik :
C = 1200
Q = 708,97
R = 82,6
S = 446,1
Dit : M = …?
L = …?
Penyelesaian :
( )
( )
,3 mm
2. Lampiran gambar
PENGUKURAN PENCAHAYAAN
NIM : A1C318078
KELAS : REGULER C
UNIVERAITAS JAMBI
2019
I. Judul : PENGUKURAN PENCAHAYAAN
II. Hari/tanggal : Selasa/26 mei 2019
III. Tujuan
1. Mengetahui alat ukur pencahayaan
2. Menjelaskan prinsip kerja alat ukur pencahayaan
3. Memahami fungsi dilakukannya pengukuran pencahayaan
IV. Alat dan Bahan
- Fitting lampu
- Lampu
- Sistem tertutup
- Kabel
- Luxmeter
- Penggaris
V. Teori Dasar
Pencahayaan adalah sebagai penerangan rumah atau bangunan kita agar kita
dapat merasakan kenyamanan dalam beraktivitas baik di dalam maupun diluar.
Contoh penggunaan pencahayaan di dalam bangunan seperti untuk mengerjakan
aktivitas membaca, menulis, melihat sekeliling dan sebagainya, dapat dibuat
dengan desain penerangan umum (General Lighting). Namun apabila penggunaan
pencahayaan digunakan untuk aktivitas efek visualisasi, display, estetika, karya
seni (lukisan, patung, dll) sering disebut desain pencahayaan khusus (Special
Lighting) (Wulan, 2018 : 162).
Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas
cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui
karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk
mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang
cukup peka dan linier terhadap cahaya (Guntur, 2017 : 116).
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux
meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel. Sensor
diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi
yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang
diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat tentang
cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada
panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan
kombinasi efek dari semua panjang gelombang (Abdullah, 2007 : 405).
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk
kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah sensor
yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun
bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Kemudian dari hasil dari
pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel.Berbagai jenis
cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya alami atapun buatan akan
mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna yang diukur akan
menghasilkan suhu warna yang berbeda,dan panjang gelombang yang berbeda
pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan hasil yang ditampilkan oleh
layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap oleh
sensor photo diode (Satriawan,2012 : 215).
Pencahayaan adalah ukuran dari berapa banyak flux cahaya yang tersebar di
daerah tertentu. Seseorang dapat berpikir tentang fluks cahaya (diukur dalam
lumen) sebagai ukuran "jumlah" total cahaya yang terlihat, dan pencahayaan
sebagai ukuran intensitas pencahayaan pada suatu permukaan. Jumlah cahaya
yang menerangi permukaan akan lebih samar-samar jika tersebar di area yang
lebih besar, sehingga pencahayaan berbanding terbalik dengan area dimana
pancaran cahaya adalah konstan (Valentinus, 2016 : 346).
I= Φ ω
E= Φ A
Karena fluks cahaya yang memancar dari titik seluruh ruang adalah Φ=4π
dan luas permukaan bola adalah A=4πr2, suatu sumber intensitas cahaya I
menghasilkan iluminasi total adalah
1
E = 𝑟2
Data yang kami peroleh yaitu dengan jarak bervariasi secara berturut-turut
yaitu 22 cm, 10 cm, dan 22 cm. Diperoleh hasil pengukuran lux pada lux meter
yaitu 358 lux, 247 lux, dan 391 lux. Dari data yang didapat maka diperoleh
hubungan antara jarak dengan lux yaitu semakin dekat jarak luxmeter dengan
sumber cahaya atau lampu maka lux yang diperoleh akan semakin besar maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu jarak berbanding terbalik dengan lux dan
luminositas cahaya.
Daya lampu serta jenis lampu berpengaruh terhadap besar intensitas cahaya.
Jenis lampu LED memiliki efektifitas paling baik dibandingkan jenis lampu
NEON dan lampu Pijar karena memilki tingkat pembuangan energi yang paling
kecil dan menghasilkan intensitas pencahayaan yang besar dibandingkan jenis
lampu lainnya. Selain itu semakin jauh jarak antara sumber cahaya ke sensor
Luxmeter maka akan semakin kecil nilai yang ditunjukkan oleh Luxmeter
tersebut. Hal ini membuktikan bahwa semakin jauh jaraknya maka nilai intensitas
akan semakin berkurang.
Selain itu ada faktor yang mempengaruhi besar kecilnya intensitas cahaya
pada lampu yaitu kemungkinan ada debu atau kotoran yang terdapat pada bola
lampu akibat sudah terlalu lama digunakan, selain itu penggunaan sistem tertutup
yang kurang tetap dalam suatu percobaan dapat membuat penerangan menjadi
tidak maksimal.
XI. Pertanyaan akhir
1. Bagaimana tingkat pencahayaan diberbagai tempat?
Jawab : berikut adalah tabel standar kuat penerangan diberbagai tempat.
Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (lux)
1. Rumah sakit / Balai Pengobatan
• Ruang rawat inap 250 lux
• Ruang operasi, Ruang 300 lux
Bersalin
• Laboratorium
500 lux
• Ruang rehabilitasi
250 lux
2. Pertokoan / Ruang Terbuka
• Ruang pameran dengan
objek berukuran besar
• Toko Kue dan Makanan 500 lux
• Toko Bunga
• Toko Alat Tulis 250 lux
• Toko Perhiasan 250 lux
• Toko Pakaian 300 lux
Lux meter