Skala Gempa
Skala Gempa
Aria Baskara
Rekan Migas,
Dalam design fixed structure, ada requirement utk structure to dsigne to withstand seismic load
baik Strength Level (100-200 years earthquake load) dan Ductility Level (1000 above years
earthquake load), refer API RP2A WSD.
Apakah ada rekans (earthquake expert atau praktisi atau apa aja...) yg tahu dan bersedia berbagi,
bagaimana konversi/hubungan antara Strength and Ductility level terhadap skala Richter? Jurnal
atau rumus2 sederhana... mungkin
Arif.Wibisono - ikpt
Emang bener, bahasa yang biasa kita denger adalah skala Ritcher untuk mengukur kekuatan
suatu gempa (magnitude). Sedang kalo dalam bahasa design, kita biasanya pake parameter
ground acceleration, yang biasanya dinyatakan dalam berapa g (g=percepatan gravitasi) dan nilai
tersebut berlaku di batun dasar (bed rock).
Sebenernya ada hubungan antara magnitude gempa-dalam hal ini skala Ritcher-dengan ground
acceleration. Cara yang paling simple pakai chart yang ada di text book. Dengan tahu berapa
skala Ritcher dari gempa yang terjadi, berdasarkan chart tersebut kita bisa tahu ground
accelerationnya. Atau kalo mau yang lebih ilimiah, bisa pakai pendekatan deterministic, atau yang
paling rasional ya pakai pendekatan propabilistik. Kalo kita pakai pendekatan deterministik, kita
bisa pakai Attenuation Function. Jadi fungsi ini bisa menggambarkan berapa besar ground
acceleration, misal di Jakarta, ketika terjadi gempa di Indramayu. Dengan mengetahui magnitude
gempa, kedalaman pusat gempa, jarak Jakarta-Indramayu dan beberapa parameter yang lain, kita
bisa menghitung efek gempa ini. Biasanya kita biasa pakai formula Youngs atau Boore,
tergantung penyebab terjadinya gempa. Youngs applicable untuk gempa akibat normal slip
(patahan dengan arah pergeseran vertikal) sedangkan Boore biasa dipakai untuk strike slip
(patahan dengan arah pergeseran horisontal). Atau kalo pakai pendekatan probalistik ya agak
panjang perhitungannya. Kita bisa pakai Total Probability Theorem (USGS-Mc Guire) atau Point
Source Theorem (Gumbel Method Type 1). Ya karene ini pendekatan probabilistik, pastinya kita
akan berkutat dengan teori-teori statistik kayak frekuensi, probablitas kejadian, periode ulang, dll.
Mas, sebenernya kita ga perlu repot-repot ngitung kayak diatas. Kita tinggal refer ke Code aja.
Amerika punya API atau UBC. Kalo kita punya SNI 03-1726-2002. Kita tinggal tentuin dimana
lokasi struktur kita dan jenis tanah dilokasi tersebut, kita dah dapat ground accelarationnya. Nilai
tadi sudah siap kita pakai buat analisa. Code-code tadi dah komplit dan masukin pendekatan"
diatas.
Yang kita bicarain diatas adalah mengenai Strength Level, sedang Ductility Level itu mengenai
perilaku struktur waktu terjadi gempa. Kita bisa nentuin pada waktu gempa, struktur kita mau
berperilaku elastis (mahal) atau gimana. Daktilitas ini juga erat hubungan dengan unsur safety.
Filosofi yang biasa kita pakai waktu mendesain adalah bahwa struktur tersebut kuat menahan
gempa rencana dan ketika terkena gempa yang lebih kuat, struktur tersebut masih kuat untuk
beberapa waktu sehingga orang yang ada didalamnya bisa menyelematkan diri. Mungkin gitu
dulu. Maaf ga kasih formula, mas Baskara bisa langsung googling dengan keyword 'seismic risk
analysis'
Indera Sadikin
Pertanyaan Pak Aria menarik sekali. Saya dulu juga punya pertanyaan serupa tapi sampai
sekarang masih belum ketemu referensi yang benar2 eksplisit. Dalam design saya asumsikan
bahwa gempa diterima oleh struktur dalam bentuk akselerasi. Untuk praktisnya saya asumsikan
akselerasi arah samping sebesar 0.25 G (gravitasi). Jadi seandainya berat anda 80 kg, waktu
gempa anda dapat dorongan dari samping sebesar 0.25 x 80 kg = 20 kg pada center of gravity
tubuh anda (sekitar perut-pinggang). Lumayan besar untuk bikin jatuh. Yang belum saya temui
adalah literatur mengenai konversi skala Richter ke sekian G. Tapi tadi di majalah Tempo terbaru
saya baca getaran 0.3 G setara dengan gempa 9.5 skala Richter (Tempo 30 September 2007, hal.
105). Apakah angka ini benar atau tidak mungkin praktisi sipil yang lebih tahu. Mungkin ini yang
Anda maksud dengan "hubungan strength terhadap skala Richter". Mudah2an membantu dan
mohon dishare ke saya kalau ketemu literatur yang lebih rinci dalam masalah ini :)
Dalam hal "building code", semestinya anda konsen dengan "ground acceleration" bukan Richter
scale. Ground acceleration ini percepatan tanah karena bergoyang-goyang.
Satuannya memang G (grafitasi seperti Pak Indera sadikin dibawah ini : Kata Tante Wiki Peak
ground acceleration is a measure of earthquake acceleration. Unlike the Richter magnitude scale,
it is not a measure of the total size of the earthquake, but rather how hard the earth shakes in a
given geographic area.
Coba baca tulisan saya perbandingan ketiga gempa Bengkulu, Gempa Padang dan Gempa Jogja.
disini,
http://rovicky.wordpress.com/2007/09/19/perbandingan-gempa-padang-bengkulu-dan-jogja/
semestinya sudah menunjukkan bahwa bukan skala richternya yang anda cari seandainya
berhubungan dengan kekuatan konstruksi.
Indera Sadikin
Thanks Pak Rovicky. Saya baru saja baca link wordpress Anda. Ternyata gempa sangat menarik.
Background saya bukan geoteknik tapi fracture mechanics. Dari sudut pandang fracture
mechanics bisa saya simpulkan magnitude gempa dalam skala Richter adalah besarnya energi
gempa. Dalam mechanics of material kira2 analoginya sama dengan strain energy atau energi
regangan. Saat energi potensial ini mencapai keadaan kritisnya, energi ini dilepaskan sehingga
menghasilkan ground acceleration. Habis baca blog Pak Rovicky saya baru sadar kita tidak bisa
konversi skala Richter (energi = kerja x waktu) ke acceleration (kerja) karena satuannya yang
berbeda. Jadi ground acceleration yang terjadi bergantung pada karakteristik tanah dan karakter
pembukaan retak atau pelepasan energi material sekitar gempa. Kesimpulannya kalau Pak Aria
Baskara mau design struktur berarti harus ada data peak ground acceleration di daerah itu,
bukan catatan statistik gempa dalam skala Richter. Isu yang sangat menarik karena baru kemarin
Gubernur Sutiyoso mensyaratkan bangunan2 baru di Jakarta harus dirancang untuk menahan
gempa sampai 9 skala Richter. Harusnya kita tanya Bang Yos: Maunya kuat nahan berapa G? :)
Aria Baskara
Wah menarik.... terima kasih juga mas Arif Wibisono... atas detail penjelasan... Nah kebanyakan
upper management (contoh nya bang Yos) biasanya nanya "Kalau ductility level, bangunan bisa
tahan sampai brp skala richter?
Paling tepat kita jelaskan bahwa skala Richter vs design seismc load (ground accelleration,
response spectra) ibarat minyak dan air satuannya beda... ndak bisa di banding kan...
Menurut saya penjelasan Pak Arif W lebih sreg... untuk menghubungkan antara design seismic vs
Richter
Mungkin papak Arif Wibisono bisa jelaskan lebih detail mengenai "Chart yang ada di text book.
Dengan tahu berapa skala Ritcher dari gempa yang terjadi, berdasarkan chart tersebut kita bisa
tahu ground accelerationnya"
Yang saya tahu di jepang (CMIIW), bangunan harus tahan thd gempa 1000 tahunan.
Rekan2 Yth,
Hubungan antara skala Richter dan g yang terjadi pada gedung tidaklah mudah karena besarnya g
tergantung pada jarak antara sumber gempa dengan bangunan, sifat tanah, arah gempa dan lain-
lain.
Saya bukan orang geoteknik ataupun ahli gempa, namun saya pernah melakukan pengukuran
gempa yang berkaitan dengan getaran mesin (mesin sering trip akibat gempa, jadi mereka ingin
tahu: mesin saya seharusnya di trip ketika getaran akibat gempa seberapa besar?).
Hubungan antar besar getaran akibat gempa dan kondisi gedung (apa terjadi retakan, atau
kerusakan dahsyat) tidak sederhana, krn pada rentang frekuensi tertentu batasnya lebih dekat
dengan percepatan (g) sedang pada rentang frekuensi lain batasnya lebih dekat dengan velocity
(mm/s) getaran. Namun grafik ini untuk concrete, bukan untuk steel structure. Untuk steel
structure, biar rekan2 dari struktur sipil yang menjawabnya.
Semoga bermanfaat.
hananto_nugroho - fmi
Pak Arif,
Semoga membantu.
Arief Yudhanto
Dari artikel yg saya temukan di web mengenai perhitungan skala Richter (yg barangkali
seharusnya Richter-Gutenberg) ada formula yg menghubungkan antara M (magnitude) dengan a
(percepatan), yaitu
M = 2 + 2log(a0)
di mana a0 adalah percepatan maksimum (dalam cm/detik^2). Apakah ini formula yang dicari?
Mari kita lanjutkan diskusinya ...
***
Sumber: http://www.stat.ucla.edu/cases/northridge/richter.txt
This posting is a long explanation of scales for earthquake magnitudes. In short, the magnitude is
the base 10 log of the ground movement amplitude, with a bunch of fudging to make results come
out the same at different measuring sites and to make the results comparable between different
earthquakes.
In general, the magnitude is determined by a formula of the form mag = log(a/T) + f(delta,h) + Cs +
Cr where mag is the magnitude, a is the ground amplitude in microns, T is wave period in seconds,
f is a function to correct for the effects of distance and focal depth, delta is the epicentral distance
in degrees, h is the earthquake focal depth in km, Cs is a correction for the local structures at the
station and Cr is a regional correction.
The original Richter scale was designed in 1935 for comparing local earthquakes in Southern
California and cannot be used directly for comparing earthquakes in other areas. It is defined as M
sub L = the logarithm of the maximum recorded trace amplitude in microns of a Wood-Anderson
torsion seismograph with specified constants (free period=0.8s, magnification=2800, damping=0.8)
at an epicentral distance of 100 km. (Note: all logarithms are base 10).
The magnitude M was designed in 1945 by Gutenberg based on surface waves. Considering
Rayleigh surface waves in a period range of 20+-2 sec for earthquakes of normal depth, the
equation becomes M= log a + c1 log delta + c2, where a is the horizontal ground amplitude in
microns, delta is the epicentral distance in degrees, and c1 and c2 are constants. (As best as I can
tell, this is the magnitude normally reported.)
m = 0.56 M + 2.9
The International Geophysical Assembly in Zurich in 1967 adopted the following recommendations
for magnitude determinations of distant events:
1. Magnitudes should be determined from (a/T)max for all waves for which calibrating functions
f(delta,h) are avaliable: PZ, PH, PPZ, PPH, SH, LH, (LZ). (Z=vertical component, H=horizontal
component, L=surface wave).
2. Amplitudes and periods used ought to be published. Two magnitudes (m=body-wave magnitude,
M=surface-wave magnitude) should be used. For statistical studies M is favoured. The conversion
formula m =0.56M+2.9 is recommended.
3. For body waves the f(delta,h) values of Gutenberg and Richter are used. For surface waves, the
Moscow-Prague formula:
M = log(a/T) + 1.66 log(delta) + 3.3 is used. (a is the horizontal componente of Rayleigh surface
waves; T should be in the period range of 10-30 sec.)
4. If short period records are used exclusively, too low magnitudes result. In order to eliminate this
error, it is strongly recommended that for short-period readings either a/T or f(delta,h) be adjusted
such that the agreement with long-period instruments is achieved.
This is an empirical equation, derived by integrating over the whole wave train in time and space.
From this equation, each increase of 1 in magnitude increases the energy released by a factor of
27.5.