Anda di halaman 1dari 17

Peran Budaya dan Pengetahuan dalam Hubungan Harga Diri dan

Materialisme

Uswatun Hasanah
Email: uswah.hs00@gmail.com

Tugas UAS Matakuliah Psikologi Lintas Budaya


Dosen Pengampu: M. Salis Yuniardi, M. Si

Pascasarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak

Harga diri merupakan salah satu aspek psikologis yang dibutuhkan manusia untuk bahagia.
Sayangnya, penelitian menunjukkan tingkat harga diri seseorang berbanding lurus dengan
tingkat materialismenya. Banyak penelitian menemukan bahwa materialisme tidak membawa
kebahagiaan. Karenanya, paham materialisme perlu ditangkal agar tidak dijadikan dasar
harga diri individu. Hasil penelitian ini menunjukkan 2 responden yang menginternalisasi
budaya ke dalam dirinya mampu tidak mengaitkan harga dirinya dengan materi.

Kata Kunci: Harga diri, Materialisme, Budaya.

Latar Belakang

Sepuluh kebutuhan psikologis yang secara umum dibutuhkan oleh individu


(Baumgardner, 2010), salah satunya adalah kebutuhan akan harga diri. Harga diri merupakan
nilai atau penilaian yang dilekatkan individu terhadap dirinya sendiri dan diekspresikan
melalui sikap terhadap dirinya (Coopersmith dalam Rahmawati, 2006).

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa harga diri individu berhubungan dengan


tingkat kebahagiannya (Roy F Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003; Cheng &
Furnham, 2003; Dai & Chu, 2016; Wani, 2017; Hill, 2015; Hwang, Kang, Tak, & Lee, 2015;
Jang, Bucy, & Cho, 2018; Yuki, Sato, Takemura, & Oishi, 2013). Harga diri yang tinggi pada
individu dapat menimbulkan perasaan positif pada diri individu itu sendiri. Perasaan positif
ini kemudian membuat individu mengevaluasi secara positif peristiwa-peristiwa di masa lalu,
membuat individu lebih melihat kesempatan dibanding kesulitan dan meningkatkan rasa
humor (Roy F Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Kondisi tersebut cenderung
memberikan perasaan bahagia pada individu. Sebaliknya, harga diri rendah menimbulkan
perasaan negative yang membuat individu mengevaluasi segala perisitiwa secara negative
dan cenderung menyalahkan dri sendiri di masa lalu yang menyebabkan individu tidak
bahagia (Hoffman, 1982). Baumeister (2003) menganjurkan salah satu cara menumbuhkan
harga diri pada siswa sehingga memberikan perasaan positif ialah pemberian pujian saat
siswa berhasil melakukan tugas tertentu.

Cheng & Furnham (2003) pada penelitiannya yang diikuti 234 peserta rata-rata
berusia 18 thn menemukan bahwa hubungan antara harga diri dan kebahagiaan semakin
signifikan saat dimoderatori oleh kepribadian ekstraversi. Selain kepribadian, kondisi mental
juga mempengaruhi hubungan harga diri dan kebahagiaan. Anak dengan keterbelakangan
mental menunjukkan harga diri lebih rendah dan kecemasan lebih tinggi disbanding anak non
keterbelakangan mental (Dai & Chu, 2016). Hal itu disebabkan sikap orangtua anak
keterbelakangan mental pesimis. Optimisme ditemukan dapat meningkatkan harga diri dan
kebahagiaan (Wani, 2017).

Tinggi rendahnya harga diri berbanding lurus dengan tingkat materialisme individu
(Li, Lu, Xia, & Guo, 2018). Materialisme menurut the Oxford English Dictionary
didefinisikan sebagai a devotion to material needs and desire, to the neglect of spiritual
matters; a way af life opinion, or tendency based entirely upon material interests (pengabdian
terhadap kebutuhan dan keinginan material, hingga pengabaian hal-hal rohani; cara hidup,
atau kecenderungan yang sepenuhnya didasarkan pada kepentingan material). Definisi lain
dari materialism dikemukakan oleh Richins & Dawson (1992) sebagai sef of centrally held
beliefs about the importance of possessions in one's life.

Choi (2007) menyatakan bahwa materialisme as means as obtaining symbolic


immortality in a culture where materialism is considered a life value. Consumer researchers
define materialism as "the imporiance a consumer attaches to worldly possessions"and "the
importance a person places on possession s and their acquisition as a necessary or desirable
form of conduct to reach desired end states, including happiness" (Richins and Dawson,
1992; Chaplin & John, 2007; Banerjee & Dittmar, 2008). Dengan demikian bisa disimpulkan
bahwa materialisme adalah sebuah paham di mana kepemilikan benda-benda materi
merupakan hal yang amat penting bagi individu dalam upayanya mencapai kebahagiaan.

Paham materialisme pada diri individu didukung oleh meningkatnya produksi barang
(materi) dan perkembangan teknologi global, di mana gaya hidup masyarakatnya semakin
erat dengan materi atau barang produksi (Kilbourne, 2009). Guo (2018) menemukan bahwa
individu bersikap materialistis untuk menutupi harga dirinya yang rendah. Belk dan Foxall &
Goldsmith menyatakan bahwa mereka yang materialistis memiliki pemahaman akan nilai
yang lebih rendah dibanding mereka yang memiliki pemahaman akan nilai yang tinggi.
Ketika orang mengalami keraguan diri, telah terbukti bahwa mereka meningkatkan rasa harga
diri, status diri, dan mengurangi ketidakpastian diri dengan memperoleh kekayaan materi
(Chang & Arkin, 2002; Noguti & Bokeyar, 2014). Pemahaman mereka bahwa materi dapat
meningkatkan harga diri dipengaruhi oleh dominasi sistem ekonomi dan ideologi
materialisme (Kilbourne, 2009).

Individu dapat menyaring atau tidak mengikuti paham dominan ketika memiliki
pengetahuan atau alternative paham lainnya yang salah satunya bisa didapatkan dari bacaan.
Haan (2013) pada penelitiannya yang dilakukan pada karyawan perusahaan mobil
Bombardier menemukan, bahwa pengetahuan individu mempengaruhi motivasi dan perilaku
mereka dalam bekerja. Lebih jauh, penelitian Fabrigar dkk (2006) menemukan bahwa
pengetahuan dapat menjadi dasar sikap individu. Sikap ini kemudian menentukan perilaku
mereka. Penelitian Fabrigar menunjukkan individu cenderung berperilaku konsisten relevan
dengan pengetahuannya saat berada dalam kondisi pertimbangan yang tinggi sebelum
bertingdak. Berdasar temuan penelitian tersebut maka ada kemungkinan besar individu
dengan pengetahuan yang bertolak belakang dengan paham materialis tidak mendasarkan
harga dirinya pada materi

Karena itulah penelitian ini hendak menelusuri konsep harga diri menurut subjek yang
memiliki kebiasaan membaca buku kritis atau melawan ideologi umum (materialis) dan
membandingkannya dengan konsep harga diri subjek yang tidak memiliki akses pengetahuan
yang melawan ideologi pendukung materialis.

Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri merupakan nilai atau penilaian yang dilekatkan individu terhadap dirinya
sendiri dan diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya (Coopersmith dalam Rahmawati,
2006). Harga diri, salah satunya dapat memberikan manfaat perasaan positif pada diri
seseorang (R F Baumeister et al., 2013).

Harga diri yang tinggi pada individu dapat menimbulkan perasaan positif pada diri
individu itu sendiri. Perasaan positif ini kemudian membuat individu mengevaluasi secara
positif peristiwa-peristiwa di masa lalu, membuat individu lebih melihat kesempatan
dibanding kesulitan dan meningkatkan rasa humor (Roy F Baumeister et al., 2003). Kondisi
tersebut cenderung memberikan perasaan bahagia pada individu. Sebaliknya, harga diri
rendah menimbulkan perasaan negative yang membuat individu mengevaluasi segala
perisitiwa secara negative dan cenderung menyalahkan dri sendiri di masa lalu yang
menyebabkan individu tidak bahagia (Hoffman, 1982)

Harga Diri, Materialisme dan Budaya

Materialisme adalah sebuah paham di mana kepemilikan benda-benda materi


merupakan hal yang amat penting bagi individu dalam upayanya mencapai kebahagiaan.
Kasser, Ryan, Couchman, dan Sheldon (2004) berpendapat bahwa individu sering
mengimbangi kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi dengan memperoleh kekayaan
materi. Bukti empiris substansial mendukung perspektif ini. Sebagai contoh, individu dengan
harga diri yang rendah telah ditemukan memiliki tingkat materialisme yang lebih tinggi (De
Rezende Pinto, Mota, Leite, & Alves, 2017; De Veirman, Hudders, & Cauberghe, 2017).
Ketika orang mengalami keraguan diri, telah terbukti bahwa mereka meningkatkan rasa harga
diri, status diri, dan mengurangi ketidakpastian diri dengan memperoleh kekayaan materi
(Chang & Arkin, 2002; Noguti & Bokeyar, 2014). Pada akhirnya, individu dengan evaluasi
diri negatif lebih cenderung mengonsumsi produk yang terkait dengan simbol status untuk
mempromosikan citra diri mereka (Chaplin & John, 2007; Jiang, Zhang, Ke, Hawk, & Qiu,
2015; Lee & Shrum, 2012). Dengan demikian, materialisme dapat bertindak sebagai satu cara
di mana individu melindungi dan meningkatkan harga diri mereka. Sedangkan harga diri
individu, salah satunya, dipengaruhi oleh budaya tempat tinggalnya. Harga diri mereka
mengacu pada identitas yang dihargai oleh masyarakat setempat (Strandell, 2016).

Metode Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang (2 laki-laki, 2 perempuan). Satu
laki-laki dan satu perempuan tinggal di Madura, satu perempuan tinggal di Malang dan satu
laki-laki tinggal di Jogja. Satu laki-laki dan perempuan yang bertempat tinggal di Madura
tidak memiliki akses buku atau tidak membaca buku-buku yang bertentangan dengan
ideologi dominan (materialisme dan kapitalisme). Sedangkan laki-laki dan perempuan yang
tinggal di Malang dan Jogja merupakan subjek yang membaca buku-buku yang memuat
konten ideologi alternatif.
Penelitian dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dan melalui email serta
chat personal Whatsapp. Wawancara dilaksanakan sejak 20 Mei 2018. Daftar pertanyaan
dalam wawancara mengacu pada aspek-aspek variabel harga diri (penerimaan diri dan
penghargaan diri dan materialisme).

Hasil dan Pembahasan

Subjek 1: HR, berusia 26 thn merupakan seorang dosen perempuan asal Madura. Bagi
HR, harga diri berarti berkenaan dengan citra dirinya di mata masyarakat sekitarnya. HR
merasa kesal saat harus berdiri di pinggir jalan karena menunggu informasi tempat acara
diadakan. Menurut HR, masyarakat di lingkungannya cenderung menilai negative perempuan
yang nongkrong (HR membawa sepeda motor) di pinggir jalan dalam waktu yang lama
(W1.HR.1d; W1.HR.2a). Masyarakat tempat HR tinggal ialah masyarakat Madura yang
masih kuat dengan nilai-nilainya. Mereka memberlakukan norma khusus bagi perempuan.
Setiap lelaki yang bergerombol di pinggir jalan, dianggap biasa. Namun jika perempuan yang
bergerombol di pinggir jalan akan mendapat stigma negative dari masyarakat.

Selain pada norma masyarakat, HR juga mengaitkan harga dirinya dengan bagaimana
etika memperlakukan perempuan. Menurut HR, seorang lelaki seharusnya tahu tempat dan
waktu yang tepat untuk sekedar mengajak kenalan atau meminta nomer telepon (W1.HR.1a).
Pandangan tersebut menunjukkan bahwa HR menghargai dirinya sendiri. Meskipun bagitu,
keluarga lebih utama bagi HR dibandingkan dirinya sendiri (W1.HR.3a). Masyarakat Madura
merupakan salah suku yang memegang erat kekeluargaan. Dampak dari eratnya rasa
kekeluargaan yaitu adanya budaya carok dan tanean lanjheng. Budaya kekeluargaan inilah
yang mempengaruhi HR sehingga mengaitkan harga dirinya dengan keluarganya.

Cara HR bersikap saat merasa harga dirinya dirusak yaitu dengan memperlakukan
lawan bicaranya dengan cara yang sama. HR bahkan mengaku bahwa ia bersedia berbohong
demi membalas perlakuan orang lain yang mengecewakan dirinya (W1.HR.4a). HR tidak
mempresentasikan masyarakat Madura secara umum, namun untuk mengetahui dan
memahami diri HR perlu memperhatikan budaya tempat ia tinggal. Orang-orang Madura
dikenal keras karena ketegasannya. Ketegasan berkaitan erat dengan keras kepala atau tidak
adanya kompromi. Hal itu tergambar dalam diri HR yang bersikap layaknya sebuah pepatah
‘mata dibalas mata’.
Meski memasang peraturan atau etika yang ketat untu menghargai dirinya sendiri
(W1.HR.11a), HR tetap menyadari bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan dalam
pergaulan sosial (W1.HR.8a). Subjek juga lebih mengaitkan harga dirinya terhadap nama
baik keluarga dibanding dirinya sendiri. Sedangkan Pengetahuan HR mengenai paham yang
bersebrangan dengan materialisme tidak terlihat. Ia pun tidak membaca buku selain buku
primer yang ia gunakan untuk mengajar perkuliahan. Jadi HR tidak membaca buku-buku
berkonten paham yang melawan materialis, namun harga dirinya tidak kemudian didasarkan
pada materi. Ada unsur lain selain pengetahuan yang didapat dari buku yang mempengaruhi
konsep harga diri HR, yaitu budaya tempat ia tinggal: budaya Madura.

Subjek 2: VQ, berusi 23 thn tidak bekerja asal Madura. Harga diri baginya berkenaan
dengan kemampuannya di mata masyarakat. VQ merasa harga dirinya dilecehkan saat
menerima komentar negative yang bersangkutan dengan kemampuan atau sifatnya
(W1.VQ.2a). Sikap VQ saat merasa harga dirinya diusik ialah hanya diam namun bertekad
untuk membuktikan bahwa ucapan orang lain tentang dirinya keliru. VQ tidak mengaitkan
harga dirinya pada materi (W1.VQ.4a). VQ tidak membaca buku melainkan menonton film
bergenre action hero (W1.VQ.7a).

VQ juga berasal dari Madura, tempat tinggal VQ memiliki budaya yang sama dengan
budaya tempat tinggal HR. Karena itulah, meski VQ tidak membaca buku yang berisi paham
bersebrangan dengan materialisme, harga diri VQ tetap tidak didasaran pada materi. Seperti
HR, budaya Madura menjadi penyebab VQ tidak mendasarkan harga dirinya pada barang,
melainkan pada kemampuan dan kompetensi.

Subjek 3: NS, seorang perempuan berusia 25 thn, wiraswasta asal Malang. Subjek
mengaku cukup menghargai dirinya sendiri (W1.NS.9a), namun ia mengabaikan orang-orang
berkomentar negative tentangnya (W1.NS.3a). Buku-buku yang sering dibaca oleh NS
adalah karya Dee Lestari. Penulis ini dikenal dengan perspektif tokoh novelnya yang
cenderung melawan perspektif umum. Setelah banyak membaca buku Dee yang sering
memnawarkan perspektif berbeda itulah, NS memiliki pandangan yang cukup plural
mengenai harga diri. NS menganggap bahwa harga diri orang lain berbeda-beda. Namun
perbedaan itu tetap menjadikan setiap manusia untuk dihardiri (W1.NS.7a).

Subjek 4: FO, mahasiswa berusia 24 tahun asal Jogja. Buku-buku yang dibaca FO
berupa buku-buku kiri (tidak sejalur dengan pemikiran pada umumnya) dan kritis. Misalnya,
2 buku karya Noam Chomsky yaitu Who Rules The World dan How the World Works yang
dapat memberikan wawasan pada pembaca tentang bagaimana penguasa mengendalikan
pengetahuan masyarakat demi kepentingan ekonomi atau lainnya. Buku ini dapat memancing
pembaca bahwa setiap pengetahuan, sistem atau bahkan paham diciptakan guna kepentingan
beberapa golongan. Misalnya, paham materialis.

Pengaruh buku Noam Chomsky pada pemikiran FO dapat dilihat bagaiman FO


mengonsep harga dirinya. FO mengamini pandangan salah satu tokoh yang ia baca,
Diogenes, yang menganggap bahwa harga diri barangkali hanya akal-akalan manusia untuk
terlihat atau merasa berharga padahal tidak secara empiris (W1.FO.2b). FO meragukan
konsep harga diri, bukan tidak memilikinya.
Paham Materialis

Harga diri individu Harga diri individu

Pengetahuan
Budaya Madura: tentang paham
norma masyarakat Harga diri non
alternative selain
dan kompetensi diri materialis
materialis

Gambar 1. Budaya dan pengetahuan individu mempengaruhi hubungan materialisme dengan harga
diri.

Keempat subjek menunjukkan konsep harga diri yang berbeda-beda. Pandangan


mereka terhadap harga diri masing-masing dipengaruhi oleh wawasan yang mereka dapatkan
dari buku maupun budaya tempat mereka tinggal. Karena budaya juga merupakan sumber
pengetahuan individu melalui pengasuhan dan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh materialisme terhadap harga diri individu masih ditentukan oleh pengetahuan dan
budaya yang dimiliki individu. Budaya asli Indonesia tidak berpaham materialis. Karenanya,
masyarakat, guna mencapai harga diri yang tidak berdasarkan pada materialisme bisa dengan
cara tetap teguh memegang budaya masing-masing atau memperluas wawasan seperti yang
dilakukan oleh FO.
Penutup

Paham materialis menjadi paham yang umum, secara tidak sadar, dianut oleh
masyarakat dan mempengaruhi konsep harga diri mereka. Untuk mengurangi dampat
negative paham materialis terhadap diri individu seperti rasa tak pernah puas dan tidak
bahagian, individu bisa melakukan menangkalnya dengan memiliki wawasan luas dan
memegang erat budayanya. Sehingga individu memiliki pengetahuan yang teguh tentang
bagaimana seharusnya tubuhnya dihargai.
Daftar Pustaka

Baumeister, R. F., Campbell, J. D., Krueger, J. I., & Vohs, K. D. (2003). Does High Self- Esteem Cause
Better Performance, Interpersonal Success, Happiness or Healtier Lifestyles? Psychological
Science in the Public Interest, 4(1), 1–44.

Baumeister, R. F., Campbell, J. D., Krueger, J. I., Vohs, K. D., Solomon, L. J., Rothblum, E. D., … Fend,
H. a. (2013). Mindfulness and Self-esteem: A Systematic Review. Personality and Individual
Differences, 35(2), 213–240. https://doi.org/10.1007/s12671-015-0407-6

Cheng, H., & Furnham, A. (2003). Personality, self-esteem, and demographic predictions of
happiness and depression. Personality and Individual Differences, 34(6), 921–942.
https://doi.org/10.1016/S0191-8869(02)00078-8

Dai, Q., & Chu, R. X. (2016). Anxiety, happiness and self-esteem of western Chinese left-behind
children. Child Abuse and Neglect. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2016.08.002

Haan, T. W. de. (2013). Factors Influencing Knowledge Contributing and Knowledge Seeking
Behaviour Applied To the Case of Lessons Learned At Bombardier Transportation. University Of
Twente Berlin, (September 2013).

Hill, E. (2015). The Relationship between Self-Esteem , Subjective Happiness and Overall Life
Satisfaction . National College of Ireland, 1–63.

Hoffman, M. (1982). Social Indicators Research. Development, 1, 79–80.

Hwang, H., Kang, H., Tak, J., & Lee, S. (2015). Impact of Self-esteem and Gratitude Disposition on
Happiness in Pre-service Early Childhood Teachers. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
174, 3447–3453. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.1017

Jang, W. (Eric), Bucy, E., & Cho, J. (2018). Self-Esteem Moderates the Influence of Self-Presentation
Style on Facebook Users’ Sense of Subjective Wellbing. Computers in Human Behavior, 85, 190–
199. https://doi.org/10.1016/j.chb.2018.03.044

Li, J., Lu, M., Xia, T., & Guo, Y. (2018). Materialism as compensation for self-esteem among lower-
class students. Personality and Individual Differences, 131(February), 191–196.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2018.04.038

Strandell, J. (2016). Culture, cognition and behavior in the pursuit of self-esteem. Poetics, 54, 14–24.
https://doi.org/10.1016/j.poetic.2015.08.007

Wani, mohammad amin. (2017). Optimism , happiness , and self-esteem among university students.
Indian Association of Health, Research and Welfare, 8, 275–279.

Yuki, M., Sato, K., Takemura, K., & Oishi, S. (2013). Social ecology moderates the association
between self-esteem and happiness. Journal of Experimental Social Psychology, 49(4), 741–
746. https://doi.org/10.1016/j.jesp.2013.02.006
Lampiran
TABEL KODING DAN PEMADATAN FAKTA
SUBJEK PRIMER
Inisial : HR (Perempuan. Dosen, 26 thn)
Asal : Madura
Keterangan : kode dalam tabel disesuaikan dengan kode wawancara
Transkrip Transkrip Jawaban Partisipan Pemadatan fakta Koding Kategori
Pertanyaan
Kapan Anda Mungkin saat UTS ada soal yang Penghormatan
merasa harga berkenaan dengan mata kuliah, diri
diri anda tapi jawabannya nyeleneh. Malah
dilukai? jawabannya tentang senyum
manis dan sejenisnya.

Juga waktu lewat di depan cowok Subjek merasa kesal saat W1.HR
trus digodain, naik sepeda motor digoda laki-laki di jalan. .1a
di jalan ada yang nyamperin dan Menurutnya, tindakan
nanya-nanya nama, alamat, seperti itu melecehkan
ngajak kenalan. Sebagai laki-laki subjek sebagai perempuan.
seharusnya mereka tidak berkata Menurut subjek, ajakan
kasar atau mengumpat pada kenalan seharusnya
perempuan. atau bahkan dilakukan di tempat dan
melakukan pelecehan dengan waktu yang tepat. Jalanan
tindakan atau ucapan. Ada tempat bukanlah tempat yang tepat.
dan waktu tertentu kalau memang
kenalan. Bukan di saat berkendara
atau sedang berjalan. Subjek merasa harga dirinya W1.HR
dilukai saat laki-laki yang .1b
Ada lagi yang ketika bilang suka, awalnya berkata
tapi tidak ada perkembangan. menyukainya tiba-tiba
Perlakuannya sama seperti tidak secara terus terang
ada hubungan. Didiemin tiba-tiba menunjukkan ketertarikan
menghubungi dan meminta pada teman subjek setelah
bantuan dikenalin dan bilang suka lama taka da kabar.
sama tema dekat saya.
Sebenarnya kami saling suka
hanya waktu saja yang tidak tepat.
Ketika rasa suka saya mulai
berkurang dia menyatakan suka
sama saya, kami jalan berdua,
makan, ke warnet. Tapi perasaan
saya waktu itu biasa-biasa saja.
Dan hampir semua teman- kelas
mengatakan kami cocok, respon
saya hanya tersenyum. Mungkin
dia juga merasa hubungannya
dengan saya tidak berkembang Subjek terlalu cuek pada W1.HR
sehingga dia memutar hubungannya dengan .1c
perasaannya tanpa pamitan. pasangannya.
Berselang lama dia tiba-tiba minta
bantuan untuk dikenalkan dengan
teman akrab saya (kost), dan Subjek merasa harga dirinya W1.HR
rasanya sungguh tak rela. dilukai saat etikanya sebagai .1d
Sebenarnya sebelum itu kami ada perempuan yakni ‘tidak
hubungan, tapi saya terlalu cuek bediri/ nongkrong di pinggir
dan hubungan itu tidak jalan’, tidak diperhatikan
berkembang. oleh orang lain.

Oh, ya saya ingat juga ketika lagi


sibuk-sibuknya mempersiapkan
akreditasi sekolah, saya disuruh
hadir jam sekian saya dari ruma
bela-belain berangkat ke Waru.
Saya tidak tahu tempatnya, hanya
dibilangin di warnet Waru.
Setelah sampai di sekitar tempat
yang dituju saya menghubungi
yang bersangkutan. Tapi sms dan
telfon saya tidak diangkat. Saya
nunggu di pinggir jalan lebih
setengah jam. Dan di situ saya
merasa terluka. Saya pikir saya ini
wanita. Sudah dibela-belain
berangkat dari rumah tapi ternyata
telfon dan sms saya tidak dibalas.
Parahnya lagi saya nunggu di
pinggir jalan.
Menurut Anda Sebagai pria seharusnya lebih Wanita yang berdiri lama/ W1.HR Nilai/ norma
seharusnya tanggungjawab. Sms dan telfon nongkrong di pinggir jalan .2a
waktu itu saya seharusnya dijawab jangan memberi kesan nakal/
mereka dibiarkan saya menunggu di negative.
berperilaku inggir jalan. Saya ini wanita. Jadi
bagaimana? kesannya saya wanita nakal Subjek merasa harga dirinya W1.HR
dilihatin orang-orang karena terluka saat subjek terlihat .2b
menunggu di pinggir jalan. atau memberi kesan pada
orang lain sebagai
perempuan nakal.
Bagaimana Selama itu bukan tentang Keluarga menjadi hal yang W1.HR Penghormatan
sikap Anda keluarga saya saya akan memilih sangat berpengaruh pada .3a Diri
jika ada orang diam. rasa marah saya akan dua harga diri subjek
di lingkungan kali lipat jika berkenaan dengan
Anda yang keluarga/ ada yang menyakiti
mengatakan keluarga saya. bagi saya keluarga
hal-hal itu yang utama, maslah perasaan
negative saya itu belakangan.
tentang Anda?
Apa yang Kecewa. Tapi saya akan memilih subjek membalas perilaku W1.HR
Anda lakukan diam, jika bantahan saya yang di orang lain dengan perilaku .4a
ketika atasan awal tidak diindahkan. yang sama saat
atasan Anda Saya termasuk orang yang taat dikecewakan.
men-judge perintah. Tapi jika atasan
Anda kurang membuat saya kecewa akan
bisa sikapnya maka saya akan
melakukan melakukan hal yang sama. Bisa
tugas yang pun akan saya bilang tidak bisa.
diberikan
tanpa dia tau
nilai positif
pada diri
Anda?
Pernah Pernah. Marah, kesal dan kecewa. Pernah. Marah, kesal dan W1.HR Tindakan
terjadi? Apa Bahkan sempat ada pikiran mau kecewa. Bahkan sempat ada .5a
yang Anda resign. pikiran mau resign.
rasakan saat
itu?
Apakah Anda Cukup puas jika dalam keadaan Cukup puas W1.HR Penerimaan
merasa puas tenang. .6a diri
dengan
kondisi atau
keadaan Anda
sekarang?
Apakah Anda Iya Pernah merasa tidak cukup W1.HR
pernah merasa baik .6a
bahwa diri
Anda tidak
cukup baik?
Dalam sisi Dalam sisi hubungan dengan Subjek merasa tidak cukup W1.HR
apa? Tuhan dan manusia sekitar. baik dalam hubungan .8a
Dalam bidang kemimpinan juga. dengan Tuhan dan sosial.
Memimpin orang itu tidak mudah,
jadi saya cukup andal menjadi
karyawan. Tapi tidak berarti saya Subjek merasa cukup baik W1.HR
ingin selalu ada di bawah. dalam kemandirian. .8b
Tapi saya merasa lebih baik
dalam sisi kemandirian jika Subjek menganggap hanya
dibandingkan dengan teman- bergantung pada lelaki W1.HR
teman yang hanya mengandalkan bukanlah hal yang positif. .8c
usaha laki-laki.
Apakah Anda Iya. Di bidang debat dan sosial di Subjek menyadari W1.HR Penerimaan
merasa Anda luar tempang tinggal. Mungkin kemampuannya dalam .9a diri
memiliki awalnya akan canggung dalam bersosialisasi dengan orang-
kualitas diri komunikasi. Tapi lambat laun orang yang berasal dari luar
yang bagus? akan terbiasa. daerahnya
Apakah Anda Tidak banyak Subjek merasa tidak banyak W1.HR
merasa memiliki hal yang dapat .10a
memiliki dibanggakan
cukup banyak
hal yang
pantas Anda
banggakan?
Apakah Anda Iya Subjek menghargai dirinya W1.HR
menghargai sendiri .11a
diri Anda
sendiri?
Apakah Anda Saya bukan orang baik tapi selalu Subjek memandang W1.HR
memiliki sikap mencoba lebih baik, jadi saya usahanya untuk menjadi .12a
yang cukup cukup baik. lebih baik merupakan hal
baik? yang membuatnya menjadi
cukup baik.
Buku apa saja Buku primer (buku paket untuk Subjek hanya membaca W1.HR Sumber
yang pernah mengajar). Kadang novel buku primer yang digunakan .13a wawasan
atau sedang sebagai refrensi mengajar
Anda baca?
Novel Habiburrahman. dan novel roman W1.HR
karangan .14a
siapa?
Inisial : VQ (Tidak Bekerja, 23 thn)
Asal : Madura
Keterangan : kode dalam tabel disesuaikan dengan kode wawancara
Transkrip Transkrip Jawaban Partisipan Pemadatan fakta Koding Kategori
Pertanyaan
Kapan Anda Ketika dihina subjek merasa harga dirinya W1.V Pengharga
merasa harga dilukai saat mendapat Q.1a an diri
diri Anda hinaan yang berkenaan
dilukai? dengan sifatnya.
dihina seperti Hinaan yang berkenaan dengan Hinaan berupa meremehkan W1.VQ.
apa? sifat. Misalnya ada orang yang sifat dan kemampuan subjek 2a
Contohnya? ngatain saya pemales, nggak bisa
diandalkan dan lain-lain.
Jika seseorang Itu bukan hinaan harga diri, tapi W1.VQ.
menghina harga uang (tertawa) 3a
Anda karena
tidak memiliki
Hp terbaru
bagaimana?
Apakah Anda Biasa saja, yang ada ya itu yang Subjek tidak merasa perlu W1.VQ.
akan lebih dipake mengikuti perkembangan 4a
merasa bangga barang terbaru
saat
mengendarai
motor Vixion
disbanding
motor Vario?
Apa yang Diam saja. Tapi dalam hati, suatu Subjek bertekad untuk W1.VQ. Pengharga
Anda lakukan saat saya akan buktikan kalau menjaga nama baiknya 5a an diri
saat teman saya bisa. Pas orangnya ngomong dengan cara membuktikan
Anda men- ya saya pasti kesal. Tapi hanya bahwa ia bisa
judge Anda sesaat. Setelah itu introspeksi
kurang bisa diri.
melakukan
suatu hal
padahal dia
tidak tau hal
positif dari diri
Anda?
Buku apa yang Tidak ada. Saya tidak suka baca subjek tidak membaca buku W1.VQ.
pernah atau buku. Saya lebih suka nonton 6a
sedang And film
abaca?
Film apa yang Banyak. Film action kayak film Film yang ditonton subjek W1.VQ.
pernah atau Batman, Spiderman, Avenger dll. bergenre action hero 7a
sedang Anda
tonton?
Inisial : NS (Wiraswasta, 25 thn)
Asal : Malang
Keterangan : kode dalam tabel disesuaikan dengan kode wawancara
Transkrip Transkrip Jawaban Partisipan Pemadatan fakta Koding Kategori
Pertanyaan
Apa yang Plengosin aja. Mengabaikan teman yang W1.NS Penerimaa
Anda lakukan mengjudge tanpa tahu sisi .1a n diri
saat teman posistif subjek
Anda men-
judge Anda
tidak dapat
melakukan
suatu hal
padalah dia
tidak begitu
mengenal
Anda?
Perasaan Anda Yo mangkel-mangkel pie kesal W1.NS
bagaimana? .2a
Bagaimana Abaikan saja. Orang-orang sperti Subjek memilih W1.NS
sikap Anda itu karena mereka merasa lemah mengabaikan orang-orang .3a
jika ada orang disbanding saya. yang membicarakan hal
di lingkungan buruk tentangnya
Anda yang
mengatakan
hal-hal
negative
tentang Anda?
Apakah Anda Iya, puas. Subjek merasa puas dengan W1.NS
merasa puas kehidupannya. .4a
dengan
kondisi atau
keadaan Anda
sekarang?
Apakah Anda Tidak. saya merasa sudah cukup Subjek merasa dirinya sudah W1.NS
pernah merasa baik. cukup baik .5a
bahwa diri
Anda tidak
cukup baik?
Dalam sisi Sisi kemandirian. W1.NS
apa? .6a
Apakah Anda Kualitas diri orang beda. Tapi Subjek menganggap bahwa W1.NS Moral/nilai
merasa Anda setipa orang cukup pantas untuk harga diri oranglain berbeda- .7a
memiliki dihargai. beda. Namun perbedaan itu
kualitas diri tetap menjadikan setiap
yang bagus? manusia untuk dihardiri.
Apakah Anda Tidak. tapi saya memiliki cukup Sbjek merasa tidak memiliki W1.NS Penerimaa
merasa kebahagiaan seperti ini. cukup banyka hal untu .8a n diri
memiliki dibanggakan.
cukup banyak
hal yang
pantas Anda
banggakan?
Apakah Anda iya Subjek menghargai dirinya W1.NS
menghargai sendiri .9a
diri Anda
sendiri?
Apakah Anda iya Subjek merasa sikapnya W1.NS
memiliki sikap sudah cukup baik. .10a
yang cukup
baik?
Buku apa saja Buku-buku karya Dee Lestari Buku karya Dee Lestari W1.NS Sumber
yang pernah seperti Supernova, Filosofi Kopi, sering dibaca subjek .11a wawasan
atau sedang Rectoverso dan lainnya. Ada juga
And abaca? buku-buku luar negeri seperti
Letit Prince
Bisa Anda Kalau letit prince itu isinya W1.NS
ceritakan apa tentang dongeng pangeran kecil .12a
isi buku-buku yang menjelajahi bermacam-
itu? macam planet.

Inisial : FO (laki-laki. Mahasiswa, 24 thn)


Asal : Jogja
Keterangan : kode dalam tabel disesuaikan dengan kode wawancara
Transkrip Transkrip Jawaban Partisipan Pemadatan fakta Koding Kategori
Pertanyaan
Kapan kamu Aku ngerasa harga diriku turun Harga diri subjek turun saat W1.FO Penghorma
merasa harga kalau nggak nerima tantangan tidak menerima tantangan .1a tan diri
dirimu game. main game.
dilukai? Harga diri cenderung
Barangkali konsep tentang harga berkaitan dengan orang- W1.FO
diri berkaitan dengan pandangan orang yang mengaitakn .1b
seseorang akan dirinya sendiri di dirinya dengan moral
tengah struktur moralitas masyarakat di sekitarnya.
masyarakat di sekitarnya.
Arrtinya harga diri antar orang Tingkat harga diri seseorang
berbeda. perbedaa itu selaras dipengaruhi oleh
dengan pemahaman seseorang pemahamannya tentang W1.FO
tentang masyarakat di sekitarnya. nilai-nilai masyarakat. .1c

Untuk orang yang sinis dengan Pemahaman orang berbeda-


peradaban seperti Diogenes, yang beda.
hidup menggelandang, barangkali
konsep harga diri itu cuma aka- Subjek memandang bahwa W1.FO
akalannya manusia. harga diri menjadi suatu hal .1d
penting dan dikaitkan
Tapi buat orang yang hidup di dengan keluarga individu
tengah masyarakat dengan tingkat saat lingkungan individu W1.FO
kebudayaan yang kompleks, berupa sistem sosial yang .1e
katakanlah semacam india dengan kompleks.
variasi kelasnya, martabat
keluarga dalam kelas masyarakat
menjadi harga diri personal.
Artinya seseorang, dirinya sendri,
bertanggung jawab atas martabat Subjek juga merasa bahwa
keuarganya, dan itu menjadi harga harga diri seseorang kini
diri baginya. berkaitan dengan aktifitas
media sosialnya.
Beda halnya dengan fenomena W1.FO
hari ini yang tak lepas dari .1f
internet, seseorang bisa saja diam-
diam mengakuisisi imaji dalam
dunia maya mewakili bilai moral
akan dirinya. Sehingga ketika
namanya tercoreng di dunia maya,
ia juga merasakan kerugian yang
besar
Apakah Anda Susah jawabnya. Soalnya Subjek menilai bahwa W1.FO Penerimaa
menerima penerimaaanku terhadap diri kekurangannya dapat .2a n diri
kekurangan sendiri tidak berkaitan dengan menjadi kelebihannya.
dan kelebihan kekurangan atau kelebihan itu
yang kamu sendiri. aku menilai kekurangan
miliki? merupakan kelebihan, juga
sebaliknya. Subjek menganggap harga
diri tidak ada artinya W1.FO
Soal harga diri, aku cenderung .2b
menilai harga diri itu nonsense.
Bagaimana Ada sebuah gagasan, aku lupa Subjek memiliki pandangan W1.FO Wawasan
dengan harga kata siapa: peradaban terbentuk bahwa konsep harga diri .3a
diri Anda? setelah manusia selesai dengan hanya diciptakan oleh
tantangan survivalnya. Karena itu manusia untuk melegitimasi
peradaban purba berjalan amat suatu hal yang sebenarnya
lambat, karena ia masih bergulat tidak ada.
dengan soal makan apa hari ini,
atau bahaya apa saja yang
mengintai. Mereka tidak sempat
memikirkan kebutuhan akan
eksistensi.

Tapi setelah itu kehidupan


menjadi lebih baik, lebih tertata
dan ancaman itu hilang.
Tantangan yang tak lagi hadir di
masa berikutnya. Seperti kisah
para orangtua mengenai betapa
beratnya beban hidup di masa
mudanya, kesulitan saat itu kini
tak lagi kita temui. Kisah-kisah
itu meninggalkan penilaian
tertentu pada kita yang tak
mengalami. Kesulitan-kesulitan
itu hilang, tetapi cerita
mengenainya, tiba-tiba menjadi
heroic.

Barangkali harga diri punya cerita


yang sama denganyya. Ketika
seseorang membebaskan
masyarakatnya (juga dirinya) dari
jerat penjajah, dan ia berhasil
dalam aksi pembebasan itu.
Lantas ia dianggap sebagai
pahlawan karena jasanya.
Kesalahan-kesalahan personal
tentangnya menjadi dimaklumi.
Dan siapa yang mengejeknya
akan dilawan oleh masyarakatnya.

Untuk lebih singkatnya begini,


harga diri itu adalah penilaian
yang terisisa setelah kebutuhan
untuk menjaganya tak lagi ada.
Apa yang Kalau memang alasan dia benar, Jika judge teman subjek W1.FO Penerimaa
Anda lakukan ya kita mesti sadar juga sesuai dengan kenyataan, .4a n diri
saat temanmu subjek tidak akan melawan
menjudge
kamu kurang
bisa
melakukan hal
tertentu
padahal ia
tidak
mengetahui
sisi positifmu?
Bagaimana Tergantung dari caranya Respon subjek terhadap W1.FO Tindakan
sikap Anda mengatakan sih. Kalau nadanya tindakan orang lain yang .5a
jika ada orang ngatain ya, reflek marah juga. mengomentarinya negative
di lingkungan bergantung pada cara
Anda yang Tapi jika direnungkan jangka penyampaian orang
mengatakan panjang, mungkin nggak bakal bersangkutan.
hal-hal marah langsung. Aku lebih kuatir
negative jika orang-orang bicara hal-hal
tentang Anda? yang positif tentangku padahal
aku tidak melakukannya. Aku
pikir jika kondisinya demikian,
seakan aku munafik.
Buku apa yang Bukunya Noam Chomsky (how Subjek membaca buku-buku W1.FO Wawasan
sudah atau the world works dan who rules kritis .6a
sedang anda the world), Karen Amstrong
baca? (masa depan Tuhan), Naomi Wolf
(Mitos kecantikan), Kahneman
(thingking, fast, and slow), Albert
Comus (Pemberontak) dan masih
banyak lainnya.

Buku bacaan FO:

Anda mungkin juga menyukai