Teknik Pembuatan Kuisioner PDF
Teknik Pembuatan Kuisioner PDF
Setelah menentukan tipe skala yang akan digunakan dalam penelitian, tahap selanjutnya adalah membuat kuesioner. Kuesioner merupakan
seperangkat pertanyaan formal untuk memperoleh informasi dari responden (Malhotra, 2012: 332). Dalam pembuatan kuesioner terdapat tiga tujuan.
Pertama, untuk menerjemahkan kebutuhan informasi peneliti ke dalam satu set pertanyaan spesifik bahwa responden bersedia dan mampu menjawab.
Kedua, kuesioner yang ditulis mampu untuk memotivasi responden untuk terlibat dan bekerja sama. Ketiga, kuesioner yang dibuat harus dapat
meminimalkan kesalahan jawaban (Malhotra, 2012: 332). Terdapat sepuluh langkah sebagai berikut :
Langkah pertama didalam menuyusun kuisioner adalah menentukan informasi yang dibutuhkan. Setiap informasi yang diperoleh harus
dapat menjawab masalah penelitian sehingga dengan demikian, kuesioner yang diajukan kepada responden akan lebih fokus. Kuesioner harus dibuat
untuk memenuhi target responden sesuai dengan pengalaman sebelumnya dan tingkat kesulitan dilapangan. Bahasa yang digunakan dalam kuesioner
harus bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti responden (Malhotra, 2012: 334)
Langkah kedua yaitu menentukan jenis metode kuesioner yang akan digunakan. Menurut Zikmund dan Babin (2010: 360) membagi
metode kuesioner menjadi lima jenis. Kelima metode jenis kuesioner tersebut adalah kuesioner melalui e-mail, kuesioner melalui faks, kuesioner
melalui surat, kuesioner personal dan kuesioner gabungan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuesioner personal. Alasan peneliti
menggunakan metode kuesioner personal adalah peneliti dapat menghemat biaya dan waktu dalam pengumpulan data dan pemrosesan kuesioner dari
Langkah ketiga adalah menentukan jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada responden (Malhotra, 2012: 335). Dalam menentukan
jenis pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan terarah. Hindari pertanyaan yang mengandung dua pengertian yang berbeda atau yang
biasa disebut pertanyaan dua makna (double-barreled question). Jenis pertanyaan dua makna tersebut mengandung makna yang ambigu. Contohnya
“Apakah produk body lotion The Body Shop menggunakan bahan yang alami dan harga yang murah?”. Pertanyaan ini memberikan informasi yang
ambigu, karena terdapat dua hal pertanyaan tersebut, yaitu bahan yang digunakan dan harga. Responden juga akan sulit menjawab pertanyaan ini.
Langkah keempat, membuat pertanyaan yang membuat responden mampu atau ingin menjawab. Jenis pertanyaan yang sesnsitif akan
menyulitkan responden untuk menjawab kuesioner tersebut. Sehingga apabila peneliti menemukan beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab,
sebaiknya peneliti bersedia membantu responden dengan menjelaskan maksud pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus menjelaskan tujuan
penelitian di pada kata pengantar di kuesioner. Kemudian, pertanyaan yang sensitif diletakkan dibagian akhir kuesioner penelitian (Malhotra, 2012:
338).
Langkah kelima, menyusun struktur pertanyaan. Jenis pertanyaan dapat disusun terstruktur dan tidak struktur. Pertanyaan terstruktur
merupakan jenis pertanyaan yang sudah tersusun dalam suatu format sehingga memudahkan responden untuk menjawabnya. Jenis pertanyaan
tersebut dapat berupa pilihan berganda, atau hanya dua pilihan (pertanyaan dikotomi – ya atau tidak), atau pertanyaan berjenjang (a scale question).
Sedangkan, jenis pertanyaan tidak terstruktur merupakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden menjawab dengan kata-kata sendiri
(Malhotra, 2012: 339). Jenis pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis pertanyaan terstruktur, pertanyaan tertutup. Alasan
peneliti menggunakan jenis pertanyaan tertutup adalah untuk menghindari potensi jawaban-jawaban yang bias (Malhotra, 2012: 340). Selain itu, agar
membantu responden untuk membuat keputusan yang cepat dalam memilih jawaban.
Langkah keenam, menentukan kata-kata didalam kuesioner. Informasi yang dibutuhkan harus disederhanakan terlebih dahulu dalam bentuk kata-
kata yang mudah dipahami oleh responden. Tujuannya adalah untuk menghindari salah persepsi ataupun interpretasi yang dapat menimbulkan
jawaban yang bias sehingga jawaban tersebut dapat mengarah kepada jawaban yang salah. Untuk menghindari kata-kata yang sulit dipahami,
sebaiknya di dalam penelitian ini berpedoman kepada lima hal. Pertama, isu tentang perawatan tubuh yang sedang digemari oleh masyarakat umum.
Kedua, menggunakan kata-kata yang sederhana. Ketiga, menghindari kata-kata yang ambigu. Keempat, menghindari pertanyaan yang menyesatkan.
“Saya sering mengunjungi gerai The Body Shop.” Sedangkan pertanyaan yang bersifat negatif contohnya: “The Body Shop tidak dapat memberikan
rekomendasi produk yang baik untuk kebutuhan perawatan tubuh saya”. Hal ini dilakukan agar responden berhati-hati dalam menjawab dan tidak
Dalam setiap pertanyaan yang bersifat negatif, digunakan garis bawah. Contonya: “The Body Shop tidak dapat memberikan rekomendasi
produk yang baik untuk kebutuhan perawatan tubuh saya”. Penggunaan tanda garis bawah bertujuan untuk memberikan petunjuk pada peneliti bahwa
pertanyaan tersebut memiliki sifat negatif. Selain itu, dalam setiap pertanyaan yang bersifat negatif, digunakan tanda (R) yang memiliki arti reverse.
Tanda (R) akan memberikan petunjuk pada peneliti bahwa pertanyaan tersebut memiliki sifat negatif. Selain itu, pertanyaan yang memiliki tanda (R)
akan mengalami pembalikan nilai dalam perhitungan hasil dari jawaban atas pertanyaan yang bersifat negatif tersebut (Churchill dan Iacobucci, 2010:
274). Contohnya, dalam penelitian ini menggunakan skala Likert 7 poin. Proses skoring dalam pertanyaan positif menggunakan angka-angka sebagai
berikut: 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) agak tidak setuju, 4) netral, 5) agak setuju, 6) setuju, dan 7) sangat setuju. Apabila pertanyaan yang
bersifat negatif di reverse, maka skoring angka menjadi kebalikan dari pertanyaan positif seperti: 1) sangat setuju, 2) setuju, 3) agak setuju, 4) netral,
Langkah ketujuh, menyusun urutan pertanyaan. Dalam menyusun pertanyaan kuesioner, menurut urutan pertanyaan tersebut, peneliti
mempertimbangkan beberapa hal seperti pertanyaan terbuka, jenis informasi yang diperlukan, tingkat kesulitan pertanyaan, dan pengaruh pertanyaan
lanjutan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun menurut urutan yang logis dan sesuai dengan topik penelitian
Langkah kedelapan, mengidentifikasi format dan rancangan kuesioner. Karakteristik kuesioner seperti halnya format, spasi, dan posisi
kalimat, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jawaban-jawaban yang diperoleh dari responden. Sehingga jelas bahwa format dan rancangan
kuesioner harus tersusun rapi dan mudah dalam pengisian kuesioner (Malhotra, 2012: 349).
Langkah kesembilan, penyusunan ulang format kuesioner. Format kuesioner harus dibuat ringkas dan jelas untuk memudahkan responden
dalam membaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner tersebut. Tetapi, penyusunan ulang ini tidak membuat kalimat dalam kuesioner
menjadi kalimat yang tidak utuh, sehingga cenderung untuk menyulitkan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
(Malhotra, 2012: 350). Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus diusahakan untuk dimasukkan dalam satu lembar saja, hal ini untuk
Langkah kesepuluh, menentuan uji coba kuesioner. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, sebaiknya dalam penelitian ini didahului
dengan uji coba kuesioner (pre-testing questionnaire). Uji coba dilakukan pada sekelompok responden tertentu. Kelompok responden yang diuji coba
harus sama dengan responden yang akan diteliti baik dengan latar belakang usia, jenis kelamin, frekuensi pembelian (Malhotra, 2012: 351
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil
dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya.
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan
mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua
bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif untuk mengukur minat positif
, dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3,
2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala
Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain
pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau
sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil
kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang
cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia
menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang
memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka
5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah
konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak
setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari
skor masing-masing item dari individu tersebut.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat
nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper
25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini
berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau
rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.
Pertanyaan Jawaban
SKALA GUTTMAN
Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-
tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya
diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah, dan
semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak,
Benar - Salah dan lain-lain. Skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda.
Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0 untuk terendah.
Contoh :
Dimensi belajar dibagi menjadi 5 pernyataan (dari kebutuhan yang paling rendah dahulu) :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
mencari ilmu ? (Ya/Tidak)
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
melanjutkan pendidikan? (Ya/Tidak)
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
mendapatkan gelar? (Ya/Tidak)
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
mendapatkan ijazah? (Ya/Tidak)
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
memenuhi syarat mencari kerja? (Ya/Tidak)
SKALA RATING
Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->Contoh :
Atau
Skala defferensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan
pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Skala Semantik defferensial
disusun dalam suatu garis dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan
jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban pada
rentang jawaban yang positif sampai dengan negative.
Contoh :
Gaya Kepemimpinan
Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
A. SKALA LIKERT
Skala Likert menurut Djaali (2008:28) ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu
skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset
berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka
terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua bentuk pertanyaan yang
menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif untuk mengukur minat positif , dan bentuk pertanyaan negatif untuk
mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor
1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju.
2. Tidak setuju
3. Netral
4. Setuju
5. Sangat setuju
Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan lima
skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris
menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata
sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang
memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas,
kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa
karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert
merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat
skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena
B. SKALA THURSTONE
Skala Thurstone merupakan skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap skor
memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.
Skala 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Skala 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable hingga
sangat favorable terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah
ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan
sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran)
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap
sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai
(judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu
diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat setuju
Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata
perbedaan penilaian antar penilai terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat
skala kemudian menyusun item mulai dari item yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari item-item
tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala
yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar
dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam
sikapnya. Asumsi kedua adalah Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai
terhadap isue. Penilai melakukan rating terhadap item dalam tataran yang sama terhadap issue tersebut.
c. Skala (Scala).
(obsevation)
b. Panduan Pengamatan
c. Panduan Observasi
d. Daftar Cocok
b. Tabel
WAWANCARA
Contoh Terbuka:
Jika ya, sudah berapa buku yang pernah anda tulis: …………buku
Contoh tertutup:
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup Baik
d. Kurang Baik
e. Tidak Baik
b. Tidak
a. 2 – 5 buku
b. 6 – 10 buku
c. 11 – 15 buku
d. 16 – 20 buku
CHECKLIST
4 3 2 1
S CS KS BS
organisasi
Keterangan:
4 = siap (S)
WAWANCARA
Wawancara: Proses pengumpulan data yang langsung memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
a. Wawancara terpimpin
b. Wawancara Bebas
Pada wawancara ini terjadi tanya jawab antara pewawancara dengan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan
penelitian sebagai pedoman. Kebaikannya adalah responden tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai
Wawancara perpaduan wawancara bebas dan terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang
B. SKALA GUTTMAN
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala
kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi. Skala Guttman yaitu skala yang
menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti
setuju, benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak,
tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar
- Salah dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
Skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0
Contoh :Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual?
Skala Interval :merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial,
dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate)
terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial,yaitu : Ada beberapa macam
teknik skala yang bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala Guttmann, Skala Bogardus,
Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala Paired-Comparison, Skala rank-Order. Kedelapan maca teknik skala
tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen
penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan
untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan,
tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.
C. SEMANTIK DEFFERENSIAL
Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau
checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Sebagai contoh skala semantik defferensial mengukur gaya
Gaya Kepemimpinan
Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
jawab
bawahan
Keputusan diambil 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan diambil
bersama sendiri
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif
terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan
Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif
E. RATING SCALE
Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau
tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala
model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif
yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan. Oleh karena itu Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena
lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan,
dan lain-lain.Yang penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap
angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang
tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama
maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2. Contoh “Beri
tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan penilaian Anda terhadap pelayanan PT.
Telkomsel !”
Sangat Sangat
Buruk Baik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10