MODUL : TRANSESTERIFIKASI
OLEH :
KELAS : 1-B TK
2019
I. MODUL PRAKTIKUM : TRANSESTERIFIKASI
II. TUJUAN :
Asam kuat mengkatalisis reaksi dengan mendonasikan sebuah proton pada gugus
karbonil, sehingga membuatnya menjadi elektrofil kuat. Sedangkan katalis basa mengkatalisis
reaksi dengan melepaskan sebuah proton dari alkohol, sehingga menjadikannya nukleofilik.
Transesterifikasi adalah proses transformasi kimia molekul trigliserida yang besar,
bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai
lurus, dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar diesel. Minyak nabati atau lemak
hewani bereaksi dengan alkohol (biasanya metanol) dengan bantuan katalis (biasanya basa)
yang menghasilkan alkil ester (atau untuk metanol, metil ester) (Knothe et al., 2005).
Tidak seperti esterifikasi yang mengkonversi asam lemak bebas menjadi ester, pada
transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida menjadi ester. Perbedaan antara
transesterifikasi dan esterifikasi menjadi sangat penting ketika memilih bahan baku dan katalis.
Transesterifikasi dikatalisis oleh asam atau basa, sedangkan esterifikasi, bagaimanapun hanya
dikatalisis oleh asam (Nourredine, 2010). Pada transesterifikasi, reaksi saponifikasi yang tidak
diinginkan bisa terjadi jika bahan baku mengandung asam lemak bebas yang mengakibatkan
terbentuknya sabun. Lotero et al. (2005) merekomendasikan bahan baku yang mengandung
kurang dari 0,5% berat asam lemak saat menggunakan katalis basa untuk menghindari
pembentukan sabun.
Transesterifikasi trigliserida dengan katalis basa homogen merupakan aspek kimia
biodiesel yang paling penting. Spesies reaktif dalam transesterifikasi menggunakan katalis basa
homogen alkoksida yang terbentuk ketika alkohol dan katalis bereaksi. Alkoksida yang sangat
reaktif kemudian terlibat dalam serangan nukleofilik pada gugus karbonil dari asam lemak
sehingga memungkinkan serangan nukleofilik oleh alkohol melalui oksigen yang bersifat
elektronegatif.
Alkohol yang paling umum digunakan adalah metanol dan etanol, terutama metanol,
karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksinya disebut
metanolisis). Produk yang dihasilkan (jika menggunakan metanol) lebih sering disebut sebagai
metil ester asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) daripada biodiesel (Knothe et al.,
2005), sedangkan jika etanol yang digunakan sebagai reaktan, maka akan diperoleh campuran
etil ester asam lemak (fatty acid ethyl ester/FAEE) (Lam et al., 2010). Dengan minyak berbasis
bio (minyak nabati) maka hubungan stoikiometrinya memerlukan 3 mol alkohol per mol TAG
(3:1), tetapi reaksi biasanya membutuhkan alkohol berlebih berkisar 6:1 hingga 20:1,
tergantung pada reaksi kimia untuk transesterifikasi katalis basa dan 50:1 untuk
transesterifikasi katalis asam (Zhang et al., 2003).
Laju reaksi transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Umumnya reaksi
dilakukan pada suhu yang dekat dengan titik didih metanol (60-70oC) pada tekanan atmosfer.
Dengan menaikkan lagi dari suhu tersebut, maka akan lebih banyak lagi metanol yang hilang
atau menguap (Ramadhas et al., 2005).
Pada mekanisme transesterifikasi, karbon karbonil dari ester awal (RCOOR1) mengalami
serangan nukleofilik oleh alkoksida (R2O−) untuk menghasilkan intermediet tetrahedral, yang
bisa saja berubah menjadi bahan awal (reaktan) maupun produk reaksi transesterifikasi
(RCOOR2). Berbagai spesies yang ada dalam kesetimbangan, dan distribusi produk tergantung
pada energi relatif dari reaktan dan produk.
Mekanisme basa
Karena kedua reaktan dan produk adalah ester dan alkohol, reaksi bersifat reversibel (dapat
balik) dan konstanta kesetimbangan nilainya mendekati satu. Akibatnya, prinsip Le Chatelier
telah digunakan untuk mendorong reaksi sampai selesai. Cara termudah untuk melakukannya
adalah dengan menggunakan alkohol sebagai pelarut.
a. Produksi poliester
Aplikasi skala terbesar transesterifikasi adalah dalam sintesis poliester. Diester mengalami
transesterifikasi dengan diol untuk membentuk makromolekul. Sebagai contoh, dimetil
tereftalat dan etilen glikol bereaksi membentuk polietilen tereftalat dan metanol, yang diuapkan
untuk mendorong reaksi ke depan.
b. Metanolisis dan produksi biodiesel
Reaksi kebalikannya yaitu metanolisis juga merupakan contoh dari transesterifikasi. Proses ini
telah digunakan untuk mendaur ulang poliester menjadi monomer individu. Hal ini juga
digunakan untuk mengkonversi lemak (trigliserida) menjadi biodiesel.
Transesterifikasi dengan katalis basa ditandai dengan volume aktivasi negatif (kira-kira −12
cm3) dan oleh karena itu proses lebih cepat di bawah kondisi tekanan tinggi. Telah terbukti
bahwa alkoholisis berkatalis amina dari ester berhalangan sterik (misalnya gugus terlindung,
kiral) berlangsung cepat pada suhu kamar di bawah tekanan 10 kbar, memberikan hasil
kuantitatif.
Pada transesterifikasi atau alkoholisis, satu mol trigliserida direaksikan dengan tiga mol
alcohol untuk menghasilkan satu mol gliserol dan tiga mol alkil ester asam lemak. Proses ini
terdiri dari tiga reaksi reversible yaitu molekul trigliserida dipecah secara bertahap menjadi
gliserida, monogliserida dan gliserol. Pada setiap tahap reaksi akan digunakan satu mol alcohol
dan melepaskan satu mol ester.
Pada pembuatan biodiesel (alkil ester) terdapat beberapa tahap pengerjaan, yaitu :
Prosedur Kerja
A. PembuatanSenyawaAlokasi
B. Proses Transesterifikasi
Mengambil 100 gr minyak goreng dan mencampurkan senyawa diatas dalam labu
leher 4
1. Persiapan
Massa Titik Titik
No. Bahan Volume Rumus
Molekul Didih Leleh
2. Setelah Pencampuran
a. Berat larutan = (Berat larutan dan piknometer) – Berat piknometer
= (43,8 – 20,93) gr
= 22,87 gr
22,87 gram
b. 𝜌= = 0,915 gr/ml
25 𝑚𝑙
= (43,50 – 20,93) gr
= 22,57 gr
22,57 gram
b. ƿ = = 0,9028 gram/ml
25 𝑚𝑙
VI. Pembahasan
Untuk mendorong agar kesetimbangan reaksi bergeser ke arah produk (kanan) maka
jumlah butanol yang ditambahkan harus berlebih dari jumlah stoikiometrinya. Seharusnya pada
praktikum perbandingan mol butanol : mol minyak yang digunakan adalah 10 : 1. Tetapi
praktikan melanjutkan praktikum dengan perbandingan 10 : 2. Apabila jumlah alkohol terlalu
berlebih akan menyebabkan gliserol dan biodiesel bercampur dan sulit dipisahkan.
Proses pemanasan dilakukan selama 60 menit pada suhu 60oC dan dilakukan pada
reaktor berpengaduk dengan kondensor untuk proses refluks.
Berdasarkan data yang didapat,semakin pekat biodiesel maka indeks bias juga semakin besar
karena kecepatan rambat cahayanya semakin kecil. Viskositas dari biodiesel ini adalah 0,9028
gram/ml seharusnya biodiesel mempunyai viskositas sekitar 890 gr/mL (SNI-04-7182-2006).
Setelah di dinginkan pada suhu ruang selama beberapa menit dalam corog pisah
terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan biodiesel berwarna kuning agak bening dan
bagian bawah merupakan gliserol berwarna kuning kecokelatan Biodiesel kasar mempunyai
Ph 10, seharusnya biodiesel mempunyai pH netral (pH 7) untuk menghindari kerusakan pada
mesin yang menggunakan biodiesel.
Pada praktikum ini tidak dilakukan perhitungan yield dikarenakan tidak dilakukan
pemurnian dengan distilasi, sehingga biodiesel yang didapat masih merupakan biodiesel kasar
dan belum murni.
VII. KESIMPULAN
Pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan proses transesterifikasi antara asam lemak
dalam minyak kelapa direaksikan dengan butanol membentuk alkil ester (biodiesel).
pH biodiesel kasar yaitu 10
Densitas biodiesel sebesar 0,9028 gr/mL
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Reaksi Transesterifikasi. http://www.ilmukimia.org/2015/11/reaksi-
transesterifikasi.html diakses pada 29 Desember 2016.
Djenar, Nancy Siti. 2010. Proses Transesterikasi (Pembuatan Biodiesel) Edisi Revisi.
Bandung:POLBAN.
Fessenden, R.J dan Fessenden J.S. 1995. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Penelitian.
Baersedruct Ges.
Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Bahan-bahan
Densitas (ƿ) minyak goreng = 0,8796 gr/ml
Berat minyak goreng = 100 gr
BM minyak goreng = 850,32 gr/mol
Mol minyak goreng = 0,1176 mol
Index bias minyak goreng = 1,4627 (pada 30oC)
Berat KOH = 1 % dari vol minyak goreng (berat KOH/berat minyak)
= 1 gram
Butanol = 0.2703 mol (Mol butanol dan minyak goreng = 10 : 2 )
BM butanol = 74 gr/mol
Berat butanol = 20 gram
Densitas (ƿ) butanol = 0,792 gr/ml
Gambar 1. Reaktor Gambar 2. Reaktor
transesterfikasi (depan) transesterfikasi (atas)