Anda di halaman 1dari 27

Rangkaian Listrik I

A.Muatan Listrik
Muatan listrik adalah sifat atau muatan dasar yang dibawa partikel dasar sehingga menyebabkan partikel
dasar tersebut mengalami gaya tarik menarik dan tolak menolak. Muatan listrik suatu partikel dasar dapar
berjenis positif dan negatif. Jika dua benda memiliki muatan yang sama akan tolak menolak dan kedua
benda akan tarik menarik jika memiliki muatan yang berbeda jenis. Perlu diketahui, partikel dasar dan
subatomik seperti elektron dan proton memiliki muatan listrik. Elektron bermuatan negatif dan proton
bermuatan positif.

Muatan listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya mengalami
gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga memiliki muatan listrik. Simbol Q sering
digunakan untuk menggambarkan muatan. Sistem Satuan Internasional (SI) dari satuan Q adalah
coulomb, yang merupakan 6.24 x 1018 muatan dasar.

Jenis Muatan Listrik

Adapun jenis muatan listrik diantaranya yaitu

Muatan Listrik Positif (Proton)

Menurut Benyamin Franklin, Muatan Listrik Positif umumnya bersifat saling tolak menolak
dengan suatu benda yang mmuatan, dan dalam hal ini terjadi karena muatan positif itu sejenis
sehingga akan beraksi saling tolak menolak.

Muatan Listrik Negatif (Elektron)

Menurut Benyamin Franklin, Muatan Listrik Negatif pada suatu benda dapat dipastikan jika
terdapat benda yang memiliki muatan negatif dan saling tolak menolak dengan plastik yang
memiliki muatan, maka dapat dipastikan bahwa muatan benda tersebut negatif.
Penjelasan lebih lengkapnya yaitu:

Muatan 1 elektron = -1,6.10-19 coulomb


Muatan 1 proton = +1,6.10-19 coulomb

Muatan listrik suatu benda ditentukan oleh jumlah proton dan elektron yang dikandung benda
tersebut.

 Jika suatu benda kelebihan elektron = kekurangan proton (Σ elektron > Σ Proton), maka
benda tersebut bermuatan negatif

 Jika suatu benda kekurangan elektron = kelebihan proton (Σ elektron < Σ Proton), maka
benda tersebut bermuatan positif

 Jika jumlah elektron = jumlah proton (Σ proton = Σ elektron) maka benda tersebut tidak
bermuatan (muatan netral)

Sifat-Sifat Muatan Listrik

Adapun sifat muatan listrik yaitu:

a. Muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak dan muatan tidak sejenis akan saling
tarik menarik.

b. Muatan Listrik merupakan besaran pokok fisika yang diukur dalam satuan coulomb
disimbolkan dengan (C). Satu coulomb sama dengan 6.24 x 1018 e (e = muatan proton). Sehingga
mautan yang dikandung oleh proton adalah 1,602 x 10-19 coulomb. Elektron memiliki muatan
yang sama dengan proton namun berbeda jenis (-)1,602 x 10-19 coulomb.

c. Muatan listrik memiliki hukum kekekalan muatan. Gaya yang ditimbulkan dua muatan
memiliki karakter yang sama seperti gaya gravitasi yang ditumbulkan dua buah benda dengan
massa tertentu. Gaya antar muatan juga bersifat konservatif dan terpusat.
Rumus Muatan Listrik

Rumus yang berlaku dalam muatan listrik adalah rumus yang dimatematiskan dari hukum
coulomb. Hukum coulomb ditemukan oleh Charles Augustin de Coulomb pada akhir abad ke-18.
Bunyi Hukum Coulomb yaitu:

“Gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua muatan listrik sebanding dengan
muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang memisahkan kedua
muatan tersebut.”

Maka secara sistematis dirumuskan dengan:

Keterangan:

F = gaya tarik manarik/tolak menolak (newton)


q = muatan listrik (coulomb)
r = jarak antara kedua muatan
k = konstanta = 1/4πεo = 9 x 109 N.m2/C2
εo = permitivitas listrik dalam ruang hampa/udara = 8,85 x 10-12 C2/Nm2

Apabila medium muatan bukan pada medium vakum atau udara maka besar gaya antaran muatan
q1 dan q2 akan lebih kecil

F udara/vakum < F medium

Hal tersebut dikarenakan nilai permisivitas listrik pada medium bukan udara lebih besar.
Permisivitas εo diganti dengan ε yaitu
ε = εr εo

Dalam vakum nilai εr adalah 1, sedangkan dalam udara εr adalah 1,0006. Dengan demikian gaya
coloumb dalam medium rumusnya yaitu:

B.Arus Listrik
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dari suatu titik yang berpotensial
tinggi ke titik yang berpotensial rendah dalam waktu satu detik. Peristiwa mengalirnya arus
listrik disebabkan karena adanya elektron yang bergerak. Arus litrik juga dapat diartikan sebagai
besarnya tegangan dibagi besarnya resistansi.

Simbol dari arus listrik adalah "I", dan terbagi menjadi arus listrik searah (DC) dan arus listrik
bolak balik (ac). Definisi arus listrik arus searah secara sederhana dapat kita artikan bahwa arus
listrik mengalir secara searah (direct) sehingga pada rangkaian ini ditentukan adanya kutub
positif (+) dan kutub negatif (-). Arus akan mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Sedangkan pada arus listrik bolak balik, arus akan mengalir secara bolak-balik karena
disebabkan perubahan polaritas tegangan (AC).

Rumus arus listrik yang dihitung dengan muatan listrik (Q) maka,

Keterangan :
I=q/t
I : arus listrik (ampere)
q : besarnya muatan listrik (coulumb)
t : waktu (sekon)
Rumus arus listrik yang dihitung dengan tegangan listrik (V) maka,

Keterangan :
I=V/R
I : kuat arus listrik (ampere)
V : tegangan listrik (volt)
R : resistansi / tahanan listrik (ohm

Rumus arus listrik yang dihitung dengan daya listrik (P) maka,
P = I kuadrat dikali R
I = Akar dari ( P / R)
Keterangan :
P : daya listrik (watt)

Teori Arus Listrik. Ada beberapa teori yang berhubungan dengan arus listrik yaitu seperti teori
hukum ohm dan hukum kirchoff. Pada hukum ohm arus listrik diartikan bahwa besarnya arus
yang mengalir adalah hasil bagi antara beda potensial dengan tahanan. Sedangkan pada hukum
kirchoff menjelaskan tentang arus listrik yang memasuki suatu titik percabangan. Semua teori
adalah benar dan sudah terbukti secara meyakinkan. Jika anda kurang percaya dengan teori yang
sudah baku, maka anda bisa melakukan praktek untuk melakukan beberpaa pengujian dan
pengukuran. Caranya buatlah beberapa variasi rangkaian listrik, dan lakukan pengukuran pada
setiap variasi, setelah itu cocokkan hasil pengukuran dengan perhitungan secara teori.

Sumber Arus Listrik. Secara umum kita mengenal beberapa sumber yang mampu
menghasilkan arus lisrik yaitu seperti : generator listrik, batere kering dan accumulato. Untuk
batere dan accu hanya bisa menyediakan arus listrik searah (dc). Untuk yang pembangkit
generator itu contohnya listrik PLN. Generator dikopel dengan turbin pada sistem pembangkit.
Sistem pembangit bisa dengan air (PLTA), uap (PLTU), gas (PLTG), surya (PLTS), nuklir (PLTN
dan lain sebagainya.
C. Tegangan

Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan unit muatan listrik
dari satu tempat ke tempat lainnya. Tegangan listrik yang dinyatakan dengan satuan Volt ini juga
sering disebut dengan beda potensial listrik karena pada dasarnya tegangan listrik adalah ukuran
perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik. Suatu benda dikatakan memiliki
potensial listrik lebih tinggi daripada benda lain karena benda tersebut memiliki jumlah muatan
positif yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah muatan positif pada benda lainnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Potensial listrik itu sendiri adalah banyaknya muatan yang
terdapat dalam suatu benda.

Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang mendorong perpindahan elektron
melalui konduktor dan semakin tinggi tegangannya semakin besar pula kemampuannya untuk
mendorong elektron melalui rangkaian yang diberikan. Muatan listrik dapat kita analogikan
sebagai air di dalam sebuah tangki air, sedangkan Tegangan listrik dapat kita analogikan sebagai
tekanan air pada sebuah tangki air, semakin tinggi tangki air di atas outlet semakin besar tekanan
air karena lebih banyak energi yang dilepaskan. Demikian juga dengan tegangan listrik, semakin
tinggi tegangan listriknya maka semakin besar energi potensial yang dikarenakan semakin
banyak elektron yang dilepaskan.

Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik yang dipisahkan oleh jarak tertentu, maka akan
terjadi kekuatan listrik diantara keduanya. Jika distribusinya memiliki muatan yang sama (kedua-
duanya positif atau kedua-duanya negatif) maka saling berlawanan atau saling tolak menolak.
Namun apabila dua distribusi muatan berbeda (satu positif dan satunya lagi negatif) maka akan
menyebabkan gaya yang saling tarik-menarik. Pada saat kedua distribusi muatan tersebut
disambungkan dengan rangkaian atau beban yang unit positifnya sedikit maka unit positif
tersebut akan dipengaruhi oleh kedua distribusi muatan tersebut.

Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan biasanya disebut dengan tegangan DC (tegangan
searah) sedangkan sumber tegangan listrik yang bervariasi secara berkala dengan waktu disebut
dengan tegangan AC (tegangan bolak balik). Tegangan listrik diukur dengan satuan Volt yang
dilambangkan dengan simbol huruf “V”. 1 Volt (satu Volt) dapat didefinisikan sebagai tekanan
listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan 1 Ampere arus listrik melalui konduktor yang
beresistansi 1 Ohm. Istilah “VOLT” ini diambil dari nama fisikawan Italia yang menemukan
baterai volta (Voltaic Pile) yaitu Alessandro Volta (1745-1827).

Baterai dan pencatu daya (power supply) merupakan contoh sumber yang menghasilkan
tegangan DC (tegangan searah) yang stabil seperti menghasilkan tegangan DC 1,5V, 3V, 5V, 9V,
12V dan 24V. Sementara sumber tegangan AC (tegangan bolak-balik) tersedia untuk keperluan
peralatan rumah tangga dan industri. Tegangan AC standar yang digunakan di Indonesia adalah
220V, sedangkan di negara lain ada yang menggunakan 100V, 110V ataupun 240V.

Simbol Tegangan Listrik DC dan Simbol Tegangan Listrik AC

Rangkaian-rangkaian Elektronik pada umumnya beroperasi dengan menggunakan tegangan DC


yang rendah seperti 1,5V hingga 24V DC. Simbol sumber tegangan DC pada rangkaian-
rangkaian elektronik biasanya adalah simbol baterai dengan tanda positif (+) dan tanda negatif
(-) yang menunjukan arah polaritasnya. Sedangkan simbol tegangan AC pada rangkaian listrik
atau rangkaian elektronik adalah sebuah lingkaran bulat dengan gelombang Sinus didalamnya.

Berikut dibawah ini adalah simbol tegangan DC dan simbol tegangan AC.
Rumus Menghitung Tegangan Listrik
Didalam pelajaran fisika sederhana rumus umum yang berlaku untuk menghitung tegangan
listrik yaitu arus dikali tahanan. Atau bisa juga didapat dari daya (P) dibagi arus (I). Jika
Seringkali anda mendengar orang PLN bilang daya listrik rumah anda 1300 watt, maka dapat
disimpulkan bahwa arus yang bisa mengalir di rumah kita maksimal sebesar 5,9A atau bulatnya
6A. Makanya pada rumah yang dayanya 1300 watt dipasang MCB nya yang 6A sama pihak
PLN, jadi pada saat pemakaian arus yang lebih dari 6A maka MCB akan turun dan memutuskan
sumber arus listrik.

V=P/I Keterangan :
V : Tegangan listrik (Volt)
atau I : Arus listrik (Ampere)
P : Daya listrik (watt)
V = I. R

Memang secara ilmu kelistrikan tingkat lanjut, baik arus kuat atau arus lemah maka akan banyak
sekali variasi rumus atau rumus-rumus turunan hasil pengembangan. Hal itu tergantung kondisi
rangkaian yang lebih komplek. Jadi tidak hanya ada resistor sebagai tahanan, tetapi juga ada
kapasitor, induktor, dioda, transistor dan bahan-bahan semikonduktor lainnya yang semuanya
akan mempengaruhi tegangan listrik yang mengalir pada rangkaian.

D.Resistansi
Resistansi (Resistance) atau lebih tepatnya disebut dengan Resistansi Listrik (Electrical
Resistance) adalah kemampuan suatu bahan benda untuk menghambat atau mencegah aliran arus
listrik. Seperti yang kita ketahui bahwa arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu yang dikarenakan oleh adanya
pergerakan elektron-elektron pada konduktor. Maka Resistansi Listrik yang biasanya dalam
bahasa Indonesia disebut dengan Hambatan Listrik ini juga diartikan sebagai penghambat aliran
elektron dalam konduktor tersebut.

Nilai Resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan satuan Ohm
atau dilambangkan dengan simbol Omega “Ω”. Sedangkan prefix atau awalan SI (Standar
Internasional) yang digunakan untuk menandakan kelipatan pada satuan resistansi tersebut
adalah kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.

1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)


1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)

Pada dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki sifat yang menghambat arus
listrik, besaran hambatan listrik pada suatu penghantar atau konduktor dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :

 Jenis bahan – contohnya Tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih rendah
dibandingkan dengan baja.

 Suhu – Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pada
penghantar.

 Panjang penghantar – Semakin panjang suatu penghantar, semakin tinggi pula nilai
resistansinya.
 Luas penampang – Semakin kecil diameter suatu penghantar, semakin tinggi pula nilai
resistansinya.

Komponen elektronik yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik ini adalah Resistor.
Resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat berfungsi untuk menghambat atau mengurangi
aliran arus listrik dan sekaligus juga bertindak untuk menurunkan level tegangan listrik di dalam
rangkaian.

Hubungan Hambatan LIstrik dengan Tegangan dan Arus Listrik

Hubungan antara Resistansi (Resistance) atau Hambatan Listrik dengan Tegangan (Voltage) dan
Arus Listrik (Current) dapat dijelaskan dengan Hukum Ohm yang dikemukan oleh seorang
fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm (1789-1854) pada tahun 1825.

Berikut ini adalah persamaan Hukum Ohm :

V=IxR
Dimana :
atau V = Tegangan Listrik (Voltage), diukur dalam satuan Volt
I = Arus Listrik (Current), diukur dalam satuan Ampere
R=V/I
R = Hambatan Listrik atau Resistansi (Resistance), diukur

atau dalam satuan Ohm

I= V/R

Dari persamaan tersebut, dapat dijelaskan bahwa setiap 1 Ampere arus listrik yang mengalir
melewati sebuah komponen dengan beda potensial atau tegangan sebesar 1 Volt, maka resistansi
atau hambatan listrik pada komponen tersebut adalah 1 Ohm.

Jika suatu rangkaian yang diberikan tegangan 24V dan membutuhkan arus listrik sebesar 0,5A
maka hambatan yang diperlukan adalah 48 Ohm.

R = V/I = 24/0,5
R = 48 Ohm.
Hubungan Hambatan Listrik dengan Tegangan dan Arus Listrik ini juga dapat dianalogikan
dengan sebuah tangki air yang berada pada ketinggian tertentu di atas tanah. Di dasar tangki
tersebut terdapat sebuah pipa air yang digunakan untuk mengaliri air. Jumlah air pada tangki air
dapat diibaratkan sebagai muatan listrik sedangkan tekanan di ujung selang mewakili tegangan
listrik, aliran air mewakili aliran arus listrik dan ukuran diameter pipa air dapat dianggap sebagai
resistansi.

Semakin banyak air di dalam tangki, semakin tinggi tekanan pada ujung selang air tersebut.
Sebaliknya, seiring dengan berkurangnya air didalam dalam tangki, tekanan air pada ujung
selang air tersebut juga akan berkurang. Jumlah air yang mengalir juga akan berkurang.
Demikian juga semakin kecilnya diameter pipa air, semakin sedikit air yang dapat mengalir.

E.Energi

Energi listrik merupakan suatu energi yang berasal dari muatan listrik yang
menimbulkan medan listrik statis atau bergeraknya elektron pada konduktor ( pengantar
listrik ) atau ion ( positif atau negatif ) pada zat cair atau gas.

Listrik mempunyai satuan Ampere yang disimbolkan dengan A dan tegangan listrik yang
disimbolkan dengan V dengan satuan volt dengan ketentuan kebutuhan pemakaian daya listrik
Watt yang disimbolkan dengan W. Energi listrik bisa diciptakan oleh sebuah energi lain dan
bahkan sanggup memberikan suatu energi yang nantinya bisa dikonversikan pada energi yang
lain.

Rumus Energi Listrik

Jika di dalam sebuah rangkaian diberi beda potensial V sehingga mengalirkan suatu muatan
listrik sejumlah Q dan arus listrik sebesar I, maka energi listrik yang diperlukan,

W = Q V dengan Q = I t
Keterangan :

W = Energi listrik ( Joule)


Q = Muatan listrik ( Coulomb)
V = Beda potensial ( Volt )
W merupakan energi listrik dalam satuan joule, di mana 1 joule adalah energi diperlukan untuk
memindahkan satu muatan sebesar 1 coulomb dengan beda potensial 1 volt. Sehingga 1 joule =
coulomb × volt.

Sedangkan pada muatan per satuan waktu adalah kuat arus yang mengalir maka energi listrik
bisa ditulis, Karena I = Q/t maka didapatkan perumusan :

W = (I.t).V

W = V. I. t

Jika persamaan tersebut dihubungkan dengan hukum Ohm ( V = I.R) maka diperoleh perumusan

Dari persamaan-persamaan menunjukkan bahwa besarnya suatu energi listrik tergantung pada
muatan, beda potensial, arus listrik, hambatan, dan waktu. Semakin besar muatan, kuat arus,
beda potensial dan waktu, semakin besar pula sebuah energinya. Sedang untuk hambatan,
semakin besar hambatan, energinya semakin kecil.

F.Daya

Daya adalah Laju Energi yang dihantarkan selama melakukan usaha dalam periode waktu
tertentu. Satuan SI (Satuan Internasional) untuk Daya adalah Joule / Sekon (J/s) = Watt (W).
Satuan Watt digunakan untuk penghormatan kepada seorang ilmuan penemu mesin uap yang
bernama James Watt. Satuan daya lainnya yang sering digunakan adalah Daya Kuda atau Horse
Power (hp), 1 hp = 746 Watt. Daya merupakan Besaran Skalar, karena Daya hanya memiliki
nilai, tidak memiliki arah.
b.Rumus dan Satuan Daya
Dalam Fisika, Daya disimbolkan dengan Persamaan Berikut :
P=W/t

Dari Persamaan diatas maka kita juga dapat mengubah rumus daya menjadi :
P = (F.s) / t
P=F.v

Hasil tersebut didapatkan karena Rumus Usaha (W) = Gaya (F) dikali Jarak (s) dibagi Waktu (t)
Dan Rumus Kecepata (v) = jarak (s) dibagi waktu (t)
Keterangan
P = Daya ( satuannya J/s atau Watt )
W = Usaha ( Satuannya Joule [ J ] )
t = Waktu ( satuannya sekon [ s ] )
F = Gaya (Satuannya Newton [ N ] )
s = Jarak (satuannya Meter [ m ] )
v = Kecepatan (satuannya Meter / Sekon [ m/s ] )

Nah berdasarkan persamaan fisika diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju
usaha, maka semakin besar pula laju daya. Sedangkan apabila semakin lama waktunya maka laju
daya akan semakin kecil.

c. Perbedaan daya dengan energi


Banyak yang menyamakan pengertian energi dan Daya namun nyatanya mereka itu berbeda.
Kemampuan melakukan aktivitas tidak hanya dibatasi oleh total energi yang dimiliki oleh tubuh,
tetapi juga dibatas oleh daya kemampuan tubuh. Contohnya Seseorang dapat berjalan
mengelilingi lapangan sampai total energinya habis, dan dia mampu melakukan sampai 30
putaran. Namun ketika esok hari dia mencoba melakukan putaran lapangan dengan berlari, dan
ternyata ia hanya mampu menyelesaikan 20 putaran. Hal ini terjadi karena tubuh orang tersebut
dibatasi oleh daya yang dimilikinya ketika berlari, yaitu laju energi kimia yang dimiliki untuk
mengubahnya menjadi energi mekanik.
d. Perbedaan daya dengan usaha
Daya dan usaha merupakan konsep fisika yang sering dibahas secara bersamaan dalam persoalan
mekanika. Perbedaan Daya dengan Usaha sebenarnya dapat dikaji melalui pengertian mereka
yang berbeda. Yaitu :

 Daya adalah Laju Energi yang dihantarkan selama melakukan usaha dalam periode waktu
tertentu.

 Usaha adalah Jumlah Energi yang dihantarkan oleh gaya dalam jarak tertentu.

 Perbedaan mendasar antara Daya dan Usaha adalah daya merupakan Laju energi,
sedangkan Usaha merupakan jumlah energi yang dihantarkan. Perbedaan lainnya adalah
Usaha diukur dalam Joule sedangkan Daya diukur dalam Watt.

G.Kapasitansi

Kapasitansi adalah sebuah benda yang dapat menyimpan muatan listrik. Benda ini terdiri dari
dua pelat konduktor yang dipasang berdekatan satu sama lain tapi tidak sampai bersentuhan.
Benda ini dapat menyimpan tenaga listrik dan dapat menyalurkannya kembali, kegunaannya
dapat kamu temukan seperti pada lampu flash pada camera, juga banyak dipakai pada papan
sirkuit elektrik pada komputer yang kamu pakai maupun pada berbagai peralatan elektronik.

Kapasitor [C] gambaran sederhananya terdiri dari dua keping sejajar yang memiliki luasan [A]
dan dipisahkan dengan jarak yang sempit sejauh [d]. Seringkali kedua keping tersebut digulung
menjadi silinder dengan sebuah insulator atau kertas sebagai pemisah kedua keping. Pada
gambar rangkaian listrik, simbolnya dinotasikan dengan:

[Simbol]
Berbagai tipe kapasitor, (kiri) keping sejajar, (tengah) silindris, (kanan) gambar beberapa contoh
asli yang digunakan pada peralatan elektronik.

[Sumber
: Douglas C. Giancoli, 2005]

Perlu kamu ketahui bahwa walaupun memiliki fungsi yang hampir sama, namun baterai berbeda
dengan kapasitor. Kapasitor berfungsi hanya sebagai penyimpan muatan listrik sementara,
sedangkan baterai selain juga dapat menyimpan muatan listrik, baterai juga merupakan salah satu
sumber tegangan listrik. Karena baterai perbedaan itu, baterai juga memiliki simbol yang
berbeda pada rangkaian listrik. Simbol baterai dinotasikan dengan:

[Simbol baterai]

Contoh penggunaan kedua simbol tersebut pada rangkaian listrik:


Kamu dapat mencari nilai kapasitas atau kapasitansi suatu kapasitor, yakni jumlah muatan listrik
yang tersimpan. Untuk bentuk paling umum yaitu keping sejajar, persamaan kapasitansi
dinotasikan dengan:

Dimana:
C = kapasitansi (F, Farad) (1 Farad = 1 Coulomb/Volt)
Q = muatan listrik (Coulomb)
V = beda potensial (Volt)

Nilai kapasitansi tidak selalu bergantung pada nilai dan . Besar nilai kapasitansi bergantung
pada ukuran, bentuk dan posisi kedua keping serta jenis material pemisahnya (insulator). Nilai
usaha dapat berupa positif atau negatif tergantung arah gaya terhadap perpindahannya. Untuk
jenis keping sejajar dimana keping sejajar memiliki luasan [A] dan dipisahkan dengan jarak [d],
dapat dinotasikan dengan rumus:

Dimana:
A = luasan penampang keping (m2)
d = jarak antar keping (m)

= permitivitas bahan penyekat ( )

Jika antara kedua keping hanya ada udara atau vakum (tidak terdapat bahan penyekat), maka

nilai permitivitasnya dipakai .

Muatan sebelum disisipkan bahan penyekat ( ) sama dengan muatan setelah disisipkan bahan
penyekat ( ), sesuai prinsip bahwa muatan bersifat kekal. Beda potensialnya dinotasikan
dengan rumus:
Kapasitor menyimpan energi dalam bentuk medan listrik. Besar energi [W] yang tersimpan pada
dapat dicari menggunakan rumus:

Dimana:
W = jumlah energi yang tersimpan dalam kapasitor (Joule)

Rangkaian Kapasitor

Dua kapasitor atau lebih dapat disusun secara seri maupun paralel dalam satu rangkaian listrik.
Rangkaian seri memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan rangkaian paralel. Berikut diberikan
tabel sifat-sifatnya pada rangkaian seri dan paralel.

H.Induktansi

Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang menyebabkan
timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian (self
inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan
secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut,
perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.

Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul medan magnetik.
Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubahubah terhadap waktu akan
menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat
menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi yang
diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik sendiri dinamakan ggl induksi diri.

Induktansi Diri (GGL Induksi Pada Kumparan)

Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks magnetik
di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan. Ggl terinduksi ini
berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan meningkat, kenaikan
fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan dan cenderung untuk
memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan

laju perubahan arus yang dirumuskan :

dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan
berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi diri atau
induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan
untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu volt
bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per detik.

Induksi Diri Pada Selenoida Dan Toroida

Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Pada
kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui
kumparan, suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan sumbu.
Sementara itu, toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi
berbentuk lingkaran. Sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L yang signifikan disebut
induktor. Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
dibawah. Medan magnet di dalam solenoida adalah :

B= μ .n.I

dengan n = sehingga diperoleh

karena B Φ = B.A =

Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar

Sehingga

dengan:L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)


μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan

l = panjang solenoida atau toroida (m)


A = luas penampang (m2)

Energi Yang Tersimpan Dalam Induktor


Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan magnetik.
Energi U yang tersimpan di dalam sebuah induktansi L yang dilewati arus I, adalah :

Energi pada induktor tersebut tersimpan dalam medan magnetiknya. Berdasarkan persamaan

induktansi diri selenoida atau toroida, bahwa besar induktansi solenoida setara dengan

dan medan magnet di dalam solenoida berhubungan dengan kuat arus I dengan B = Jadi,

Apabila energi pada persamaan diatas tersimpan dalam suatu volume yang dibatasi oleh lilitan
Al, maka besar energi per satuan volume atau yang disebut kerapatan energi, adalah :
Induktansi Bersama

Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada gambar diatas, maka sebuah arus tetap I di
dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari kumparan
lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut. Menurut Hukum Faraday, besar ggl ε2
yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus dengan laju perubahan fluks yang
melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan kumparan 1, maka ε2 harus sebanding
dengan laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat dinyatakan :

Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi bersama. Nilai M tergantung
pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan jarak pisahnya. Induktansi bersama mempunyai
satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS, Joseph Henry (1797 – 1878). Pada situasi
yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2 menginduksi ggl pada kumparan 1, maka

konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu :

Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan memaksimalkan hubungan antara


kumparan primer dan sekunder sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua kumparan
tersebut. Alat pemacu jantung, untuk menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien
merupakan salah satu contoh alat yang menerapkan induktansi bersama.
I. Tahanan dan Tahanan jenis

1.Tahanan/Resistor

1.Pengertian

Resistor adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengatur tegangan listrik
atau sebagai tahanan arus istrik dengan resistansi tertentu (tahanan ohm), biasanya tahanan juga
disebut sebagai hambatan atau resistor nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus
yang mengalir, berdasarkan Hukum Ohm :

2. Kegunaan Resistor Pada Perangkat Elektonik.


Resistor berfungsi untuk menahan arus listrik, membagi tegangan arus listrik, serta
menghaluskan suara yang keluar dari komponen - komponen lainnya. Resistor juga dinamakan
dengan Werstand.
Simbol resistor pada sekema rangkaianya :

3. Jenis - jenis Resistor.


Jenis resistor sebenarnya sangat banyak tetepi secara garis besar resistor terbagi atas dua jenis:
a. Fixed resistor (resistor biasa ) adalah jenis resistor yang memiliki tahan teteap atau ukuran
Ohm nya tetap/tidak berubah.
b. Variable resistor adalah jenis resistor yang ukuran atau tahanannya dapat dirubah atau di
sesuaikan.

Simbol variabel resistor (Potensiometer)

Variabel resistor ada lima jenis yaitu:


-Potensiometer
-Trimmer potensio (Trimpot)
-NTC (Negatif Temperatur Coefficient) Semakin panas suhu disekitar Hambatannya akan
semakin kecil.
-PTC (Positif Temperatur Coefficient) Semakin Panas hambatannya akan semakin besar.
-LDR (Light Dependence Resistor) Bila terkena cahaya maka hambatannya akan mengecil.
Satuan tahanan resistor yaitu Ohm
1 MegaOhm = 1.000 Kilo Ohm
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm
4.Cara membaca Gelang warna pada Resistor.
Untuk lebih mengertinya silahkan pahami gambar berikut ini:
Misal ada sebuah resistor dengan gelang warna sebagai berikut:

Gelang pertama Berwarna coklat dengan nilai 1


Gelang kedua Berwarna Hitam dengan nilai 0
Gelang ketiga Berwarna merah dengan nilai 2 tapi karna dia berada di gelang ketiga jadi dia
bernilai nol (0) sebanyak dua jadi warna merah nilainya 00
Gelang keempat Berwarna emas gelang terakhir tidak memiliki nilai tahanan tetapi memiliki
nilai toleransi karna berwarna emas jadi toleransinya kurang lebih 5%
Jadi jika digabungkan semua nilai nya menjadi 1000 ohm dengan toleransi 5% atau 1 kilo
Ohm toleransi 5%
5.Gabungan resistor
a.Resistor Hubungan Seri
resistor yang dihubungkan seri nilai hambatannya adalah Rt= R1 + R2 + R3 .......
Contoh 1K ohm + 1K ohm = 2k Ohm
b.Resistor Hubungan Pararel
Resistor Hubungan pararel jika dihubungkan hasilnya adalah 1/Rt= 1/R1 + 1/R2 + 1/R.........
Contoh 1 K Ohm dipararel dengan 1K ohm hasilnya adalah 0,5 K ohm

2.Tahanan Jenis

Tahanan jenis adalah kecenderungan suatu bahan untuk melawan aliran arus listrik, di
lambangkan dengan ρ (rho). Faktor penentu besar kecilnya nilai hambatan jenis suatu penghantar
adalah bahan kawat penghantar.

Rumus Hambatan Jenis Pada Suatu Penghantar

Berdasarkan suatu percobaan, Ohm juga merumuskan bahwa hambatan R kawat logam
berbanding lurus dengan panjang l, berbanding terbalik dengan luas penampang lintang kawat A,
dan bergantung kepada jenis bahan tersebut. Secara matematis rumus hambatan jenis suatu
pengantar dituliskan seperti:

Dengan keterangan:

R = hambatan kawat penghantar (Ω).


l = panjang sebuah kawat penghantar (m).
A = luas penampang lintang penghantar (m2).
ρ = hambatan jenis kawat penghantar (Ω.m).

Konstanta pembanding ρ disebut dengan hambatan jenis (resistivitas). Hambatan jenis kawat
berbeda-beda tergantung dari bahannya.

J.Daya Hantar dan Daya hantar jenis


Daya hantar jenis adalah kemampuan sebuah penghantar dalam menyalurkan arus listrik,
sehingga merupakan kebalikan dari tahanan, dan dinyatakan dlam R 1 = G atau G 1 = R

K.Pengaruh Temperatur pada Tahanan

Suatu penghantar yang mendapat perubahan temperature, harga resistansinya ikut berubah. Jika
suatu penghantar mendapat kenaikan temperature dan resistansinya naik, penghantar tersebut
disebut mempunyai koefisien temperature positif (+). Sebaliknya, jika suatu penghantar
mendapat kenaikan temperature dan resistansinya menjadi turun/ berkurang, penghantar tersebut
mempunyai koefisien temperature negative (-).
Misalnya, suatu penghantar pada suhu 15°C dan besar resistansinya 1 ohm kemudian
temperaturnya dinaikkan menjadi 16°C. Setelah diukur ternyata harga resistansinya menjadi
1,0039 ohm. Kenaikkan sebesar 0,0039 ohm pada tiap kenaikkan temperature 1°C dinamakan
koefisien temperature disingkat α (dibaca alpa).
Resistansi semula Kenaikan temperature Resistansi akhir
(Rt. 1) (t) (Rt. 2)
1 ohm 1°C (1+α ) ohm
1 ohm 2°C ( 1 + 2α ) ohm
1 ohm t°C ( 1 + tα ) ohm
2 ohm 1°C ( 1 + 1.2α ) ohm
2 ohm 2°C ( 1 + 2.2α ) ohm
2 ohm t°C ( 1 + 2.tα ) ohm
R ohm 1°C ( 1 + 1.Rα ) ohm
R ohm 2°C ( 1 + 2.Rα ) ohm
R ohm t°C ( 1 + r.tα ) ohm

Perubahan harga resistansi setelah temperaturnya dinaikkan:


Jadi, suatu penghantar pada temperature t1, mempunyai resistansi sebesar R ohm, maka pada
temperature t2 resistansinya menjadi:

Rt2 = R + Rα (t2 – t1) ohm


Atau
Rt2 = R {1 + α(t2 – t1)} ohm

Anda mungkin juga menyukai