Anda di halaman 1dari 10

Nabila Pelajar SD Dibully Teman Sekolahnya Terkait Sepatu

Ditinjau dari Etika Teori dan Hati Nurani

Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

Pada Mata Kuliah Filsafat Moral

Dosen Mata Kuliah : Dr. Agustinus W. Dewantara S.S.,M.Hum

AGATA FEBRI YANTI SIBORO (52418001)

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI

Abstrak

Bully dalam tutur kata maupun perbuatan merupakan bentuk penghinaan terhadap harkat
kemanusiaan. Bullying yakni tindakan merendahkan kemanusiaan yang tercermin dalam sikap
dan perilaku. Perilaku bully kerap kali lahir karena hilangnya empati dan nurani. Hati nurani
adalah sebuah penghayatan tentang perilaku baik ataupun buruk, berhubungan dengan sebuah
tingkah laku konkret manusia pada umumnya. Kasus bullying sepertinya masih menjadi sesuatu
yang memprihatinkan dikalangan anak sekolah. Bullying merupakan tindakan keji yang menodai
sebuah harga diri seseorang. Perilaku ini tidak bisa disejajarkan maknanya dengan keisengan
belaka. Kebiasaan negative menodai harkat dan martabat kemanusiaan tidaklah dapat ditoleransi
dan dimaafkan tanpa edukasi yang dipahami oleh pelakunya.
Netizen tengah ramai membahas seorang anak kecil yang menangis karena merasa dibully oleh
teman sekolahnya.Anak kecil tersebut bernama Nabila ini marah karena teman sekolahnya
menginjak sepatu yang dibelinya dengan hasil keringatnya sendiri.Ditambah lagi teman
sekolahnya itu mengejek atau menunding dia mendapatkan sesuatu dengan uang
orangtuanya.Padahal dia harus kerja keras untuk membeli sepatu atau membeli kebutuhan dia
sendiri tanpa meminta orangtua.

Kehidupan Nabila memang tergolong berat.Nabila bekerja sebagai pemulung mengumpulkan


barang bekas untuk dijual dan menghasilkan uang dan Nabila hanya tinggal bersama kakek dan
neneknya.Karena itulah, Nabila harus berjuang mencari nafkah untuk menyambung
hidupnya.Apalagi kakek dan neneknya juga sakit-sakitan dan sudah tidak mampu lagi bila harus
bekerja.Otomatis Nabila harus menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhan keluarga
kecilnya. Nabila tinggal bersama Kakek bernama Cece berusia 70 tahun dan Nenek bernama Ira
yang berusia sama yaitu 70 tahun yang bertempat tinggal di sebuah rumah sederhana di
Kampung Cibodas, Batujajar, Bandung Barat. Nabila tinggal bersama kakek dan neneknya
karena sudah di tinggal kedua orangtuanya pasca bercerai.Mirisnya, kedua orangtua Nabila tidak
pernah pulang ke Bandung untuk sekedar melihat anak mereka saja.

Nenek Nabila bercerita bahwa ibu Nabila memilih hidup di Kalimantan, sementara itu Ayah
Nabila tidak tahu dimana.Nabila sekarang duduk di bangku kelas 6 SDN 1 Cibodas. Setiap
harinya, sepulang sekolah dia akan memulung mencari barang bekas untuk dijual mulai dari
siang sampai sore hari. Uang hasil memulung ini kemudian digunakan untuk membeli keperluan
sekolah dan juga untuk biaya berobat kakek dan neneknya.Dalam mencari rongsokan atau
barang bekas, Nabila harus keluar masuk dari kampung ke kampung lainnya. Nabila
mengumpulkan barang tersebut dan setiap akhir pekan dia akan menjualnya. Biasanya barang
rongsokan atau barang bekas tersebut bisa dijual dengan harga Rp 25.000 sampai Rp
30.000.Nominal yang tidak seberapa kalau dibandingkan dengan kerja keras yang dilakukannya.

Nabila mengaku selalu dibully saat berada di sekolah oleh teman-temannya.Mereka sering
mengejek kakeknya yang sakit-sakitan dan harus memakai alat bantuan untuk bisa membuang air
kecil.Bagi anak kecil seusia mereka, tentu saja ini hal yang cukup aneh, makanya teman-teman
sekolah Nabila membully sosok gadis kecil itu.Puncak kesalnya adalah ketika teman-teman
sekolahnya nyais merusak sepatunya dan membuat Nabila emosi.Video Nabila ketika kesal
itulah yang viral di media sosial.Viralnya Nabila membawa berkat tersendiri dari mana-mana
baik seorang pejabat ataupun kalangan artis Indonesia yang mengetahui video viralnya.

Kasus bullying atau mengejek sepertinya masih menjadi sesuatu yang memprihatinkan
dikalangan anak sekolah.Dengan menggunakan bahasa sunda, siswi yang bernama Nabila
tersebut mengatakan bahwa dirinya selama ini di tinggal orangtuanya dan barang yang dibelinya
tersebut adalah hasil keringat Nabila sendiri tanpa minta siapapun.Sebelumnya teman sekolahnya
tersebut sempat memojokkan atau membully Nabila dan mengatakan “Bisa digantiin ku kita
ogeh, gampang!""Kalau ada yang rusak bilangin aja" lanjut seorang teman Nabila yang lainnya
"Uang kamu juga itu dari uang ayah mama kamu" kata seorang siswi sambil menunjuk ke arah
gadis berambut pendek itu.

Hingga akhirnya, karena sudah tidak tahan dengan sifat teman sekolahnya itu, siswi yang
bernama Nabila berambut pendek itupun meluapkan kemarahannya dan mengatakan hal yang
memilukan "Aku mah mulung rongsokan dan dijual langsung.Aku mah capek-capek, lah sia
rusakin sepatu.Aing ditinggalkan ku indung bapak aing. Sia mah heunteu, anjing! Tah eta
rasakeun" ujar gadis tersebut sambil menangis. Gadis kecil bernama Nabila tersebut mengatakan
bahwa ia mendapatkan uang dari rongsokan kemudian hasilnya dijual. Dia juga mengatakan
bahwa dirinya telah ditinggal oleh orangtuanya dan di kalimat akhir, ia juga mengeluarkan kata
umpatan karena saking kesalnya.

Bully atau perundungan, baik dalam tutur kata maupun perbuatan, merupakan bentuk
penghinaan terhadap harkat kemanusiaan. Bullying, yakni tindakan merendahkan kemanusiaan
manusiayang tercermin dalam sikap dan perilaku. Perilaku bully kerap kali lahir karena
hilangnya empati dan nurani. Karena melihat orang lain yang berbeda dengan si pembully, maka
merasa yang berbeda dan minoritas layak di-bully, layak dihakimi. Sesungguhnya tindakan
membully menunjukkan rendahnya sikap mental dan karakter dari pelakunya.

Sebagaimana bully yang terjadi dan dialami Nabila seorang Pelajar Sekolah Dasar di Bandung
Jawa Barat. Dalam video viral berdurasi sekitar kurang lebih satu menit yang telah publish pada
16 April 2019, nyata terbaca betapa rendahnya kecerdasan, etika, mental, perilaku yang
tercermin pada teman Nabila selaku pelaku pembullyan. Tergambar pula, tidak ada seorangpun
yang mampu mencegah penghinaan tersebut, justru cara pandang merendahkan ditunjukkan oleh
orang lain. Saat korban berusaha membela diri pun menjadi bahan tertawaan dan teriakan.Situasi
tersebut memanggil keprihatinan banyak pihak, yang kemudian secara serentak melakukan
gerakan mengadvokasi, menuntut keadilan, mengecam perilaku yang tidak memanusiakan harkat
dan martabat manusia tersebut.

Bullying atau perundungan merupakan tindakan keji yang menodai sebuah harga diri
seseorang.Perilaku ini tidak bisa disejajarkan maknanya dengan keisengan belaka, spontanitas,
ataupun menjadi sebuah kebiasaan. Bully juga tidak cukup hanya dimaafkan dengan dalih
sebuah kebiasaan. Kebiasaan negatif menodai harkat dan martabat kemanusiaan tidaklah dapat
ditoleransi, dibiarkan dan dimaafkan tanpa edukasi yang dipahami oleh pelakunya. Permaaf'an
bukanlah edukasi positif, karena pasti akan berdampak pada perilaku bully terhadap orang lain
yang dianggap berbeda dari berbagai aspek. Cara pandang dengan melihat kedifabilitasan
seseorang, tidaklah mencerminkan kebhinekaan.seharusnya, cara pandang yang harus dilakukan,
yakni melihat seseorang sebagai sosok manusia utuh, bukan fokus pada keberbedaan satu sama
lain. Melalui cara pandang seperti ini, keberbedaan yang menyertai masing-masing orang,
menjadi sebuah keberagaman. Cara pandang seperti itu juga diharapkan jika seseorang melihat
orang lain yang berbeda, menjadi tidak merasa asing apalagi aneh. Justru memahami kebutuhan,
aksesibilitas guna mewujudkan kesetaraan.

Apalagi konon katanya para pelaku anak orang kaya atau punya jabatan.Maka boleh jadi pola
asuh yang didapatkan selama ini selalu dimudahkan dan dimanjakan.Apa pun yang diinginkan
selalu terpenuhi. Akibatnya, ketika ada sesuatu yang tidak sesuai keinginan, kekerasan dipilih
menjadi jalan keluarnya.Boleh jadi mereka sudah biasa melakukan pengeroyokan.Bisa dilihat
dari bukti yang beredar di media sosial dan mengenali para pelaku.Ada rasa bangga dan puas
memiliki identitas diri dari aksi yang dilakukan.Belum lagi ada yang menyampaikan bahwa
mereka berani melakukan itu karena merasa selalu mendapat backing alias perlindungan kedua
orang tuanya.Tentu tidak semua anak orang kaya dan punya jabatan seperti itu.Banyak pula yang
baik dan mampu mendidik anaknya dengan baik.Ternyata, yang menjadi akar masalah dari
persoalan di atas adalah pola asuh dari orang tua yang kurang maksimal memberikan kasih
sayang.Fakta penting inilah yang perlu saya ungkapkan agar menjadi pelajaran penting bagi
semuanya.
Pelaku sampai tega melakukan pembullyan yang tidak semestinya, boleh jadi karena pola didik
yang diajarkan jauh dari kelembutan dan kasih sayang.Sehingga membuat para pelaku berani
mengambil tindakan di luar nalar manusia pada umumnya.Soal kejadian yang sebenarnya,
biarlah pengadilan nanti yang membuktikan.Selain itu dari kejadian ini, sudah sepatutnya kita
mengambil hikmah dan menjadikan kejadian ini sabagai suatu pembelajaran, agar mendidik anak
dengan kelembutan dan kasih sayang.Dari pola asuh tersebut, biasanya ditemukan benang merah
yang membuat si anak melakukan berbagai perilaku menyimpang tersebut.

Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi alasan, kenapa anak melakukan tindakan yang membuat
gempar media massa dan media sosial itu, antara lain :

1. Pertama, untuk mendapat perhatian. Di era digital dan serba sibuk seperti sekarang ini, tak
sedikit anak yang memang sangat kekurangan perhatian dari kedua orang tuanya. Ayah sibuk
bekerja, begitu juga sang ibu juga tak mau melepas karirnya yang sedang bersinar. Akibatnya,
anak menjadi korban dan kurang perhatian.Alih-alih menuruti semua permintaannya sebagai
ganti perhatian dan kasih sayang, namun faktanya semua yang diberikan itu tidak dapat
menggantikan kebutuhan kasih sayang anak dari kedua orang tuanya.

2. Kedua, untuk mendapatkan kekuasaan atau mengalahkan orang tua. Jika minta sesuatu dan
tidak diberi, maka anak akan mengamuk dan menangis sembari berteriak sekencang-kencangnya.
Ini adalah indikasi, anak selama ini tertekan.Akibatnya, dia ingin membalas tekanan itu kepada
orang tuanya. Anak akan merasa sangat puas jika melihat kedua orang tuanya kebingungan
dengan sikapnya.

3. Ketiga, menjadi sakit dan memaksa orang tua merasa kasihan dan melayani anak. Pernah
mendapati anak yang mudah sakit?Padahal, sakitnya ya itu-itu saja dan seolah-olah bisa
membuat orangtua khawatir.Yang sejatinya bisa sembuh hanya dengan istirahat cukup.Ternyata,
anak sengaja merasa sakit, agar dirinya bisa mendapat pelayanan dari kedua orang
tuanya.Mendidik anak memerlukan keseriusan.Tidak sekadar memenuhi kebutuhannya secara
materi saja.

Orang tua cerai dan keluarga yang tak harmonis.Kurang perhatian dan kasih sayang, lantaran
orang tua sibuk. Dan tak sedikit juga orang tua yang mengabaikan kewajibannya, menyerahkan
total pendidikan anaknya kepada sekolah. Sungguh tak habis pikir seorang siswi SD dengan
temannya ini.Mereka sama-sama perempuan.Tak adakah hati nurani yang tersisa?Tak adakah
sedikit rasa iba ketika melihat korban dibully?Pemerintah yang sejatinya sebagai pengayom
rakyatnya, sebagai pelindung dan menjaga supaya kasus bullying dan kekerasan itu tak terjadi
lagi, faktanya sampai saat ini belum ada upaya yang betul-betul optimal. Sistem pendidikan
output yang diharapkan yaitu menjadikan generasi cerdas dan bertakwa. Sistem hukum dan
sanksi yang lemah dan mudah tergadai dengan seringnya pelaku yang kaya dan berkedudukan
tinggi, lolos dari hukum.Ibaratnya, hukum tumpul ke atas, namun tajam ke bawah.

Generasi sekarang sejatinya adalah calon penerus untuk membangun negeri ini.Generasi yang
diharapkan mampu mengubah peradaban. Anak-anak adalah amanah dari Tuhan yang diberikan
kepada kita dan pastinya akan diminta pertanggungjawaban. Setiap manusia memiliki
pengalaman tentang hati nurani dan mungkin pengalaman itu merupakan perjumpaan yang
paling jelas dengan moralitas sebagai kepentingan. Sulit untuk menunjukkan pengalaman yang
lain dengan begitu terus terang menyingkapkan dimensi etis dalam hidup kita.

Yang berhubungan dengan "Hati Nurani" adalah sebuah penghayatan tentang perilaku baik
ataupun buruk, berhubungan dengan sebuah tingkah laku konkret manusia pada umumnya.Hati
nurani ini bisa membantu kita melakukan sesuatu yang sekarang.Hati Nurani berbicara tentang
situasi yang sangat konkret, bukan sesuatu yang umum atau di awang-awang.Jadi, di dalam diri
manusia sebagai olah ada lembaga yang menilai dari segi moral melakukan sebuah tindakan
yang dilakukan.Hati nurani merupakan semacam 'saksi' tentang perbuatan-perbuatan moral yang
dilakukan manusia pada umumnya.Hati nurani terkait dengan kenyataan bahwa manusia
memiliki kesadaran.Yang dimaksudkan dengan “kesadaran” ini adalah kesanggupan manusia
untuk mengakui dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang dirinya.

Hati nurani akan menuduh atau mencela, jika bertindak buruk; dan akan dihargai atau diberikan
rasa puas, jika tindakannya dianggap baik. Jadi, hati nurani ini merupakan pertanda kehakiman
dalam batin kita tentang perilaku yang telah terjadi.Jika hati nurani menghukum dan menuduh
manusia, batin kita menerima gelisah atau kita memiliki hati nurani yang buruk.Bagaimanapun,
jika telah bertingkah laku dengan baik, kita memiliki hati nurani yang baik atau hati nurani yang
bersih. Hati nurani kita dalam keadaan tenang dan puas, dan kita mempertahankan kedamaian
batin.
Bagi orang beragama, hati nurani memang memiliki dimensi religius. Mungkin, sebaliknya tidak
ada cara yang lebih jelas untuk menghayati hubungan antara moral dan agama dari antara
pengalaman hati nurani ini. Hati nurani tidak melepaskan kita dari keharusan untuk bertindak
kritis dan mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kita secara obyektif. Bahkan, orang yang
tidak mengakui Tuhan pun memiliki hati nurani, yang mengikat mereka sama seperti orang
beragama. Hati Nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang
dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau
salah, baik atau buruk. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu, ia sudah
mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap
orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda. Pada saat
menjelang suatu tindakan etis, kata hati akan mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika
perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh dan jikaperbuatan itu buruk,
kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata
hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang.Sesudah suatu tindakan, Untuk
perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat orang merasa bangga dan
bahagia. Namun, jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata hati akan menyalahkan,
sehingga, orang merasa gelisah, malu, putus asa, menyesal.

Segi-Segi Hati Nurani

1. Segi waktu: Hati nurani dapat berperan sebelum tindakan dibuat. Biasanya hati nurani akan
menyuruh bila itu perbuatan baik dan akan melarang jika perbuatan buruk. Hati nurani dapat
berperan pada saat tindakan dilakukan. Ia akan terus menyuruh jika perbuatan itu baik dan
melarang jika perbuatan itu buruk atau jahat. Hati nurani dapat berperan sesudah tindakan dibuat.
Hati nurani akan memuji jika perbuatan kita baik dan hati nurani akan membuat kita gelisah dan
menyesal jika perbuatan itu buruk atau jahat.

2. Segi benar tidaknya: Hati nurani benar, jika hati kita cocok dengan norma objektif. Hati nurani
keliru jika kata hati kita tidak cocok dengan norma objektif.Pedoman yang dapat dipegangdari
penjelasan-penjelasan di atas, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman, yakni
Pertama, Kata hati (hati nurani) yang benar dan pasti, maka Perbuatan yang baik dapat dan harus
dilakukanPerbuatan yang buruk harus dielakkan. Kedua adalah Kata hati yang pasti, tetapi
keliru, maka: Perbuatan yang baik dapat dan harus dilakukan. Ketiga, Kata hati yang tidak pasti
adalah Seseorang dapat memilih yang paling menguntungkan. Misalnya, hati nurani seseorang
tidak merasa pasti apakah hari ini puasa atau tidak, maka ia boleh memilih yang menguntungkan
dia. Jika menyangkut nyawa manusia, maka keselamatan nyawa itu harus didahulukan.

Cara Kerja Hati Nurani adalah alam hati manusia, sebelum ia bertindak atau berbuat sesuatu, ia
sudah mempunyai suatu kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang
buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda-
beda. Pada saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan perbuatan
itu balk atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh.
Namun, jika perbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Pada saat
suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang. Sesudah
suatu tindakan atau perbuatan, maka kata hati muncul sebagai “hakim” yang memberi vonis.
Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat orang merasa bangga.
Namun jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata hati akan mencela atau menyalahkan
sehingga orang merasa gelisah, menyesal, putus asa dan sebagainya.

Fungsi Hati Nurani dan Sikap Kita Terhadapnya. Pertama, Fungsi hati nurani adalah Hati nurani
berfungsi sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah
tindakan itu baik atau buruk; Hati nurani berfungsi sebagai pegangan atau peraturan konkret di
dalam kehidupan sehari-hari; Hati nurani berfungsi menyadarkan manusia akan nilai dan harga
dirinya. Kedua,sikap kita terhadap hati nurani adalah Menghomati setiap suara hati yang keluar
dari hati nurani kita, Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani,
Mempertimbangkan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan oleh hati nurani dan Melaksanakan
apa yang disuruh oleh hati nurani.

Suara hati nurani adalah suara halus dan murni datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang
ada di dalam diri kita paling dalam yang bersih dan jujur, tanpa pertimbangan dalam
memberikan jawaban. Suara hati akan membawa kita kepada keselamatan dan kebahagiaan,
asalkan kita dapat mendengarkannya dengan jelas dan meyakininya kemudian
mempraktikkannya dalam kehidupan. Suara hati ini tidak akan keluar apabila hati nurani dalam
keadaan tertutup oleh dosa yang menutupnya. Dalam keadaan yang demikian, yang keluar bukan
suara hati nurani melainkan emosi. Memang untuk pertama kali sulit membedakan suara yang
datang dari dalam diri kita, ini hanya dapat dicapai melalui latihan dan pembuktian.

Etika sebagai ilmu pengetahuan, dengan demikian memiliki karakter normatif.Etika adalah ilmu
pengetahuan normatif tentang tingkah laku manusia sejauhmanusia secara keseluruhan. Sebagai
ilmu pengetahuan, etika tunduk padasyarat keilmiahan. Sebagai yang memiliki karakter
normatif, etikaberkaitan langsung dengan normaataunilai atau prinsipmoral atau gagasan etis
kemanusiaan. Disebut normatif maksudnyaetika mengantar orang menjadi baik. Belajar etika
langsung memiliki tujuanbukan hanya menyelidiki norma kebaikan, keutamaan,
keadilandansejenisnya. Etika memiliki ciri khas praktis, maksudnya berkaitan dengantujuan dan
arah praktis belajarnya: untuk hidup baik. “Baik” sebagai arahsekaligus tujuan untuk studi etika
jelas akan menemukan kesempurnaannyadalam hidup praktis/konkret/nyata, dalam hidup
keseharian manusia.

Apa perbedaan antara manusia dengan binatang dari sudut tindakannya?Perbedaannya adalah:
Binatang bukan subjek dari tindakannya, sedangkanmanusia secara tegas adalah subjek (tuan)
atas tindakannya (meskipun padakasus-kasus tertentu manusia kerap jatuh pada pengungkapan-
pengungkapan seperti halnya binatang). Perilaku binatang sebenarnya adalah “gerakan” yang
amat didominasi oleh insting. Sementara tingkah laku manusia jelastidak bisa melulu
disempitkan pada gerakan fisik dan insting belaka. Jika tingkah laku binatang cukup dipicu oleh
rangsangan yang ada,tindakan manusia jelas tidak tunduk pada rangsangan belaka dan
memilikiproses yang lebih rumit. Jadi, tindakan manusia adalah perwujudan dariperkembangan
kemanusiaannya. Dalam kacamata berpikir inilah munculaneka terminologi perkembangan,
seperti: kedewasaan, kematangan,kemandirian, tanggung jawab, dan sejenisnya yang tidak bisa
dibayangkan.

Saya pribadi ikut sedih lihat adek ini, kok teman-temannya tega seperti itu, semoga ada guru atau
wali murid yang, tindakan bullying itu tidak baik. Tentunya saya maklum mereka masih SD jadi
mungkin mereka anggap cuma becanda. Akan tetapi kita sebagai makhluk sosial seharusnya
tidak boleh melakukan hal tersebut karena bersangkutan dengan Hati Nurani. Seharusnya anak
kecil dimasa sekarang ini di didik baik-baik entah itu lewat guru atau orangtua, entah itu dari
sekolah, keluarga ataupun masyarakat supaya kelak mereka sadar akan kelakuan yang mereka
perbuat itu baik atau buruk, bermanfaat buat orang atau malah merugikan.

Daftar Pustaka :

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

Dewantara, A. (2018). Pancasila Dan Multikulturalisme Indonesia.

Dewantara, A. W. (2013). Merefleksikan Hubungan antara Etika Aristotelian dan Bisnis dengan
Studi Kasus Lumpur Lapindo. Arete, 2(1), 23-40.

Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di Indonesia. CIVIS,


5(1/Januari).

Anda mungkin juga menyukai