Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kana Safitri

NIM : 931109417
Kelas :C
Matakuliah : Konseling Keluarga Sakinah
Semester :5

PERKEMBANGAN KONSELING KELUARGA DI INDONESIA DAN KLASIFIKASI


KONSELING KELUARGA

A. Perkembangan Konseling Keluarga di Indonesia

Pada tahun 1908 Frank Parson membuka biro konsultasi di Boston untuk memilih dan
menentukan jurusan dalam sebuah jabatan dan pekerjaan. Sejak saat itu, kegiatan konseling
banyak bremunculan di sekola-sekolah. Misalnya, pada tahun 1909, banyak kegiatan
konseling yang dilakukan oleh konselor yang bertindak sebagai konselor di Amerika,
khususnya di New York. Dalam perkembangannya, kegiatan ini menjadi profesional umtuk
melayani para remaja.1

Perkembangan awal konseling berawal dari Eropa dan Amerika pada tahun 1919 yakni
sesudah perang dunia 1, Magnus Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk memberi
informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institute for Sexual Science. Kemudian
menyebar kebeberapa daerah Eropa Utara terutama Denmark dan Swedia. Pada tahun 1932
terdapat beberapa pusat konseling perkawinan dan keluarga di Jerman dan Austria.2

Perkembangan konseling keluarga di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di


negara asalnya Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang telah
menamatkan studinya di Amerika dan kembali ke Indonesia dengan membawa konsep-
konsep bimbingan dan konseling yang baru. Hal itu terjadi sekitar tahun 60-an. Para pakar
pendidikan telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustaka Amerika.
Khususnya mengenai pandangan terhadap anak didik yaitu bahwa anak didik mempunyai
potensi untuk berkembang karena itu pendidikan harus memberikan situasi kondusif bagi
perkembangan potensi tersebut secara optimal.3

Perkembangan konseling keluarga di Indonesia cenderung berorientasi layanan


pendidikan (instruksional)dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan dan konseling
1
Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Jogyakarta: Divapress, 2012), hlm. 23-34.
2
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Bandung: Alfebeta, 2017) hlm, 25.
3
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2013) hlm. 1.
digalakkan di sekolah-sekolah bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga
ia dapat berkembang seoptimal mungkin.4 Dari sinilah penerapan konseling di Indonesia
dapat dilihat bahwa konsep Barat sangat mendominasi dalam pelaksanaanya.

Semakin berkembangnya zaman, banyak permasalahan keluarga yang timbul dan


membawa dampak seius pada anak dan anggota keluarga lainnya, terutama berdampak
negatif dalam proses pertumbuhannya dan psikologi dalam berpikir. Hal ini sangat
mengganggu dalam proses belajarnya disekolah, sehingga anak mencari perhatian dengan
berbagai hal seperti membuat kerusuhan, tidak fokus dalam belajar, sulitnya penyesuaian
terhadap lingkungan sosial, serta hal-hal negatif lainnya.

Banyak yang menyadari bahwa peran Guru BK di sekolah sangatlah dibutuhkan, untuk
itu pada tahun 1983, di Jurusan BK IKIP Bandung dirintislah oleh penulis, menjadikan
konseling keluarga sebagaimana yang ada dinegara Amerika. 5 Guru BK tidak secara khusus
menangani masalah keluarga, akan tetapi diterapkan dalam penanganan, masalah kesulitan
belajar, penyesuaian sosial, dan memahami kepribadian siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut
yang kemudian dihubungkan secara mendalam terhadap kondisi keluarga masing-masing
siwa yang bermasalah.

B. Klasifikasi Konseling Keluarga


Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi:
1. Orientasi Praktis
Orientasi praktis6 tahun 60-an lebih menekankan bahwa kebenaran tentang perilaku
tertentu diperoleh dari pelaksanaan proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian
konselor berorientasi praktis dibagi menjadi dua, yakni:
a. Gaya Konduktor
Kepribadiannya hebat, giat, dapat menguasai audience sehingga mereka terpana.
Kadang-kadang ada pula yang mengkritik dengan sadis, manipulatif, pamer dan
tidak sensitif. Dalam sesi-sesi konseling para konduktor itu berada di dalam situasi
mengomandoi secara penuh.
b. Gaya Reaktor
Kepribadian konselornya cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik secara
dinamika kelompok di keluarga. Terapis dengan taktiknya menggunakan sindiran

4
Ibid, hlm. 2.
5
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga.... hlm, 28.
6
Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar, lihat
https://kbbi.web.id/orientasi sedangkan praktis adalah mudah dan senang memakainya (menjalankan dan
sebagainya), lihat https://kbbi.web.id/praktis sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi praktis yaitu seorang
konselor harus mampu menerapkan sikap yang mudah diterima oleh klien yang sedang dihadapinya.
yang sering dikutip dari tulisan-tulisan di koran/majalah tentang bahaya anggota
keluarga yang berantakan, tenggelam, kacau, dan lain-lain.7

2. Orientasi Teoritis8
Sampai tahun 70-an banyak konselor masih berbeda-beda asumsinya dalam hal
konseling keluarga, karena mereka berbeda pandangan terhadap observasi lapangan. Pada
tahun 1970 muncul kelompok bagi peningkatan psikiatri (The Group for Psychiatry-
GAP). Hasil penelitiannya terhadap 300 responden terapis/konselor dari berbagai disiplin
ilmu yang terkait pada konseling keluarga, yang menghadiri konferensi The American
Orthopsychiatric Association (AOA) pada tahun 1965 dan 1966.9
Dari penelitian itu GAP menemukan data sebagai berikut:
a. Konselor sangat dipengaruhi oleh prakteknya.
b. Belief dan action mewarnai prakte.
c. Para praktisi dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang kuat seperti Virginia Satir,
Jackson, Nathan Ackerman, Jay Haley dan Bowen.
d. Para praktisi juga dipengaruhi oleh kondisi geografisnya masing-masing.
e. Kerangka teori yang mereka ikuti dalam konseling keluarga adalah enam aliran
yaitu: Psychodinamic, Behavioral, Learning, Small Group, Family System Theory,
dan Existential. Dari enam teori itu ada dua yang berkuasa yakni: Psychodinamic
dengan fokus kepada kepercayaan tentang dinamika kepribadaian anggota
keluarga. Kedua, teori sistem dalam Keluarga (Family System Theory) dengan
fokus analisisnya pada dinamika hubungan interpersonal dari anggota keluarga
secara sistematik.10
Nathan Ackerman enggan sekali mengatakan bahwa keluarga itu adalah suatu
sistem. Ia memandang bahwa keluarga sebagai unit utama bagi sosialisasi
kepribadian. Sedangkan Bowen dan Satir berusaha menggabungkan pemahaman
tentang individu dengan level keluarga sebagai sistem. Khususnya Bowen,
memandang keluarga sebagai sistem emosional dan tujuan terapeutik ialah keluarga
sebagai sistem. Jackson dan Haley tampaknya selalu memelihara hubungan
interpersonal dalam proses terapeutik untuk mencapai perubahan.11
Dekade 80-an ditandai oleh adanya pengorganisasian dalam konseling keluarga
dan bermunculannya literatur yang makin banyak dalam bidang tersebut. Susan Jones

7
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga.... hlm, 33.
8
Teoritis adalah berdasar pada teori; menurut teori, lihat https://kbbi.web.id/teoretis sehingga dapat disimpulkan
bahwa seorang konselor dalam menyelesaikan masalah kliennya berdasarkan teori pemikiran para tokoh.
9
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga.... hlm, 34.
10
Ibid, hlm. 35.
11
Ibid, hlm. 37.
dalam bukunya “Family Therapy” mengemukakan perbandingan-perbandingan
pendekatan dalam konseling keluarga, yaitu:12
a. Integratif (Ackerman) tidak menganggap keluarga sebagai sistem, tempat
patologi berpusat pada bobot sama terhadap internal dan eksternal serta
kemacetan dalam fungsi keluarga adalah ketidakstabilan dan kekakuan
hubungan keluarga.
b. Psychoanalytic (Farmo, Sterlin, Grotjan) menganggap keluarga sebagai sistem
psikologis, memberikan penekanan pada internal, serta memusatkan
kemacetan fungsi keluarga pada pengambilan figur orang tua ke dalam diri.
c. Struktural (Minuchin) menganggap keluarga sebagai suatu sistem struktural
transaksional, lebih menekankan kepada eksternal, mengutamakan kemacetan
fungsi keluarga pada menjaring atau mengikat lingkungan keluarga.
d. Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir) menganggap keluarga
sebagai sistem komunikasi, memberikan penekanan pada eksternal, serta letak
kemacetan fungsi keluarga berada pada kemenduaan aturan keluarga tentang
hubungan keluarga.
e. Bowenian (Bowen) menganggap keluarga sebagai perasaan dan sistem
hubungan, memberikan penekanan kepada internal, dan memusatkan
kemacetan fungsi keluarga pada pengambilan figur orang tua ke dalam diri.
f. Social Network (Speck, Attinev, Rueveni) lebih menekankan pada eksternal,
kemacetan fungsi keluarga terletak pada hilangnya kepercayaan diri dalam
jaringan sosial keluarga.
g. Behavioral (Patterson) menggap keluarga sebagai sistem yang saling
berpautan, hanya menekankan kepada eksternal, letak kemacetan fungsi
keluarga terdapat pada belajar yang salah sesuai.

C. KESIMPULAN
Perkembangan Konseling Keluarga di Eropa dan Amerika. Sejarah Perkembangan
konseling didunia berasal dari daratan Eropa (Abad ke-20an) dan Amerika serikat (Abad ke-
60an). Pada tahun 1919 sesudah perang dunia ke 1 Magnus Hirschfeld mendirikan klinik
pertamanya untuk pemberian informasi dan nasehat mslah seks. Hingga menyebar
kebeberapa negara penjuru dunia. Berkembangnya konseling keluarga di Indonesia mulai
muncul pada tahun1975 beriringan dengan perkembangan bimbingan konseling sekolah

12
Ibid, hlm. 40.
(BK). Tokoh-tokoh konseling keluarga adalah Virginia Satir, Jay Haley, Salvadore Minuchin.
Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi yaitu
orientasi praktis dan teoritis.

D. DAFTAR PUSTAKA

Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Jogyakarta: Divapress. 2012.

S. Willis, Sofyan. Konseling Keluarga. Bandung: Alfebeta. 2017

S. Willis, Sofyan. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. 2013.
https://kbbi.web.id/orientasi diakses pada tanggal 22 September 2019 pukul 12:12 WIB
https://kbbi.web.id/praktis diakses pada tanggal 22 September 2019 pukul 12:15 WIB
https://kbbi.web.id/teoretis diakses pada tanggal 22 September 2019 pukul 12:17 WIB

Anda mungkin juga menyukai