Anda di halaman 1dari 8

KORNEA DAN KELAINAN-KELAINAN KORNEA

dr. Ahmad Ikliluddin, Sp.M

I. Anatomi Kornea

Kornea merupakan suatu jaringan bening / jernih yang menempati bagian paling depan
dari bola mata. Kornea dapat terjaga kejernihannya karena :
• Susunan epitelnya sangat teratur
• Susunan serabut kolagennya yang teratur dan padat
• Memiliki kandungan air yang konstan
• Tidak memiliki pembuluh darah (avaskular)
Kornea merupakan salah satu media refrakta dalam proses penglihatan, sehingga segala
macam gangguan pada kornea dapat menyebabkan penurunan visus (penglihatan).
Kornea bersifat avaskular. Nutrisi dan oksigen untuk metabolisme kornea disuplai dari :
• Air mata (terutama utk suplai O2)
• Humor aquos
• Pembuluh darah limbus secara difusi
Kornea tersusun atas 5 lapisan (dari luar ke dalam) :
• Epitel : sangat halus, sangat peka
terhadap trauma-trauma kecil
• Membrana Bowman : selaput tipis
yang terdiri dari jaringan fibrosa
• Stroma : lapisan kornea yang paling
tebal, terdiri atas serabut kolagen
yang tersusun sangat teratur dan
padat
• Membrana Descemet : selaput tipis
yang bersifat elastis
• Endotel : merupakan selapis sel
endotel yang tidak dapat membelah. Berperan penting dalam mengatur kadar air
kornea
Kornea normal :
• Menyerupai kaca yang bening
• Permukaannya licin, tidak terdapat
defek pada epitel kornea
• Struktur di belakang kornea (bilik mata
depan, iris, pupil) dapat terlihat dengan
jelas
• Tidak terdapat tanda peradangan di
sekitarnya (hiperemi konjungtiva,
sekret, lakrimasi)
II. Kelainan Kornea
A. Edema kornea

Edem kornea :
• Terjadi karena terdapat kandungan air yang berlebih pada kornea
• Tampak kekeruhan (hazyness) di kornea
• Permukaan kornea tetap licin, tidak terdapat defek di epitelnya
• Struktur di belakangnya (bilik mata depan, iris, pupil) tidak terlihat jelas
• Pada umumnya terjadi pada glaukoma serangan akut, post trauma tumpul, post
tindakan operasi intraokular
B. Erosi kornea

Erosi kornea :
• Terjadi pengelupasan (defek) pada bagian epitel kornea
• Pada umumnya terjadi setelah kornea terkena goresan maupun berkontak dengan
bahan yg mengiritasi
• Epitel kornea merupakan barier untuk mencegah invasi bakteri. Bila terjadi
pengelupasan epitel, kornea akan menjadi rentan terhadap infeksi bakteri 
menyebabkan keratitis maupun ulkus kornea
• Gejala yg dialami pasien :
• Pandangan kabur (visus turun)
• Nyeri, pedih, mata berair, fotofobia, spasme dan udem palpebra, konjungtiva
hiperemis
• Pemeriksaan penunjang :
• Tes fluoresensi : daerah kornea yang mengalami defek akan tampak
berwarna kehijauan
• Jangan Pernah memberikan steroid topikal (tetes atau salep mata) jika didapatkan
perlukaan pada epitel kornea
• Steroid topikal dapat menghambat re-epitelisasi kornea
C. Keratitis
Keratitis :
• Peradangan pada kornea, disebabkan oleh infeksi patogen (dapat berupa bakteri,
virus, jamur, maupun parasit)
• Diawali oleh terjadinya erosi kornea, kemudian diikuti oleh proses :
• Adherensi : patogen menempel di daerah erosi
• Evasi : patogen menghindari sel-sel imunologi tubuh
• Invasi : patogen menginvasi dan merusak jaringan kornea
• Replikasi dan persistensi : patogen memperbanyak diri dan beberapa di
antaranya mampu membentuk pertahanan terhadap sistem imunologi tubuh
1. Keratitis bakterial
Patogen penyebab :
Bakteri gram positif Bakteri gram negatif
. Bentuk bulat (coccus) Bentuk bulat (coccus)
• Staphylococcus spp • Neisseria spp
• Streptococcus spp
• Enterococcus spp

Bentuk batang (rods) Bentuk batang (rods)


• Corynebacterium spp • Pseudomonas spp
• Propionibacterium spp • Enterobacter spp
• Bacillus spp • Haemophilus spp
• Bartonella henselae
Bentuk filamen
• Mycobacterium spp
• Nocardia spp
• Actinomyces spp

Gejala yg dialami pasien :


• Pandangan kabur (visus turun)
• Nyeri, lakrimasi, pericorneal injection (PCI), fotofobia
Pemeriksaan kornea :
• Tampak infiltrat keputihan, dengan nekrosis dan edema pada kornea di
sekitarnya
• Bisa didapatkan hypopyon (umumnya pd infeksi pseudomonas)
• Tes fluoresensi : defek epitel berbentuk geografikal
Terapi :
1) Antibiotik topikal :
• Golongan floroquinolon (first-line) : Ciprofloxacin, Ofloxacin, Levofloxacin,
Moxifloxacin, Gatifloxacin, tetes mata tiap 1 –2 jam
• Golongan aminoglikosida : Gentamicin, Tobramycin, tetes mata tiap 4 – 6 jam
• Chloramphenicol tetes mata tiap 4 – 6 jam, atau salep mata 4x sehari
2) Antibiotik oral :
• Golongan floroquinolon (first-line) :
Ciprofloxacin tablet 2 x 500 mg
Levofloxacin 1 x 500 mg
3) Tetes mata cycloplegic (memberi rasa nyaman pada mata, mengistirahatkan m.
cilliaris) : Atropin 1%, 2 x 1 tetes per hari

2. Keratitis viral
Patogen penyebab :
• Virus Herpes Simpleks  Keratitis Herpes Simpleks

• Virus Varicella-Zoster  Herpes Zoster Oftalmikus (HZO)

Pemeriksaan kornea :
• Tes fluoresensi : defek epitel berbentuk dendritik
Terapi :
1) Topikal :
• Salep mata acyclovir, 5 x per hari
2) Sistemik :
• Sesuai terapi dari bagian kulit utk kondisi herpes simpleks maupun herpes
zoster

3. Keratitis jamur

Patogen penyebab :
• Filamentous fungi (penyebab terbanyak) :
• Fusarium spp
• Aspergillus spp
• Non-filamentous fungi :
• Candida spp
Pada umumnya, proses infeksi diawali oleh trauma pada kornea yang terutama disebabkan
oleh tanaman. Penggunaan steroid topikal dalam jangka waktu lama dapat menjadi faktor
risiko terjadinya keratitis jamur
Gambaran klinis :
• Pandangan kabur (visus turun)
• Derajat hiperemi pada konjungtiva tidak seberat keratitis bakteri
• Fotofobia, pericorneal injection
Pemeriksaan kornea :
• Tampak infiltrat keabu-abuan, dengan bagian tepi menyerupai bulu-bulu halus
(feathery)
• Bisa didapatkan lesi satelit
• Tes fluoresensi : tampak lesi yang berwarna kehijauan
Terapi :
1) Topikal :
• Natamycin 5% tetes mata (utk gol filamentous fungi), tiap 1 – 2 jam
• Amphotericin B 0.15% (utk Candida spp), tiap 1 – 2 jam
2) Sistemik :
• Fluconazole 4 x 100 mg
• Voriconazole 2 x 200 mg
3) Tetes mata cycloplegic
• Atropin 1%, 2 x 1 tetes per hari

4. Keratitis acanthamoeba

Acanthamoeba merupakan patogen dari golongan protozoa yang banyak didapatkan


di tanah dan air (air keran, kolam renang). Sebagian besar (70%) kasus keratitis
acanthamoeba berkorelasi dengan penggunaan lensa kontak. Pada umumnya keratitis
acanthamoeba berkaitan dengan penggunaan cairan pencuci kontak lens yang tidak steril
(terkontaminasi)
Gambaran klinis :
• Pandangan kabur (visus turun)
• Rasa nyeri yang sangat hebat, tidak sebanding dengan gambaran inflamasinya
• Pada umumnya pasien memiliki riwayat menggunakan lensa kontak, maupun
terpapar air yang terkontaminasi
Pemeriksaan kornea :
• Tes fluoresensi : tampak gambaran ring infiltrate yang terletak di sentral kornea
Terapi :
1) Topikal :
• Polyhexamethylene biguanide (PHMB) 0.02% tetes mata, tiap 1 – 2 jam
• Atropin 1%, 2 x 1 tetes per hari
2) Sistemik :
• Itraconazole 4 x 100 mg
• Voriconazole 2 x 200 mg

Anda mungkin juga menyukai