TENTANG
PELAYANAN FARMASI
KEPALA PUSKESMAS PERAWATAN KETAHUN
Menetapkan :
KESATU : Tentang isi dari kebijakan pelayanan farmasi di Puskesmas Perawatan
Ketahun, sebagaimana rincian pada lampiran keputusan;
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Ketahun
Pada tanggal : Januari 2017
KEPALA PUSKESMAS PERAWATAN KETAHUN
RENY ARMAINI
NIP.198312192010012016
Lampiran keputusan kepala puskesmas
Perawatan Ketahun
Nomor : 440/C/VIII/ /PKM-KTH/2017
Tanggal : Januari 2017
1. PERESEPAN
1.1 Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter,
dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pngelola obat di Puskesmas
Perawatan Ketahun untuk menyediakan atau membuat obat dan meyerahkan
kepada pasien. Reseccc,p merupakan sarana komunikasi profesional antara
dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi
dari proses pengobatan. Untuk itu, agar obat berhasil resep harus rasional.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu :
a. Tepat obat sesuai dengan dignosis pnyakitnya,
b. Tepat indikasi penyakit,
c. Tepat pemilihan obat,
d. Tepat dosis,
e. Tepat cara pemberian obat,
f. Tepat pasien.
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa lain yang telah
digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami
perubahan (statis), sehingga resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan
terjadai salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk
pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Perawatan Ketahun tercantum :
a. Tanggal penulisan resep,
b. Nama pasien,
c. Umur pasien,
d. Alamat pasien,
e. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat,
f. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral,
g. Kode pasien umum, Askes, BPJS dan Askes PNS.
2. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Puskesmas Perawatan Ketahun berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Perawatan Ketahun
diajukan oleh Kepala Puskesmas Ketahun kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Bengkulu Utara dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub
unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas
Perawatan Ketahun sesuai dengan pola pnyakit ang ada di wilayah Kecamatan
Ketahun.
Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain :
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bengkulu Utara untuk Puskesmas Perawatan Ketahun.
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
Kebutuhan meningkat,
Terjadi kekosongan,
Ada KLB atau bencana.
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya,
b. Jumlah kunjungan resep,
c. Jadwal penerimaan obat dari gedung farmasi Kabupaten Bengkulu Utara,
d. Sisa stok.
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.
SO = SK + SWK + SWT + SP
Permintaan = SO – SS
Keterangan :
SO : Stok optimum
SK : Stok kerja (stok pada periode berjalan)
SWK : Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT : Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)
SP : Stok penyangga
SS : Sisa stok
Stok kerja Pemakaian rata-rata periode distribusi
Waktu kekosongan Lama kekosongan obat dihitung dalam hari
Waktu tunggu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh Puskesmas Perawatan
Ketahun sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas Perawatan
ketahun
Stok penyangga Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan
kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara puskesmas dan gudang farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara.
Sisa stok Sisa stok yang masih tersedia di Puskesmas Perawatan Ketahun
pada akhir periode distribusi
Stok optimum Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar
tidak terjadi kekosongan
3. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk
mnjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya ditiap unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan :
1. Perencanaan dan permintaan,
2. Penerimaan,
3. Penyimpanan dan distribusi,
4. Pencatatan dan pelaporan serta
5. Supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter
gigi, dan petugas yang diberi kewenangan kepada unit penunjang obat, pemberian obat
psikotropika dan narkotika hanya dapat dilakukan apabila :
1. Peresepan obat psikotropika dan narkotika hanya boleh ditulis oleh
dokter/dokter gigi dan petugas yang dibri wewenang
2. Resep merupakan resep asli dan ditangani langsung oleh dokter
pmeriksa/pemberi resep
3. Jika tidak ditandatangani resep bisa ditolak atau konfirmasi ke dokter atau
petugas yang menulis resep
4. Resep yang ditulis harus jlas, baik jenisnya, jumlah dan cara penggunaannya
5. Resep psikotropika dan narkotika diberi dengan tinta pena warna merah
6. Resep yang berisi obat psikotropika dan narkotika disimpan dalam lemari obat
menjadi satu dengan obat psikotropika dan narkotika dalam keadaan terkunci
Obat narkotika menurut undang-undang RI nomor 35 tahun 2009 ada 3 golongan
narkotika:
1. Golongan I : narkotika golongan I dapat digunakan untuk kepentingan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Golongan II : Berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan sebagai pilhan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengobatan
serta mempunyai potnsi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
H. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan intruksi pengobatan dengan
obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
keselahan obat ( medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, keselahan dosis
atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan
pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar nama perawatan, serta pada pasien
yang keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah :
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien,
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu :
a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien,
meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute. Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan
dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat yang
menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi dan tingkat
keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat
pasien. Obat yang ada pada pasien, dan rekam medic/medication chart. Data obat
yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep maupun obat bebas termasuk
herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/ perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula
terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medic pasien. Ketidakcocokan ini
bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak
disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat
menuliskan resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain
yang harus dilakukan oleh apoteker adalah :
1. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja;
2. Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti; dan
3. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsiliasi obat.
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi, apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi obat yang diberikan. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit).
1. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan :
a. Memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan (selalu ada
stok);
b. Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran;
c. Memudahkan dalam pencarian dan pengawasan persediaan obat kadaluarsa;
d. menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
Fungsi gudang farmasi adalah :
a. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Menerima, menyimpan,
memelihara dan mendistribusikan perbekalan farmasi;
b. Menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan pelaporan mengenai
persediaan dan penggunaan perbekalan farmasi;
c. Mengamati mutu dan khasiat obat yang disimpan.
2. Gudang
Pengelola Gudang
Dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten, terdidik, mempunyai ijin untuk
menangani yakni farmasis atau tenaga klinis yang telah ditugaskan.
Guna mempermudah pengawasan maka unit perbekalan farmasi harus dibawah
pengelolaan farmasi untuk menjamin persediaan selalu tetap memenuhi persyaratan
kefarmasian.
Kegiatan di Gudang
1. Pemeriksaan obat/alkes yang baru datang;
2. Penerimaan obat (perbekalan farmasi);
3. Pengaturan;
4. Penyimpanan;
5. Pengeluaran;
6. Transprtasi;
7. Administrasi;
8. Pelaporan;
9. Persyaratan ruang penyimpanan perbekalan farmasi :
Accessibility, ruang penyimpanan harus mudah dan cepat di akses;
Utilities, ruang penyimpanan harus memiliki sumber listrik, air dan fasilitas
lain;
Communication, ruangan penyimpanan itu harus memiliki alat komunikasi;
Drainage, ruangan penyimpanan harus berada di lingkungan baik dengan
system pengairan yang baik pula;
Size, ruang penyimpanan harus memiliki ukuran yang cukup untuk menampung
barang yang ada.
10. Jenis perbekalan farmasi yang disimpan di gudang :
11. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penyimpanan :
a. Penyimpanan <25˚C (sejuk);
b. Narkotika disimpan dalam lemari narkotika yang mempunyai aturan sesuai
dengan ketentuan;
12. Metode penyimpanan perbekalan farmasi di Puskesmas
Berdasarkan bentuk sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet), sediaan cair
(sirup), harus dipisahkan sesuai sifat fisika kimianya (ikuti petunjuk yang
tertera pada kemasan)
Menurut abjad atau alfabetis
Sistem First In First Out (FIFO) / First Expire First Out (FEFO) atau kombinasi
keduanya. Untuk system FIFO, penyimpanan berdasarkan pada obat yang
pertama kali masuk, sedangkan system FEFO berdasarkan pada obat yang
punya expire date terdekat.
Expire Date adalah waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukkan batas
waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Umumnya masa kadaluarsa obat ditulis 2-3 tahun sejak obat
dikemas. Untuk masa kadaluarsa ini berhubungan dengan stabilitas obat dan masa simpan
obat.
Obat yang sudah melewati masa kadaluarsa dapat membahayakan karena
berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal ini
dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun,
sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun.
Sebenarnya obat yang belum kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama,
hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat didalam
obat tersebut rusak. Tanda-tanda kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan
perubahan bentuk, warna, bau, rasa atau konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan
juga cara penyimpanan obat yang baik.
Untuk memberikan perlindungan kepada pasien dari penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatannya, maka dilakukan penanganan terhadap obat yang sudah
rusak atau kadaluarsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Obat merupakan paduan zat aktif, termasuk narkotika dan psikotropika, dan zat
tambahan, temasuk kontrasepsi dan sediaan lain yang mengandung obat.
Efek samping obat adalah respon terhadap suatu obat yang merugikan dan tidak
diinginkan dan yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada manusia untuk
pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologik.
Kejadian tidak diinginkan (KTD) adalah kejadian medis yang tidak diinginkan
yang terjadi selama terapi menggunakan obat tetapi belum tentu disebabkan oleh obat
tersebut.