OKTOBER 2018
ALPHERATZ
FK UNSRI 2017
Anamnesis atau wawancara medis merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan
pasien, baik secara langsung pada pasien yang bersangkutan atau secara tidak langsung melalui
keluarga maupun relasi terdekatnya.
Anamnesis adalah suatu tindakan dari tenaga medis dimana melakukan wawancara
terhadap pasien yang memiliki keluhan dengan tujuan mendapatkan informasi (data medis
organobiologis, psikososial, serta lingkungan pasien) menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan dapat disimpulkan dugaan organ/sistem yang
terganggu bahkan rumusan masalah klinik.
PROSEDUR PELAKSAAN :
CONTOH:
DEMAM
Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)
D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia?
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan bapak (nama), usia 30 tahun, pekerjaan kuli bangunan,
tinggal di x?
P: Ya
D: Baiklah, keluhannya apa ya pak?
Batuk
D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia?
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan bapak (nama), usia 30 tahun, pekerjaan kuli bangunan,
tinggal di x?
P: Ya
D: Baiklah, keluhannya apa ya pak?
Diare
Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)
D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia? 10
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan bapak (nama), usia 30 tahun, pekejaan kuli bangunan,
tinggal di x?
P: Ya
MUNTAH
Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)
D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia?
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan ibu (nama), usia 20 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
tinggal di x?
P: Ya
D: Baiklah, keluhannya apa ya bu? 11
12
A. Keadaan Umum
Dapat menilai apakah pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak.
Keadaan gizi dan habitus.
Habitus : - Atletikus → BB dan bentuk badan ideal
- Astenikus → pasien yang kurus
- Piknikus → pasien yang gemuk
Keadaan gizi → kurang, cukup atau berlebih.
BB dan TB harus diukur sebelum pemeriksaan fisis dilanjutkan.
Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) :
- BB ideal = IMT 18,5 – 25
- BB kurang = IMT < 18,5
- BB lebih = IMT > 25
- OBESITAS = IMT > 30
Laporkan hasil
“Keadaan umum pasien tampak tidak sakit/sakit ringan/sedang/berat. Keadaan gizi
kurang/cukup/berlebih. Habitus atletikus/astenikus/piknikus.”
B. Tingkat kesadaran :
o Kompos mentis :
– Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan.
– Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dgn baik
o Apatis :
– Pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
o Delirium :
– Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik.
– Gaduh gelisah, kacau, disorientasi, meronta-ronta.
o Somnolen :
– Mengantuk yg masih pulih bila dirangsang.
– Tidur kembali bila rangsangan berhenti. 13
o Sopor (stupor) :
– Keadaan mengantuk yg dalam
– Dapat bangun dgn rangsangan yg kuat
– Tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik
Laporkan hasil
“Tingkat kesadaran pasien compos mentis/somnolen/…..”
C. Suhu
Ukur suhu tubuh pasien dengan termometer badan. Sebelum mengukur suhu tubuh pasien
kibaskan termometer hingga ke nilai 35C atau di bawahnya. Ada beberapa cara memeriksa
suhu :
i. Suhu oral: Termometer dimasukkan di bawah lidah, anjurkan pasien menutup kedua
bibirnya dan tunggu selama 10 menit. Kemudian baca termometer , masukkan kembali
selama 1 menit dan baca kembali. Normal 37 C. Sangat berfluktasi dari dini hari sampai
petang/ malamhari.
ii. Suhu rektal: Termometer dimasukkan ke dalam anus selama 2-5 menit, sebelumnya
olesi termometer dengan pelicin. Hasil biasanya lebih tinggi daripada suhu oral sekitar
0,4 – 0,5 C.
iii. Suhu axila: Termometer dimasukkan di axila kemudian lengan menutupnya.Tunggu
selama kurang lebih 15 menit. Hasil biasanya lebih rendah dibanding suhu oral yakni
sekitar 1 C.
D. Tekanan Darah
o Diukur dgn tensimeter (sfigmometer)
o Dengan stetoskop terdengar denyut nadi Korotkof
2. Tentukan dahulu tekanan sistolik palpasi. Caranya, palpasi arteri radialis dekat
pergelangan tangan dengan satu jari sambil pompa manset sampai denyut nadi arteri
radialis menghilang. Baca berapa nilai tekanan ini pada manometer. Itulah tekanan
sistolik palpasi. Lalu kempiskan manset
3. Sekarang ukur tekanan darah. Letakkan bel stetoskop di atas arteri brachialis. Kunci
15
bagian pengeluaran udara. Pompa manset sampai kurang lebih 30mmhgdiatas tekanan
sistolik palpasi. Kemudian kempiskan denganmembuka kunci pengeluaran udara
Yang disebut tekanan sistolik adalah bunyi ketukan pertama yangterdengar (Korotkoff I).
Yang disebut tekanan diastolik adalah saat bunyi ketukan sama sekali hilang (korotkoff V)
E. Nadi
• Pemeriksaan nadi umumnya dilakukan dgn palpasi a. radialis kanan dan kiri dekat
pergelangan tangan. Lakukan palpasi dengan 2 atau 3 jari. Hitunglah frekuensi denyut
nadi per menit. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah pasien istirahat 5 – 10 menit.
• Tempat lain → a. brakialis, a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis
• Yang perlu diperhatikan :
– Frekwensi denyut nadi
– Irama
– Isi nadi
– Kualitas nadi
– Kualitas dinding arteri
• Frekuensi Nadi :
– Normal → 80 x permenit
– Bila > 100 x permenit → takikardia
– Bila < 60 x permenit → bradikardia
• Irama denyut nadi :
– reguler atau ireguler
– pulsus defisit → frekuensi denyut nadi lebih kecil dari denyut jantung
– pulsus bigeminus → 2 denyut nadi dipisahkan oleh interval yg panjang
– pulsus trigeminus → 3 denyut nadi dipisahkan oleh interval yang panjang 16
– pulsus alternans → denyut yg kuat dan lemah terjadi bergantian
• Isi Nadi :
– Cukup
F. Frekuensi Pernapasan
Hitunglah jumlah pernapasan dalam 1 menit. Lakukan dengan inspeksi atau auskultasi.
• Normal → 16 – 24 kali per menit dalam keadaan tenang.
• Bila < 16 x/menit → bradipneu
• Bila > 24 x/menit → takipneu
• Pernapasan yg dalam → hiperpneu
• Pernapasan yg dangkal → hipopneu
• Kesulitan bernapas atau sesak napas → dispneu
• Sesak napas bila berbaring , nyaman bila dalam posisi tegak → ortopneu
• Sesak napas malam hari → paroxysmal nocturnal dyspnoe
• Sifat pernapasan :
– Pd wanita → abdomino-torakal → torakal lebih dominan
– Pd laki2 → torako-abdominal → abdominal lebih dominan
– Kussmaull → cepat dan dalam → pd asidosis metabolik
– Biot → tidak teratur irama dan amplitudonya, diselingi periode apneu
– Cheyne-Stokes → amplitudo mula2 kecil, kemudian membesar dan
mengecil kembali, diselingi periode apneu
– Biot dan Cheyne-Stokes → pada kerusakan otak
18
II. Pemeriksaan
A. Kepala
Bentuk kepala :
1. Dolikosefalus : Fronto-Oksipital > Bitemporal (kepala panjang)
2. Brakisefalus : Fronto-Oksipital < Bitemporal (kepala bulat)
3. Hidro sefalus : Ukuran kepala sangat besar dibandingkan dgn ukuran muka dgn dahi
dahi menonjol, mata tenggelam, sutura mudah teraba
4. Mikro sefalus : Ukuran kecil dahi & kalvaria kecil, muka seperti orang terbelakang
mental
5. Kraniosinostosis / Kranio-stenosis :Penutupan sutura yg premature, kelainan benuk
kepala khas
6. Skafosefali : Penutupan prematur pd sutura sagitalis, penonjolan di frontal &
oksipital
7. Akrosefali (kepala menara) : Penutupan prematur terjadi sutura koronal sehingga
kepala tinggi & kecil
8. Plagiosefali : Penutupan prematur pd sutura koronal & lamdoid pd satu sisi
19
B. Rambut
1) Alopesia : kerontokan rambut yg disertai tidak tumbuhnya rambut
2) Hipertrikosis : rambut bertambah pd tempat-tempat yg biasa ditumbuhi rambut.
C. Wajah
1) Ekspresi (tampak kesakitan/tidak) ,Warna, Edem, Sianosis (kebiru-biruan), pucat,
ikterus (kuning).
- Sianosis : pada pasien dengan penyakit PPOK, jantung bawaan, hipoksia
2) Ruam malar rash (butterfly ras) : pada pasien systemic lupus erythematosus
3) Kelainan bentuk :
- Facies Leonina (wajah seperti singa) : akibat infiltrasi subcutan pada dahi ,pipi
20
dan dagu, pendataran dan pelebaran pada hidung.
- Facies Hipocrates (pada pasien dehidrasi) : ekspresi wajah spt orang susah,
mata cekung, kulit kering, telinga dingin
4) Rambut :
- Hirsutisme : pertumbuhan rambut yang berlebihan pada perempuan dan anak
- Miksedema : (pada pasien hipotiroid) timbul gejala rambut yg jarang, kasar
kering dan tidak bercahaya 21
- Kanitis pigmen rambut berkurang atau menghilang – uban, bawaan --- albino
- Kanitis senilis : usia tua
- Kanitis prematur: pd usia > muda
- White fore lock : uban banyak pada jambul di dahi
5) Palpasi wajah
- Nyeri tekan sinus maksilaris (pada sinusitis), sinus frontalis (pada sinusitis),
- Tanda chovtek : (pada penyakit spasmofilia) bila dilakukan ketukan pada garis
antara sudut mulut dengan telinga akan terjadi kontraksi pada sudut mulut dan
sekitar mata
- Sensibilitas wajah : N V (nervus trigeminus, saraf motorik dan sensorik)
D. Mata
1) Conjunctiva : pucat
Cara pemeriksaan : pasien diminta melihat ke atas, ke dua ibu jari tangan
diletakkan ± 1 cm dibawak palpepra inferior, diperhatikan apakah conjunctiva
terlihat pucat atau tidak
2) Sclera : Ikterus
3) Cilliar Ejection, lagopthalmus, mata merah, subconjunctival bleeding, Katarak,
Strabismus
- Lagoftalmus : saat memejam, palpebra superior tidak menutup penuh
- Katarak : lensa mata keruh, cahaya tidak bisa masuk
4) Eksoftalmus (pada pasien tirotoksikosis) : bola mata menonjol keluar 22
Tanda-tanda eksoftalmus :
- Tanda stellwag: mata jarang berkedip
- Tanda Von Graefe: bila melihat kebawah palp sup tdk ikut turun shg sklera
atas tampak seluruhnya
5) Pupil
- Bulat, ukuran 4-5 mm, posisi ditengah
- 5 mm –midriasis, < 5mm--- miosis
- Pint poin pint : ukuran pupil sangat kecil
- Isokor : ukuran pupil kanan =kiri
- An isokor : ukuran pupil kanan tdk sama kiri
23
6) Palpebra
- Edema palpebra
- Ptosis (pada penyakit miastenia gravis dan sindroma horner) : palpebral superior
jatuh ke bawah
F. Mulut
1) Bibir dan mukosa mulut: warna pucat, merah, atau sianosis. Sianosis terbagi atas
central cyanosis (tampak kebiuran pada mukosa oral, bibir, dan kadang-kadang
lidah) dan peripheral cyanosis (tampak kebiruan pada tangan, kaki, dan kuku).
2) Ariboflavinosis: defisien riboflavin (vitamin B2) ditandai dengan stomatitis
(inflamasi pada mulut dan lidah) dan angular cheilosis (luka pada sudut mulut).
3) Bercak koplik (pada pasien campak) : bercak kecil biru keputihan dikelilingi tepi
yg merah pd mukosa pipi --- morbili
4) Sindroma Peutz Feghers : bercak pigmentasi berbatas tegas warna kebiruan /coklat
pd mukosa bibir, mulut, hidung dan kdg disekitar mulut.
G. GIGI
1) Memperhatikan Jumlah gigi, karies (gigi berlubang), Gigi Hutchinson (pada
congenital syphilis, gigi seperti gergaji), dan Intoksikasi
2) Gingivitis dan pyorrhea (periodontitis, gusi membengkak bila ditekan keluar
nanah): inflamasi pada gigi dan alveolus tempat gigi tertanam. 24
25
J. Leher
1) Bentuk leher : leher panjang pd bentuk badan ektomorf, leher pendek pd bentuk
badan endomorf ( sindroma cushing,obesitas,miksedema,kretinisme)
2) Kakektis : pada TB paru
3) Leher bersayap : sindroma turner
4) Otot leher – menoleh kekanan dan kekiri (M. sternocleidomastoideus dan M.
trapezius)
5) Kelenjar getah bening leher: ukuran, nyeri tekan, konsistensi (lunak/kenyal/keras),
dan melekat pada dasar/kulit. Penyebaran KGB leher dibagi 5 (Sloan Kattering
memorial cancer classification)
a. Kelenjar yg terletak disegitiga submentalis dan submandibular
b. Kelenjar Yg terletak 1/3 atas & termasuk KGB jugularis sup,gastrik, servikal
post
c. KGB jugularis diantara bifukasio karotis dan [persilangan M.Omohioid dgn
M.sternocleidomastoideusdan batas post
d. Group KGB di daerah jugularis inf dan supraclavikula
e. KGB yg berada di segitiga post servikal
Palpasi KGB: perhatikan ukuran, bentuk, mobilitas, konsistensi, dan
massa
6) Inspeksi kelenjar tiroid dibawah kartilago krikoideus, pasien membelakangi 26
pemeriksa, kemudian meraba kelenjar tidorid dari arah belakang, suruh pasien untuk
menelan ludah, dan perhatikan mobilitas (apakah benjolan yang terdapat akan
bergerak dengan pernapasan) dari kelenjar tiroid.
27
28
2. Menarik dua garis sejajar sepanjang midclavicularis dan dua garis transversal
yang menghubungkan arcus kosta kanan dan kiri; SIAS kanan dan kiri menjadi
9 Regio : Umbilical, Epigastric , Hypogastric , Right and left iliac or inguinal,
Right and left lumbar, Right and left hypochondriac
29
A. Inspeksi
Lakukan inspeksi abdomen. Lihat permukaan abdomen, lihat gerakan peristalsis
didalamnya. Akan lebih membantu jika pemeriksa menunduk dan duduk, sehingga
abdomen bisa diamati dengan baik.
Informasi yang perlu didapatkan adalah :
1. Simetris
2. Bentuk atau kontur
3. Ukuran
4. Kondisi dinding perut : kelainan kulit, Vena, Umbilikus, Stiae alba
5. Pergerakan dinding perut
32
C. Perkusi
Perkusi membantu dalam mencari informasi tentang distribusi gas pada
abdomen, dan juga dalam mengidentifikasi massa yang ada ataupun cairan di
abdomen.
Lakukan perkusi pada keempat kuadran abdomen untuk melihat distribusi suara
timpani dan tumpul/redup. Bunyi timpani biasanya akibat gas, namun suara redup
mengindikasikan adanya cairan dan massa pada abdomen.
Perhatikan area redup yang luas, bisa saja mengindikasikan massa abnormal dan
organ yang mengalami pembesaran.
Selalu perhatikan perubahan suara timpani dan redup, dan lihat lokasi
perubahannya, apakah normal atau tidak.
• Perkusi suara normal timpani
• Melihat pembesaran hepar dan lien
• Ada tidaknya nyeri ketuk, cairan, massa, dan udara dalam rongga abdomen
• Perkusi dilakukan berurutan, zigzag, atau memutar, yang penting dapa
memberikan gambaran tentang hal yang ada pada rongga abdomen.
D. Palpasi
Menjelaskan pemeriksaan ,posisi supinasi, kanan pasien, kaki ditekuk,
sitematis, bertanya kualitas nyeri, lokasi,kondisi nyeri.
33
35
1) Hepar
a. Perkusi
Dilakukan di linea mid-clavicula dan midsternalis
BATAS HEPAR :
- batas paru hati (normal pada sela iga 6).
- Batas kanan atas: Linea MidClavicularis kanan ke kaudal → sonor ke pekak,
batas bawah: SIAS ke kranial, batas kiri: Linea MidSternalis ke lateral, batas
kiri bawah : umbilikus ke kranial
- keadaan patologis: emfisema paru, batas lebih rendah sehingga besar hati
yang normal dapat teraba tepinya
b. Palpasi
✓ Pasien terlentang, ke2 tungkai kanan dilipat
✓ Palpasi pd palmar radial jari kanan,posisi ibu jari terlipat dibawah palmar-
membentuk sudut 45° garis median-ujung jari di lateral m rec abdominis
✓ Dimulai regio iliaka kanan ke tepi arkus kosta kanan
✓ Dinding abdomen ditekan kebawah saat ekspirasi dan ke kranial pada saat
inspirasi dalam arah parabol → menyentuh tepi anterior hati—berulang—
digeser 1-2 jari ke arah lengkung kosta
Deskripsi palpasi
✓ Berapa lebar jari tangan di bwh arkus kosta kanan
✓ Keadaan tepi
✓ Konsisitensi
✓ Permukaan
✓ Nyeri tekan 36
✓ Fluktuasi -/+
2) Lien
a. Perkusi
Membantu dalam mendeteksi kondisi splenomegaly, perkusi bagian kiri,
dinding anterior bawah dinding dada, yaitu pada Traube’s space. Lakukan keadaan
biasa dan ketika nafas dalam.
37
38
39
41
II. Pemeriksaan
1. Inspeksi:
• Deformitas
• Pergerakan dan posisi
• Tanda trauma
• Warna kulit
• Suhu kulit
2. Palpasi
• Palpasi Ginjal
Normal : tidak dapat diraba kecuali pada neonatus
Abnormal: ginjal dapat diraba dg cara ballotement
Cara:
o Letakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh pasien sedemikian
sehingga jari telunjuk berada di angulus kostovertebralis.
o Kemudian jari telunjuk ini menekan organ atau massa keatas, sementara itu
tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan
merasakan organ atau massa tersebut menyentuh, lalu ‘jatuh’ kembali.
42
43
1. Taruh tangan kiri pemeriksa pada angulus costovertebralis . Tangan kiri berguna
sebagai landasan
44
IV. Pemeriksaan
1. Inspeksi bentuk, ukuran( ukuran membesar→obstruksi pembuluh limfe), luka,
jaringan parut, palmar eritema, deformitas, tanda radang pada sendi&ekstremitas,
tumor, hiperemis, clubbing finger, tremor
45
46
- The "floating nail" sign is demonstrated by applying pressure at the point indicated
as the root of the nail plate. Normally, pressure there produces no movement. With
clubbing, there is movement toward the bone.
- The "profile" sign is produced by an increased angle between the nail plate and the
skin overlying the proximal part of the distal phalanx. Normally, the angle is about
160 degrees or less. As clubbing progresses, the angle exceeds 180 degrees.
47
II. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Vaginal Toucher
a. Pada pemeriksaan genitalia wanita, pasien harus didampingi. (Oleh kerabat
pasien maupun oleh perawat)
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi (seperti pada gambar)
c. Memakai sarung tangan, telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke vagina, tangan
yang lain diatas simpisis (vaginal toucher)
d. Inspeksi:
- Adakah tanda radang, ulserasi, dan nodul→ tekan uretra → ada cairan (uretritis,
radang kelenjar skene) 48
- Tekan bagian labia mayora→radang kelenjar Bartholini
- Bulging (Sistokel/rektokel)
2. Pemeriksaan Perineum
49
50
52
55
B. Palpasi
a. Points/ border
▪ Meraba posisi trakea dengan menggunakan kedua ibu jari untuk melihat adanya
deviasi atau tidak.
▪ Meraba daerah supraclavicula untuk melihat adanya penonjolan pada kelenjar getah
bening.
b. Thrill
Letakkan kedua tangan diatas dinding dada dengan ibu kedua ibu jari berada
diatas tulang sternum. Lalu minta pasien untuk melakukan inspirasi dan rasakan
pergerakan dinding dada untuk melihat adanya pergerakan dinding dada yang tertinggal.
56
c. Stem fremitus
C. Perkusi
Terlebih dahulu temukan angulus sternalis, yang sejajar dengan costae 2. Kemudian
letakkan 3 jari tangan kiri diatas intercostae 2 dan lakukan perkusi. Dengan mengetukan jari
kanan diatas jari tangan sebelah kiri. Kemudian dengarkan bunyi yang muncul, normalnya
sonor.
57
D. Auscultation
Suara pulmonal dan jantung
1. Suara jantung
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 2 dekstra untuk mendapatkan bunyi katup aorta.
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 2 sinistra untuk mendengarkan bunyi katup
pulmonalis
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 5 linea sternalis sinistra untuk mendengarkan bunyi
katup tricuspid
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 5 linea midclavikularis sinistra untuk mendengarkan
bunyi katup mitral.
Normalnya bunyi jantung “lup dub” tidak ada mur mur
58
60
61
8. Batuk
g. Berapa lama
h. Apakah batuk sering berulang atau kambuh
i. Sifat batuk: spasmodik, kering atau produktif/banyak dahak
j. Dirinci sifat dahaknya: kekentalan,warna, bau serta adanya darah pada dahak
k. Keluhan lain yg menyertai batuk: sesak napas, mengi, berkeringat pd malam
hari, sianosis, berat badan menurun, apakah pasien memerlukan perubahan
posisi, muntah dsb
l. Terdapatnya orang disekitar pasien yang juga batuk dapat memberi petunjuk
diagnosis.
9. Mencret
i. Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus gastrointestinalis atau
keluhan penyerta penyakit lain
j. Apakah mencret berlangsung akut atau kronik
k. Frekuensi defekasi sehari
l. Banyaknya feses setiap buang air besar
m. Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah
n. Warna feses( hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul)
o. Baunya ( busuk, anyir),
p. Selain rasa mulas,tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan lain yang
menyertai mencret mis: muntah, sesak napas, kejang, gangguan kesadaran, 63
kencing berkurang, lemas, lecet didubur, dubur keluar dsb
10. Muntah
11. Kejang
f. Kapan kejang terjadi : pertama kali atau berulang
g. Frekuensi kejang
h. Sifat kejang : klonik , tonik, umum atau fokal
i. Lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu kejang dan
pasca kejang.
j. Gejala lain yang menyertai: demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran,
atau kemunduran kepandaian
B. MENCUCI TANGAN
1. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada anak
2. Langkah-langkah:
64
65
2. Tanda vital:
a. Nadi:
➢ Perabaan nadi dg ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan, ibu jari berada di bagian
dorsal tangan anak
➢ Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit penuh
(khusus pada pemfis anak : jangan 15 detik x 4)
frekuensi, irama, isi, kualitas, ekualitas
b. TD
➢ Posisi : berbaring telentang dg lengan lurus disamping badan atau duduk dg
lengan bawah diletakkan diatas meja lengan berada setinggi jantung
➢ Cara:
• Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dg batas bawah +
3 cm dari siku atau lipat lutut
• Dg cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis pedis
tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi.
(khusus anak” /bayi : dipompa maks 120 mmHg saja, karna biasanya lbh
dari itu anak” sdh kesakitan/mnangis, dan biasanya TD anak” jarang yg
120 ke atas.)
• Sambil mendengar dg stetoskop pada a.brakialis ( di fossa cubiti) atau
a.poplitea ( di fosa poplitea), kosongkan manometer perlahan dg kecepatan
2-3 cm tiap detik.
• Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi korotkoff 66
➢ Bunyi korotkoff :
o I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahan
o II: seperti K I tetapi disertai bunyi desis
o III: seperti K II tetapi lebih keras
• Lingk kepala : dilingkari dari bagian yg paling menonjol di dpn (glabella) smpai
bag paling menonjol di blkg (protuberantia occipital)
• lingk dada 67
• LLA,
• tebal lipatan kulit
b. Keadaan khusus
1. Kulit
5. Dada
a. Inspeksi
6. Paru
a. Inspeksi : cukup pada waktu inspeksi dada
b. Palpasi
• Letakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan punggung
• Tentukan:
➢ Simetri/asimetri toraks, kel.tasbih, benjolan
➢ Fremitus suara
i. Mudah dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang bisa diajak
bicara ( suruh katakan tujuh puluh tujuh)
( utk bayi: dgn menangis saja, tdk usah disuruh 7 7 , kan blm bisa
ngomong:D )
ii. Meninggi : konsolidasi
iii. Berkurang: atelektasis, efusi, tumor
Krepitasi subkutis ( terdapatnya udara dibawah jaringan kulit
c. Perkusi
Dapat dilakukan dg 2 cara
➢ Langsung 69
➢ Tidak langsung
Suara perkusi
➢ Normal: sonor
➢ Abnormal : hipersonor/ redup
7. Jantung
a. Inspeksi: Denyut apeks dan aktivitas ventrikel
➢ Denyut apeks/ Iktus kordis:
Bayi/anak kecil: ICS IV linea midclavicularis kiri, sedikit lateral
Anak usia > 3 th: ICS V sedikit medial L midclavicularis kiri
➢ Aktivitas ventrikel:
Pembesaran ventrikel kiri peningkatan aktv ventrikel kiri ( left ventricular
lift/left ventricular thrust)
Apeks jantung kebawah dan lateral
Biasanya disertai denyut apeks yang lebih kuat
Pembesaran ventrikel kanan peningkatan aktv ventrikel kanan ( right
ventricular heave )
Apeks jantung tetap pada tempatnya yang normal
Teraba peningkatan aktv. Ventrikel kanan di parasternal kiri bawah serta
epigastrium
b. Palpasi
Detak pulmonal
➢ Normal :BJ II tidak teraba
Hipertensi pulmonal: BJ II mengerasdapat diraba di sela iga 2 tepi kiri
sternum
(disebut detak pulmonal/pulmonary tapping)
➢ Penyebab Hipertensi pulmonal :
PJB pirau kiri kekanan yang besar
Stenosis mitral rematik
Kor pulmonale
Getaran bising/ thrill
➢ Thrill adalah getaran pada dinding dada yang terjadi akibat bising jantung
yang keras
➢ Perabaan : ujung jari 2 dan 3 atau telapak tangan dengan palpasi ringan
➢ Thrill menandakan ada bising jantung yang keras (derajat 4/6 atau lebih )
➢ Tempat getaran: pungtum maksimum bising
➢ Dapat diraba pada fase sistolik dan diastolic 71
c. Perkusi
Pada anak besar: informasi besarnya jantung (terutama pada kardiomegali yang
nyata )
➢ Yang harus diperhatikan: frekuensi, irama jantung, bunyi jantung dan bising/
murmur
8. Abdomen
Pada bayi & anak kecil pemeriksaan abdomen seringkali didahulukan dari bagian
tubuh lain
Pada pemeriksaan abdomen palpasi paling berperan. Tetapi auskultasi dilakukan
lebih dulu (agar interpretasi auskultasi tidak salah karena setiap manipulasi
abdomen akan mengubah bunyi peristaltik usus). Hasil pemeriksaan selain
dinyatakan dengan kata atau angka, dianjurkan untuk digambarkan secara skematis
72
a. Inspeksi
➢ Adanya udara
➢ Batas hati
➢ Batas massa intraabdominal
d. Palpasi:
Nilai: turgor, adanya massa, nyeri tekan dan organ-organ dalam seperti hati,
limpa dan ginjal.
Semakin lambat turgornya, semakin dehidrasi
i. Palpasi hati
Nilai: Konsistensi, tepi, permukaan, nyeri , ukuran
9. Ekstremitas
Lihat adanya deformitas, edema tungkai (pitting/ non pitting), edema pada
persendian,
Telapak tangan→pucat/tidak, jari tabuh dll
10. Pemeriksaan neurologis
a. Dapat dinilai dari awal penderita masuk ke ruang periksa→ sadar/ tidak.
Sadar→ cara berjalan/ gait
Tidak sadar→ postur tubuh: normal, dekortikasi, deserebrasi
b. Motorik: nilai gerakan, kekuatan, tonus, klonus, reflex fisiologis dan patologis
Reflex patologis:
➢ Babinsky
Gores permukaan plantar kaki dg alat yg sedikit runcing
Positif bila terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dg
menyebarnya jari-jari yg lain
Normal pada bayi umur sampai 18 bln
Abnormal pada lesi piramidal
➢ Oppenheim
Tekan sisi medial pergelangan kaki→refleks yg terjadi seperti Babinsky
➢ Refleks Hoffmann 75
Dilakukan ketukan pada falang terakhir jari kedua
Positif terjadi fleksi jari pertama dan ketiga
Terdapat pada lesi piramidal dan tetani
➢ bruzinski 1
letakkan 1 tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lain
diletakkan didada pasien agar badan tdk terangkat, kemudian kepala
pasien difleksi kedada secara pasif. Bila ada GRM maka kedua tungkai
bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.
76
➢ kernig
fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
Kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut sehingga
membentuk sudut 135°.
Kernig sign (+) bila tungkai bawah tidak dapat diekstensikan sampai
135°
Ini ada link gdrive video dokumentasi skill lab dgn dr.Moretta, 77
silahkan ditonton dan dipelajari, mohon maaf yaa kalau ada
salah/kurang lengkap :D :
Alat yg Di butuhkan :
.Manikin Anak
.Termometer
.Penlight
.Steteskop anak
.Tensi Anak
.Lingkar Kepala
78
B. Pemeriksaan
1. Mengukur lingkar lengan
Cara :
a. Menanyakan manakah tangan yang dominan. Jika yang dominan sebelah
kanan, maka yang diukur sebelah kiri. Karena tangan yang dominan cenderung
memiliki otot yang lebih besar.
b. Minta pasien menekuk tanggannya 90 derajat.
c. Tentukan acromion dan olecranon
d. Ukur panjang acromion dan olecranon dari sisi agak belakang pasien.
e. Bagi dua hasil ukur panjang acromion dan olecranon, tandai.
f. Minta pasien meluruskan tangan kembali (tergantung dosen)
g. Ukur di bagian yang sudah ditandai menggunakan meteran. Jangan lupa ada
dua satuan di meteran yaitu inchi dan cm. jangan salah menyebutkan
ukurannya.
79
80
Cara :
a. Minta pasien menenuk tangan kebelakang agar margo scapula lebih terlihat
b. Bentuk garis di angulus inferior scapulae
c. Buat garis sejajar dengan vertebra
d. Tarik garis dari angulus inferior scapulae ke vertebra 45 derajat
e. Pada garis yang sudah dibuat tandai 1cm dari angulus inferior scapulae
f. Ukur dengan caliper
81