Anda di halaman 1dari 85

MODUL SKILL LAB

BLOK IX TAHUN 2018


DIVISI SKILL LAB ALPHA 2017

OKTOBER 2018
ALPHERATZ
FK UNSRI 2017

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


DAFTAR ISI
ANAMNESIS .................................................................................................................................... 1
PEMERIKSAAN FISIK (VITAL SIGN) .......................................................................................... 13
PEMERIKSAAN FISIK HEENT .................................................................................................... 19
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN ............................................................................................. 29
SPECIAL EXAM ................................................................................................................. 39
PEMERIKSAAN FISIK LUMBAL................................................................................................. 42
PEMERIKSAAN FISIK EKSTREMITAS ...................................................................................... 45
PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA ............................................................................................ 48
PEMERIKSAAN THORAKS.......................................................................................................... 50
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK .................................................................... 62
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI ............................................................................................. 79

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya divisi Skill Lab Alpheratz dapat
menyelesaikan “Modul Skill Lab Blok IX Tahun 2018 Alpheratz” dengan baik.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan modul ini, kami sangat
mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun ke arah
perbaikan dan penyempurnaan divisi skill lab kedepannya.
Terima kasih… 😊
Semangat ujian! 😊

Divisi Skill Lab


Alpheratz 2018

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


ANAMNESIS
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampuu melakukan anamnesis dengan benar
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan latihan keterampilan ananmnesis ini, mahasiswa:
1. Dapat membina komunikasi terhadap pasien dengan baik
2. Dapat menanyakan identitas pasien dengan benar
3. Dapat menanyakan dan menggali keluhan utama pasien dengan benar
4. Dapat menanyakan penyakit/keluhan lain yang ada hubungannya dengan
penyakit sekarang dengan benar
5. Dapat menanyakan riwayat penyakit pasien sebelumnya dengan benar
6. Dapat menanyakan penyakit keluarga dengan benar
7. Dapat mempersiapkan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan

Anamnesis atau wawancara medis merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan
pasien, baik secara langsung pada pasien yang bersangkutan atau secara tidak langsung melalui
keluarga maupun relasi terdekatnya.
Anamnesis adalah suatu tindakan dari tenaga medis dimana melakukan wawancara
terhadap pasien yang memiliki keluhan dengan tujuan mendapatkan informasi (data medis
organobiologis, psikososial, serta lingkungan pasien) menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan dapat disimpulkan dugaan organ/sistem yang
terganggu bahkan rumusan masalah klinik.

Anamnesis dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Autoanamnese:
Kegiatan wawancara dilakukan antara dokter terhadap pasien yang memiliki keluhan.
2. Alloanamnese:
Kegiatan wawancara dilakukan antara dokter terhadap orang yang terdekat dari pada
pasien dikarenakan alasan tertentu seperti jika pasien sedang dalam keadaan tidak
sadarkan diri dan jika pasien adalah seorang anak-anak maka kita menanyakan pada ibu
dari anak tersebut.

Hal penting dalam anamnesis


1. Rasa percaya diri
2. Santai
3. Ramah dan bersahabat
4. Salam dan berjabat tangan
5. Berkenalan
6. Menerangkan maksud dan tujuan
7. Identitas lengkap pasien
1
8. Bahasa bisa dimengerti
9. Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


10. Hindari pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban tertentu (hindari pertanyaan
ya/tidak, kecuali pada kondisi tertentu)
11. Gunakan kalimat aktif
12. Jangan tanya ‘alasan pasien sakit’
13. Bila melakukan kegiatan lain (mencatat), jangan sampai mengganggu proses wawancara
pasien

SISTEMATIKA DATA ANAMNESIS


Data anamnesis, terdiri atas beberapa kelompok data penting sebagai berikut:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang (didahului keluhan utama)
• Dimulai dari akhir masa sehat
• Kronologis
• Deskripsi gejala/keluhan (analisis gejala)
• Perkembangan penyakit (riwayat perawatan/pengobatan)
• Data yang positif
• Kata-kata pasien
3. Riwayat penyakit dahulu
Anamnesis sistem
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya

PROSEDUR PELAKSAAN :

No. Langkah/Kegiatan Keterangan


MEMBUKA WAWANCARA
1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri,berjabat tangan, perkenalan diri
2. Pasien dipersilahkan duduk berseberangan/berhadapan
3. Informed Consent Menyampaikan maksud dan tujuan anamnesis (mengidentifikasi
dan mengkonfirmasi permasalahan pasien)
4. Memberikan respon yang baik untuk membina hubungan dan saling percaya
5. Menjaga suasana santai dan rileks, berbicara dengan vokal yang jelas, bahasa mudah dipahami
ANAMNESIS
6. Menanyakan identitas pasien ▪ Nama ▪ Status perkawinan
▪ Umur ▪ Pekerjaan
▪ Jenis kelamin ▪ Alamat rumah
▪ Suku 2
▪ Agama

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


7. Menanyakan riwayat penyakit Keluhan utama
sekarang (didahului keluhan utama) ▪ Apa yang anda keluhkan/rasakan?
▪ Apa yang menyebabkan anda ke dokter?
▪ Mulai kapan hal itu anda rasakan ?
Riwayat penyakit sekarang
▪ Onset :
Sejak kapan keluhan ….. muncul?
▪ Kronologi :
Apakah anda pernah bepergian ke suatu tempat yang
diketahui endemik penyakit tertentu (malaria) ?
▪ Kuantitas
▪ Kualitas :
Bagaimana tipe demam yang anda alami?
(mendadak tinggi, naik bertahap, terus-menerus, kapan
waktu panasnya lebih tinggi, adakah hari bebas demam)
▪ Faktor yang memperberat :
Apa yang biasanya memperberat keluhan yang anda
alami?
▪ Faktor yang memperingan :
Apa yang biasanya anda lakukan untuk memperingan ….?
▪ Gejala yang menyertai :
Adakah gejala lain yang menyertai demam ?

Deskripsi keluhan (analisis gejala)


▪ ‘OLD CARTS’
8. Menanyakan riwayat penyakit dahulu ▪ Pernahkah anda menderita penyakit berat sebelumnya?
Anamnesis sistem ▪ Pernahkah anda mengalami masalah emosional?
▪ Pernahkah anda mengalami operasi/kecelakaan?
▪ Apakah ada obat-obatan yang pernah menyebabkan
gangguan pada anda?
▪ Kapan?
9. Menanyakan riwayat kesehatan ▪ Apakah dalam keluarga ada juga yang sedang mengalami 3
keluarga keluhan yang sama seperti bapak/ibu?

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


10. Menanyakan riwayat pribadi, sosial- ▪ Keterangan kelahiran (tempat, cara partus)
ekonomi-budaya ▪ Peristiwa penting semasa kanak-kanak
▪ Pekerjaan
▪ Asuransi
▪ Aktivitas diluar pekerjaan (kebiasaan, hobi)
▪ Perumahan
▪ Perkawinan
▪ Jumlah anak/saudara
11. Menanyakan riwayat kebiasaan sosial ▪ Olahraga
(Social History) ▪ Merokok
▪ Diet (pola makan sehari-hari, teratur atau tidak, variasi)
▪ Hubungan suami-istri
▪ Hubungan dengan teman
MENUTUP WAWANCARA

12. Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat


Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan

Riwayat penyakit sekarang:


“OLD CARTS”

Onset Sejak kapan terjadinya keluhan

Location/radiation Letak keluhannya apakah sakitnya


menjalar atau tidak

Duration Frekuensi sakit

Characteristic Menanyakan sifat dari keluhan pasien,


contoh : bila pasien mengalami pusing,
karakteristik dari pusing seperti ditusuk-
tusuk atau dipukul

Agrevating factor Faktor yang memperberat gejala

Releaving factor Faktor yang meringankan gejala

Treatment Apakah sudah pernah mengkonsumsi


obat sebelumnya? 4
Severity Seberapa parah keluhan yang dialami,
biasanya menggunakan VAS
(Visual Analog Scale)

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Misalnya keluhan utamanya demam, yang harus ditanyakan adalah:
a. Sejak kapan demam mulai terjadi?
b. Bagaimana tipe demamnya? (intermitten, remitten, kontinyu)
c. Apakah demam tinggi pada malam hari?
d. Apakah demam menggigil atau tidak menggigil?
e. Apa sajakah faktor pencetus demam?
f. Apa saja faktor yang memperberat dan meringankan demam?
g. Pernahkah bepergian ke riwayat endemis beberapa waktu ini?

✓ Tanyakan keluhan tambahan


“Apakah Bapak/Ibu ada keluhan lain?”. Jika pasien menjawab “Iya”, tanyakan tentang
keluhan lain itu, namun tidak serinci keluhan utama.

✓ Tanyakan riwayat penyakit


dahulu
“Pernahkah Bapak/Ibu demam
sebelumnya?”

✓ Tanyakan riwayat penyakit keluarga dan penyakit keturunan


“Kira-kira, adakah di keluarga Bapak/Ibu yang mempunyai penyakit yang sama seperti
ini?”

✓ Tanyakan riwayat sosial ekonomi


Kebersihan rumah
Keadaan rumah (ventilasi, lantai, dll)

✓ Tanyakan riwayat kebiasaan


“Mohon maaf Pak/Bu sebelumnya, apakah Bapak/Ibu merokok?”
“Bagaimana makanan Bapak/Ibu sehari-hari? Buat sendiri atau
membeli?” “Apakah Bapak/Ibu sering berolahraga?” “apakah
bapak merokok?” bagaimana pola tidur bapak?”

✓ MENUTUP WAWANCARA : Jangan lupa simpulkan hasil anamnesis dan tanyakan


pada pasien apakah ada yang tidak dia mengerti.

Beberapa hal yang harus diperhatikan:


1. Diagnosis dimulai ketika pasien memasuki ruangan, perhatikan dari ujung rambut
sampai ujung kaki seperti cara berjalan, postur tubuh, pain sites
2. Usahakan untuk menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
3. Hindari penggunaan istilah medis 5
4. Gunakan closed-ended questions (yes/no questions) dengan tepat
5. Gunakan open-ended questions dengan tepat
6. Terkadang keluhan dapat tidak sejalan dengan diagnosis akhir sehingga jangan langsung
percaya dan setiap aspek harus diperhatikan

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


7. Hindari menjelek-jelekkan teman sejawat dalam keadaan apapun karena tidak etis
8. Latihan secara terus-menerus karena sekali menjabat gelar dokter maka wajib belajar
sampai akhir hidup

KETERAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI DALAM MELAKUKAN ANAMNESIS


KETERAMPILAN MENGEKSPLORASI MASALAH PASIEN :
1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya
(dengan kata – kata pasien sendiri).
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan
terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.
3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk
menyelesaikan ceritanya, dan jangan menginterupsi.
4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal maupun
nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan, adanya
pengulangan, paraphrasing, interpretasi, dll.
5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu
keterangan tambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk
memverifikasi pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda,
atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
9. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah –
istilah medis yang tidak dipahami pasien.
10. Buatlah urutan waktu suatu kejadian.

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Beberapa keluhan yang sering ditemukan:
1. Demam. Yang perlu ditanyakan:
a. Lama demam
b. Apakah timbulnya mendadak, remiten,intermitten,kontinu
c. Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung beberapa hari
kemudian menurun lalu naik lagi dsb
d. Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun, meracau, menggigau,
mencret, muntah, sesak nafas, terdapatnya manifestasi perdarahan
2. Batuk 7
a. Berapa lama
b. Apakah batuk sering berulang atau kambuh
c. Sifat batuk: spasmodik, kering atau produktif/banyak dahak
d. Dirinci sifat dahaknya: kekentalan,warna, bau serta adanya darah pada dahak

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


e. Keluhan lain yg menyertai batuk: sesak napas, mengi, berkeringat pd malam
hari, sianosis, berat badan menurun, apakah pasien memerlukan perubahan
posisi, muntah dsb
f. Terdapatnya orang disekitar pasien yang juga batuk dapat memberi petunjuk
diagnosis.
3. Mencret
a. Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus gastrointestinalis atau
keluhan penyerta penyakit lain
b. Apakah mencret berlangsung akut atau kronik
c. Frekuensi defekasi sehari
d. Banyaknya feses setiap buang air besar
e. Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah
f. Warna feses( hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul)
g. Baunya ( busuk, anyir),
h. Selain rasa mulas,tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan lain yang
menyertai mencret mis: muntah, sesak napas, kejang, gangguan kesadaran,
kencing berkurang, lemas, lecet didubur, dubur keluar dsb
4. Muntah
a. Pada keluhan muntah perlu diketahui sejak umur berapa keluhan muntah mulai
berlangsung.
b. Hal-hal yang perlu diteliti:
• Berapa kali frekuensi muntah
• Sifat muntah: ( proyektil atau dengan keluhan nausea lebih dahulu)
• Berapa banyak muntahan
• Jenis muntahan dan warnanya
• Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum
• Apkah muntahnya berhubungan dg perubahan posisi dari berbaring ke
duduk.
• Keluhan lain yang sering menyertai : perut kembung, konstipasi,atau
mencret, demam, batuk spasmodik dll
5. Kejang
a. Kapan kejang terjadi : pertama kali atau berulang
b. Frekuensi kejang
c. Sifat kejang : klonik , tonik, umum atau fokal
d. Lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu kejang dan
pasca kejang.
e. Gejala lain yang menyertai: demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran,
atau kemunduran kepandaian
6. Sesak Napas
a. Keluhan sesak napas sering berhubungan dg penyakit saluran napas dan
penyakit kardiovaskular 8
b. Diteliti saat keluhan sesak napas timbul, apakah baru pertama kali atau
berulang-ulang
c. Berapa bantal anak tidur

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


d. Apakah sesak napas timbul setelah aktivitas (disebut toleransi latihan: pada
bayi ditanyakan bagaimana sibayi minum susu atau menetek)
e. Keluhan lain yang menyertai sesak napas ialah batuk, mengi, perut membesar,
pernah sakit sendi yang berpindah, demam, sakit dada, sianosis dan apakah ada
riwayat tersedak

CONTOH:

DEMAM
Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)

D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia?
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan bapak (nama), usia 30 tahun, pekerjaan kuli bangunan,
tinggal di x?
P: Ya
D: Baiklah, keluhannya apa ya pak?

------------------------------------------------------------------------- (Case) “OLD CARTS”


P: demam dok
D: demamnya dimulai sejak kapan, pak?
P: sejak hari senin dok (4hari yang lalu)
D: Pola demamnya bagaimana pak? Apakah timbul mendadak, atau bagaimana?
P: Naik-turun dok demamnya
D: demamnya apakah naik pada pagi hari, malam hari atau berlangsung beberapa hari lalu turun
kemudian naik lagi?
P: berlangsung beberapa hari, lalu turun lagi dok
D: apakah ada keluhan lain selama demam, pak?
P: Gak ada dok
D: akhir-akhir ini apakah Bapak pernah berpergian ke luar kota? Kalau iya, kemana dan kapan,
pak?
P: ke bangka dok, 2 minggu yang lalu
D: apakah bapak pernah mengalami demam seperti ini sebelumnya?
P: tidak dok
D: Apakah bapak sudah pernah ke dokter dan mengonsumsi obat sebelumnya?
P: sudah minum paracetamol dok tapi belum ke dokter
D: apakah keluarga atau tetagga bapak ada yang mengalami keluhan yang sama?
P: Tidak ada dok 9
D: dalam satu minggu bapak olahraga berapa kali?
P: satu kali dok hari minggu saja.

Batuk

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)

D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia?
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan bapak (nama), usia 30 tahun, pekerjaan kuli bangunan,
tinggal di x?
P: Ya
D: Baiklah, keluhannya apa ya pak?

------------------------------------------------------------------------- (Case) “OLD CARTS”


P: Batuk dok
D: Batuknya dimulai sejak kapan?
P: udah 3 hari yang lalu dok
D: Batuknya dalam sehari berapa kali pak?
P: sering dok pokoknya batuk terus
D: bapak batuknya kering atau berdahak?
P: Berdahak dok
D: warna dahaknya apa pak? Apakah hijau, kuning, atau disertai darah?
P: Hijau dok
D: Apakah ada gejala lain yang menyertai batuknya, pak? Seperti sesak nafas atau muntah?
P: Gak ada dok, batuk berdahak saja.
D: Apakah bapak sudah pernah ke dokter dan mengonsumsi obat sebelumnya?
P: ke dokter sih belum dok, tapi udah pernah minum obat dari warung
D: apakah keluarga atau orang terdekat bapak mengalami keluhan yang sama?
P: ada dok, adek saya.
D: maaf sebelumnya, apakah bapak perokok?
P: iya dok sebungkus sehari
D: apakah akhir-akhir ini bapak sering mengkonsumsi makanan berminyak?
P: iya dok

Diare
Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)

D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia? 10
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan bapak (nama), usia 30 tahun, pekejaan kuli bangunan,
tinggal di x?
P: Ya

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


D: Baiklah, keluhannya apa ya pak?

------------------------------------------------------------------------- (Case) “OLD CARTS”


P: mencret dok
D: sudah berapa hari pak mencretnya?
P: udah sekitar 2 hari yang lalu dok
D: dalam satu hari berapa kali pak mencretnya?
P: 5 kali dok
D: maaf pak kalau boleh tau setiap BAB berapa banyak tinja yang bapak keluarkan?
P: gak tau dok gak liat
D: kalau di perumpamakan dengan gelas, berapa banyak ?
P: 1 gelas dok
D: Bapak mencretnya berupa cairan semua atau ada ampasnya?
P: cair semua dok
D: apakah tinjanya di sertai dengan lendir atau darah?
P: tidak ada dok
D: warna tinjanya bagaimana pak?
P: warna kecokelatan gitu dok
D: apakah tinjanya mempunyai bau khas? Misalnya anyir
P: Tidak dok, kayak bau tinja biasa
D: Apakah ada keluhan lain yang di rasakan? (seperti mual, mual. Lemas atau lainnya?)
P: lemes dok sama muntah-muntah
D: Apakah bapak sudah pernah ke dokter dan mengonsumsi obat sebelumnya?
P: ke dokter sih belum dok, tapi udah pernah minum obat dari warung
D: apakah keluarga atau orang terdekat bapak mengalami keluhan yang sama?
P: Ga ada dok
D: bagaimana pola makan bapak? Apakah buat sendiri atau beli di luar
P: suka beli di luar sih dok

MUNTAH
Opening
(Mengucap salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan, mohon izin untuk
meriksa)

D: Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya dokter (nama) yang bertugas di klinik pagi hari ini
sebelumnya saya akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan yang bapak alami untuk
membantu menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat. Apakah bapak bersedia?
P: Ya
D: sebelumnya, apakah benar dengan ibu (nama), usia 20 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
tinggal di x?
P: Ya
D: Baiklah, keluhannya apa ya bu? 11

------------------------------------------------------------------------- (Case) “OLD CARTS”


P: muntah-muntah dok
D: Muntahnya dimulai sejak kapan?

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


P: sejak 2 hari yang lalu dok
D: dalam satu hari berapa kali muntah?
P: 6 kali dok
D: seberapa banyak muntahannya keluar?
P: sekitar 2 gelas
D: bagaimana warna muntahnya?
P: warna keruh dok
D: apakah muntah ibu hanya berupa ai atau disertai dengan keluarnya sisa makanan?
P: ada sisa makanan dok tapi sedikit
D: apakah ada faktor memperberat untuk muntah? Misalnya pada saat berbaring, ?
P: gak ada sih dok
D: apakah ada keluhan lain yang dirasakan?
P: sakit perut dok, sama lemes.
D: Apakah ibu sudah pernah ke dokter dan mengonsumsi obat sebelumnya?
P: ke dokter sih belum dok, tapi udah pernah minum obat dari warung
D: apakah ibu dulu pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini?
P: pernah dok 3 bulan yang lalu
D: apakah keluarga atau orang terdekat ibu mengalami keluhan yang sama?
P: gak ada dok
D: apakah ibu rutin berolahraga?
P: lumayan sering dok, 3x dalam seminggu
D: apakah ibu sedang melakukan diet?
P: iya dok.

12

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK (VITAL SIGN)
Masuk ruangan sapa dulu dosennya terus kasi nametag ke dosen
”Pagi dok, ini nametag saya. Bisa saya mulai dok?”
Dokternya bilang ya terus lanjut baca skenario. Terus tanyalah nama probandusnya
”Baik pak (nama probandus) saya dr. blabla akan melakukan pemeriksaan fisik umum
pada bapak, apakah bapak bersedia?”
”Baiklah, sebelumnya saya akan mencuci tangan terlebih dahulu”

A. Keadaan Umum
Dapat menilai apakah pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak.
Keadaan gizi dan habitus.
Habitus : - Atletikus → BB dan bentuk badan ideal
- Astenikus → pasien yang kurus
- Piknikus → pasien yang gemuk
Keadaan gizi → kurang, cukup atau berlebih.
BB dan TB harus diukur sebelum pemeriksaan fisis dilanjutkan.
Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) :
- BB ideal = IMT 18,5 – 25
- BB kurang = IMT < 18,5
- BB lebih = IMT > 25
- OBESITAS = IMT > 30

Laporkan hasil
“Keadaan umum pasien tampak tidak sakit/sakit ringan/sedang/berat. Keadaan gizi
kurang/cukup/berlebih. Habitus atletikus/astenikus/piknikus.”

B. Tingkat kesadaran :
o Kompos mentis :
– Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan.
– Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dgn baik
o Apatis :
– Pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
o Delirium :
– Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik.
– Gaduh gelisah, kacau, disorientasi, meronta-ronta.
o Somnolen :
– Mengantuk yg masih pulih bila dirangsang.
– Tidur kembali bila rangsangan berhenti. 13
o Sopor (stupor) :
– Keadaan mengantuk yg dalam
– Dapat bangun dgn rangsangan yg kuat
– Tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


o Koma :
– Penurunan kesadaran berat
– Tidak ada gerakan spontan
– Tidak ada respons terhadap rangsangan nyeri

Laporkan hasil
“Tingkat kesadaran pasien compos mentis/somnolen/…..”

C. Suhu
Ukur suhu tubuh pasien dengan termometer badan. Sebelum mengukur suhu tubuh pasien
kibaskan termometer hingga ke nilai 35C atau di bawahnya. Ada beberapa cara memeriksa
suhu :
i. Suhu oral: Termometer dimasukkan di bawah lidah, anjurkan pasien menutup kedua
bibirnya dan tunggu selama 10 menit. Kemudian baca termometer , masukkan kembali
selama 1 menit dan baca kembali. Normal 37 C. Sangat berfluktasi dari dini hari sampai
petang/ malamhari.
ii. Suhu rektal: Termometer dimasukkan ke dalam anus selama 2-5 menit, sebelumnya
olesi termometer dengan pelicin. Hasil biasanya lebih tinggi daripada suhu oral sekitar
0,4 – 0,5 C.
iii. Suhu axila: Termometer dimasukkan di axila kemudian lengan menutupnya.Tunggu
selama kurang lebih 15 menit. Hasil biasanya lebih rendah dibanding suhu oral yakni
sekitar 1 C.

Suhu tubuh normal → 36 – 37 ºC


Grafik suhu tubuh → 3 stadium :
❑ Std. inkrementi → suhu tubuh mulai meningkat
❑ Std. fastigium → puncak dari peningkatan suhu tubuh
❑ Std. dekrementi → turunnya suhu tubuh yg tinggi

Pada saat mengukur suhu bilang


“Selanjutnya saya akan mengukur suhu tubuh. Suhu tubuh dapat diukur di axila, oral atau
anal. Sekarang saya akan mengukur dengan meletakkan termometer pada axila”
“Pak saya akan mengukur suhu badan bapak dengan meletakkan termometer pada ketiak
bapak. ( Letakkan termometer di ketiak probandus lalu suruh kepit rapat).
Termometernya dikepit ya, Pak.”
Sambil termometer di ketiak lakukan pemeriksaan lain (tekanan darah, nadi frekuensi
pernapasan) hingga selesai, kalo sudah semua ambil termometernya dan lihat brp suhu
tubuh, laporkan.
“Berdasarkan termometer maka didapatkan suhu tubuh pasien (misal)3 6,5 ºC, termasuk
normal, suhu tubuh normal 36,5-37,5 ºC jika suhu 37,5-38 ºC subfebris, jika lebih dari 38
ºC febris dan jika lebih dari 40 ºC hiperpireksia”
14

D. Tekanan Darah
o Diukur dgn tensimeter (sfigmometer)
o Dengan stetoskop terdengar denyut nadi Korotkof

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


– Korotkof I → suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengeras
setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg → sesuai dg tekanan sistolik
– Korotkof II → suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20
mmHg berikutnya
– Korotkof III → suara menjadi kecil kualitasnya, lebih jelas dan keras selama 5-
7 mmHg berikutnya
– Korotkof IV → suara meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6 mmHg
berikutnya
– Korotkof V → titik dimana suara menghilang → sesuai dengan tekanan
diastolik.

Kategori TD Sistolik TD Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal 120 dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89


Hipertensi tingkat 1 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 dan < 90

Cara mengukur tekanan darah :


1. Persiapan
– Sebaiknya untuk mengukur tekanan darah pasien tidak merokok atau minum
minuman berkafein selama kurang lebih 30 menitsebelum pengukuran dan istirahat
sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran.
– Lengan yang diperiksa tidak tertutup pakaian.
– Palpasi arteri brachialis
– Atur posisi lengan sedemikan sehingga arteri brachialis pada fosaantecubital terletak
setinggi jantung (kira-kira sejajar denganintercosta 4).
– Letakkan manset di tengah arteri brachialis pada lengan kanan, sisi bawah manset
kurang lebih 2,5 cm diatas fosa antecubital. Lingkarkan manset dengan tepat ,
posisikan lengan pasien sedikit flexi

2. Tentukan dahulu tekanan sistolik palpasi. Caranya, palpasi arteri radialis dekat
pergelangan tangan dengan satu jari sambil pompa manset sampai denyut nadi arteri
radialis menghilang. Baca berapa nilai tekanan ini pada manometer. Itulah tekanan
sistolik palpasi. Lalu kempiskan manset

3. Sekarang ukur tekanan darah. Letakkan bel stetoskop di atas arteri brachialis. Kunci
15
bagian pengeluaran udara. Pompa manset sampai kurang lebih 30mmhgdiatas tekanan
sistolik palpasi. Kemudian kempiskan denganmembuka kunci pengeluaran udara

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 2-3 mmhg/detik. Dengarkan bunyi ketukan
pada stetoskop anda.

Yang disebut tekanan sistolik adalah bunyi ketukan pertama yangterdengar (Korotkoff I).
Yang disebut tekanan diastolik adalah saat bunyi ketukan sama sekali hilang (korotkoff V)

Pada saat mengukur tekanan darah bilang:


“Saya akan mengukur tekanan darah, pertama saya akan memasang manset di 2/3
humerus kiri, kurang lebih 3 cm diatas fossa cubiti. Kedua selang saya letakkan di sisi agar
tidak mengganggu membran stetoskop.”
“Lalu saya akan meraba nadi arteri radialis sambil memompa manset hingga denyut
hilang untuk medapatkan nilai sistolik palpasi”
“Saya dapatkan nadi hilang saat raksa menunjukkan …mmHg. Berarti tekanan sistolik
palpasi sebesar…mmHg”
“Selanjutnya saya akan mulai mengukur tekanan darah. Stetoskop diletakkan di atas
denyut arteri brachialis, lalu pompa manset hingga tekanan sistolik palpasi ditambah 30
mmHg, lalu kempiskan manset pelan2 sampai terdengar bunyi korotkoff I.
“Saya dapatkan bunyi korotkoff I pada…..mmHg dan bunyi korotkoff V pada …..mmHg.
Dengan demikian tekanan darah pasien adalah (misal) 120/80 mmHg dan termasuk
normal, tekanan darah normal sistolik kurang dari 120mmHg dan normal diastolik kurang
dari 80mmHg.”

E. Nadi
• Pemeriksaan nadi umumnya dilakukan dgn palpasi a. radialis kanan dan kiri dekat
pergelangan tangan. Lakukan palpasi dengan 2 atau 3 jari. Hitunglah frekuensi denyut
nadi per menit. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah pasien istirahat 5 – 10 menit.
• Tempat lain → a. brakialis, a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis
• Yang perlu diperhatikan :
– Frekwensi denyut nadi
– Irama
– Isi nadi
– Kualitas nadi
– Kualitas dinding arteri
• Frekuensi Nadi :
– Normal → 80 x permenit
– Bila > 100 x permenit → takikardia
– Bila < 60 x permenit → bradikardia
• Irama denyut nadi :
– reguler atau ireguler
– pulsus defisit → frekuensi denyut nadi lebih kecil dari denyut jantung
– pulsus bigeminus → 2 denyut nadi dipisahkan oleh interval yg panjang
– pulsus trigeminus → 3 denyut nadi dipisahkan oleh interval yang panjang 16
– pulsus alternans → denyut yg kuat dan lemah terjadi bergantian
• Isi Nadi :
– Cukup

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


– Kecil → pulsus parvus (pada perdarahan, infark miokard, efusi perikardial,
stenosis aorta
– Besar → pulsus magnus (demam, bekerja keras)
• Kualitas Nadi :
– Bila tekanan nadi besar, pengisian dan pengosongan nadi berlangsung mendadak
→ pulsus celer
– Bila tekanan nadi kecil, pengisian dan pengosongan nadi lambat → pulsus tardus
• Kualitas dinding arteri :
– Mengeras pada aterosklerosis

Pada saat memeriksa nadi bilang


“Selanjutnya saya akan memeriksa nadi pasien. Palpasi arteri radialis pada pergelangan
tangan pasien dengan 3 jari yaitu jari telunjuk, tengah, dan manis. Setelah denyut nadi
terasa maka hitung denyut selama 15 detik”
“Didapatkan denyut nadi selama 15 detik yaitu ….. kali maka dikalikan 4, dan didapatkan
frekuensi nadi (misal) 80x permenit dan termasuk normal. Nilai frekuensi nadi normal 60-
100x permenit, jika lebih dari 100x permenit takikardi sedangkan jika kurang dari 60x
permenit bradikardi”
“Irama denyut nadi reguler, tidak ditemukan pulsus bigeminus, trigeminus, alternans. Isi
nadi cukup, tidak ditemukan pulsus parvus, magnus. Kualitas nadi baik, pengosongan dan
pengisian baik.”

F. Frekuensi Pernapasan
Hitunglah jumlah pernapasan dalam 1 menit. Lakukan dengan inspeksi atau auskultasi.
• Normal → 16 – 24 kali per menit dalam keadaan tenang.
• Bila < 16 x/menit → bradipneu
• Bila > 24 x/menit → takipneu
• Pernapasan yg dalam → hiperpneu
• Pernapasan yg dangkal → hipopneu
• Kesulitan bernapas atau sesak napas → dispneu
• Sesak napas bila berbaring , nyaman bila dalam posisi tegak → ortopneu
• Sesak napas malam hari → paroxysmal nocturnal dyspnoe
• Sifat pernapasan :
– Pd wanita → abdomino-torakal → torakal lebih dominan
– Pd laki2 → torako-abdominal → abdominal lebih dominan
– Kussmaull → cepat dan dalam → pd asidosis metabolik
– Biot → tidak teratur irama dan amplitudonya, diselingi periode apneu
– Cheyne-Stokes → amplitudo mula2 kecil, kemudian membesar dan
mengecil kembali, diselingi periode apneu
– Biot dan Cheyne-Stokes → pada kerusakan otak

Pemeriksaan frekuensi napas, bilang 17


“Selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan frekuensi napas. Karena pasien laki-laki
maka tipe pernapasan yaitu abdomino-torakal atau abdomen lebih dominan, maka saya
akan meletakkan tangan diatas toraks dan menghitung frekuensi napas selama 15 detik.”

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


“Didapatkan frekuensi napas (misal) 5x/menit dikalikan 4 berarti 20x/menit dan termasuk
normal. Nilai normal frekuensi napas 16-24x/menit jika kurang dari 16x maka bradipneu,
jika lebih dari 24 maka takipneu. Pola pernapasan normal, kussmaull, biot dan cheyne-
stokes negatif.”

18

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK HEENT
I. Pendahuluan
1) Mengucapkan salam, lalu pemeriksa berdiri, melakukan jabatan tangan dan
memperkenalkan diri.
2) Mempersilahkan pasien duduk berseberangan/berhadapan.
3) Menanyakan/mengklarifikasi identitas pasien. Meminta izin kepada pasien untuk
melakukan pemeriksaan fisik.
4) Mempersilahkan pasien untuk berbaring/duduk dan pemeriksa berada disamping kanan
pasien
4.1 Pada pemeriksaan HEENT, sebaiknya pasien dipersilahkan duduk
4.2 Pada pemeriksaan Abdomen, Lumbal, Genitalia dan Ekstremitas baru dipersilahkan
berbaring
5) CUCI TANGAN

II. Pemeriksaan
A. Kepala
Bentuk kepala :
1. Dolikosefalus : Fronto-Oksipital > Bitemporal (kepala panjang)
2. Brakisefalus : Fronto-Oksipital < Bitemporal (kepala bulat)
3. Hidro sefalus : Ukuran kepala sangat besar dibandingkan dgn ukuran muka dgn dahi
dahi menonjol, mata tenggelam, sutura mudah teraba
4. Mikro sefalus : Ukuran kecil dahi & kalvaria kecil, muka seperti orang terbelakang
mental
5. Kraniosinostosis / Kranio-stenosis :Penutupan sutura yg premature, kelainan benuk
kepala khas
6. Skafosefali : Penutupan prematur pd sutura sagitalis, penonjolan di frontal &
oksipital
7. Akrosefali (kepala menara) : Penutupan prematur terjadi sutura koronal sehingga
kepala tinggi & kecil
8. Plagiosefali : Penutupan prematur pd sutura koronal & lamdoid pd satu sisi

Interpretasi : jika normal, dikatakan “bentuk kepala normocephaly”

19

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Kelainan :
1. Benjolan di kepala : kista ateroma pada kulit kepala
2. Ensefalokel : benjolan pada glabella atau pertengahan dari bawah yang berdenyut bila
ditekan, dengan lobang, didasarnya akibat cacat bawaan pada tulang.

B. Rambut
1) Alopesia : kerontokan rambut yg disertai tidak tumbuhnya rambut
2) Hipertrikosis : rambut bertambah pd tempat-tempat yg biasa ditumbuhi rambut.

C. Wajah
1) Ekspresi (tampak kesakitan/tidak) ,Warna, Edem, Sianosis (kebiru-biruan), pucat,
ikterus (kuning).
- Sianosis : pada pasien dengan penyakit PPOK, jantung bawaan, hipoksia
2) Ruam malar rash (butterfly ras) : pada pasien systemic lupus erythematosus
3) Kelainan bentuk :
- Facies Leonina (wajah seperti singa) : akibat infiltrasi subcutan pada dahi ,pipi
20
dan dagu, pendataran dan pelebaran pada hidung.
- Facies Hipocrates (pada pasien dehidrasi) : ekspresi wajah spt orang susah,
mata cekung, kulit kering, telinga dingin

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


- Muka topeng (pada penyakit Parkinson) : wajah tanpa ekspresi, scleroderma
(kulit menipis dan tegang, pasien tidak dapat menutup mulut dan tersenyum)
- Risus sardonikus / muka setan (pada penyakit tetanus) alis terangkat, sudut
mata luar tertarik keatas, sudut mulut tertarik kesamping
- Sindroma down: Wajah tdk normal (dismorfik) ,hipotelorisme, telekantus
(kantus medial tertaril kemedial )
- Bell’s palsy : asimetri muka pd paralisis N VII, mata tdk dapat ditutup, kornea
mengering ( keratitis dan ulkus kornea)
- Tic Facialis : otot otot wajah yg bergerak secara spontan tak terkendali

4) Rambut :
- Hirsutisme : pertumbuhan rambut yang berlebihan pada perempuan dan anak
- Miksedema : (pada pasien hipotiroid) timbul gejala rambut yg jarang, kasar
kering dan tidak bercahaya 21
- Kanitis pigmen rambut berkurang atau menghilang – uban, bawaan --- albino
- Kanitis senilis : usia tua
- Kanitis prematur: pd usia > muda
- White fore lock : uban banyak pada jambul di dahi

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


- Sindroma waardenburg : whihe fore lock, tuli, alis mata lebat, pangkal hidung
lebar

5) Palpasi wajah
- Nyeri tekan sinus maksilaris (pada sinusitis), sinus frontalis (pada sinusitis),
- Tanda chovtek : (pada penyakit spasmofilia) bila dilakukan ketukan pada garis
antara sudut mulut dengan telinga akan terjadi kontraksi pada sudut mulut dan
sekitar mata
- Sensibilitas wajah : N V (nervus trigeminus, saraf motorik dan sensorik)

D. Mata
1) Conjunctiva : pucat
Cara pemeriksaan : pasien diminta melihat ke atas, ke dua ibu jari tangan
diletakkan ± 1 cm dibawak palpepra inferior, diperhatikan apakah conjunctiva
terlihat pucat atau tidak
2) Sclera : Ikterus
3) Cilliar Ejection, lagopthalmus, mata merah, subconjunctival bleeding, Katarak,
Strabismus
- Lagoftalmus : saat memejam, palpebra superior tidak menutup penuh
- Katarak : lensa mata keruh, cahaya tidak bisa masuk
4) Eksoftalmus (pada pasien tirotoksikosis) : bola mata menonjol keluar 22
Tanda-tanda eksoftalmus :
- Tanda stellwag: mata jarang berkedip
- Tanda Von Graefe: bila melihat kebawah palp sup tdk ikut turun shg sklera
atas tampak seluruhnya

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


- Tanda Mobius : sukar melakukan atau menahan konvergensi
- Tanda Joffroy : Jika melihat keatas dahi tdk berkerut
- Tanda Rosenbach : Tremor pd palpebra bila mata ditutup

5) Pupil
- Bulat, ukuran 4-5 mm, posisi ditengah
- 5 mm –midriasis, < 5mm--- miosis
- Pint poin pint : ukuran pupil sangat kecil
- Isokor : ukuran pupil kanan =kiri
- An isokor : ukuran pupil kanan tdk sama kiri

21, 22. Pupillary Light Response


Observe reflection of pen light in both pupils. Is it symmetrical?
Test the papillary response to light
•Direct response – pupil constricts in examined eye
•Consensual (Indirect) response – pupil constricts in the opposite eye

23
6) Palpebra
- Edema palpebra
- Ptosis (pada penyakit miastenia gravis dan sindroma horner) : palpebral superior
jatuh ke bawah

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


E. Telinga
1) Daun telinga , mastoid (palpasi mastoid untuk memeriksa mastoiditis), dan liang
telinga
2) Test pendengaran:
- Test Rinne : u/ membandingkan hantaran mel tlg telinga & udara
- Test weber: m,embandingkan hantaran telinga kanan dan kiri
- Tast schwabach : membandingkan f/ pendengaran pasien dgn pendengaran
pemeriksa ( normal)

F. Mulut
1) Bibir dan mukosa mulut: warna pucat, merah, atau sianosis. Sianosis terbagi atas
central cyanosis (tampak kebiuran pada mukosa oral, bibir, dan kadang-kadang
lidah) dan peripheral cyanosis (tampak kebiruan pada tangan, kaki, dan kuku).
2) Ariboflavinosis: defisien riboflavin (vitamin B2) ditandai dengan stomatitis
(inflamasi pada mulut dan lidah) dan angular cheilosis (luka pada sudut mulut).
3) Bercak koplik (pada pasien campak) : bercak kecil biru keputihan dikelilingi tepi
yg merah pd mukosa pipi --- morbili
4) Sindroma Peutz Feghers : bercak pigmentasi berbatas tegas warna kebiruan /coklat
pd mukosa bibir, mulut, hidung dan kdg disekitar mulut.

G. GIGI
1) Memperhatikan Jumlah gigi, karies (gigi berlubang), Gigi Hutchinson (pada
congenital syphilis, gigi seperti gergaji), dan Intoksikasi
2) Gingivitis dan pyorrhea (periodontitis, gusi membengkak bila ditekan keluar
nanah): inflamasi pada gigi dan alveolus tempat gigi tertanam. 24

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


H. Lidah
1) Ukuran : > makroglosus, < mikroglosus
2) Kelainan :
- Lingua bifida : lidah bercabang
- Parese N XII : ldh berbelok bila dikeluarkan
- Lidah pucat
- Dehidrasi : ldh kering
- Uremia : Kering & kecoklatan
- Tifoid tongue : lidah kering,tepi hiperemis,kotor, tremor .
- Demam skarlatina : merah, berselaput tipis, papil besar ( strawbery tongue)
- Lidah licin (atrophic glossitis) karena atropi papil. Pada penyakit :
• anemia perniciosa yaitu defisiensi vitamin B12
• Tropical sprue yaitu penyakit malabsorpsi traktus GI pada daerah
tropis
• Pellagra yaitu defisiensi vitamin B3)
- Geografic tongue : bercak spt peta
- Ageusia : hilangnya fungsi pengecapan
- Palatum ( langit-langit) : Palatoskizis → celah di langit-langit

25

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


I. Throat
1) Post nasal drips --- sinusitis
2) Pseudomembran : selaput putih pada dinding faring yg sulit diangkat, mudah
berdarah
3) Tonsil : masa jar limfoid tdr dr 3 macam : Tonsil laringeal, palatina,lingua yg
membentuk lingkaran --- cincin waldeyer
4) Fasies adenoid : hiperplasi adrenal shg koane serta tuba eustachius tertutup &
pasien bernapas dgn mulut ( yg ditandai dggn hidung kecil gigi seri
permanen,arkus faring menonjol –spt orang bodoh)

J. Leher
1) Bentuk leher : leher panjang pd bentuk badan ektomorf, leher pendek pd bentuk
badan endomorf ( sindroma cushing,obesitas,miksedema,kretinisme)
2) Kakektis : pada TB paru
3) Leher bersayap : sindroma turner
4) Otot leher – menoleh kekanan dan kekiri (M. sternocleidomastoideus dan M.
trapezius)
5) Kelenjar getah bening leher: ukuran, nyeri tekan, konsistensi (lunak/kenyal/keras),
dan melekat pada dasar/kulit. Penyebaran KGB leher dibagi 5 (Sloan Kattering
memorial cancer classification)
a. Kelenjar yg terletak disegitiga submentalis dan submandibular
b. Kelenjar Yg terletak 1/3 atas & termasuk KGB jugularis sup,gastrik, servikal
post
c. KGB jugularis diantara bifukasio karotis dan [persilangan M.Omohioid dgn
M.sternocleidomastoideusdan batas post
d. Group KGB di daerah jugularis inf dan supraclavikula
e. KGB yg berada di segitiga post servikal
Palpasi KGB: perhatikan ukuran, bentuk, mobilitas, konsistensi, dan
massa
6) Inspeksi kelenjar tiroid dibawah kartilago krikoideus, pasien membelakangi 26
pemeriksa, kemudian meraba kelenjar tidorid dari arah belakang, suruh pasien untuk
menelan ludah, dan perhatikan mobilitas (apakah benjolan yang terdapat akan
bergerak dengan pernapasan) dari kelenjar tiroid.

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Sumber gambar : Modul Avicenna

27

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Tekanan Vena Jugularis/Jugularis Venous Pressure
1. Pasien berbaring terlentang, kepala 30 derajat
2. Posisi V. jugularis tampak jelas
3. Tekan bagian distal V.jug ( dibawah mandibula)
4. Tandai bagian batas v. yg kolaps
5. Buat bidang datar melalui angulus ludovici
6. Ukur jarak tersebut dgn jaral v. yg kolaps--- jika 2mmm --- 5-2 mmm
7. JVP meningkat : ggl jtg, efusi perikardial

28

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
I. Pendahuluan
Mempersilahkan pasien untuk berbaring/duduk dan pemeriksa berada disamping kanan
pasien, kedua lutut ditekuk
II. Pemeriksaan
Regio Abdomen
Ada berbagai cara untuk membagi permukaan dinding perut ke dalam beberapa
region:
1. Menarik garis tegak lurus terhadap garis median melalui umbilicus menjadi 4
Kuadran : kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah
a. Kuadran kanan atas :
b. Kuadran kanan bawah : Cecum dan appendik, sebagian colon acenden
c. Kuadran kiri atas : Lobus kiri dari hepar, lambung, corpus pancreas,
fleksura lienalis kolon, sebagian dari kolon tranversum, kolon desenden
d. Kuadran kiri bawah : Kolon sigmoid, sebagian kolon desenden

2. Menarik dua garis sejajar sepanjang midclavicularis dan dua garis transversal
yang menghubungkan arcus kosta kanan dan kiri; SIAS kanan dan kiri menjadi
9 Regio : Umbilical, Epigastric , Hypogastric , Right and left iliac or inguinal,
Right and left lumbar, Right and left hypochondriac

Hipocondrium Kanan Epigastric Hipocondrium Kiri


Lobus Hepar Kanan Pylorus dan Gaster Gaster
Vesica Felea Bagian dari hepar Ekor Pankreas
Duodenum Fleksura lienalis kolon
Pankreas
Lumbal Kanan Umbilical Lumbal Kiri
Bagian Duodenum Omentum
Jejunun Mesentrium
Bagian distal
duodenum
Iliaca/Inguinal Kanan Hipogastric Iliaca/Inguinal Kiri

29

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Aturan :
1) Dianjurkan menggunakan pencahayaan yang baik
2) Pasien yang relaks dan tenang
3) Bagian yang terbuka dari pakaian hanya yang diperlukan, yaitu dari proc. xiphoideus
ke symphysis pubis. Bagian abdomen terbuka hingga ke bagian belakang termasuk
region inguinal (groin).
4) Otot-otot abdomen haruslah dalam kondisi relaksasi, sehingga membantu dalam
pemeriksaan, khususnya palpasi, dengan cara menekuk kaki pasien.
5) Ketika memeriksa pasien, bayangkan proyeksi organ-organ yang terdapat didalam
rongga abdomen tersebut, sehingga mempermudah dalam pemeriksaan.
6) Berdirilah pada bagian kanan pasien
7) Mulai inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Periksalah hepar, lien, ren, dan aorta.
Urutan I A P P (auskultasi dilakukan diawal, dikhawatirkan palpasi dan perkusi dapat
mempengaruhi suara dan bising usus).

A. Inspeksi
Lakukan inspeksi abdomen. Lihat permukaan abdomen, lihat gerakan peristalsis
didalamnya. Akan lebih membantu jika pemeriksa menunduk dan duduk, sehingga
abdomen bisa diamati dengan baik.
Informasi yang perlu didapatkan adalah :
1. Simetris
2. Bentuk atau kontur
3. Ukuran
4. Kondisi dinding perut : kelainan kulit, Vena, Umbilikus, Stiae alba
5. Pergerakan dinding perut

1. Simetris dan pergerakan dinding perut 30


Situasi normal : dinding perut terlihat simetris dan pergerakan dinding perut
akibat peristaltic tidak terlihat dalam posisi terlentang.
- Tumor/abses/pelebaran lumen usus → tidak simetris.

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


- Obstruksi lumen, tumor, perlengketan, strangulasi →
hiperperistaltik/gerakan peristaltic terlihat (darm countour).

2. Bentuk, Kontur, dan Ukuran


a. Apakah abdomen rata, cembung, protuberan atau scaphoid (cekung)
- Scaphoid : starvasi (gerak peristaltic terlihat)
- Cembung : ileus paralitik, meteorismus, asites, kistoma avarii,
graviditas.
b. Apakah ada penonjolan di tempat tertentu (penonjolan local)
- Tonjolan asimetris region suprapubis : retensi urin pada hipertrofi
prostat, kehamilan muda, pembesaran uterus
c. Apakah terlihat massa yang membesar

3. Kondisi dinding perut


a. Kelainan kulit
o Bekas luka. Perhatikan bentuk dan lokasinya
o Garis/striae. Beberapa garis putih/stretch mark setelah kehamilan
atau pada pasien yang mulanya gemuk/bekas asites disebut striae
alba →masih normal. (garis pink ungu: Chusing’s syndrome)
o Ruam dan lesi lainnya : discoid rash → pada pasien lupus. Cullen
sign dan Grey turner sign: hemoragik pada ddng abdomen→
pankreatitis akut dan pregnancy ectopic
o Pulsasi arteri : pada pasien aneurisma artoa. Pulsasi epigastrium
pada pasien insufisiensi katup trikuspidalis. Pada orang kurus,
pulsasi aorta di epigastrium normal terlihat
b. Pelebaran Vena
o Disekitar umbilicus : kaput medusa
c. Umbilicus : Perhatikan bentuk dan lokasi, apakah ada inflamasi ataupun
penonjolan (hernia).
31

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


B. Auskultasi

Memberikan informasi penting tentang


pergerakan usus (bowel motility). Lakukan auskultasi
sebelum melakukan perkusi dan palpasi, karena
kedua hal tersebut mungkin dapat merubah bunyi
usus yang ada. Gunakan stetoskop diafragma
dengan menekan perut sedalam 1 cm.

32

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


1. Suara Peristaltik (Bising Usus)
- Bising usus normal 3 kali /menit atau 1 kali/20 detik
- Obstruksi usus/Ileus obstructive : suara peristaltik usus meningkat
(borborigmi), atau dalam tahap lanjut (atoni) : bising usus dengan nada tinggi
dan suara logam.
- Pascaoperasi/paralisis usus : bising usus decrease (melemah), jarang terdengar.

2. Suara Pembuluh Darah


- Abdominal bruits and friction rub: jika pasien menderita tekanan darah tinggi,
dengar regio epigastrik dan carilah bruits.
- Bruits saat sistol : normal/aneurisma aorta
- Bruits terdengar saat diastolic : stenosis arteri renalis, akibat turbulen aliran
darah parsial arteri (arterial insufficiency).
- Bising vena (venous hum) terdengar di antara umbilicus dan epigastrium (+)
thrill
- Periksa juga bunyi-bunyi gesekan organ abdomen, juga periksa bruits pada
pembuluh darah lainnya di abdomen.

C. Perkusi
Perkusi membantu dalam mencari informasi tentang distribusi gas pada
abdomen, dan juga dalam mengidentifikasi massa yang ada ataupun cairan di
abdomen.
Lakukan perkusi pada keempat kuadran abdomen untuk melihat distribusi suara
timpani dan tumpul/redup. Bunyi timpani biasanya akibat gas, namun suara redup
mengindikasikan adanya cairan dan massa pada abdomen.
Perhatikan area redup yang luas, bisa saja mengindikasikan massa abnormal dan
organ yang mengalami pembesaran.
Selalu perhatikan perubahan suara timpani dan redup, dan lihat lokasi
perubahannya, apakah normal atau tidak.
• Perkusi suara normal timpani
• Melihat pembesaran hepar dan lien
• Ada tidaknya nyeri ketuk, cairan, massa, dan udara dalam rongga abdomen
• Perkusi dilakukan berurutan, zigzag, atau memutar, yang penting dapa
memberikan gambaran tentang hal yang ada pada rongga abdomen.

D. Palpasi
Menjelaskan pemeriksaan ,posisi supinasi, kanan pasien, kaki ditekuk,
sitematis, bertanya kualitas nyeri, lokasi,kondisi nyeri.

33

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Beritahu bahwa akan palpasi dan menekan dinding perut. Pasien memandang ke
langit-langit hindarkan melihat perutnya sendiri , kaki ditekuk sedikit sejak awal
palpasi.

a. Light palpation (Palpasi Superficial)


Merasakan abdomen secara lembut, dapat membantu dalam mengidentifikasi
nyeri abdomen, tahanan otot, dan beberapa organ superfisial dan massa-massa
tertentu.
Menjaga agar tangan dan telapaknya membentuk bidang horizontal, dengan jari-
jari bersatu dan rata dengan permukaan abdomen, palpasi secara lembut, dan
gerakan sedikit menekan. Ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, angkat
sedikit saja dari kulit dan pindahkan secara perlahan, ke seluruh kuadran.

b. Deep palpation (Palpasi Dalam)


Biasanya dibutuhkan untuk melihat massa yang ada pada rongga abdomen.
Dengan menggunakan permukaan palmar dari jari tangan, rasakan ke seluruh
kuadran. Identifikasi massa yang ada, catat lokasi, ukuran, bentuk, sifat dan
konsistensi, nyeri, pulsasi dan gerakan-gerakan tertentu yang disertai dengan
pernapasan. Korelasikan hasil palpasi dengan catatan perkusi sebelumnya.
Jika dicurigai terdapat inflamasi peritoneal (peritonitis), biasanya akan 34
muncul nyeri. Cari lokasi nyeri secara tepat, bisa dengan menyuruh pasien untuk
batuk terlebih dahulu dan menunjuk lokasinya. Palpasi dengan satu jari, apakah
ada rasa nyeri. Jika tidak, maka uji dengan nyeri tekan, yaitu nyeri yang didapat

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


ketika menekan secara dalam, dan mengangkatnya secara cepat. Peritoneum
yang inflamasi, maka uji tekan akan menghasilkan nyeri (rebound tenderness).

• Minta pasien memberitahukan apabila terdapat rasa nyeri akibat penekanan


• Tanyalah seperti apa nyerinya apakah ringan, sedang, atau berat/nyeri
sekali, apakah nyeri seperti dicubit atau seperti ditusuk jarum atau nyeri
seperti kena pukul
• Perhatikan mimik pasien, reaksi dinding perut.
• Pasien yang sensitif (geli) akan timbul ketegangan pada dinding perut.

35

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK ORGAN TERTENTU (HEPAR&LIEN)

1) Hepar
a. Perkusi
Dilakukan di linea mid-clavicula dan midsternalis
BATAS HEPAR :
- batas paru hati (normal pada sela iga 6).
- Batas kanan atas: Linea MidClavicularis kanan ke kaudal → sonor ke pekak,
batas bawah: SIAS ke kranial, batas kiri: Linea MidSternalis ke lateral, batas
kiri bawah : umbilikus ke kranial
- keadaan patologis: emfisema paru, batas lebih rendah sehingga besar hati
yang normal dapat teraba tepinya

b. Palpasi
✓ Pasien terlentang, ke2 tungkai kanan dilipat
✓ Palpasi pd palmar radial jari kanan,posisi ibu jari terlipat dibawah palmar-
membentuk sudut 45° garis median-ujung jari di lateral m rec abdominis
✓ Dimulai regio iliaka kanan ke tepi arkus kosta kanan
✓ Dinding abdomen ditekan kebawah saat ekspirasi dan ke kranial pada saat
inspirasi dalam arah parabol → menyentuh tepi anterior hati—berulang—
digeser 1-2 jari ke arah lengkung kosta

Deskripsi palpasi
✓ Berapa lebar jari tangan di bwh arkus kosta kanan
✓ Keadaan tepi
✓ Konsisitensi
✓ Permukaan
✓ Nyeri tekan 36
✓ Fluktuasi -/+

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Keadaan normal, hepar tidak teraba.

2) Lien
a. Perkusi
Membantu dalam mendeteksi kondisi splenomegaly, perkusi bagian kiri,
dinding anterior bawah dinding dada, yaitu pada Traube’s space. Lakukan keadaan
biasa dan ketika nafas dalam.

37

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


b. Palpasi
Normal lien tidak teraba. Bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Dimulai
dari SIAS kanan, menuju arcus costae kiri, menggunakan garis schuffner yang
melalui umbilicus. Garis dibagi menjadi 8 bagian, S1-S8.

Dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 45 derajat ke arah


kanan pemeriksa setelah tepi bawah teraba, kemudian deskripskan i
pembesarannya. Untuk meyakinkan adalah limpa, maka usahakan meraba
insisura lienalis.

38

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


SPECIAL EXAM

1. Memeriksa kemungkinan ascites


Ascites biasanya banyak ditemukan pada abdomen yang protuberan. Karakteristik cairan
yang menempati tempat terendah sesuai gravitasi, sehingga cairan dibawah dan gas diatas.
Terdapat dua metode dalam menentukan ascites:
a. Shifting dullness
Lakukan perkusi mencari daerah timpani dan redup, dari umbilical bergeser kearah
lateral, jangan pindahkan tangan, lalu pasien diminta bergeser ke arah yang berlawanan
dengan arah tadi, redup berubah jadi timpani, lalu ulangi tapi dari arah lateral menuju ke
umbilicalis, mencari titik redup yang telah berpindah.

b. Fluid wave (undulasi)


Minta pasien atau asisten menekan dinding tengah dari abdomen, mencegah transmisi
gelombang melalui lemak, lalu letakkan kedua tangan ke dinding abdomen samping,
dengan satu tangan mengetu dengan ujung jari, dan tangan disisi satunya merasakan
gelombang nya. Biasanya dalam kasus asites yang penuh/banyak cairannya.

39

2. Memeriksa kemungkinan appendicitis

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


- Meminta pasien menjelaskan lokasi sakit dan dimana mulai nyerinya, lalu minta pasien
untuk batuk untuk mencari lokasi nyerinya.
- Mencari lokasi dengan nyeri local
- Rasakan kekakuan otot
Tambahan:
- Rebound tenderness (tekan abdomen dengan tangan pasien akan merasakan nyeri,
namun ketika dilepaskan nyeri akan terasa lebih hebat)
- If it hurts more when you release, the patient has rebound tenderness.
- McBurney’s point (1/3 dari SIAS ke umbilicus)
- Rovsing’s sign (nyeri tekan pada LLQ)
- Psoas sign (nyeri ketika kaki diekstensi, posisi miring)
- Obturator sign (nyeri ketika fleksi paha dan lutut diketuk, lalu rotasi internal kaki)
- Cutaneous hyperesthesia

3. Memeriksa kemungkinan kolesistisis akut


Terdapat nyeri pada RUQ, mencari Murphy’s sign. Meminta pasien mengambil nafas 40
dalam ketika jari tangan diletakkan pada batas bawah hepar di tulang iga. Jika positif,
pasien akan merasakan nyeri dan menghentikan inspirasi.
4. Memeriksa hernia ventral

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Melihat adanya hernia pada dinding abdomen. Minta pasien mengangkat kepala dan
bahunya dari meja pemeriksaan, apakah ada hernia pada region abdomen
5. Memeriksa massa di dinding abdomen
Minta pasien mengangkat kepala dan bahunya dari meja pemeriksaan, sehingga otot
dinding abdomen mengencang, bandingkan ketika tidak diangkat, apakah massa ada atau
menghilang.

41

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK LUMBAL
I. Pendahuluan
Meminta izin dan mempersilahkan pasien untuk duduk

II. Pemeriksaan
1. Inspeksi:
• Deformitas
• Pergerakan dan posisi
• Tanda trauma
• Warna kulit
• Suhu kulit

Deformitas pada tulang belakang


Lordosis : lengkung kedalam
Kyphosis : lengkung keluar
Skoliosis : lengkung kelateral
(Pada gambar: kifosis, lordosis, scoliosis)

2. Palpasi
• Palpasi Ginjal
Normal : tidak dapat diraba kecuali pada neonatus
Abnormal: ginjal dapat diraba dg cara ballotement
Cara:
o Letakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh pasien sedemikian
sehingga jari telunjuk berada di angulus kostovertebralis.
o Kemudian jari telunjuk ini menekan organ atau massa keatas, sementara itu
tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan
merasakan organ atau massa tersebut menyentuh, lalu ‘jatuh’ kembali.
42

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


3. Perkusi
• Pemeriksaan Costovertebral Angle Tenderness (CVAT)
Hasil positif jika terdapat nyeri saat bagian angulus costovertebralis ditekan,
mengindikasikan adanya infeksi pada ginjal atau adanya gangguan musculoskeletal.
Cara pemeriksaan:
1. Pasien dalam posisi duduk tegak
2. Tangan pemeriksa dikepal. Gunakan ujung belakang kepalan tangan pemeriksa
(ujung dekat dengan jari kelingking) untuk menekan/memukul secara perlahan
bagian angulus costovertebralis (sudut yang terbentuk antara os.vertebrae dengan
os.costae ke 12)
3. Bandingkan bagian kanan dan kiri. Perhatikan jika adanya nyeri
Pemeriksaan CVAT juga dapat dilakukan dengan cara:

43
1. Taruh tangan kiri pemeriksa pada angulus costovertebralis . Tangan kiri berguna
sebagai landasan

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


2. Gunakan tangan kanan untuk memukul secara perlahan di atas landasan tangan kiri
tadi
3. Perhatikan respon nyeri

44

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK
EKSTREMITAS
III. Pendahuluan
Mempersilahkan pasien untuk berbaring/duduk dan pemeriksa berada disamping kanan
pasien

IV. Pemeriksaan
1. Inspeksi bentuk, ukuran( ukuran membesar→obstruksi pembuluh limfe), luka,
jaringan parut, palmar eritema, deformitas, tanda radang pada sendi&ekstremitas,
tumor, hiperemis, clubbing finger, tremor

2. Palpasi massa, tumor, dan edema pada ekstremitas (jika ada)

45

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


3. Palpasi ulnaris, brachial , radial, femoral, poplitea, dorsalis pedis, posterior tibial
dan kelenjar getah bening

4. Memperhatikan gerakan, kekuatan, sensibilitas, dan refleks


→Konsistensi otot : hipertropi, atropi, keras
→Gerakan dan kekuatan : terrbatas, lemah. Dikuru dengan tahap pemeriksaan :
aktif, pasif
Observasi ROM (Range of Movement)
- Fleksi
- Ekstensi
- Fleksi lateral kiri dan kanan (“sidebending”)
- Rotasi kiri dan kanan

5. Pemeriksaan tremor: Menggunakan kertas yang ditaruh di atas punggung tangan,


lengan ekstensi. Lihat apakah ada getaran (tremor)

46

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


6. Pemeriksaan clubbing finger pada penderita COPD

- The "floating nail" sign is demonstrated by applying pressure at the point indicated
as the root of the nail plate. Normally, pressure there produces no movement. With
clubbing, there is movement toward the bone.
- The "profile" sign is produced by an increased angle between the nail plate and the
skin overlying the proximal part of the distal phalanx. Normally, the angle is about
160 degrees or less. As clubbing progresses, the angle exceeds 180 degrees.

7. Penutup dan salam

47

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA
I. Pendahuluan
Meminta izin terlebih dahulu dan mempersilahkan pasien untuk berbaring dengan posisi
litotomi

II. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Vaginal Toucher
a. Pada pemeriksaan genitalia wanita, pasien harus didampingi. (Oleh kerabat
pasien maupun oleh perawat)
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi (seperti pada gambar)

c. Memakai sarung tangan, telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke vagina, tangan
yang lain diatas simpisis (vaginal toucher)

d. Inspeksi:
- Adakah tanda radang, ulserasi, dan nodul→ tekan uretra → ada cairan (uretritis,
radang kelenjar skene) 48
- Tekan bagian labia mayora→radang kelenjar Bartholini
- Bulging (Sistokel/rektokel)

2. Pemeriksaan Perineum

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


a) Pasien berbaring dalam posisi lateral dekubitus kiri dengan kedua lutut terlipat
ke arah dada.
b) Pemeriksaan memakai sarung tangan.
c) Dengan penerangan cahaya yang adekuat,
d) bokong kanan pasien ditarik ke atas dengan menggunakan tangan kiri pemeriksa
sehingga kita dapat melakukan inspeksi perineum dengan balk.
e) dapat dinilai adanya hemoroid eksterna atau interna yang prolaps, fisura ani,
ataupun tumor

3. Pemeriksaan Colok Dubur


a) Pasien dalam posisi miring lateral dekubitus kiri. Oleskan jari telunjuk tangan
kanan yang telah memakai sarung tangan
b) Beritahu pasien bahwa kita akan memasukkan jari ke dalam anus.
c) Letakkan bagian palmar ujung jari telunjuk kanan pada tepi anus dan secara
perlahan tekan agak memutar sehingga jari tangan masuk ke dalam lumen anus.
d) Masukkan lebih dalam secara perlahan-lahan sambil menilai apakah terdapat
spasme anus (misalnya pada fisura ani), massa tumor, rasa nyeri, mukosa yang
teraba ireguler, pembesaran prostat pada, lakilaki atau penekanan dinding
anterior oleh vagina/rahim pada wanita
e) Pada waktu jari telunjuk sudah dikeluarkan dari anus, perhatikan pada sarung
tangan apakah terdapat darah, lendir ataupun bentuk feses yang menempel.
f) Pada akhir pemeriksaan jangan lupa membersihkan dubur pasien dari sisa
jeli/kotoran dengan menggunakan kertas toilet.

49

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN THORAKS
Persiapan :
a. Menunjukan pendekatan pada pasien
b. Pencahayaan
c. Buat pasien merasa nyaman
d. Cek alat pemeriksaan
e. Pilih rangkaian pemeriksaan

Jangkauan dan posisi


a. Meminimalisir meminta pasien merubah posisi
b. Memeriksa di sebelah kanan pasien
TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN
1. PERKENALAN
Kenalkan diri kita . contohnya :”Selamat pagi,Pak. Saya dr. A yang sedang bertugas untuk
jaga di klinik.”
2. MEMINTA IZIN
Meminta izin kepada pasien untuk memeriksa. Contoh : “untuk menegakan diagnosis saya,
saya akan melakukan pemeriksaan fisik thorax. Apakah bapak/ibu bersedia?”
Jika pasien mengiyakan maka kita harus meminta izin kepada pasien untuk membuka baju
bagian atas dan berbaring
3. CUCI TANGAN:

50

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


51

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


ANATOMI THORAKS

52

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Bagian Anterior sampai ke posterior
▪ Linea midsternalis
▪ Linea sternalis
▪ Linea parasternalis
▪ Linea midclavicularis
▪ Linea axilaris anterior
▪ Linea midaxilaris
▪ Linea axilaris posterior
▪ Linea scapularis
▪ Linea vertebralis
53
Batas paru hepar : ICS 6 dextra
Batas jantung kanan : ICS 5 parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS 5 linea midclavicula sinistra
Batas atas jantung (pinggang jantung) : ICS 2 linea parasternalis sinistra

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


A. Inspeksi
a. Statis :
1. Bentuk : kanan dan kiri sama (simetris kanan kiri)
kelainan bentuk (deformitas) : kanan dan kiri tidak sama (asimetris),kyphosis, barrel
chest, pigeon chest, flat chest, pectus excavatum, blue bloater, pink puffer,
gynecomastia
kifosis

Blue bloater pink puffer

▪ Pigeon chest (pectus carinatum) : sternum ½ distal melengkung ke anterior,


bagian lateral dinding thorax kompressi ke medial (seperti dada burung), etiologi
ricketsia dan kelainan congenital.
▪ Funnel chest (pectus excavatum) : bagian distal dari sternum terdorong
kedalam/mencekung. Penyebabnya adalah penyakit ricketsia/congenital
▪ Flat chest, yaitu diameter anterioposterior memendek. Etiologinya adalah adanya
bilateral pleuro pulmonary fibrosis.
▪ Barrel chest (Thorax emfisematous), yaitu diameter anteroposterior memanjang
dengan ciri ciri: Iga-iga mendatar Sela iga melebar Sudut epigastrium tumpul
Diafragma mendatar Terdapat pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
▪ Unilateral Flattening : salah satu hemi thoraks menjadi lebih pipih, contoh pada
fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte)
▪ Unilateral prominence, contoh : Efusi Pleura yang banyak Pneumo thorax Tumor 54
paru
▪ Scoliosis dari vertebra thoracalis yaitu perubahan bentuk dari rongga thoraks
akibat vertebra bengkok ke kiri atau ke kanan.

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


2. kulit dan permukaan :posisi costae normal, tidak ada retraksi. Kulit permukaan
thoraks normal. Lihat apakah ada spider navi, retraksi intercostalis, luka bekas
operasi, papula dll

3. Sudut epigastrium : >90°


4. pulsasi (denyut,getar) : iktus cordis (denyut apeks jantung, biasanya terlihat pada
orang kurus)
b. Dynamic : Pergerakan dinding dada dekstra dan sinistra seimbang, tidak ada yang
tertinggal ( normal). Lihat juga respiration rate, tipe dan ritme pernapasan

55

c. Perubahan posisi : deviasi/ penyimpangan

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


d. Bagian thoraks posterior
▪ Tulang vertebra lurus, (normal). Tidak terdapat skoliosis, kifosis ataupun lordosis.
▪ Posisi costae normal, tidak ada retraksi
▪ Kulit permukaan thoraks normal.
▪ Ruang intercostae normal, tidak melebar maupun menyempit.

B. Palpasi
a. Points/ border
▪ Meraba posisi trakea dengan menggunakan kedua ibu jari untuk melihat adanya
deviasi atau tidak.

▪ Meraba daerah supraclavicula untuk melihat adanya penonjolan pada kelenjar getah
bening.

b. Thrill
Letakkan kedua tangan diatas dinding dada dengan ibu kedua ibu jari berada
diatas tulang sternum. Lalu minta pasien untuk melakukan inspirasi dan rasakan
pergerakan dinding dada untuk melihat adanya pergerakan dinding dada yang tertinggal.

56

c. Stem fremitus

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Letakkan kedua tangan diatas dinding dada superior dengan ibu kedua ibu jari
berada diatas tulang sternum. Lalu mintalah pasien untuk mengucapkan “77” dan rasakan
stem fermitus (getaran di saluran napas). Untuk melihat apakah stem fermitusnya normal
atau tidak. Kemudian balik posisi kedua tangan di tempat yang sama untuk
memeriksanya kembali. Ulangi hal tersebut di thorak bagian media dan inferior.
d. Ictus cordis
Jika terdapat iktus kordis, raba daerah tersebut untuk melihat apakah denyutnya normal
atau tidak.
e. Crepitation
Krepitasi adalah sensasi seperti meraba udara yang bergerak di bawah jaringan ke tika
kita menekan jaringan lunak tersebut. Terjadi karena adanya trauma sehingga udara dari
saluran nafas atau paru-paru keluar menuju jaringan lunak di luar saluran nafas hingga
sub cutis atau mediastinum

C. Perkusi
Terlebih dahulu temukan angulus sternalis, yang sejajar dengan costae 2. Kemudian
letakkan 3 jari tangan kiri diatas intercostae 2 dan lakukan perkusi. Dengan mengetukan jari
kanan diatas jari tangan sebelah kiri. Kemudian dengarkan bunyi yang muncul, normalnya
sonor.

57

Jenis bunyi perkusi dinding toraks:


a. Suara perkusi normal dari toraks pada lapangan paru disebut sonor ( resonance).

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


b. Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid mengandung sedikit udara) perkusi
akan menghasilkan redup (dullness).
c. Perkusi pada efusi pleura masif atau massa tumor yang besar suara perkusi pekak (
(flatness.)
d. Hiperinflasi dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli atau adanya udara
didalam rongga pleura (pnemothorax) menghasilkan perkusi (hipersonor).
e. Adanya udara dalam lambung menimbulkan suara perkusi ( timpani.)

1. Batas paru hepar


Dilakukan di sepanjang midclavicularis dextra dimulai dari ICS 2. Suara dari
sonor ke timpani. Untuk mengetahui peranjakan paru-hepar, lakukan perkusi setelah
pasien diminta untuk menahan nafas, batas paru-hepar yang semula berbunyi perkusi
“pekak” akan berganti menjadi “sonor”. Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas
paru hepar yang baru, kemudian tentukan seberapa besar batas peranjakan paru.
2. Batas paru jantung
Lakukan perkusi pada thoraks sebelah kiri dimulai dari ICS 2, pada ICS 5 akan
terdengar bunyi redup. Lalu lakukan perkusi di daerah ICS 5 ke area lateral sampai
menemukan suara sonor kembali yang akan terdengar pada linea midclavikularis
sinistra, di ICS 5 yang merupakan batas kiri jantung.

D. Auscultation
Suara pulmonal dan jantung
1. Suara jantung
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 2 dekstra untuk mendapatkan bunyi katup aorta.
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 2 sinistra untuk mendengarkan bunyi katup
pulmonalis
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 5 linea sternalis sinistra untuk mendengarkan bunyi
katup tricuspid
▪ Letakkan stetoskop pada ICS 5 linea midclavikularis sinistra untuk mendengarkan
bunyi katup mitral.
Normalnya bunyi jantung “lup dub” tidak ada mur mur

58

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


2. Suara pulmonal
Letakkan stetoskop di apeks paru dan dengarkan bunyi paru. Lakukan hal
tersebut di mulai dari thoraks kanan, lalu ke kiri ( bentuk zig zag) yang dibagi menjadi 3
daerah paru yaitu 1/3 bagian atas, 1/3 tengah, 1/3 bawah. Semakin kebawah semakin ke
lateral. Pada bagian dekat jantung(1/3 bagian tengah) taruh stetoskop agak ke lateral kiri.
Pada pemeriksaan di punggung, taruh stetoskop di medial os scapulae. Pada
bagian bawah taruh stetoskop ke lateral.

SUARA NAPAS NORMAL


a. Suara nafas vesikuler
suara inspirasi lebih keras, lebih panjang dan pitchnya (nada) lebih tinggi dari
suara ekspirasi. Suara napas vesikuler terdengar hampir diseluruh lapangan
paru, kecuali pada daerah supra sternal dan interscapula. Suara vesikuler dapat
mengeras pada orang kurur atau post “exercise” dan melemah pada orang
gemuk atau penyakit – penyakit tertentu
b. Suara nafas bronchial
Pada suara napas bronkial, suara napas ekspirasi, intensitasnya lebih keras,
durasinya lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara inspirasi, terdapat
pada daerah supra sternal. Suara napas trakeal hampir sama dengan suara napas
bronkial tetapi durasi ekspirasi hampir sama antara ekspirasi dengan inspirasi,
terdengar pada daerah trakea. Ditemukanya bunyi napas bronkial pada daerah
yang seharusnya suaran napas vesikuler, hal ini dapat disebabkan oleh
pemadatan dari parenkim paru seperti pada pneumonia dan kompresive
atelektase
c. Suara nafas bronkovesikuler 59
Pada bunyi napas bronkovesikuler, suara yang timbul adalah campuran antara
suara napas vesikuler dan bronkial. Jenis suara napas ini ditandai dengan
ekspirasi lebih keras, lebih lama dan nadanya lebih tinggi dari inspirasi. Jenis
pernapasan ini, normal didapatkan pada pada daerah Ruang Inter Costal ( RIC)

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


I & II kiri dan kanan di bagian depan dan daerah interscapula pada bagian
belakang, dimana terdapat ovelap antara parenkim paru dengan bronkus besar.
Pernapasan broncovesikuler bila didapatkan pada daerah yang secara normal
adalah vesikuler ini menunjukkan adanya kelainan pada daerah tersebut.

SUARA NAPAS TAMBAHAN


a. Ronki basah (rales)
Ronki basah adalah suara tambahan disamping suara napas, yaitu bunyi
gelembung gelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau bubling)
terutama pada fase inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya eksudat
atau cairan dalam bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada bronkus dan
trakea. Ada ronki basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah
tak nyaring misalnya pada bendungan paru. Ada ronki basah kasar, ini biasanya
berasal dari cairan yang berada dibronkus besar atau trakea. Ada ronki basah
sedang dan ada pula ronki basah halus yang terutama terdengar pada akhir
inspirasi, terdengar seperti bunyi gesekan rambut antara jari telunjuk dengan
empu jari.
b. Ronki kering (rhonchi)
Ronki kering disebabkan lewatnya udara melalui penyempitan saluran napas,
inflamasi atau spasme saluran napas seperti pada bronchitis atau asma
bronchial. Ronchi kering lebih dominant pada fase expirasi terdengar squeking
dan grouning, pada saluran yang lebih besar adalah deep tone grouning
(sonorous) dan pada saluran yang lebih kecil terdengar squeking dan whistling
(sibilant). Ronchi kering dengan berbagai kwalitas frekwensi pitchnya disebut
musical rales (seperti pada penderita asma bronchial)
c. Wheezing
Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di
akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan oleh penyempitan saluran respiratorik distal.
Mengi/wheezing pada saat inspirasi karena obstruksi saluran napas atas.
d. Krepitasi
Krepitasi adalah suara membukanya alveoli. Normalnya dibelakang bawah dan
samping pada inspirasi dalam. Patologis pada pneumonia
e. Pleural friction rub
Terjadinya bunyi pergeseran antara pleura parietal dengan pleura viseral waktu
inspirasi disebut Pleura friction. Dapat terjadi pada pleuritis fribrinosa. Lokasi
yang sering terjadi pleura friction adalah pada bagian bawah dari axilla, namun
dapat juga terjadi di bagian lain pada lapangan paru. Terdengar seperti
menggosok ibu jari dengan jari telunjuk dengan tekanan yang cukup keras pada
pangkal telinga kita, terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi paling jelas
pada fase inspirasi.

60

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


4. CUCI TANGAN KEMBALI
5. PENUTUP
Contoh : “baik bapak, saya telah selesai melukakan pemeriksaan fisik thoraks/dada dan
mendapatkan hasil:
contoh
▪ Inspeksi pada dinding dada normal
▪ Palpasi normal
▪ Perkusi normal
▪ Auskultasi normal
▪ Ada yang ingin ditanyakan.
▪ Terimakasih atas kesediaan bapak. Semoga lekas Sembuh
6. SALAM

61

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
FISIK ANAK
A. ANAMNESIS
◼ Autoanamnesis: langsung ke pasien (utk anak di atas 7 tahun biasanya sdh bisa dgn
autoanamnesis)
◼ Aloanamnesis : semua keterangan diperoleh selain dari pasiennya sendiri (utk
pasien neonates, bayi dan anak “ < 7tahun)
• Orang tua
• Wali
• Keterangan dari dokter yang merujuk
• Teknik anamnesis
1. Ciptakan suasana kondusif agar orang tua dapat member informasi secara spontan
dan wajar (memberi salam, memperkenalkan diri, minta izin untuk anamnesis dan
pemfis).
2. Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dg keadaan sosial,
ekonomi dan pendidikan, serta emosi orang yang diwawancara , tidak memakai
istilah yang mungkin tidak dimengerti oleh keluarga.
3. Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat
mungkin dihindari pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”
• Langkah-langkah anamnesis
1. Identitas pasien
a. Jenis kelamin:
b. Nama Orang tua
c. Alamat
d. Umur/pendidikan/pekerjaan Orang tua
e. Agama & suku bangsa
2. Keluhan utama dan keluhan tambahan
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
a. Disusun cerita yg kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan
sampai ia berobat
b. Bila pasien telah berobat sebelumnya : kapan,kepada siapa, obat apa yg
diberikan dan bagaimana hasilnya
c. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan komplikasi, adanya
gejala sisa, bahkan juga kecacatan
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pasien dalam kandungan ibu
6. Riwayat kelahiran
7. Riwayat makanan, imunisasi, riwayat TK & keluarga
62
• Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala
1. Lamanya keluhan berlangsung
2. Bagaimana sifat terjadinya gejala:

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Mendadak/perlahan-lahan/terus menerus/berupa bangkitan/hilang
timbul/berhubungan dg waktu
3. Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya:
4. Menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebarannya/berpindah
5. Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya
Menetap/cenderung bertambah berat/cenderung berkurang
6. Terdapatnya hal yg mendahului keluhan
7. Apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang
8. Apakah ada saudara atau tetangga menderita yg sama
9. Upaya yang telah dilakukan

• Beberapa keluhan yang sering ditemukan:


7. Demam. Yang perlu ditanyakan:
e. Lama demam
f. Apakah timbulnya mendadak, remiten,intermitten,kontinu
g. Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung beberapa hari
kemudian menurun lalu naik lagi dsb
h. Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun, meracau, menggigau,
mencret, muntah, sesak nafas, terdapatnya manifestasi perdarahan

8. Batuk
g. Berapa lama
h. Apakah batuk sering berulang atau kambuh
i. Sifat batuk: spasmodik, kering atau produktif/banyak dahak
j. Dirinci sifat dahaknya: kekentalan,warna, bau serta adanya darah pada dahak
k. Keluhan lain yg menyertai batuk: sesak napas, mengi, berkeringat pd malam
hari, sianosis, berat badan menurun, apakah pasien memerlukan perubahan
posisi, muntah dsb
l. Terdapatnya orang disekitar pasien yang juga batuk dapat memberi petunjuk
diagnosis.

9. Mencret
i. Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus gastrointestinalis atau
keluhan penyerta penyakit lain
j. Apakah mencret berlangsung akut atau kronik
k. Frekuensi defekasi sehari
l. Banyaknya feses setiap buang air besar
m. Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah
n. Warna feses( hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul)
o. Baunya ( busuk, anyir),
p. Selain rasa mulas,tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan lain yang
menyertai mencret mis: muntah, sesak napas, kejang, gangguan kesadaran, 63
kencing berkurang, lemas, lecet didubur, dubur keluar dsb

10. Muntah

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


c. Pada keluhan muntah perlu diketahui sejak umur berapa keluhan muntah mulai
berlangsung.
d. Hal-hal yang perlu diteliti:
• Berapa kali frekuensi muntah
• Sifat muntah: ( proyektil atau dengan keluhan nausea lebih dahulu)
• Berapa banyak muntahan
• Jenis muntahan dan warnanya
• Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum
• Apkah muntahnya berhubungan dg perubahan posisi dari berbaring ke
duduk.
• Keluhan lain yang sering menyertai : perut kembung, konstipasi,atau
mencret, demam, batuk spasmodik dll

11. Kejang
f. Kapan kejang terjadi : pertama kali atau berulang
g. Frekuensi kejang
h. Sifat kejang : klonik , tonik, umum atau fokal
i. Lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu kejang dan
pasca kejang.
j. Gejala lain yang menyertai: demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran,
atau kemunduran kepandaian

12. Sesak Napas


f. Keluhan sesak napas sering berhubungan dg penyakit saluran napas dan
penyakit kardiovaskular
g. Diteliti saat keluhan sesak napas timbul, apakah baru pertama kali atau
berulang-ulang
h. Berapa bantal anak tidur
i. Apakah sesak napas timbul setelah aktivitas (disebut toleransi latihan: pada
bayi ditanyakan bagaimana sibayi minum susu atau menetek)
j. Keluhan lain yang menyertai sesak napas ialah batuk, mengi, perut membesar,
pernah sakit sendi yang berpindah, demam, sakit dada, sianosis dan apakah ada
riwayat tersedak

B. MENCUCI TANGAN
1. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada anak
2. Langkah-langkah:

64

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


C. PEMERIKSAAN FISIK Ket: yg tulisan background ini : tambahan
Dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. informasi dri skilllab dgn dr. Moretta
a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum
a. Kesan keadaan sakit
b. Kesadaran
➢ Kompos mentis: sadar sepenuhnya
➢ Apatis: sadar tapi acuh tak acuh
➢ Somnolens : mengantuk,tdk respons thd stimulus ringan, respons thd
stimulus agak keras
➢ Sopor: tdk ada respons thd stimulus ringan/sedang, refleks cahaya masih
positif
➢ Koma: tdk ada respon thd semua stimulus, refleks cahaya negatif
➢ Delirium : kesadaran menurun serta kacau, biasanya disorientasi, iritatif dan
salah persepsi
Berdasarkan glasgow coma scale:

65

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


➔ Flexi di organ lain yang tidak dikasih rangsang nye
➔ Ekstensi di organ lain yg tdk dikasih rangsang nyer
(yg dikasih nyeri malah tdk bereaksi)
c. Status gizi

2. Tanda vital:
a. Nadi:
➢ Perabaan nadi dg ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan, ibu jari berada di bagian
dorsal tangan anak
➢ Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit penuh
(khusus pada pemfis anak : jangan 15 detik x 4)
frekuensi, irama, isi, kualitas, ekualitas
b. TD
➢ Posisi : berbaring telentang dg lengan lurus disamping badan atau duduk dg
lengan bawah diletakkan diatas meja  lengan berada setinggi jantung
➢ Cara:
• Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dg batas bawah +
3 cm dari siku atau lipat lutut
• Dg cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis pedis
tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi.
(khusus anak” /bayi : dipompa maks 120 mmHg saja, karna biasanya lbh
dari itu anak” sdh kesakitan/mnangis, dan biasanya TD anak” jarang yg
120 ke atas.)
• Sambil mendengar dg stetoskop pada a.brakialis ( di fossa cubiti) atau
a.poplitea ( di fosa poplitea), kosongkan manometer perlahan dg kecepatan
2-3 cm tiap detik.
• Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi korotkoff 66
➢ Bunyi korotkoff :
o I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahan
o II: seperti K I tetapi disertai bunyi desis
o III: seperti K II tetapi lebih keras

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


o IV: bunyi tiba-tiba melemah
o V : bunyi menghilang → kl pada dewasa korotkoff V ialah
diastoliknya, tapi pada anak-anak, diastoliknya pada korotkoff IV,
karena biasanya bunyi korotkoff V pd anak” sering sdh hilang/tdk
terdengar.
➢ Tekanan sistolik:
o Saat mulai terdengar bunyi K I
o Normal: dilengan < 10-15 mmHg dari tungkai ( kecuali bayi < 1th)
➢ Tekanan diastolik:
o Saat mulai terdengar bunyi K IV , (tdk sprti yg dewasa pada K V,
karena pd anak” K V jarang terdengar/sdh hilang)
o Pada bayi & anak bersamaan/hampir sama dg menghilangnya bunyi
K V.
o Bila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hsl
pemeriksaan ditulis keduanya,mis: 100/70/40 mmHg
c. Pernapasan
Cara: inspeksi, palpasi dan auskultasi
Nilai normal menurut WHO:
➢ < 2 bulan : <60 x/menit
➢ 2 bulan-12 bulan: < 50 x/menit
➢ 1-5 tahun: < 40 x/menit
➢ 6-8 tahun: < 30 x/menit
d. Suhu
waktu pengukuran suhu utk anak” : 5 menit
3. Data antropometrik :
• BB : baju jgn lupa dibuka, pampers seharusnya dibuka juga, tpi kl baru ganti
pampers, tdk dibuka tdk apa-apa
• TB / panjang badan: pada posisi berbaring dgn mistar khusus utk pengukur panjang
bayi , kepala dipegang agar tetap/tidak goyang dan tidak noleh, diukur smpe
telapak kaki, bukan ujung jari

• Lingk kepala : dilingkari dari bagian yg paling menonjol di dpn (glabella) smpai
bag paling menonjol di blkg (protuberantia occipital)
• lingk dada 67
• LLA,
• tebal lipatan kulit
b. Keadaan khusus
1. Kulit

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


a. Warna
b. Efloresensi yang ada: papula,makula, eritem, vesikel dll
c. Sianosis
d. Ikterus
• Paling jelas disklera,kulit serta selaput lendir
• Bilirubin indirek: kuning terang
• Bilirubin direks kuning kehijauan
• Bedakan dg karotenemia : kuning di telapak tangan/kaki, tdk pada sklera
e. Pucat
• Paling baik dinilai pada telapak tangan/kaki, kuku, mukosa mulut dan
konjungtiva
2. Kelenjar getah bening:
a. Yang diperiksa
• KGB oksipital
• KGB retroaurikuler
• KGB servikal anterior
• KGB inguinal
b. Rinci
• Ukuran, bentuk, mobilitas, tanda radang
• KGB teraba sampai 3 mm : normal
• KGB di servikal/inguinal < 1cm : normal
• KGB tak teraba : agamaglobulinemia ?
3. Kepala
a. Bentuk kepala , rambut: warna?, kuat/tidak?
b. Ubun-ubun: menutup/belum, cekung/rata/membonjol
c. Telinga : posisi? -> normal : sejajar dgn
d. Mata lihat: bercak bitot, pupil isokor/tidak, reflek cahaya, injeksi
konjungtiva/silier, sekret mata, air mata, mata cekung/tidak, konjungtiva:
anemis/tidak
Ngelihat sclera : mata ke bawah
Ngelihat konjungtiva : mata ke atas
e. Mulut: trismus, sianosis, rhagaden, mukosa mulut/bibir kering/tidak
f. Lidah: deviasi/tidak, atropi papil/tidak
g. Faring: perhatikan dinding posterior ( hiperemia,edema,abses,post nasal drip )
h. Tonsil : nyatakan besarnya dlm To,T1,T2,T3
4. Leher
Tortikolis: kel posisi kepala miring kesatu sisi dan terputar kesisi lain akibat
pemendekan m.sterno kleidomastoideus
Ukur tekanan vena yugularis:
Posisi pasien telentang dg dada dan kepala diangkat 15-30 derajat
Lihat batas atas distensi vena yugularis,bila perlu dg mengosongkan terlebih dulu dg 68
menekan bag.kranial vena dan mengurut kearah kaudal,kemudian dilepas

5. Dada
a. Inspeksi

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


• Dinding dada
• Bentuk dan besar dada
• Simetri dada dalam keadaan statis /dinamis
• Bentuk dada
➢ Pektus ekskavatum
Sternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam terutama inspirasi
➢ Pektus karinatum
Sternum menonjol biasanya disertai depresi vertikal kostokondral
➢ Barrel chest
Dada berbentuk bulat seperti tong
Sternum terdorong kearah depan dg iga-iga horizontal

6. Paru
a. Inspeksi : cukup pada waktu inspeksi dada
b. Palpasi
• Letakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan punggung
• Tentukan:
➢ Simetri/asimetri toraks, kel.tasbih, benjolan
➢ Fremitus suara
i. Mudah dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang bisa diajak
bicara ( suruh katakan tujuh puluh tujuh)
( utk bayi: dgn menangis saja, tdk usah disuruh 7 7 , kan blm bisa
ngomong:D )
ii. Meninggi : konsolidasi
iii. Berkurang: atelektasis, efusi, tumor
Krepitasi subkutis ( terdapatnya udara dibawah jaringan kulit
c. Perkusi
Dapat dilakukan dg 2 cara
➢ Langsung 69
➢ Tidak langsung
Suara perkusi
➢ Normal: sonor
➢ Abnormal : hipersonor/ redup

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


➢ Suara perkusi berkurang : redup atau pekak
Daerah pekak hati
➢ Setinggi iga ke6 garis aksilaris media kanan
➢ Pekak hati menunjukkan peranjakan dg gerakan pernapasan yakni menurun
pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi
➢ Peranjakan berkisar antara 1-2 sela iga, sulit diperiksa pada anak < 2 th
➢ Pekak hati meninggi : hepatomegali, massa intra abd, atelektasis, kolaps
paru kanan
➢ Pekak hati menurun pada asma/emfisema paru
d. Auskultasi
➢ Deteksi suara napas dasar dan tambahan
➢ Dilakukan diseluruh dada dan punggung
➢ Stetoskop sebaiknya ditekan dg cukup kuat pada sela iga
➢ Dimulai dari atas kebawah dan bandingkan kanan dan kiri dada
➢ Suara napas dasar
• Vesikuler :
Terjadi karena udara masuk dan keluar melalui jalan napas
Saat inspirasi lebih keras dan lebih panjang
Terdengar seperti membunyikan ‘ffff’ dan’wwww’
• Bronkial
Terdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih keras
Dapat disamakan dg bunyi ‘khkhkhkh’
• Amforik
Menyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosong
Terdengar pada caverne
➢ Suara napas tambahan
• Ronki basah( rales)
Suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yg
terjadi karena cairan dlm jln napas dilalui udara
RBH : dari duktus alveolus, bronkiolus, bronkus halus
RBS : dari bronkus kecil atau sedang
RBK: dari bronkus diluar jaringan paru
RB nyaring: berarti nyata benar terdengar karena suara disalurkan melalui
benda padat ( infiltrat/konsolidasi), karena melalui media normal ( tdk ada
infiltrat/konsolidasi)
RB tak nyaring suara ronki disalur
• Ronki kering ( rhonchi)
Suara kontinu yg terjadi karena udara melalui jalan nafas yang sempit
Lebih jelas terdengar pada ekspirasi
Jenis ronki kering yang terdengar lebih musikal atau sonor
• Wheezing ( mengi )
70
Sering terdengar fase ekspirasi
Mengi fase inspirasi : obstruksi sal. napas atas
Mengi fase ekspirasi : obstruksi sal.napas bawah( asma, bronkiolitis)
• Krepitasi

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Suara membukanya alveoli
Normal dibelakang bawah dan samping pada inspirasi dalam
Patologis : pada pneumonia
• Pleural friction rub
Bunyi gesekan pleura
Suara gesekan kasar seolah-olah dekat telinga
Paling jelas akhir inspirasi
Biasanya terdengar di bagian bawah belakang paru
➢ Kalau ada murmer bersamaan dengan nadi, berarti ada bising sistolik

7. Jantung
a. Inspeksi: Denyut apeks dan aktivitas ventrikel
➢ Denyut apeks/ Iktus kordis:
Bayi/anak kecil: ICS IV linea midclavicularis kiri, sedikit lateral
Anak usia > 3 th: ICS V sedikit medial L midclavicularis kiri
➢ Aktivitas ventrikel:
Pembesaran ventrikel kiri peningkatan aktv ventrikel kiri ( left ventricular
lift/left ventricular thrust)
Apeks jantung kebawah dan lateral
Biasanya disertai denyut apeks yang lebih kuat
Pembesaran ventrikel kanan peningkatan aktv ventrikel kanan ( right
ventricular heave )
Apeks jantung tetap pada tempatnya yang normal
Teraba peningkatan aktv. Ventrikel kanan di parasternal kiri bawah serta
epigastrium
b. Palpasi
Detak pulmonal
➢ Normal :BJ II tidak teraba
Hipertensi pulmonal: BJ II mengerasdapat diraba di sela iga 2 tepi kiri
sternum
(disebut detak pulmonal/pulmonary tapping)
➢ Penyebab Hipertensi pulmonal :
PJB pirau kiri kekanan yang besar
Stenosis mitral rematik
Kor pulmonale
Getaran bising/ thrill
➢ Thrill adalah getaran pada dinding dada yang terjadi akibat bising jantung
yang keras
➢ Perabaan : ujung jari 2 dan 3 atau telapak tangan dengan palpasi ringan
➢ Thrill menandakan ada bising jantung yang keras (derajat 4/6 atau lebih )
➢ Tempat getaran: pungtum maksimum bising
➢ Dapat diraba pada fase sistolik dan diastolic 71

c. Perkusi
Pada anak besar: informasi besarnya jantung (terutama pada kardiomegali yang
nyata )

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Pada bayi dan anak kecil perkusi sulit dilakukan, informasi dapat menyesatkan
d. Auskultasi
➢ Sistematik: mulai dari apeks tepi kiri sternum bawah bergeser keatas
sepanjang tepi kiri sternum sepanjang tepi kanan sternum daerah infra dan
supraklavikula kiri dan kanan lekuk suprasternal daerah karotis kanan dan
kiri

➢ Yang harus diperhatikan: frekuensi, irama jantung, bunyi jantung dan bising/
murmur

8. Abdomen
Pada bayi & anak kecil pemeriksaan abdomen seringkali didahulukan dari bagian
tubuh lain
Pada pemeriksaan abdomen palpasi paling berperan. Tetapi auskultasi dilakukan
lebih dulu (agar interpretasi auskultasi tidak salah karena setiap manipulasi
abdomen akan mengubah bunyi peristaltik usus). Hasil pemeriksaan selain
dinyatakan dengan kata atau angka, dianjurkan untuk digambarkan secara skematis

72

a. Inspeksi

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Permukaan abdomen (datar, cembung,cekung), kelainan-kelainan seperti:
hernia umbilikalis, dll), efloresensi, dilatasi vena
b. Auskultasi
➢ Bising usus→Normal : suara peristaltik terdengar sbg suara dg intensitas
rendah dan terdengar tiap 10-30 dtk → bising usus normal : 2-3 x/menit,
bising usus mningkat : > 8x/menit . Bising usus meningkat : obstruksi
(bunyi metalik). Bising usus berkurang/hilang : peritonitis/ileus
c. Perkusi

➢ Adanya cairan ( asites)


i. Dilakukan perkusi sistemik dari umbilikus ke arah lateral dan bawah
untuk mencari batas berupa garis konkaf antara daerah yang timpani
dengan daerah pekak yang terdapat bila ada asites

ii. Menentukan daerah redup yang berpindah ( shifting dullness) dg


melakukan perkusi dari umbilikus kesisi perut untuk mencari daerah
redup atau pekak; daerah redup ini akan menjadi timpani bila anak
berubah posisi dg cara miringkan pasien
iii. Tentukan adanya gelombang cairan (fluid wave) atau disebut cara
undulasi (bila asites sangat banyak serta dinding abdomen tegang)
iv. Cara undulasi (posisi telentang)
▪ Dilakukan pada asites yang sangat banyak serta dinding abdomen
tegang
▪ Caranya satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi perut pasien, 73
sedangkan jari tangan satunya mengetuk-ngetuk dinding perut sisi
lainnya.Sementara itu dg pertolongan orang lain gerakan yg diantarkan
melalui dinding abdomen dicegah dg jalan meletakkan satu tangan

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


ditengah abdomen pasien dg sedikit menekan. Pada asites dpt dirasakan
gelombang cairan pada tangan pertama atau dpt didengar dg stetoskop

➢ Adanya udara
➢ Batas hati
➢ Batas massa intraabdominal

d. Palpasi:
Nilai: turgor, adanya massa, nyeri tekan dan organ-organ dalam seperti hati,
limpa dan ginjal.
Semakin lambat turgornya, semakin dehidrasi
i. Palpasi hati
Nilai: Konsistensi, tepi, permukaan, nyeri , ukuran

ii. Palpasi limpa


Besarnya limpa diukur menurut cara schuffner
▪ Jarak maksimum dari pusat ke garis singgung pada arkus kosta kiri
dibagi 4 bagian yang sama
▪ Garis ini diteruskan ke bawah shg memotong lipat paha,garis dari
pusat ke lipat paha inipun dibagi menjadi 4 bagian yg sama
▪ Pembesaran limpa dinyatakan dg memproyeksikan kebagian ini. 74
▪ Limpa yang membesar sampai kepusat dinyatakansbg SIV, sampai
lipat paha S VIII
Beda splenomegali dg pembesaran lobus kiri hati
▪ Ikut bergerak pada pernapasan

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


▪ Insisura lienalis
▪ Dapat didorong kemedial, lateraal dan atas

iii. Palpasi ginjal


Normal : tidak dapat diraba kecuali pada neonatus
Abnormal : ginjal dapat diraba dg cara ballotement Cara:
▪ Letakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh pasien
sedemikian sehingga jari telunjuk berada di angulus
kostovertebralis.
Kemudian jari telunjuk ini menekan organ atau massa keatas, sementara itu
tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan
merasakan organ atau massa tersebut menyentuh,lalu ‘jatuh’ kembali
(seperti ada pemantulan)

9. Ekstremitas
Lihat adanya deformitas, edema tungkai (pitting/ non pitting), edema pada
persendian,
Telapak tangan→pucat/tidak, jari tabuh dll
10. Pemeriksaan neurologis
a. Dapat dinilai dari awal penderita masuk ke ruang periksa→ sadar/ tidak.
Sadar→ cara berjalan/ gait
Tidak sadar→ postur tubuh: normal, dekortikasi, deserebrasi
b. Motorik: nilai gerakan, kekuatan, tonus, klonus, reflex fisiologis dan patologis
Reflex patologis:
➢ Babinsky
Gores permukaan plantar kaki dg alat yg sedikit runcing
Positif bila terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dg
menyebarnya jari-jari yg lain
Normal pada bayi umur sampai 18 bln
Abnormal pada lesi piramidal
➢ Oppenheim
Tekan sisi medial pergelangan kaki→refleks yg terjadi seperti Babinsky
➢ Refleks Hoffmann 75
Dilakukan ketukan pada falang terakhir jari kedua
Positif terjadi fleksi jari pertama dan ketiga
Terdapat pada lesi piramidal dan tetani

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


c. GRM: kaku kuduk, bruzinski 1 dan 2, kernig
➢ kaku kuduk
Pasien telentang →bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan
shg dagu tdk dapat menempel pada dada

➢ bruzinski 1
letakkan 1 tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lain
diletakkan didada pasien agar badan tdk terangkat, kemudian kepala
pasien difleksi kedada secara pasif. Bila ada GRM maka kedua tungkai
bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

76

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


➢ bruzinski 2
fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.

➢ kernig
fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
Kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut sehingga
membentuk sudut 135°.
Kernig sign (+) bila tungkai bawah tidak dapat diekstensikan sampai
135°

Ini ada link gdrive video dokumentasi skill lab dgn dr.Moretta, 77
silahkan ditonton dan dipelajari, mohon maaf yaa kalau ada
salah/kurang lengkap :D :

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


https://drive.google.com/folderview?id=1VvqC14RQBItKUTB
WFA2Hh4JT9Cu8MMrB

Alat yg Di butuhkan :
.Manikin Anak
.Termometer
.Penlight
.Steteskop anak
.Tensi Anak
.Lingkar Kepala

78

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
A. Pendahuluan
1) Perkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
2) Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
3) Cuci Tangan
4) Saat memeriksa jangan lupa nyanyian. Ada beberapa dosen yang minta semuanya
di jelasin jadi biar aman jelasin aja.
Contohnya : Saya akan mengukur lingkar perut yang melewati titik potong linea
mid axillaris. Mohon maaf pak, saya akan menandai titik batas tepi tulang
rusuk/angulus costae paling bawah dan titik tertinggi dari crista illiaca. Dll

B. Pemeriksaan
1. Mengukur lingkar lengan
Cara :
a. Menanyakan manakah tangan yang dominan. Jika yang dominan sebelah
kanan, maka yang diukur sebelah kiri. Karena tangan yang dominan cenderung
memiliki otot yang lebih besar.
b. Minta pasien menekuk tanggannya 90 derajat.
c. Tentukan acromion dan olecranon
d. Ukur panjang acromion dan olecranon dari sisi agak belakang pasien.
e. Bagi dua hasil ukur panjang acromion dan olecranon, tandai.
f. Minta pasien meluruskan tangan kembali (tergantung dosen)
g. Ukur di bagian yang sudah ditandai menggunakan meteran. Jangan lupa ada
dua satuan di meteran yaitu inchi dan cm. jangan salah menyebutkan
ukurannya.

79

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


2. Mengukur lingkar pinggang
Meminta izin pasien untuk mengangkat baju sehingga bagian abdomen.
Jika pasien perempuan, minta untuk menyilangkan tangan di depan dada. Jika
pasien laki-laki, minta untuk melebarkan tangan 15 derajat.
Minta pasien untuk membuka kaki 15-30 cm.
Cara :
a. Dokter berada di samping pasien.
b. Tentukan linea midaxillaris.
c. Tentukan & tandai titik arcus costae paling bawah dextra dan sinistra
d. Tentukan & tandai titik crista illiaca tertinggi dextra dan sinistra
e. Ukur lingkar perut di antara kedua titik menggunakan meteran (harus lurus,
nanti saat ujian ada cermin jadi bisa lihat di cermin udah lurus atau belum
meteran yang mengelilingi abomennya).
f. Ukur kedua sisi kanan dan kiri
Notes : lingkar perut diukur di akhir ekspirasi. Tidak perlu menyuruh
pasien ekspirasi, perhatikan saja pasien.

80

3. Mengukur lingkar betis


Persilahkan pasien duduk, keadaan otot kaki harus dalam keadaan relaksasi

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


Tanyakan pasien mana kaki yang dominan, ukurlah kaki yang tidak dominan
Cara :
a. Ukur bagian terbesar betis

4. Mengukur tinggi badan


Tujuan untuk menentukan IMT, nilai gizi
Cara :
a. Minta pasien untuk membuka sepatu
b. Pasien menempel kedinding. Bagian tubuh yang harus menempel adalah :
tumit, pinggul dan bahu.
c. Ukur tinggi pasien di inspirasi maksimal

5. Mengukur berat badan


Cara :
a. Minta pasien melepaskan sepatu dan alat-alat yang memberatkan seperti jam,
handphone, dll. Usahakan pasien seringan mungkin.
b. Minta pasien naik ke atas timbangan dan menghadap lurus kedepan.

6. Tebal Lemak di Bawah Kulit


Menggunakan alat yaitu caliper.
Tempat : umumnya di triceps dan scapula

Cara :
a. Minta pasien menenuk tangan kebelakang agar margo scapula lebih terlihat
b. Bentuk garis di angulus inferior scapulae
c. Buat garis sejajar dengan vertebra
d. Tarik garis dari angulus inferior scapulae ke vertebra 45 derajat
e. Pada garis yang sudah dibuat tandai 1cm dari angulus inferior scapulae
f. Ukur dengan caliper

81

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ


82

DIVISI SKILL LAB ALPHERATZ

Anda mungkin juga menyukai