Anda di halaman 1dari 21

REFERAT BEDAH

VARIKOKEL

Disusun Oleh :
Andreas Natan
406172075

Pembimbing:
dr. Suryo Adji, Sp.B
AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RS BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE x 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama/ NIM : Andreas Natan / 406172075


Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tarumanagara
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : x 2018
RumahSakit Bhayangkara, Semarang
Modul Referat : Varikokel
Pembimbing : dr. SuryoAdji, Sp.B
AKBP dr. AdiPurnomo, Sp.B

Telah diperiksa dan disahkan tanggal x 2018

Mengetahui,

Ketua SMF Bedah dan Pembimbing,


Pembimbing,

AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B dr. SuryoAdji, Sp.B


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberi kesempatan untuk
menyusun referat dengan judul Varikokel. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Varikokel. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
2. AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B, selakukepala SMF sekaligus dokter pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan serta pengajaran baik selama penulisan referat maupun
selama penulis mengikuti kepaniteraan di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
3. dr. Suryo Adji, Sp.B, selaku dokter pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti kepaniteraan Bedah di Rumah
Sakit Bhayangkara Semarang.
4. Ns. Yohana Kristiyaning, S.Kep, selaku perawat klinik Bedah Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang yang juga banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan tentang Bedah.
5. Para staf dan seluruh karyawan serta para perawat yang telah banyak membantu dan
memberikan saran-saran yang berguna bagi penulis dalam menjalani kepaniteraan di
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
6. Keluarga serta seluruh teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan dalam penulisan referat ini.

Walaupun penulis mendapat berbagai kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan,
dorongan, bimbingan serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh banyak pihak, maka penulis
dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.

Akhir kata, semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Semarang, x 2018
BAB I
PENDAHULUAN

Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria. Dari beberapa penelitian
didapatkan bahwa 21%-41% pria yang infertil menderita varikokel. Kebanyakan varikokel
mengenai sisi kiri, dan dominasi sisi kiri dikarenakan oleh aliran vena spermatika interna
kiri yang berhubungan dengan vena renalis kiri dengan arah tegak lurus. (dasar urologi)
Dalam beberapa dekade terakhir, pembahasan varikokel mendapat perhatian karena
potensinya sebagai penyebab terjadinya disfungsi testis dan infertilitas pada pria.
Diperkirakan sepertiga pria yang mengalami gangguan kualitas semen dan infertilitas
adalah pasien varikokel. Akan tetapi tidak semua pasien varikokel mengalami gangguan
fertilitas, diperkirakan sekitar 20 - 50% didapatkan gangguan kualitas semen dan
perubahan histologi jaringan testis. Perubahan histologi testis ini secara klinis mengalami
pengecilan volume testis. Pengecilan volume testis bagi sebagian ahli merupakan indikasi
tindakan pembedahan khususnya untuk pasien pubertas yang belum mendapatkan data
kualitas semen. Salah satu cara pengobatan varikokel adalah pembedahan. Keberhasilan
tindakan pembedahan cukup baik. Terjadi peningkatan volume testis dan kualitas semen
sekitar 50 - 80% dengan angka kehamilan sebesar 20 - 50%. Namun demikian angka
kegagalan atau kekambuhan adalah sebesar 5 - 20%.(jurnal urologi)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. STRUKTUR ANATOMI DAN FUNGSI TESTIS

Testis adalah organ genitalia pria yang pada orang normal jumlahnya ada dua dan
masing-masing terletak didalam skrotum kanan dan kiri. Bentuknya ovoid dan pada orang
dewasa ukurannya adalah 4 x 3 x 2,5 cm, dengan volume 15-25 ml. Kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika
albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri dari lapisan viseralis dan parietalis, serta
tunika dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat
digerakkan mendekati ruang abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap
stabil. (Purnomo, 2012)

Gambar 1. Anatomi skrotum


Secara histopatologi, testis terdiri dari ±250 lobuli dan tiap lobulus terdiri dari
tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferi terdapat sel-sel spermatogonia dan sel
sertoli, sedangkan diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel leydig. Sel-sel
spermatogonium pada proses spermatogenesis menjadi spermatozoa. Sel-sel setoli
berfungsi untuk member makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel leydig atau disebut
juga sel-sel interstisial testis berfungsi untuk menghasilkan hormone testosteron.
(Purnomo, 2012)
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubulus seminiferi testis disimpan dan
mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Epididimis adalah organ berbentuk seperti
sosis, epididimis dihubungkan dengan testis melalui duktus eferentes. Sel spermatozoa
setelah diproduksi didalam testis dialirkan ke epididimis, disini spermatozoa mengalami
maturasi sehingga menjadi motil lalu dialirkan ke vas deferens.
Vas deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35cm,
bermula dari kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior.
Duktus ini terdiri dari otot polos yang mendapatkan persarafan dari sistem simpatik
sehingga dapat berkontraksi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra posterior.
Setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ampulla vas deferens. Sel-sel itu setelah
bercampur dengan cairan-cairan di epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta
cairan prostat membentuk cairan semen dan mani. (Purnomo, 2012)
Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika interna
yang merupakan cabang dari aorta, arteri diferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior,
dan arteri kremasterika yang merupakan cabang dari epigastrika. Pembuluh darah yang
meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus pampiniformis (Purnomo, 2012)
Gambar 2. Histologi testis

2. VARIKOKEL
A. Definisi
Varikokel merupakan varikositas pleksus pampiniformis korda spermatika, yang
membentuk benjolan skrotum yang terasa seperti “kantong cacing” (Dorland, 2002).
B. Epidemiologi
Walaupun varikokel muncul pada kira-kira 20% populasi laki-laki secara umum,
kebanyakan terjadi pada populasi subfertil (40%). Faktanya, varikokel skrotum umumnya
merupakan penyebab rendahnya produksi sperma dan penurunan kualitas sperma.
Varikokel mudah diidentifikasi dan dikoreksi dengan prosedur pembedahan
Pada referensi lain disebutkan varikokel ditemukan kira-kira pada 15% anak
remaja laki-laki dan predominan pada sisi sebelah kiri. Hal ini didokumentasikan pada
tahun 1880-an yang menyebutkan bahwa varikokel lebih dominan pada sisi kiri, jarang
muncul sebelum pubertas, dan dalam beberapa hal berhubungan dengan hilangnya volume
testis ipsilateral yang tampak dan reversibel dalam beberapa peristiwa setelah ligasi
varikokel (Daitch, 2003)
Varikokel jarang menjadi masalah klinis yang jelas sebelum masa remaja awal.
Karena varikokel jarang dilaporkan timbul pada orang-orang yang lebih tua, tampak
bahwa populasi dari anak laki-laki dengan varikokel mungkin mewakili populasi dari
dewasa yang akan punya varikokel. Prevalensi varikokel pada remaja, berhubungan
dengan infertilitas pada laki-laki, dan peningkatan kualitas sperma yang mungkin terlihat
pada orang-orang infertil setelah ligasi varikokel telah meningkatkan daya tarik untuk
mempelajari varikokel pada remaja dan hubungannya dengan disfungsi spermatogenik.
C. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan
yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika
interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
(Purnomo, 2012)

Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus. (Purnomo, 2012)

D. Patogenesis
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa cara,
antara lain:
1. Terjadi aliran darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia
karena kekurangan oksigen.

2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.

3. Peningkatan suhu testis.

4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan


zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi
infertilitas.

E. Diagnosis
a. Manifestasi Klinis

Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa
nyeri.
Varikokel jarang menimbulkan rasa tidak nyaman. Keluhan yang biasa dimunculkan antara lain
adanya rasa sakit yang tumpul atau rasa berat pada sisi dimana varikokel terdapat, hal tersebut
biasanya muncul pada saat setelah berolahraga berat atau setelah berdiri cukup lama dan jika
pasien berada dalam posisi tidur, rasa berat dan tumpul tersebut menghilang.
Karena varikokel pada remaja biasanya asimptomatik, banyak yang ditemukan melalui
pemeriksaan fisik rutin sebelum masuk sekolah, ujian SIM, atau pemeriksaan medis preseason
kompetisi olahraga. Sementara itu disisi yang lain karena penyebaran informasi mengenai kanker
testis, banyak remaja yang datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan medis karena teraba
massa yang tidak nyeri pada skrotumnya. Banyak massa pada skrotum yang tidak diketahui
asalnya didiagnosis sebagai varikokel. Hernia inguinalis, communicating hidrokel, hernia omental,
hidrokel of the cord, spermatokel, dan hidrokel skrotum adalah diagnosis banding untuk massa
pada skrotum yang tidak nyeri pada remaja.
b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien dalam posisi berdiri tegak,
untuk melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat, adanya distensi
kebiruan dari dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus
dipalpasi, dengan manuver valsava (mengedan) ataupun tanpa manuver. Varikokel yang
dapat diraba dapat dideskripsikan sebagai “bag of worms”, walaupun pada beberapa kasus
didapatkan adanya asimetri atau penebalan dinding vena.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pasien dalam posisi supinasi, untuk membandingkan


dengan lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi berdiri, tapi tidak
menghilang dalam posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan pengukuran testis dengan
menggunakan orchidometer (untuk konsistensi dan ukuran) dapat juga memberi gambaran
kepada pemeriksa ke patologi intragonad. Apabila disproporsi panjang testis atau volum
ditemukan, indeks kecurigaan terhadap varikokel akan meningkat.

Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun
terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan
auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat
mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang
sulit diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel subklinik.

Diperhatikan pula konsistensi testis maupun ukurannya, dengan membandingkan testis kiri
dengan testis kanan. Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume testis
dilakukan pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua
testis teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel germinal.
Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli
seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen
pada varikokel menujukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma, meningkatnya
jumlah sperma muda (immature) dan terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).

Klasifikasi varikokel

Grade Temuan dari pemeriksaan fisik

Grade I Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava

Grade II Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak terlihat dari


kulit skrotum

Grade III Dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit skrotum

Gambar. Orkidometer

c. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa teknik yang dapat digunakan sebagai pencitraan varikokel:


 Angiografi/venografi

 USG

 MRI

 CT Scan

 Nuclear Imaging

Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan refluks
darah vena abnormal di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus pampiniformis.
Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini
biasanya hanya digunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan
anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang simptomatik.
 Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena
dengan kontras medium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan
menggunakan kanul menuju vena testikular kanan.

Gambar 7. Left Testikular Venogram

Ultrasonografi
Penemuan USG pada varikokel termasuk:
 Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya berdekatan
dengan testis.
 Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis
inguinalis biasanya lebih dari 2.5 mm dan saat valsava manuever diameter
meningkat sekitar 1 mm.
 Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa pembesaran
pembuluh darah dengan diameter ± 8 mm.
 Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral, anterior,
posterior, atau inferior dari testis)
 USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi
channel vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduanya.
 USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade I),
intermiten (grade II),dan kontinu (grade III)
 Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik yang kurang
jelas pada testis. Gambarannya berbentuk oval dan biasanya terletak di sekitar
mediastinum testis.
Dengan menggunakan diameter sebagai kriteria dilatasi vena, Hamm dkk menemukan
bahwa USG memiliki sensitivitas sekitar 92.2%, spesifitas 100% dan akurasi 92.7%.
 Positif palsu/negatif
Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel.
Jika meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa. Varikokel
intratestikular dapat memberi gambaran seperti ektasis tubular.

G. Tatalaksana
Indikasi Tindakan Operasi

Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan infertilitas,


penurunan volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan tindakan operasi.
Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang abnormal harus
dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi-
dependen fungsi testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak
ada keuntungan dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular
ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus
dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral
memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat
direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade I – II tanpa
atrofi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan
testis yang menghilang pada sisi varikokel, maka disarankan untuk dilakukan
varikokelektomi.

Alternatif Terapi

Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan varikokel klinis, ada
beberapa alternatif untuk varikokelektomi. Saat ini terdapat teknik termasuk percutaneous
radiographic occlusion dan skleroterapi. Teknik retrogard perkutaneus dengan
menggunakan kanul vena femoralis dan memasang balon/coil pada vena spermatika
interna. Teknik ini masih berhubungan dengan bahaya pada arteri testikular dan limfatik
dikarenakan sulitnya menuju vena spermatika interna. Radiographic occlusion juga
memiliki komplikasi seperti migrasi embolisasi materi menuju ke vena renalis yang
mengakibatkan rusaknya ginjal dan emboli paru, tromboflebitis, trauma arteri, dan reaksi
alergi dari pemberian kontras.

Tindakan oklusi antegrad varikokel dilakukan dengan tindakan kanulasi perkutan dari vena
pampiniformis skrotum dan injeksi agen sklerotik. Teknik ini memiliki angka performa
yang tinggi tetapi angka rekurensi jika dibandingkan dengan yang teknik retrograd, dapat
memberikan risiko trauma pada arteri testikular.

Teknik Operasi

Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik yang
paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat kulit
skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau subinguinal,
laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.

1. Teknik Retroperitoneal (Palomo)


Teknik retroperitoneal (Palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena
spermatika interna ke arah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena renalis
kiri. Pada bagian ini, hanya 1 atau 2 vena besar yang terlihat. Sebagai tambahan, arteri
testikular belum bercabang dan seringkali berpisah dari vena spermatika interna.
Kekurangan dari teknik ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik karena sulitnya
mencari lokasi pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel post operasi.
Sebagai tambahan, angka kekambuhan tinggi karena arteri testikular terlindungi oleh
plexus periarterial (vena comitantes), dimana akan terjadi dilatasi seiring berjalannya
waktu dan akan menimbulkan kekambuhan. Paralel inguinal atau retroperitoneal kolateral
bermula dari testis dan bersama dengan vena spermatika interna ke arah atas ligasi
(cephalad), dan vena kremaster yang tidak terligasi, dapat menyebabkan kekambuhan.
Ligasi dari arteri testikular disarankan pada anak – anak untuk meminimalkan
kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri testikular tidak
direkomendasikan karena akan mengganggu fungsi testis.
Prosedur tindakan:
 Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi.
 Insisi horizontal daerah iliaka dari umbilikus ke SIAS sepanjang 7 – 10 cm tergantung
besar tubuh pasien.
 Aponeurosis M. External oblique diinsisi secara oblique.

 M. Internal oblique terpisah 1 cm ke arah lateral dari M. Rectus abdominis dan M.


Transversus abdominis diinsisi.
 Peritoneum dipisahkan dari dinding abdomen dan diretraksi.
Gambar 9 Teknik Retroperitoneal (Palomo)
 Pembuluh spermatic terlihat berdekatan dengan peritoneum, sangatlah penting
menjaganya tetap berdekatan dengan peritoneum.
 Dilanjutkan memotong dinding abdomen menuju M. Psoas posterior.
 Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengindentifikasi vena spermatika, dan <
10% kasus arteri spermatika mudah dilihat, terisolasi dari seluruh struktur spermatik
dan mudah dikenali.
 Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada kasus dengan vena
tunggal dan tidak ada kolateral, arteri dapat dikenali dan hanya akan dijaga apabila
tidak bersamaan dengan vena kecil yang menyatu dengan arteri. Pada kasus dengan
vena multipel, kolateral akan teridentifikasi dan seluruh pembuluh darah dari ureter
menuju dinding abdomen terligasi. Pembuluh darah spermatika secara umum
terinspeksi pada jarak 7 – 8 cm dan diligasi dengan pemisahan/pemotongan, kemudian
dijahit permanen.
 Setelah hemostasis dipastikan, M. Oblique internal, M. Transversus abdominis, dan
M. External oblique ditutup lapis demi lapis dengan jahitan yang dapat diserap.
 Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap.
 Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.

2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)


 Insisi dibuat 2 cm diatas simfisis pubis.
 Fasia M. External oblique secara hati – hati disingkirkan untuk mencegah
trauma N. ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
 Pemasangan Penrose drain pada saluran sperma.
 Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah spermatika.
 Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan
benang yang nonabsorbable.
 Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External oblique
ditutup dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit subkutikuler.
Gambar 10. Teknik Inguinal (Ivanissevich)

3. Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan keuntungan
dan kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan untuk melakukan teknik

ini, untuk memudahkan menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu
melakukan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena comitantes bergabung
dengan arteri testikular. Teknik ini memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada
usus, pembuluh darah intraabdominal dan visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini
lebih serius dibandingkan dengan varikokelektomi open.
Gambar 11. Teknik Laparoskopik
Indikasi dilakukan operasi:
 Infertilitas dengan produksi semen yang jelek
 Ukuran testis mengecil
 Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar
Komplikasi
 Perdarahan
 Infeksi
 Atrofi testis atau hilangnya testis
 Kegagalan mengkoreksi varikokel
 Apabila varikokel berhasil dikoreksi: tidak terabanya palpasi varix setelah 6
bulan postoperasi, orchalgia, oligoastenospermia)
4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)
Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk
melakukan ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi ke arah insisi, untuk
memudahkan pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop pembesaran 6x
hingga 25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan dengan mudah diligasi, serta
ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu testis diangkat. Fasia intraspermatika dan
ekstraspermatika secara hati – hati dibuka untuk mencari pembuluh darah. Arteri testikular
dapat dengan mudah diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik
dapat dikenali dan disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel

.
Gambar 12.M icrosurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)
Komplikasi
 Hidrokel
 Rekurens; dikarenakan ligasi inkomplit
 Iskemia testis dan atrofi; karena trauma dari arteri testikular
BAB III
KESIMPULAN

Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan
21-41% pria yang mandul menderita varikokel.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi
dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai
daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan
yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika
interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai
adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor),
muara vena spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.
Indikasi dari dilakukannya operasi varikokel adalah varikokel yang simptomatis
dan dengan komplikasi. Beberapa tindakan operasi diantaranya adalah ligasi tinggi vena
spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi,
varikokelektomi cara Ivanissevich, atau secara perkutan dengan memasukkan bahan
sklerosing ke dalam vena spermatika interna ( embolisasi ).

Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari Palomo
didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen, dan 50%
pasangan menjadi hamil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC. 2005. 691-695.
2. Purnomo, B. B. 2000. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV Sagung Seto.
3. Rajeev, K., Rupin, S. Varicocele and Male Infertility: current status. The Journal of
Obstetrics and Gynecology of India. 2005. Vol. 55: 505-516.

Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jakarta
Schneck FX, Bellinger MF. 2007. Varicocele:Abnormalities of the testes and
scrotum and their surgical management. In: Wein AJ, ed. Campbell-Walsh Urology. 9th
edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. Chap. 67 hal. 3793-3798.
1. Graham, Sam D, Keane Thomas E. 2009. Varicocele. In : Glenn’s Urologic Surgery.
Lippincott Williams and Wilkins. Hal 397-401.
2. 2 http://www.urologi.or.id/pdf/JURI22003_6.pdf
3. 8 http://www.varicoceles.com/nonsurgical_varicocele_2006.pdf
4. http://emedicine.medscape.com/article/382288-imaging

Kandell, Fouad R. Male Reproductive Dysfunction, Pathophysiology and Treatment. CRC Press.
2007

Varicocele in Adolescents Workup


Updated: Aug 05, 2016
 Author: James M Elmore, MD; Chief Editor: Marc Cendron

Anda mungkin juga menyukai