Anda di halaman 1dari 27

VARIKOKEL

Disusun Oleh

Nama : Peri Desta Pangarego


NPM : 219218002

Dokter Pembimbing
Dr. Parbarita Sibarani, Sp.B

RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023


ii

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat dan

karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari

makalah ini adalah “Varikokel”. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi pihak yang membaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik

penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran maupun

masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi

perkembangan dunia pendidikan.

Pematang Siantar, 28 November 2023

Penulis

Peri Desta Pangarego

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

Latar Belakang............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2

Definisi........................................................................................................................... 2

Epidemiologi.................................................................................................................. 2

Etiologi........................................................................................................................... 3

Patofisologi..................................................................................................................... 4

Diagnosis........................................................................................................................ 5

Penatalaksanaan............................................................................................................. 9

Komplikasi..................................................................................................................... 21

Prognosis........................................................................................................................ 21

BAB III PENUTUP................................................................................................................... 22

Kesimpulan..................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Varikokel merupakan kondisi pembesaran pembuluh darah vena pada skrotum (kantung
buah zakar). Pelebaran terjadi karena terjadi hambatan aliran darah sehingga darah mengalir
kembali ke skrotum. Varikokel mirip dengan penyakit varises di tungkai kaki yang
membedakan hanya lokasinya.
Varikokel umumnya terjadi disebelah kiri karena struktur pembuluh darahnya yang
memungkinkan untuk terhimpit oleh pembuluh darah lain dan tekanan didalamnya lebih
besar, meski demikian hampir 50% penderita dengan varikokel mengalami pada kedua sisi.
Varikokel diperkirakan dijumpai pada sekitar 15% laki-laki pada populasi umum dengan
sebagian besar penderita varikokel berada pada usia reproduksi. Risiko varikokel meningkat
hingga 8 kali lebih besar bila memiliki keluarga dengan riwayat varikokel.
ebanyak 25-35% pria yang mengalami infertilitas primer (belum pernah memiliki anak
setelah berhubungan rutin selama 1 tahun tanpa alat kontrasepsi) dan 50-80% pria dengan
infertilitas sekunder (sudah pernah memiliki anak namun saat ini kesulitan memiliki anak
kembali) mengalami varikokel. Terlebih, dari studi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta
tahun 2011, didapatkan varikokel sebagai penyebab utama kasus infertilitas pada pria. Selain
masalah fertilitas, varikokel juga dapat menyebabkan nyeri pada kantung buah zakar pada 2-
10% penderita. Nyeri umumnya bersifat ringan dan tumpul pada daerah kantung buah zakat
maupun lipat paha.

1
BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI
Varikokel, varicocele, adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41%
pria yang mandul menderita varikokel.

EPIDEMIOLOGI
Varikokel merupakan salah satu penyebab infertilitas pada laki-laki. Prevalensi varikokel pada
infertilitas laki-laki primer sebanyak 25- 35% dan pada infertilitas laki-laki sekunder sebanyak
50-80%. Studi Eropa yang melibatkan 7000 pasien menemukan kejadian varikokel 15,7% pada
laki-laki usia muda dengan rata-rata usia 19 tahun. Prevalensi varikokel pada anak laki-laki
berusia kurang dari 10 tahun jauh lebih rendah, yaitu <1%.
Dekade terakhir ini, pembahasan varikokel mendapat perhatian karena potensinya sebagai
penyebab terjadinya disfungsi testis dan infertilitas pada pria. Diperkirakan sepertiga pria yang
mengalami gangguan kualitas semen dan infertilitas adalah pasien varikokel . Akan tetapi tidak
semua pasien varikokel mengalami gangguan fertilitas, diperkirakan sekitar 20 - 50% didapatkan
gangguan kualitas semen dan perubahan histologi jaringan testis. Perubahan histologi testis ini

2
secara klinis mengalami pengecilan volume testis. Pengecilan volume testis bagi sebagian ahli
merupakan indikasi tindakan pembedahan khususnya untuk pasien pubertas yang belum
mendapatkan data kualitas semen. Salah satu cara pengobatan varikokel adalah pembedahan.
Keberhasilan tindakan pembedahan cukup baik. Terjadi peningkatan volume testis dan kualitas
semen sekitar 50 - 80% dengan angka kehamilan sebesar 20 - 50%. Namun demikian angka
kegagalan atau kekambuhan adalah sebesar 5 - 20%.

ETIOLOGI

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari pengamatan
membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah kanan
(varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri lebih panjang
daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.

Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya: kelainan
pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika
kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.
Ada beberapa teori mengenai etiologi varikokel
1. Peningkatan tekanan vena renal yang disebabkan kompresi antara arteri mesenterika dan
aorta (efek nutcracker)
2. Kerusakan katup anti-refluks vena spermatika yang berhubungan dengan vena renal,
menyebabkan aliran retrograd vena testis.
3. Angulasi pada pertemuan vena spermatika interna dan vena renalis sinistra.
4. Penyebab varikokel yang jarang termasuk trombosis vena dalam (deep vein
thrombosis/DVT), malformasi arteriovenous renal, dan trombosis pleksus pampiniformis.

3
PATOFISIOLOGI

Varikokel memiliki efek negatif terhadap spermatogenesis, volume testis, parameter semen
standar, fungsi sperma, fertilisasi, implantasi, dan hasil embrio; tetapi mekanisme
patofisiologinya masih belum sepenuhnya dipahami.

Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan terplintirnya vena
spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah retrogard. Darah vena dari testis kanan
dibawa menuju vena cava inferior pada sudut oblique (kira – kira 30 0). Sudut ini, bersamaan
dengan tingginya aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada sisi
kanan (Venturi effect). Sebagai perbandingan, vena testikular kiri menuju ke arteri renalis kiri
(kira – kira 900). Insersi menuju vena renalis kiri sepanjang 8 – 10 cm lebih ke arah kranial
daripada insersi dari vena spermatic interna kanan, yang berarti sisi kiri 8 – 10 cm memiliki
kolum hidrostatik yang lebih panjang dengan peningkatan tekanan dan relatifnya aliran darah
lebih lambat pada posisi vertikal.

Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah proksimal diantara arteri mesenterika superior
dan aorta (0.7% dari kasus varikokel), dan distalnya diantara arteri iliaka komunis dan vena
(0.5% dari kasus varikokel). Fenomena nutcracker ini dapat juga menyebabkan peningkatan
tekanan pada sistem vena testikular kiri.

Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa cara, antara
lain:

1. Terjadi aliran darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena
kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan prostaglandin)
melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat
hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan
gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.

4
DIAGNOSIS
Anamnesis
Varikokel umumnya tanpa gejala; pada laki-laki dewasa umumnya didiagnosis saat evaluasi
infertilitas dari faktor pria, sedangkan pada remaja umumnya ditemukan secara tidak sengaja saat
pemeriksaan fisik. Keluhan nyeri skrotum dapat ditemukan dengan karakteristik nyeri tumpul,
atau nyeri berdenyut pada testis, skrotum, atau selangkangan.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien dalam posisi berdiri tegak, untuk
melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat, adanya distensi kebiruan dari
dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus dipalpasi, dengan
valsava manuever ataupun tanpa valsava. Varikokel yang dapat diraba dapat dideskripsikan
sebagai “bag of worms”, walaupun pada beberapa kasus didapatkan adanya asimetri atau
penebalan dinding vena.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pasien dalam posisi supinasi, untuk membandingkan dengan
lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi berdiri, tapi tidak menghilang dalam
posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan pengukuran testis dengan menggunakan orchidometer
(untuk konsistensi dan ukuran) dapat juga memberi gambaran kepada pemeriksa ke patologi

5
intragonad. Apabila disproporsi panjang testis atau volum ditemukan, indeks kecurigaan
terhadap varikokel akan meningkat.

Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun terdapat
tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan auskultasi dengan
memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat mendeteksi adanya
peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang sulit diraba secara klinis
seperti ini disebut varikokel subklinik.

Diperhatikan pula konsistensi testis maupun ukurannya, dengan membandingkan testis kiri
dengan testis kanan. Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume testis dilakukan
pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua testis teraba kecil
dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel germinal.

Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi
dilakukan pemeriksaan analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen pada varikokel
menujukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma, meningkatnya jumlah sperma muda
(immature) dan terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).

Klasifikasi varikokel

Grade Temuan dari pemeriksaan fisik


Grade I Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava
Grade II Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak terlihat dari
kulit skrotum
Grade III Dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit skrotum

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa teknik yang dapat digunakan sebagai pencitraan varikokel:

 Angiografi/venografi

6
 USG
 MRI
 CT Scan
 Nuclear Imaging

Angiografi/venografi

Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi varikokel yang
kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan refluks darah vena abnormal
di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus pampiniformis.

Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini biasanya hanya
digunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan anatomi dari vena.
Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang simptomatik.

Positif palsu/negatif

Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan kontras
medium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan menggunakan kanul
menuju vena testikular kanan.

7
Gambar. Left testikular venogram

Ultrasonografi

Penemuan USG pada varikokel termasuk:

 Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya berdekatan


dengan testis.
 Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis inguinalis
biasanya lebih dari 2.5 mm dan saat valsava manuever diameter meningkat sekitar 1 mm.
 Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa pembesaran
pembuluh darah dengan diameter ± 8 mm.
 Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral, anterior, posterior,
atau inferior dari testis)
 USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi channel
vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduanya.
 USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade I),
intermiten (grade II),dan kontinu (grade III)

8
 Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik yang kurang jelas
pada testis. Gambarannya berbentuk oval dan biasanya terletak di sekitar mediastinum
testis.

Dengan menggunakan diameter sebagai kriteria dilatasi vena, Hamm dkk menemukan bahwa
USG memiliki sensitivitas sekitar 92.2%, spesifitas 100% dan akurasi 92.7%.

Positif palsu/negatif

Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel. Jika meragukan,
USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa. Varikokel intratestikular dapat
memberi gambaran seperti ektasis tubular.

Gambar . Upper image: Longitudinal sonogram through the pampiniform plexus of the left
testis. The image shows several anechoic tubes. Lower image: The application of color Doppler
imaging in the same patient shows bidirectional flow within the anechoic tubes.

PENATALAKSANAAN
Apabila varikokel disertai nyeri testis, sebaiknya diberi tata laksana konservatif dan diobservasi

9
berkala. Tata laksana konservatif meliputi elevasi skrotum, pemberian non-steroid
antiinflammation drug (NSAID), dan membatasi aktivitas fisik.
Perbaikan bedah merupakan tata laksana varikokel yang paling umum dan dapat dilakukan
dengan teknik varikokelektomi terbuka (ligasi tinggi retroperitoneal, inguinal, dan subinguinal),
laparoskopi/robotik atau varikokelektomi mikro.

Indikasi tindakan operasi


Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan infertilitas, penurunan
volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan tindakan operasi. Varikokel secara
klinis pada pasien dengan parameter semen yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan
membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi-dependen fungsi testis. Untuk
varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukan tindakan
operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis
yang makin memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja
dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan
operasi sangat direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade I –
II tanpa atrofi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan
testis yang menghilang pada sisi varikokel, maka disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.

Teknik Operasi

Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik yang paling
pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat kulit skrotum. Operasi
ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau subinguinal, laparoskopik, dan
microkroskopik varikokelektomi.

1. Teknik Retroperitoneal (Palomo)

Teknik retroperitoneal (Palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena spermatika


interna ke arah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena renalis kiri. Pada
bagian ini, hanya 1 atau 2 vena besar yang terlihat. Sebagai tambahan, arteri testikular
belum bercabang dan seringkali berpisah dari vena spermatika interna. Kekurangan dari

10
teknik ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik karena sulitnya mencari lokasi
pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel post operasi. Sebagai tambahan,
angka kekambuhan tinggi karena arteri testikular terlindungi oleh plexus periarterial
(vena comitantes), dimana akan terjadi dilatasi seiring berjalannya waktu dan akan
menimbulkan kekambuhan. Paralel inguinal atau retroperitoneal kolateral bermula dari
testis dan bersama dengan vena spermatika interna ke arah atas ligasi (cephalad), dan
vena kremaster yang tidak terligasi, dapat menyebabkan kekambuhan. Ligasi dari arteri
testikular disarankan pada anak – anak untuk meminimalkan kekambuhan, tetapi pada
dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri testikular tidak direkomendasikan karena akan
mengganggu fungsi testis.

Gambar Modified Palomo retroperitoneal approach for varicocelectomy

 Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi.


 Insisi horizontal daerah iliaka dari umbilikus ke SIAS sepanjang 7 – 10 cm
tergantung besar tubuh pasien.
 Aponeurosis M. External oblique diinsisi secara oblique.

11
 M. Internal oblique terpisah 1 cm ke arah lateral dari M. Rectus abdominis dan M.
Transversus abdominis diinsisi.
 Peritoneum dipisahkan dari dinding abdomen dan diretraksi.
 Pembuluh spermatic terlihat berdekatan dengan peritoneum, sangatlah penting
menjaganya tetap berdekatan dengan peritoneum.
 Dilanjutkan memotong dinding abdomen menuju M. Psoas posterior.
 Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengindentifikasi vena spermatika, dan <
10% kasus arteri spermatika mudah dilihat, terisolasi dari seluruh struktur spermatik
dan mudah dikenali.
 Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada kasus dengan vena
tunggal dan tidak ada kolateral, arteri dapat dikenali dan hanya akan dijaga apabila
tidak bersamaan dengan vena kecil yang menyatu dengan arteri. Pada kasus dengan
vena multipel, kolateral akan teridentifikasi dan seluruh pembuluh darah dari ureter
menuju dinding abdomen terligasi. Pembuluh darah spermatika secara umum
terinspeksi pada jarak 7 – 8 cm dan diligasi dengan pemisahan/pemotongan,
kemudian dijahit permanen.
 Setelah hemostasis dipastikan, M. Oblique internal, M. Transversus abdominis, dan
M. External oblique ditutup lapis demi lapis dengan jahitan yang dapat diserap.
 Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap.
 Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.

2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)

 Insisi dibuat 2 cm diatas simfisis pubis.


 Fasia M. External oblique secara hati – hati disingkirkan untuk mencegah trauma N.
ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
 Pemasangan Penrose drain pada saluran sperma.
 Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah spermatika.
 Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan benang
yang nonabsorbable.

12
 Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External oblique ditutup
dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit subkutikuler.

Gambar. Teknik Inguinal

3. Teknik Laparoskopik

Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan keuntungan dan
kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan untuk melakukan teknik ini,
untuk memudahkan menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu
melakukan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena comitantes bergabung
dengan arteri testikular. Teknik ini memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada
usus, pembuluh darah intraabdominal dan visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini
lebih serius dibandingkan dengan varikokelektomi open.

13
Indikasi dilakukan operasi:

 Infertilitas dengan produksi semen yang jelek

14
 Ukuran testis mengecil
 Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar

Komplikasi

 Perdarahan
 Infeksi
 Atrofi testis atau hilangnya testis
 Kegagalan mengkoreksi varikokel
 Apabila varikokel berhasil dikoreksi: tidak terabanya palpasi varix setelah 6 bulan
postoperasi, orchalgia, oligoastenospermia)

4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)

Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk melakukan


ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi ke arah insisi, untuk memudahkan
pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop pembesaran 6x hingga 25x,
periarterial yang kecil dan vena kremaster akan dengan mudah diligasi, serta
ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu testis diangkat. Fasia intraspermatika dan
ekstraspermatika secara hati – hati dibuka untuk mencari pembuluh darah. Arteri
testikular dapat dengan mudah diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh
limfatik dapat dikenali dan disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.

15
16
17
18
19
Komplikasi

 Hidrokel
 Rekurens; dikarenakan ligasi inkomplit
 Iskemia testis dan atrofi; karena trauma dari arteri testikular

5. Teknik embolisasi

 Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena sedasi dan lokal anestesi.
 Angiokateter kecil dimasukkan ke sistem vena, dapat lewat vena femoralis kanan
atau vena jugularis kanan.
 Kateter dimasukan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri (karena
kebanyakan varikokel terdapat di sisi kiri) dan kontras venogram.
 Dilakukan ISV venogram sebagai “peta” untuk mengembolisasi vena.
 Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis inguinalis internal.
 Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atau platinum
spring-like embolization coils.
 Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi sakroiliaka.
 Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan embolisasi.
 Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua cabang ISV terblok,
kemudian kateter dapat dikeluarkan.
 Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk mencapai
hemostasis.
 Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi selama
beberapa jam, kemudian dapat dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini mencapai
95%.

20
KOMPLIKASI

Komplikasi pasca-tindakan pembedahan perbaikan varikokel umumnya ringan. Semua


pendekatan operasi varikokel memiliki risiko kecil seperti infeksi luka, hidrokel, persistensi, atau
kekambuhan varikokel dan atrofi testis. Komplikasi yang umum terjadi pasca-operasi adalah
hidrokel. Hidrokel terjadi karena gangguan drainase limfatik akibat operasi. Pada suatu meta-
analisis, hidrokel terbentuk pada 0,4% bedah mikro, pada 8,2% bedah retroperitoneal, pada 2,8%
laparoskopi, dan pada 7,3% bedah inguinal makroskopik. Komplikasi insisi inguinal meliputi
mati rasa pada skrotum dan nyeri berkepanjangan.

PROGNOSIS

Setelah perbaikan bedah, sekitar 70% meningkatkan parameter semen, dan 40-60%
meningkatkan hasil konsepsi. Peningkatan kualitas semen akan terlihat sekitar 3 sampai 4 bulan
setelah operasi dan menjadi final pada 6 bulan.

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41%
pria yang mandul menderita varikokel.

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah
kanan (varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri lebih panjang
daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.

Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.

Indikasi dari dilakukannya operasi varikokel adalah varikokel yang simptomatis dan
dengan komplikasi. Beberapa tindakan operasi diantaranya adalah ligasi tinggi vena spermatika
interna melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi, varikokelektomi cara Ivanissevich, atau
secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena spermatika interna
(embolisasi).

Setelah perbaikan operasi, sekitar 70% meningkatkan parameter semen, dan 40-60%
meningkatkan hasil konsepsi. Peningkatan kualitas semen akan terlihat sekitar 3 sampai 4 bulan
setelah operasi dan menjadi final pada 6 bulan.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.urologi.or.id/pdf/JURI22003_6.pdf

Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. EGC. 2005

http://jowo.jw.lt/books/Kesehatan/Buku_saku_urologi_txt.txt

Kandell, Fouad R. Male Reproductive Dysfunction, Pathophysiology and Treatment. CRC Press.

2007

http://emedicine.medscape.com/article/382288-imaging

Graham Sam D, Keane Thomas E. Glenn’s Urologic Surgery. Lippincott Williams & Wilkins.

2009

23

Anda mungkin juga menyukai