NIM : 191710301003 Kelas : TIP A’ 19 Gelombang : 2
SYARAT MASUK
PRAKTIKUM MINGGU KEDUA
1. Konsep Neraca Massa
Neraca massa adalah alat/ tool untuk mendapatkan rincian perhitungan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk mendapatkan rincian perhitungan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah produk. Dengam tool ini, dapat diketahui adanya sejumlah kehilangan bahan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan mnegetahui kemungkinan dikembangkanya proses tersebut untuk mencapai proses zero waste (tidak ada limbah yang terbuang). Konsep dasarnya adalah jumlah bahan yang masuk ke dalam suatu unit proses adalah sama jumlahnya dengan keluaran dari unit tersebut, sesuai penerapan hukum kekekalan massa (Wardana, 2008). 2. Perbedaan Rendemen Dan Loss Product Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam pembuatan produk. Rendemen adalah perbandingan antara berat kering produk yang dihasilkan berat bahan baku(Yunisrifin, Bintoro, dan Suwarastuti, 2006). Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan 100% (Sani et al, 2014). Nilai rendemen juga berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung pada tumbuhan. Proses produksi produk yang bermutu baik umumnya membutuhkan biaya yang besar. Biaya tersebut dapat diakibatkan oleh harga bahan baku berkualitas dan juga serangkaian proses pengendalian dan pengawasan mutu. Serangkaian tahapan proses produksi sering kali menghasilkan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Demi menjamin bahwa produk yang sampai ke konsumen adalah produk yang baik dan bermutu tinggi, maka produk tersebut akan dibuang dan tidak masuk ke dalam proses penjulan. Hal ini berimplikasi pada menurunnya jumlah produk akhir (yield) yang dihasilkan akibat loss product tersebut. Loss product tersebut akan menjadi kerugian bagi perusahaan sehingga dibutuhkan suatu proses perbaikan. ( N, 2018) 3. Perbedaan Kalor Lebur Dan Kalor Jenis Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikan suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar satu derajat. Secara sistematis, kalor jenis dinyatakan melalui persamaan di bawah: 𝑸 𝒄= 𝒎∆𝒕 Kalor jenis benda biasanya bergantung pada suhu. Apabila perubahan suhu tidak terlalu besar maka besar kalor jenis dianggap tetap (Nabawiyah, 2010). Kalor lebur adalah kuantitas panas yang harus diberikan pada suatu bahan pada titik leburnya supaya menjadi zat cair seluruhnya pada suhu titik lebur. Setelah es melebur kalor diterima digunakan kembali untuk menaikkan suhu sampai suhu 100℃ (pada tekanan 1 atm) kemudian menguap pada keadaan suhu konstan (Khristiani, 2013). 4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kalor 1. Panjang benda Semakin panjang suatu benda yang dipanaskan maka semakin lambat panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. 2. Luas permukaan benda Semakin luas permukaan suatu benda yang dipanaskan maka semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitu sebaliknya. 3. Jenis benda Semakin bersifat konduktor (logam) suatu benda yang dipanaskan maka semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun sebaliknya. 4. Perbedaan suhu Semakin besar perbedaan suhu dua benda yang bersentuhan maka semakin cepat kalor panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun sebaliknya (Susana, 2009 ). 5. Contoh Implementasi Penggunaan Kalor Dalam Industri Penggunaan alat penukar kalor (heat exchanger) semakin banyak digunakan dalam berbagai industri untuk menurunkan dan menaikkan temperatur dalam memenuhi kebutuhan teknis produk. Industri- industri yang menggunakan alat penukar kalor seperti industri kimia, pabrik, gedung Perkantoran, rumah sakit dan pembangkit listrik (power plan). Salah satu tipe dari alat ini penukar kalor yang sering digunakan adalah shell and tube heat exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell slindris si bagian luar dan sejumlah tube di bagian dalam, temperatur fluida di alam tube berbeda dengan diluar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antar aliran luar fluida di dalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut tube side dan yang di luar disebut shell side (Putra, 2017). 6. Pengertian Kenaikan Titik Didih Beserta Dengan Rumusnya Karena keberadaan zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap larutan, maka titik didih larutan pasti juga terpengaruh karenanya. Titik didih ialah suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan teakanan atmosfer luar. Kenaikan titik didih, di definisikan sebagai berikut: ∆𝑇 = 𝑇𝑑 − 𝑇𝑑° Dimana 𝑇𝑑 adalah titik didih larutan dan 𝑇𝑑° adalah titik didih pelarut murni. Karena ∆𝑇𝑑 berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka juga berbanding lurus dengan konsentrasi ( molaritas ) larutan (Chang, 2004). 7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kenaikan Titik Didih 1. Tekanan, bila tekanan eksternal : a) Kurang dari satu atmosfir, titik didih cairan lebih rendah dari titik didih normal b) Sama dengan satu atmosfir, titik didih cairan dirsebut titik didih normal c) Lebih besar dari atmosfir, titik didih cairan lebih besar dari titik didih normal 2. Jenis molekul, jika gaya antar molekulnya adalah: a) Relatif kuat, titik didih akan relatif tinggi. b) Yang relatif lemah, titik didih akan relatif rendah (Para’pak, 2014). DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2. 2004. Jakarta:
Erlangga. Khristiani, Yeny. 2013. Analisis Ragam Dan Perubahan Konsepsi Kalor Siswa Sma Negeri 5 Malang. Skripsi.Universitas Negeri Malang. N,. Susana. Paubun., Rammy A.Kadiwano., Eunike O. Kambe., Wahyu Hari Kristiyanto., Ferdy Semuel Rondonuwu. 2009. Konsepsi Mahasiswa Tentang Perpindahan Kalor. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, Dan Penerapan Mipa. Fakultas Mipa. Universitas Negeri Yogyakarta. Nabawiyah, Khilfatin., Ahmad Abtokhi. 2010. Penentuan Nilai Kalor Dengan Bahan Bakar Kayu Sesudah Pengarangan Serta Hubungannnya Dengan Nilai Porositas Zat Padat. Jurnal Neutrino. Vol. 3 (1) Nugraha, Ilham Billy.2018. Analisis Faktor Penyebab Loss Product Selama Produksi Susu Steril Berperisa Di Industri Susu Steril. Skripsi. Departemen Ilmu Dan Pangan. Institut Pertanian Bogor. Para’pak, Intan. 2014. Titik Leleh Dan Titik Lebur. Laporan Praktikum Kimia Dasar 1. Universitas Udayana. Putra, Iriansyah. 2017. Studi Perhitungan Heat Exchanger Type Shell And Tube Dehumidifier Biogas Limbah Sawit Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas. Jurnal Polimesin Vol. 15 (1). Politeknik Negeri Lokseumawe. Sani, R.N., Fithri C.N., Ria D.A., Dan Jaya M.M. 2014. Analisis Rendemen Dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis Chuii. Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 2(2):121-126. Wardana. 2008. Membuat Aplikasi Berbasis Pendekatan Sistem Dengan Visual Basic Net. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Yuniarifin, H, Bintoro VP, Suwarastuti A. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Fosfat Pada Proses Perendaman Tulang Sapi Terhadap Rendemen, Kadar Abu Dan Viskositas Gelatin. Journal Indon Trop Anim Agric. 31(1) : 55-61.