Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA

PENENTUAN NILAI ΔH REAKSI DENGAN KALORIMETER SEDERHANA

Disusun oleh:
Duta Fatah Hutama (19)
Emmylliana Dewi Anggraeni (20)
Fahmi Hanifah (21)
Fahmi Nur Sa’adah (22)
Galanta Priatama (23)
Hanifah (24)

XI MIPA 4

SMA NEGERI 1 WATES


TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami sebagai penyusun dapat membuat Laporan
Praktikum Termokimia (Penentuan Nilai ΔH Reaksi dengan Kalorimeter Sederhana).
Walaupun demikian, kami sebagai penyusun berusaha dengan semaksimal mungkin
demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar mengajar di
sekolah, maupun dalam menunaikan praktikum termokimia ini. Saran dan kritik yang sifatnya
membangun begitu diharapkan oleh kami demi kesempurnaan dalam penulisan laporan
berikutnya.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktikum Termokimia ini, di antaranya:
1. Bapak Ngatija, S.Pd., selaku guru pembimbing dalam pelajaran Kimia di SMA Negeri 1
Wates.
2. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Wates yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
3. Rekan se-angkatan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, kami sebagai penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan SMA Negeri 1 Wates.
Kami ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, semoga Allah
Swt. membalas semua kebaikan kalian. Amin

Kulon Progo, 25 September 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 5
1.4. Manfaat ................................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6
2.1. Dasar Teori .............................................................................................................................. 6
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................................... 12
3.1. Alat dan Bahan ...................................................................................................................... 12
3.2. Cara Kerja .............................................................................................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................ 14
4.1. Tabel Pengamatan ................................................................................................................ 14
4.2. Pembahasan .......................................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 16
5.1. Kesimpulan............................................................................................................................ 16
5.2. Saran ..................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan sehingga sangat perlu dipelajari oleh peserta didik (Dewi, dkk.,
2016:99). Konsep dalam ilmu kimia sangat luas yaitu dari konsep yang sederhana
hingga konsep yang begitu kompleks dan abstrak (Sari dan Hidayat, 2017:33). Konsep
kimia juga diperoleh dari kegiatan eksperimen yang perkembangannya didapat melalui
kegiatan penelitian (Chang, 2005:4). Maka dari itu, di dalam pembelajaran kimia
dibutuhkan adanya kegiatan praktikum (Halimah, dkk, 2017:53). Kegiatan praktikum
memudahkan peserta didik dalam memahami konsep yang sedang dipelajari
dikarenakan peserta didik melakukan pengamatan secara langsung (Prasetyo, dkk,
2015:255).
Salah satu konsep kimia yang perlu dipelajari dengan disertai praktikum adalah
termokimia (Desnylasari, 2016:2). Materi termokimia di SMA kelas XI. Berdasarkan
kurikulum nasional, kompetensi dasar termokimia mencakup aspek pengetahuan yaitu
memahami berbagai jenis entalpi reaksi, hukum Hess dan konsep energi ikatan. Aspek
keterampilan yang dikembangkan yaitu menentukan perubahan entalpi berdasarkan
data kalorimetri, entalpi pembentukan, atau energi ikatan berdasarkan hukum Hess
(Tim Kemendikbud, 2016:16).
Salah satu praktikum pada konsep termokimia adalah penentuan perubahan
entalpi reaksi menggunakan kalorimeter. Prinsip kalorimeter adalah menggunakan
wadah yang memiliki sifat bahan isolator untuk mengukur perubahan suhu reaksi dan
memperkirakan kapasitas kalor yang dapat digunakan untuk memperkirakan kalor
reaksi dengan cukup baik (Rufiati, 2011:59). Di Laboratorium, kalorimeter yang sering
digunakan adalah kalorimeter sederhana pada tekanan konstan yang berbahan dasar
aluminium yang dilapisi oleh palstik (Yunita, 2013:58).
Dalam aktivitas keseharian, apa yang menjadi kegiatan kita tidak terlepas dari
konsep kalor. Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut, jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung
oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung
pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis) dan perubahan suhu. Pengukuran
jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan
eksperimen disebut kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan adalah kalorimeter (Muhsin, 2019).
Joseph Black mengukur kalor jenis suatu benda dengan meletakkan sebuah
benda pada keadaan kontak termal dengan benda lain yang kalor jenisnya sudah
diketahui. Misalnya benda yang akan diukur kalor jenisnya bermassa m1 dan memilkik
suhu awal T1. Suatu zat cair yang bermassa m2 yang suhu awalnya T2 ditempatkan
dalam sebua gelas, dan ditempatkan dalam suatu sistem tertutup yaitu kalorimeter.

4
Benda m1 dicelupkan ke dalam zat cair dan suhu campuran Tf keduanya dicatat.
Kalorimeter merupakan sistem tertutup. Tidak ada kalor yang masuk maupun yang
keluar dari dan ke dalam sistem. Banyaknya kalor yang diserap oleh benda yang dingin
yaitu benda m1 sama dengan banyaknya kalor yang dilepas oleh benda yang panas m2.
Menurut Giancoli (1997) bahwa berdasarkan prinsip perpindahan kalor, banyak
sekali manfaat di dalam bidang pangan diaplikasikan sebagai pengering suatu bahan
makanan karena dengan pengeringan mikroba pada makanan akan mati dan tidak
tumbuh, dan sebagai penggoreng bahana makanan. Oleh karena banyaknya kejadian
dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan perpindahan kalor maka percobaan ini
penting untuk dipahami, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Praktikum Kalorimeter Sederhana adalah sebagai berikut:
• Bagaimana prinsip kerja kalorimeter melalui rancangan sederhana?
• Bagaimana cara penggunaan kalorimeter sederhana?
• Bagaimana cara menentukan nilai ΔH suatu reaksi?
• Apakah faktor yang dapat memengaruhi nilai perubahan entalpi reaksi?
• Apa hasil percobaan dari praktikum kalorimeter sederhana ini? Apakah termasuk
reaksi endoterm atau eksoterm?
1.3. Tujuan
Tujuan pada Praktikum Kalorimeter Sederhana adalah sebagai berikut:
• Mampu memahami prinsip kerja calorimeter melalui rancangan sederhana.
• Mampu mengetahui cara penggunaan calorimeter sederhana.
• Mengetahui cara menentukan nilai ΔH suatu reaksi.
• Mengetahui faktor yang dapat memengaruhi nilai perubahan entalpi reaksi.
• Mengetahui hasil percobaan dari praktikum kalorimeter sederhana ini dan
mengetahui termasuk reaksi endoterm atau eksoterm.
1.4. Manfaat
Manfaat dari laporan hasil praktikum ini adalah dapat membantu praktikan dan
pembaca dalam menyelesaikan masalah didalam kehidupan sehari hari yang
berhubungan dengan prinsip kerja alat kalorimeter. Adapun manfaat dari kalorimeter
yang merupakan alat untuk mengukur kalor adalah dengan adanya kalorimeter kita
dapat mengetahui bahwa benda dapat berubah bentuk karena adanya kalor yang
mempengaruhi. Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari misalnya setrika listrik dan
rice cooker. Alat tersebut mempunyai prinsip kerja yaitu energi listrik diubah menjadi
kalor. Selain itu manfaat dari laporan ini adalah untuk memahami lebih dalam
mengenai reaksi kimia yang disertai perubahan energi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang melibatkan
perubahan entalpi dan penulisannya dikaitkan dengan koefisien reaksi dan wujud zat.
Pada persamaan termokimia koefisien reaksi menunjukkan perbandingan jumlah mol
dan mempengaruhi nilai perubahan entalpi.
Perubahan entalpi reaksi yang diukur pada keadaan standar yaitu pada 25°C
(298 K) dan tekanan 1 atmosfer (1 atm) disebut perubahan entalpi dasar dan diberi
lambang ΔH°. Satuan energi yang digunakan untuk ΔH° menurut satuan internasional
(SI) adalah joule (J).
Macam-macam perubahan entalpi :
o Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHf°)
 Kalor yang dilepas atau diserap pada reaksi pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya dalam keadaan standar (suhu 25°C dan tekanan 1 atm).
 Catatan :
ΔH°f bisa dalam bentuk reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
Koefisien zat yang dibentuk harus 1 karena 1 mol senyawa berararti
koefisien senyawa yang terbentuk harus 1
Terbentuk dari unsur-unsurnya (Na, Ca, C, H2, O2, N2, Cl,……)
 Contoh : ΔH°f NH3 = –46 kj/mol
Persamaan termokimianya 1/2 N2 + 3/2 H2 ——> NH3 ΔH°f = –46 kj/mol
o Perubahan entalpi penguraian standar (ΔHd°)
 Kalor yang dilepas atau diserap pada reaksi penguraian 1 mol senyawa menjadi
unsur-unsurnya unsurnya dalam keadaan standar (suhu 25°C dan tekanan 1
atm).
 Catatan :
ΔH°d kebalikan ΔH°f
Koefisien zat yang diuraikan harus 1 karena senyawanya adalah 1 mol
Terurai menjadi unsur-unsurnya
 Contoh : ΔH°d NH3 = +46 kj/mol
Persamaan termokimianya NH3 ——> 1/2 N2 + 3/2 H2 ΔH°d = +46 kj/mol
o Perubahan entalpi pembakaran standar (ΔHc°)
 Kalor yang dilepas pada reaksi pembakaran sempurna 1 mol zat pada keadaan
standar (suhu 25°C dan tekanan 1 atm)
 Catatan :
ΔH°c selalu eksoterm (-)
Koefisien yang dibakar harus 1
Zat direaksikan dengan O2
Untuk pembakaran sempurna
untuk C —> CO2 N —> NO2
S —> SO2 H —> H2O
 Contoh : ΔH°c CH4 = -890 kj/ mol
Persamaan termokimianya CH4 + 2 O2 ——> CO2 + 2 H2O ΔH°c = -890
kj/mol

6
o Perubahan entalpi pelarutan standar (ΔHs°)
 Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi
penguraian standar diberi simbol (ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation
yang berarti pelarutan.
 Catatan :
Jika ΔHs sangat positif, zat itu tidak larut dalam air
Jika ΔH negatif, zat itu larut dalam air
 Contoh :
NH3(g) + aq -> NH3(aq) ΔHs=-35.2 kJ mol-1
HCl(g) + aq -> H+(aq) + Cl-(aq) ΔHs=-72.4 kJ mol-1
NaCl(s) + aq -> Na+(aq) + Cl-(aq) ΔH=+4.0 kJ mol-1
o Perubahan entalpi netralisasi standar (ΔHn°)
 Kalor yang dilepas pada reaksi penetralan 1 mol asam oleh basa dan 1 mol basa
oleh asam basa oleh asam dalam keadaan standar (suhu 25°C dan tekanan 1
atm).
 Catatan :
ΔH°n selalu eksoterm (-)
Reaksi asam + basa
 Contoh : ΔH°n NaOH = -200 kj/mol
Persamaan termokimianya
2 NaOH + H2SO4 ——> Na2SO4 + 2 H2O
ΔH°n NaOH = -200/2 = -100 kj/mol
ΔH°n H2SO4 = -200/1 = -200 kj/mol

Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau
dilepaskan sistem pada suatu reaksi adalah kalorimeter. Secara sederhana kalorimeter
dapat dibuat dari gelas gabus atau styrofoam. Dimana pada kalorimeter akan terjadi
perubahan energi dari energi listrik menjadi energi kalor sesuai dengan hukum
kekekalan energi yang menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan energi tidak dapat
dimusnahkan (Syarifuddin, 2012). ada dua jenis kalorimeter, yaitu kalorimeter larutan
dan kalorimeter bom. Kalorimeter larutan merupakan alat yg dipergunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang terlibat di reaksi kimia dalam sistem larutan (Keenan,
1988).

7
Salah satu bentuk kalorimeter adalah kalorimeter campuran. Dimana,
kalorimeter ini terdiri dari sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana
ini biasanya ditempatkan didalam bejana lain yang lebih besar dan kedua bejana
dipisahkan oleh bahan penyekat, seperti gabus atau wol. Bejana luar sendiri berfungsi
sebagai isolator agar pertukaran kalor dengan sekitar kalori meter dapat dikurangi
(Keenan,1980).
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas suatu benda. Suhu suatu
benda menunjukkan tingkat energi panas benda tersebut. Satuan suhu yang digunakan
di Indonesia adalah derajat Celcius (°C). Alat untuk mengukur suhu
disebut termometer. Menurut Djoko Arisworo dalam buku IPA Terpadu (Biologi,
Kimia, Fisika) suhu dapat dinyatakan dengan empat satuan yaitu Celsius, Fahrenheit,
Reaumur, dan Kelvin. Suhu dapat ditentukan dengan cara :
Skala Celcius ke skala Fahrenheit
T°C = 9/5 T°C + 32
Skala Celcius ke skala Reamur
T°R = 4/5 T°R
Skala Celcius ke Kelvin
T (K) = T°C + 273.

Kalorimeter juga dilengkapi dengan batang pengaduk. Saat zat dicampurkan


didalam kalorimeter, air dalam kalorimeter harus diaduk agar diperoleh suhu merata
sebagai akibat dari percampuran dua zat yang suhunya berbeda. Azas penggunaan
kalorimeter yaitu memakai Azas Black. Azas Black menyatakan “Jika dua benda
dengan suhu yang berbeda dicampur, maka benda yang suhunya lebih tinggi akan
memberikan kalor pada benda yang suhunya lebih rendah sehingga suhu akhir
keduanya menjadi sama”. Hal ini terjadi, karena jumlah kalor yang diserap (𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝)
oleh benda yang suhunya lebih rendah sama dengan jumlah kalor yang dilepaskan
(𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠) benda bersuhu lebih tinggi, sehingga
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠=𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 (1)
Kalor yang berkaitan dengan perubahan suhu, besarnya adalah
𝑄=𝑚 𝑐 Δ𝑇 (2)
Keterangan :
Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg ° C)
Δt = kenaikan/perubahan suhu zat (° C)
C = kapasitas kalor suatu zat (J/° C)
Pernyataan suhu lebih tinggi atau lebih rendah menyiratkan pengertian besar atau
kecilnya kandungan energi di dalam benda, sekaligus mengandung pengertian wujud
benda gas, cair, atau padat. Pada titik suhu dan tekanan perubahan wujud, kalor yang
diserap atau dilepaskan akan digunakan untuk mengubah wujud benda. Besarnya kalor
yang berhubungan dengan perubahan wujud bergantung pada massa benda (𝑚𝑒) dan
nilai kalor transformasi atau kalor laten:

8
𝑄=𝑚𝑒𝐿 (3)
dengan 𝐿 menyatakan kalor laten yang dapat berupa kalor peleburan, kalor penguapan,
atau kalor sublimasi. Untuk memahami konsep konversi energi secara utuh, maka perlu
dilakukan pengujian percobaan, baik untuk menentukan besarnya kalor yang diserap
maupun yang dilepaskan. Pada saat menentukan besar kalor, perlu dihitung secara pasti,
besar perubahan suhu benda. Perubahan suhu benda yang dimaksud bukan hanya
perubahan suhu yang terukur, karena suhu benda berbeda dengan suhu lingkungan.
Suhu yang terukur tidak otomatis menyatakan suhu fisik kalorimeter, karena suhu
terukur merupakan resultan suhu kalorimeter dengan pengaruh laju pendinginan atau
pemanasan oleh lingkungan yang suhunya lebih rendah atau lebih tinggi dari pada suhu
kalorimeter (Yuningsih dkk., 2021)
Pertukaran energi kalor sendiri merupakan dasar teknik yang dikenal dengan
nama kalorimetri, yaitu merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk
melakukan pengukuran kalor diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat maka dapat
digunakan kalorimeter. Salah satu kegunaan penting dari kalorimeter adalah dalam
penentuan kalor jenis suatu zat. Pada teknik yang dikenal sebagai “metode campuran”,
satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi dan diukur dengan akurat, maka
dengan cepat akan ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada
sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan mengukur suhu akhir
campuran tersebut, maka dapat dihitung kalor jenis zat tersebut (Petrucci, Ralph H.
1987).
Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanasi sampai suhu tertentu. Dengan cepat
zat itu dimasukkan kedalam kalorimeter yang berisi air dengan suhu dan massanya
sudah diketahui. Kalorimeter diaduk sampai suhunya tidak berubah lagi. Dengan
menggunakan hukum kekekalan energi, kalor jenis yang dimasukkan dapat dihitung
(Syukri, S. 1999).
Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan menyangkut
perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan. Pada hukum Termodinamika 1,
dinyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah
ke bentuk yang lain. Oleh karena itu, jumlah energi yang diperoleh oleh sistem dan
sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Kalorimeter sederhana
dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator (tidak menyerap kalor), sehingga wadah
dianggap tidak menyerap kalor pada saat reaksi berlangsung (Wijayanti, 2022).

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah
suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya
seperti negara. Pada prinsipnya, setiap sistem selalui terdiri atas empat elemen :
• Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda
fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem
tersebut.
• Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
• Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
• Lingkungan, tempat di mana sistem berada

9
Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari
perubahan energi. Reaksi kimia yang sedang diuji cobakan (reagen-reagen yang sedang
dicampurkan) dalam tabung reaksi merupakan sistem.
Berdasakan keterbukaan :
• Sistem tersekat merupakan sistem yang tidak dapat melakukan pertukaran
materi maupun energi dengan lingkungannya. Sistem tersekat memiliki jenis
energi yang tetap. Contoh untuk sistem tersekat adalah botol termos ideal.
• Sistem tertutup adalah sistem yang hanya dapat melakukan pertukaran energi
dengan lingkungannya. Contoh untuk sistem tertutup ini adalah sejumlah gas
dalam silinder tertutup.
• Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mempertukarkan materi dan energi
dengan lingkungannya. Akibatnya komposisi dari sistem terbuka tidak
tetap(berubah). Contoh untuk sistem terbuka ini adalah sejumlah zat-zat dalam
wadah terbuka.Lingkungan adalah hal-hal di luar sistem yang membatasi
system (mengelilingi sistem) dan dapat mempengaruhi sistem. Dalam hal ini,
tabung reaksi, tempat berlangsungnya reaksi kimia, merupakan lingkungan.
Berdasarkan komponen :
• Sistem fisik, yaitu suatu sistem yang memiliki komponen energi dan materi.
• Sistem non-fisik atau konsep, yaitu suatu sistem yang bentuknya abstrak,
misalnya berupa ide, konsep, dan hal-hal lainnya.
Lingkungan adalah sesuatu yang mengelilingi atau berada diluar sistem. Jika
dikaitkan dengan termokimia, contoh lingkungan adalah suhu dan tekanan tempat
terjadinya reaksi kimia.
Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari gelas atau wadah yang bersifat isolator,
misalnya gelas Styrofoam. Dengan demikian, selama reaksi berlangsung dianggap
tidak ada kalor yang diserap maupun dilepaskan oleh sistem ke lingkungan, maka:
Q𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊 + 𝑸𝒌𝒂𝒍𝒐𝒓𝒊𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 + 𝑸𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝑸𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎
𝑸𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊 + 𝑸𝒌𝒂𝒍𝒐𝒓𝒊𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 + 𝑸𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝟎
Jika nilai kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil, kalor kalorimeter dapat
diabaikan, sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan
suhu larutan dalam kalorimeter.
Istilah eksoterm sendiri diambil dari bahasa Yunani yakni ekspos (luar) dan juga
term (kalor atau panas). Karena itu eksoterm bisa diartikan sebagai reaksi kimia yang
dapat menghasilkan kalor. Reaksi ini terjadi karena adanya perpindahan kalor (panas)
dari sistem ke lingkungan yang mengakibatkan lingkungan jadi lebih panas. Reaksi
eksoterm dapat terjadi secara natural (alami) dan juga buatan (disengaja). Contoh reaksi
eksoterm natural yang terjadi di alam adalah pembakaran kayu, air mengalir, atau besi
berkarat. Sementara reaksi eksoterm buatan (disengaja) biasanya terjadi di dalam
laboratorium yang merupakan hasil dari sebuah percobaan. Contohnya campuran air
dan asam pekat, reaksi air dan natrium peroksida, reaksi yang terjadi antara HCl dengan

10
serbuk zink, atau yang lainnya. Meski begitu, umumnya reaksi eksoterm terjadi begitu
saja atau spontan. Seperti fermentasi glukosa atau pembuatan etanol. Contoh lainnya
adalah reaksi yang terjadi dalam pembentukan NaCl.

HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

Dalam urutan reaksi tersebut, yang menjadi reaktan nya adalah larutan HCl serta
NaOH. Sementara yang menjadi produknya adalah larutan NaCl dan H2O.

Sama seperti eksoterm, istilah endoterm juga diambil dari bahasa Yunani yaitu
endon (dalam) dan juga term (kalor). Dengan kata lain, reaksi endoterm berarti sebuah
reaksi di mana kalor yang berasal dari lingkungan masuk ke dalam sistem. Singkatnya
ini adalah reaksi yang menyerap kalor. Dalam reaksi endoterm tersebut, perpindahan
panas dari lingkungan ke dalam sistem mengakibatkan suhu wilayah dari lingkungan
menurun dan menjadi lebih dingin. Karena reaksi endoterm ini menyerap energi, maka
dapat menyebabkan energi dari sistem semakin bertambah. Karena itu entalpinya juga
bertambah sehingga perubahannya mempunyai tanda yang positif. Salah satu contoh
reaksi endoterm dalam kehidupan sehari-hari adalah peristiwa fotosintesis. Dalam
peristiwa ini, pepohonan menyerap kalor yang berasal dari matahari yang kemudian
menaikan entalpi reaksinya.

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
• Gelas kimia
• Kalorimeter sederhana
• Termometer
• Pipet tetes
• Batang pengaduk/gelas pengaduk
• Gelas ukur
• Neraca
• Beaker glass
• Tabung ukur
• Labu ukur
Bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
• Aquades (H2O)
• HCl pekat
• NaOH kristal
• Tissue

3.2. Cara Kerja


❖ Langkah membuat larutan HCl 1M
1) Ambil HCl pekat menggunakan pipet tetes sebesar 20,8 ml
HCl pekat : 12M
HCl : 1M
V1 . M1 = V1 . M1
V1 . 12 = 250 . 1
250
V1 =
12

V1 = 20,8 ml
2) Masukan HCl pekat ke dalam gelas ukur yang sebelumnya sudah diisi
air sebanyak 50 ml. Jangan langsung memasukan HCl pekat ke dalam
tabung ukur tanpa diberi air lebih dahulu, karena tabung ukur bisa pecah.
3) Tambahkan air sampai 250 ml dengan memiringkan tabung ukur.
4) Aduk dengan pengaduk.

12
5) Ambil 25 ml larutan HCl ke dalam gelas ukur, untuk memudahkan bisa
menggunakan pipet tetes.
6) Pastikan alat alat bersih agar tidak mempengaruhi hasil laboratorium.
❖ Langkah membuat larutan NaOH 1M
1) Timbang kertas yang menjadi alas menimbang NaOH kristal. (Seberat
0,1 gram)
2) Tuang NaOH kristal ke kertas lalu timbang NaOH tersebut. (Seberat 10
gram)
3) Masukkan NaOH (kristal) ke gelas ukur.
4) Beri air 50 ml ke tabung ukur
5) Tuang NaOH (kristal) tadi lalu tambahkan air sampai 250 ml dengan
memiringkan tabung ukur.
6) Aduk dengan batang pengaduk.
7) Ambillah 25 ml larutan NaOH ke dalam gelas ukur, untuk memudahkan
bisa menggunakan pipet.
8) Pastikan alat alat bersih agar tidak mempengaruhi hasil laboratorium.
❖ Langkah mencampur lautan NaOh dan HCl dalam alat Kalorimeter sederhana
Sebelum mencampurkan larutan NaOH dan HCl langkah yang harus dilakukan
terlebih dahulu yaitu mengukur suhu awal dari masing-masing larutan, setelah
itu tentukanlah suhu awal rata-rata.
Setelah itu campurkan kedua larutan ke dalam alat kalorimeter sederhana
1) Siapkan alat kalorimeter sederhana
2) Pasangkan termometer pada sumbat dalam alat kalorimeter sederhana.
3) Masukkan larutan NaOH dan HCl secara bersamaan ke dalam alat
kalorimeter sederhana lalu segera tutup alatnya. Nyalakan timer untuk
mengetahui waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu akhir.
4) Aduk larutan dengan pengaduk yang sudah menjadi satu dengan alat
kalorimeter sederhana.
5) Catat perubahan suhunya (catat kenaikan suhunya hingga konstan)
6) Dengan data perubahan suhu. Hitunglah besar kalor yang terjadi,
tentukan pada percobaan ini terjadi reaksi eksoterm atau endoterm, dan
tuliskan persamaan reaksinya.
7) Setelah selesai mencatat perubahan suhu yang terjadi, cuci bersih semua
alat.
13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Tabel Pengamatan


Larutan Volume Suhu Suhu Kelvin Molaritas Waktu
(ml) Celsius (0K) (M)
(0C)
NaOH 25 32,2 305,2 1 -
HCl 25 30,4 303,4 1 -
NaOH+HCl 50 34,4 307,4 2 1 Menit 5
Detik

4.2. Pembahasan
• Suhu awal adalah suhu rata-rata kedua larutan NaOH dan HCl
NaOH+HCl 305,2+303,4 608,6
Larutan = = = 304,3 °K
2 2 2
• Massa larutan NaOH + HCl
V = 25 ml + 25 ml
= 50 ml
Maka,
m = ρ.v
= 1 . 50
= 50 gram
• Kalor jenis larutan dianggap kalor jenis air yaitu 4,2 J/gK
• Perubahan suhu (ΔT) yaitu suhu akhir dikurangi suhu rata-rata awal
ΔT = Suhu akhir-Suhu rata-rata awal
= 307,4 – 304,3
= 3,1 0K
• Perubahan kalor
Q = m . c. ΔT
= 50 gram . 4,2 J/gK . 3,1 0K
= 651 Joule
• Perubahan Entalpi
Q = - ΔH
ΔH = - Q
ΔH = - 651 Joule

14
• Percobaan ini terrmasuk dalam percobaan reaksi eksoterm karena yang kami ukur
bukan suhu sistem (NaOH dan HCl) melainkan suhu lingkungan (larutan NaCl
sebagai hasil reaksi). Zat NaOH dan HCl dalam larutan sudah habis bereaksi. Oleh
karena reaksi NaOH dan HCl melepaskan sejumlah kalor maka dikatakan reaksi
tersebut eksoterm. Reaksi larutan NaOH dengan HCl menyebabkan kenaikan suhu
dengan tanda negatif (-) menunjukkan bahwa reaksi melepaskan kalor yang ditadai
dengan adanya kenaikan suhu, artinya terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan. Reaksi pelepasan kalor disebut sebagai reaksi eksoterm.
• Persamaan temokimia NaOH + HCl

NaOH(aq) + HCl(aq) →NaCl(aq) + H2O(l) ∆H= - 651 Joule

15
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Bagaimana prinsip kerja kalorimeter melalui rancangan sederhana?
Jawab :
Prinsip kerja kalorimeter sederhana berdasarkan azas black yang berbunyi “kalor
yang dilepas oleh benda panas sama dengan kalor yang diterima oleh benda
dingin”. Jadi ketika dua buah benda didekatkan satu sama lainnya maka akan
terjadi perpindahan kalor dari benda panas ke benda dingin hingga mencapai suatu
kesetimbangan termal atau mencapai suhu setimbang.
Dalam kasus kalorimeter, bagian benda yang panas adalah wadah penampung
sampel yang akan memberikan panas, sedangkan bagian benda dingin adalah
benda yang akan menerima panas tersebut, biasanya berupa air.
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠=𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 (1)
Kalor yang berkaitan dengan perubahan suhu, besarnya adalah
𝑄=𝑚 𝑐 Δ𝑇 (2)
Keterangan :
Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg ° C)
Δt = kenaikan/perubahan suhu zat (° C)
C = kapasitas kalor suatu zat (J/° C)
Prinsip kalorimeter adalah menggunakan wadah yang memiliki sifat bahan
isolator untuk mengukur perubahan suhu reaksi dan memperkirakan kapasitas
kalor yang dapat digunakan untuk memperkirakan kalor reaksi dengan cukup baik.
Di Laboratorium, kalorimeter yang sering digunakan adalah kalorimeter
sederhana pada tekanan konstan yang berbahan dasar aluminium yang dilapisi
oleh palstik.
2. Bagaimana cara penggunaan kalorimeter sederhana?
Jawab :
Prinsip kerja kalorimeter sederhana dikenal dengan nama metoda campuran, yaitu
satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi yang diukur menggunakan
termometer, lalu ditempatkan air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada
sampel akan diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan mengukur temperatur akhir
campuran tersebut, kalor jenis dapat dihitung.

16
3. Bagaimana cara menentukan nilai ΔH suatu reaksi?
Jawab :

Harga perubahan entalpi (ᐃH) suatu reaksi dapat ditentukan dengan berbagai cara
diantaranya:

• Kalorimeter Sederhana
Kalorimeter sederhana termasuk dalam kalorimeter tekanan tetap. Artinya
reaksi yang dapat diukur kalornya dengan kalorimeter ini adalah reaksi yang
berlangsung dalam tekanan tetap. Rumusannya dapat dituliskan sebagai
berikut:

• Data Entalpi Pembentukan (ᐃHf)


Pada suatu reaksi, akan terjadi proses penguraian reaktan dan pembentukan
produk. Besarnya entalpi penguraian suatu zat pasti berlawanan tanda dengan
entalpi pembentukan zat tersebut. Sehingga jika diketahui ∆Hf dari zat
reaktan dan produk, maka besarnya ∆H reaksi dapat dihitung dengan cara:

ΔHreaksi =ΣΔHproduk−ΣΔHreaktan

• Hukum Hess
Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram
tingkat energi. Hukum Hess biasa digunakan untuk menghitung harga
entalpi reaksi yang sulit diperoleh melalui percobaan.
• Energi Ikatan
Dalam suatu reaksi melibatkan pemutusan ikatan ikatan reaktan dan
pembentukan ikatan ikatan produk. Energi ikatan adalah energi yang
dibutuhkan 1 mol ikatan dalam wujud gas. ∆H reaksi dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus:

ΔHreaksi=ΣEireaktan−ΣEiproduk
4. Apakah faktor yang dapat memengaruhi nilai perubahan entalpi reaksi?
Jawab :
Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami perubahan.
Jika suatu reaksi berlangsung pada tekanan tetap, maka perubahan entalpinya

17
sama dengan kalor yang harus dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau
sebaliknya agar suhu sistem kembali ke keadaan semula. Perubahan entalpi yang
menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh :
• Jumlah zat
• Keadaan fisis zat
• Suhu (T)
• Tekanan (P)
5. Apa hasil percobaan dari praktikum kalorimeter sederhana ini? Apakah termasuk
reaksi endoterm atau eksoterm?
Jawab :
Hasil pecobaan dari praktikum kalorimeter sederhana ini, termasuk dalam reaksi
eksoterm. Alasannya karena hasil peubahan entalpi bertanda negatif (-)
menunjukkan bahwa reaksi melepaskan kalor (eksoterm) yang ditadai dengan
adanya kenaikan suhu. Disini yang kami ukur bukan suhu sistem (NaOH dan HCl)
melainkan suhu lingkungan (larutan NaCl sebagai hasil reaksi). Zat NaOH dan
HCl dalam larutan sudah habis bereaksi. Oleh karena reaksi NaOH dan HCl
melepaskan sejumlah kalor maka dikatakan reaksi tersebut eksoterm. Reaksi
tersebut mengalirkan kalor dari sistem kelingkungan. Dan pada reaksi tersebut
terjadi perpindahan materi berupa uap air

5.2. Saran
Saran yang bisa didapatkan dari percobaan ini, antara lain :
1. Sebelum proses dilakukan hendaknya dilakukan pengecekan alat apakah benar –
benar berfungsi atau tidak.
2. Periksa terlebih dahulu bahan yang akan digunakan, karena bisa mempengaruhi
hasil atau data yang akan didapat.
3. Dalam percobaan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam
penentuan nilai kalor bisa menggunakan kalorimeter sederhana, maka disarankan
suhu atau temperature ruang/disekitar, diusahakan sama.
4. Dalam melakukan pengukuran diusahakan dalam keadaan focus dan teliti. Hal
tersebut dikarenakan untuk menentukan hasil yang hampir sama atau mendekati
dengan teori yang ada.

18
DAFTAR PUSTAKA

Academy, S. (2022). Reaksi Eksotem dan Endoterm: Pengertian dan Perbedaan. Retrieved
September 2022, from https://sampoernaacademy.sch.id/id/eksoterm-dan-endoterm/
Anggi, D. S. (2021, Oktober 24). KALORIMETER. Laporan Praktikum Semester Ganjil.
Retrieved from https://www.studocu.com/id/document/universitas-jember/fisika-
dasar-ii/laporan-kalorimeter-tahun-2021-2022/20309232
Cahyaningtyas, G. N. (2022). Membuat Rancangan Kalorimeter Sederhana. Laporan
Praktikum Kimia Fisika II Termodinamika dan Kesetimbangan, 1-14. Retrieved from
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sultan-ageng-tirtayasa/pendidikan-
kimia/gita-nandini-cahyaningtyas-laporan-praktikum-membuat-kalorimeter-
sederhana/26265159
Digital, B. G. (2022, Maret). Pengertian Eksoterm dan Endoterm: Ciri, Teori, dan Contohnya.
Retrieved from https://www-gramedia-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/pengertian-
eksoterm/amp/?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw
%3D%3D#Pengertian_Eksoterm_dan_Endoterm
Eni, I. (n.d.). 4 Jenis Perubahan Entalpi Standar. 1-3. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/537756010/4-Jenis-Perubahan-Entalpi-Standar
idschool. (2021, November 12). Menentukan ΔH dengan Kalorimeter. Retrieved September
2022, from https://idschool.net/sma/menentukan-%CE%B4h-dengan-
kalorimeter/?amp
Parhusip, K. P. (2018). Laporan Praktikum Termokimia. 1-10. Retrieved September 2022,
from
https://www.academia.edu/40160077/LAPORAN_PRAKTIKUM_TERMOKIMIA_
KELAS_11
Rizki, R. (n.d.). Faktor yang dapat mempengaruhi nilai perubahan entalpi reaksi. Retrieved
September 2022, from https://roboguru.ruangguru.com/question/tuliskan-faktor-
faktor-yang-dapat-memengaruhi-nilai-perubahan-entalpi-reaksi-_QU-
PKLXZJGH?action=login&_tracker=question_detail_lock
Saragih, S. (2012, April 21). Menghitung Jumlah Kalor dalam Kalorimeter. Laporan Lengkap
Praktikum Fisika Dasar, 1-12. Retrieved September 2022, from
https://www.slideshare.net/vestersaragih/laporan-lengkap-praktikum-menghitung-
jumlah-kalor-dalam-kalorimeter
Student, D. N. (2015, April 17). Laporan Percobaan Kalorimeter Sederhana. Retrieved from
http://pewoye.blogspot.com/2015/04/laporan-percobaan-kalorimeter-
sederhana.html?m=1

Zenius. (n.d.). Menentukan ᐃH Reaksi. Prolog Materi. Retrieved September 2022, from
https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/89/Menentukan-entalpi-reaksi

iv
v

Anda mungkin juga menyukai