Anda di halaman 1dari 10

Sakepat

Bangunan sakapat dilihat dari luas ruang tergolong bangunan sederhana yang luasnya sekitar 3 m x
2,5 m, bertiang empat denah segi empat. Satu bale-bale mengikat tiang. Atap dengan konstriiksi
kqmpiah atau limasan. Variasi dapat ditambahkan dengan satu tiang parba dan satu atau dua
tiang pandak. Dapat pula tanpa bale-bale dalam fungsinya untuk Bale Patok atau fungsi lain yang
tidak memerlukan adanya bale-bale. Konstruksinyacecanggahan, sunduk, atau canggahwang.

Sumber: I Nyoman Gelebet, 1986


Sakanem
Bangunan sakanem dalam perumahan tergolong sederhana bila bahan dan penyelesaiannya
sederhana. Dapat pula digolongkan madya bila ditinjau dari penyelesaiannya untuk sakanem yang
ditinjau dari penyelesaiannya untuk sakanem yang dibangun dengan bahan dan penyelesaiannya
madya. Bentuk sakanem segi empat panjang, dengan panjang sekitar tiga kali lebar. Luas bangunan
sekitar 6 m x 2 m, mendekati dua kali luas sakapat.
Konstruksi bangunan terdiri atas 6 berjajar tiga-tiga pada ke dua sisi panjang. Keenam tiang
disatukan oleh satu bale-bale atau empat tiang pada satu bale-bale, dan dua tiang di teben pada
satu bale-bale dengan dua saka pandak. Hubungan bale-bale dengan konstruksi perangkai sunduk
waton, Hkah, dan galar. Dalam variasinya, sakanem dengan satu bale-bale yang hanya mengikat
empat tiang dan dua tiang di teben sehingga memakai canggahwang karena tidak ada sunduk
pengikat.
Dalam komposisi bangunan perumahan, sakenem menempati bagian Kangin atau Kelod untuk
fungsinya sebagai Sumanggen. Jika sakanem difungsikan sebagai Paon ditempatkan di bagian Kelod
Kauh. Sakenem yang difungsikan sebagai Bale Piyasan di Sanggah atau di Pamerajan ada pula yang
disederhanakan. Dua tiang di tengah diganti sati tiang dengan canggahzvang panjang disebut Bale
Panca Sari. Konstruksi atap dengan kampiah atau limasan. Bahan bangunan dan penyelesaiannya
disesuaikan dengan fungsi dan tingkat kualitasnya.

Sumber: I Nyoman Gelebet, 1986


Sakatus
Bangunan sakatus diklasifikasikan sebagai bangunan madia dengan fungsi tunggal sebagai tempat
tidur yang disebut Bale Meten. Letaknya di bagian Kaja menghadap Kelod kenatah berhadapan
dengan Sumanggen. Dalam proses membangun rumah, sakatusmerupakan bangunan awal yang
disebut paturon. Jaraknya delapan tapak kaki dengan mengurip angandang, diukur dari tembok
pekarangan sisi Kaja. Selanjutnya bangunan-bangunan lainnya ditentukan letaknya dengan jarak-
jarak yang diukur dari Bale sakatus.
Bentuk bangunan segi empat panjang dengan luas sekitar 5 m x 2,5 m. Konstruksi terdiri dari
delapan tiang yang dirangkai empat-empat menjadi dua bale-bale. Masing-masing bale memanjang
Kaja Kelod dengan kepala ke arah luan Kaja. Tiang-tiang dirangkaikan dengan sunduk, waton, likah,
dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistem lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang.
Canggahwang tidak terdapat pada bangunan sakutus.
Konstruksi atap dengan sistem kampiah bukan limasan, difungsikan sebagai sirkulasi udara selain
udara yang melalui celah antara atap dengan kepala dinding. Selain dalam bentuk sakutus ada pula
bangunan bertiang delapan, empat pada sudut dan empat pada sisi masing-masing. Untuk lumbung
yang besar selain Jineng dengan empat tiang terdapat juga Kelingking atau Gelebeg dengan enam
atau delapan tiang.
Dalam variasinya sakutus diberi atap tonjolan di atas depan pintu. Ada pula yang dilengkapi dengan
emper dengan empat tiang berjajar di depan dengan lantai emper yang lebih rendah dari lantai
utama. Lantai bale sakutus lebih tinggi dari bangunan lainnya dimaksudkan sebagai estetika, filosofi,
dan fungsinya.
Sakaroras
Sakaroras merupakan bangunan utama untuk perumahan utama. Bahan bangunan, konstruksi dan
penyelesaiannya sesuai dengan peranannya. Bentuk bangunan berdenah bujur sangkar dengan
konstruksi atap limasan berpuncak satu. Petaka sebagai titik ikatan konstruksi di puncak atap.
Bangunan ini memiliki jumlah tiang 12 buah dengan pembagian empat-empat sebanyak tiga deret
dari luan ke teben. Dua bale-bale masing-masing mengikat empat tiang dengan sunduk, waton, dan
likah sebagai stabilitas ikatan. Empat tiang sederet di teben dengan canggahwang sebagai stabilitas
konstruksinya.
Bangunan tertutup di dua sisi dan terbuka ke arah natah. Ke arah teben tertutup dengan dinding
setengah terbuka namun ada pula yang terbuka. Letak bangunan di bagian Kangin atau Kelod dan
terbuka ke arah natah. Fungsi bangunan sakaroras sebagai Sumanggen untuk kegiatan adat dan
bangunan serba guna memiliki luas sekitar 6m x 6m, mendekati enam kali luas sakepat, atau tiga kali
luas sakenem atau satu setengah kali luas tiang sanga. Dalam tipologi bangunan perumahan
tradisional Bali, sakepat dengan bale-bale sisi panjang sepanjang tiang dan sisi lebar dua pertiga
panjang tiang merupakan modul dasar. Panjang tiang ditentukan oleh sisi-sisi penampang tiang dan
pengurip untuk masing-masing jenis kasta, peranan penghuni, dan kecenderungan yang ingin
dicapai.
Bangunan sakeroras juga disebut Bale Murdha bila hanya satu bale-bale mengikat empat tiang
dibagian tengah. Disebut Gunung Rata atau sakutus handling bila difungsikan sebagai Bale Meten
dengan dedeleg sebagai puncak atapnya. Letaknya di bagian Kaja menghadap ke natah.
1. Sakepat bangunan bertiang empat. Bangunan sakapat tergolong
bangunan sederhana ukuran sekitar 3 m x 2,5 m. Konstruksi bertiang empat
denah segi empat, satu balai balai mengikat tiang atau tanpa balai-balai. Atap
dengan konstruksi pelana atau limasan.
2. Sakenem. Bangunan sakenem tergolong sederhana berbentuk segi empat
panjang, dengan panjang sekitar tiga kalilebar .Ukuran bangunan sekitar 6 m x
2m, mendekati dua kali ukuran sakepat, Konstruksi bangunan terdiri enam tiang
berjajar, tiga tiga pada kedua sisi panjang. Keenam tiang disatukan oleh satu
balai-balai atau empat tiang pada satu balai- balai dan dua tiang di teben pada
satu balai - balai dengan dua sakapandak. Hubungan balai-balai dengan
konstruksi perangkai sunduk waton,likah dan galar. Konstruksi atap dengan
pelana atau limasan
3. Sakutus. Bangunan tergolong madia bentuk bangunan segi empat
panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5 m. Konstruksi terdiri dari delapan tiang yang
dirangkai empat empat menjadi dua balai-balai. Masing-masing balai
memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja. Tiang tiang
dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar, likah dan galar. Stabilitas
konstruksi dengan sistem lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang,
senggawang tidak ada pada bangunan sakutus. Sistem konstruksi atap dengan
pelana.
4. Tiangsanga. Tergolong bangunan utama bentuk bangunan segi empat
panjang, dengan ukuran sekitar 4 m x 5 m tiangnya sembilan. Konstruksi
bangunan dengan satu balai - balai mengikat empat tiang di teben tiangnya tiga
dengan senggawang sebagai stabilitas. Letak tiang masing-masing pada
keempat sudut,tengah-tengah keempat sisi dan ditengan dengan kencut sebagai
kepala tiang , Konstruksi atap atap dengan limasan dengan puncak dedeleg,
penutup atap alang-alang atau genteng,
5. Sakaroras. Bangunan tergolong utama bentuk bangunan denah bujur
sangkar dengan ukuran sekitar 5 m x 5 m, Jumlah tiang dua belas buah, empat
empat tiga deret dari luan keteben. Letak tiang empat buah masing-masing
sebuah di sudut-sudut, empat buah masing-masing dua buah di sisi luan dan
teben. Dua buah masing-masing di sisi samping dan dua buah di tengah dengan
kencut sebagai kepala tiang. Dua balai-balai masing-masing mengikat empat-
empat tiang dengan sunduk, waton/selimar dan likah sebagai stabilitas ikatan.
Empat tiang sederet diteben dengan senggawang sebagai stabilitas tiang.
Bangunan tertutup dua sisi terbuka kearah natah, Konstruksi atap atap dengan
limasan dengan puncak dedeleg, penutup atap alang-alang atau genteng
Struktur Rumah Adat Bali

1. Bangunan Suci ( Sanggah / Sanggar / Merajan / Penugun Karang )


Fungsi bangunan Merajan ini adalah sebagai tempat suci atau pemujaan
kepada Tuhan dan roh suci leluhur. Pada unit bangunan suci ini terdapat
beberapa bangunan dengan fungsinya masing – masing serta jumlah
bangunan – bangunan ini sangat bervariasi dan tergantung dari pemilik.
Namun demikian, yang mutlak terdapat dalam satu unit bangunan suci
terdiri dari : Penglurah, Kemulan, Padmasari, Peliangan, Taksu dan Piyasan.
Pamerajan ini adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada
perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan
yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang.
Selain dari banguan Suci utama, Ada juga bangunan suci lainnya seperti
Pelinggih Penugun Karang. Pelinggih Penugun Karang ini biasanya
diletakkan berdekatan dengan Merajan, Namun diluar Area Banguan
merajan. Kebanyakan Pelinggih Penugun Karang terletak paling barat atau
pojok barat utara ( Barat daya ). Fungsi dari penugun karang ini adalah
tempat dimana kita melaksanakan pemujaan kepada dewa yang menghuni
tempat tinggal atau tanah yang kita tempati.
2. Bale Dangin / Bale Gede
Bale Dangin terletak di bagian Timur atau dangin natah umah, sering pula
disebut dengan Bale Gede apabila bertiang 12. Fungsi Bale Dangin ini
adalah untuk tempat upacara dan biasa difungsikan sebagai tempat tidur.
Fasilitas pada bangunan Bale Dangin ini menggunakan satu bale – bale dan
kalau Bale Gede menggunakan dua buah bale – bale yang terletak di bagian
kiri dan kanan. Bentuk Bangunan Bale Dangin adalah segi empat ataupun
persegi panjang, dan dapat menggunakan saka / tiang yang terbuat dari kayu
yang dapat berjumlah 6 ( sakenem ), 8 ( sakutus / astasari ), 9 ( sangasari )
dan 12 ( saka roras / Bale Gede ). Bangunan Bale Dangin adalah rumah
tinggal yang memakai bebaturan dengan lantai yang cukup tinggi dari tanah
halaman namun lebih rendah dari Bale Meten. Bale Dangin biasanya dipakai
untuk duduk – duduk membuat benda – benda seni atau merajut pakaian
bagi anak dan suaminya.
3. Bale Delod
Bale Delod sebagai Ruang menerima tamu atau ruang tamu. Di Bali bale
delod difunngsikan untuk kegiatan adat, dan atau bale kematian dimana bila
ada salah satu anggota keluarga yang meninggal akan disemayamkan disana
sebelum prosesi ngaben dilaksanakan. Selain itu bale ini juga berfungsi
sebagai tempat meletakan sesajen atau banten sebelum melaksanakan
yadnya, sebagai tempat untuk melaksanakan manusa yadnya seperti otonan,
potong gigi, dan upacara pemberkatan pernikahan. Lebih Umum bale delod
bisa dikatakan sebagai bale yadnya.
4. Bale Meten / Bale Daja
Bale Meten terletak di bagian Utara ( dajan natah umah ) atau di sebelah
barat tempat suci / Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale
Daja, karena tempatnya di zona utara ( kaja ). Fasilitas desain interiornya
adalah 2 buah bale yang terletak di kiri dan kanan ruang. Bentuk bangunan
Bale Meten adalah persegi panjang, dapat menggunakan saka / tiang yang
terbuat dari kayu yang berjumlah 8 ( sakutus ), dan 12 ( saka roras ). Fungsi
Bale Meten adalah untuk tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga di
bale sebelah kiri. Sedangkan di bale sebelah kanan difungsikan untuk ruang
suci, tempat sembahyang dan tempat menyimpan alat – alat upacara.
Sebagaimana dengan bangunan Bali lainnya, bangunan Bale Meten adalah
rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan lantai yang cukup tinggi
dari tanah halaman ( ± 75-100 cm ). Bangunan ini adalah bangunan yang
memiliki tempat tertinggi pada seluruh bale dalam satu pekarangan
disamping untuk menghindari terjadinya resapan air tanah.
5. Bale Dauh / Loji
Bale Dauh ini terletak di bagian Barat ( Dauh natah umah ), dan sering pula
disebut dengan Bale Loji, serta Tiang Sanga. Fungsi Bale Dauh ini adalah
untuk tempat menerima tamu dan juga digunakan sebagai tempat tidur anak
remaja atau anak muda. Fasilitas pada bangunan Bale Dauh ini adalah 1
buah bale – bale yang terletak di bagian dalam. Bentuk Bangunan Bale
Dauh adalah persegi panjang, dan menggunakan saka atau tiang yang
terbuat dari kayu. Bila tiangnya berjumlah 6 disebut sakenem, bila
berjumlah 8 disebut sakutus / astasari, dan bila tiangnya bejumlah 9 disebut
sangasari. Bangunan Bale Dauh adalah rumah tinggal yang memakai
bebaturan dengan lantai yang lebih rendah dari Bale Dangin serta Bale
Meten.
6. Lumbung ( Jineng )
Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan
hasil kebun lainnya. Fungsinya sebagai penyimpanan hasil panen yang
berupa gabah di bagian atapnya. Dan dibawahnya dibentuk menyerupai bale
untuk tempat bersantai dan bercengkrama bersama keluarga. Orang – orang
yang memiliki jineng ini biasanya golongan petani yang memiliki hasil
panen setiap tahun.
7. Dapur ( Paon )
Paon ( Dapur ) yaitu tempat memasak bagi keluarga. Bagian yang terpenting
dari rumah dapur orang bali tempatnya terpisah dengan bagian – bagian
rumah yang lain. Dapur biasanya ditempatkan disebelah barat bale delod
berdekatan dengan pintu masuk rumah atau dalam bahasa bali biasa disebut
lebuh. Fungsi dapur di bali memang sama dengan dapur – dapur pada
umumnya akan tetapi bagian – bagian dapur tradisional bali harus memiliki
tungku dalam bahasa bali disebut Bungut Paon. Tungku ini fungsinya
sebagai pengganti kompor atau hanya symbol saja tetapi tidak digunakan.
Tungku ini juga berfungsi sebagai tempat meletakan yadnya sesa atau
banten jotan ( sesajen setelah selesai memasak di pagi hari ). Diatas bungut
paon itu biasa dibuatkan Langgatan ( sejenis rak tradisional ). Jika memasak
menggunakan bungut paon langgatan berfungsi sebagai tempat meletakan
kayu bakar yang sudah kering dan siap digunakan.
8. Pengaling – aling
Aling – aling adalah bagian pintu gerbang yang berfungsi sebagai pengalih
jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping.
Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke
dalam.
9. Candi Bentar / Angkul – angkul / Gapura
Angkul – angkul yaitu Pintu Gerbang yang berfungsi seperti candi bentar
pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.
Golongan Utama
 Astasari
Diklasifikasikan sebagai bangunan utama dalam fungsinya sebagainya sanggah.
Fungsinya untuk Bale Sumanggen (bangunan tempat upacara adat, tamu dan
tempat bekerja serbaguna) . Bentuk bangunan segi empat panjang dengan luas
bangunan sekitar 4m X 5m, tinggi lainya sekitar 0,60 m dengan tiga atau empat
anak tangga kearah natah. Dinding sebelah timur dan selatan tertutup penuh,
setengah tinngi pada sisi barat, dan pada sisi utara terbuka kearah natah.

 Tiangsanga
Bangunan utama di perumahan utama. Bentuk dan fungsi bangunan serupa
dangan astasari, hanya saja jumlah tiangnya lebih banyak yaitu sembilan. Penutup
atap limasan dengan puncak dedeleg, penutup dengan dengan alang-alang.
Fungsinya utama bangunan ini adalah untuk Sumanggeng tetapi dapat juga
digunakan sebagai ruang tidur dengan tembok di tengah sebagai pemisah antara
ruang tidur dan ruang duduk.

 Sakaroras
Bentuk bangunan bujur sangkar dengan kontruksi atap limasan berpuncak satu
dengan jumlah tiang dua belas. Bangunan sakaroras juga disebut juga Bale
Murdha apabila hanya satu balai-balai yang mengikat empat tiang dibagian
tengah, disebut gunung rata apabila difungsikan sebagai bale meten (ruang tidur)
dengan dedeleg sebagai puncak atap.
Penyelesaian detail kontruksi bangunan sakaroras, Tiangsanga dan Astari dihias
dengan ornamen-ornamaen dekoratif. Tiang-tiang dihias dengan kekupaken
paduraksa tagok, caping, ulur lelengisan ataupun diukir. Puncak atap bagian dalam
ruangan dengan petaka atau dedeleg juga dihiasi dengan lelengisan ataupun
ukiran sendi tugeh pepindahan Garuda Wisnu atau Singa Ambara Raja.

Golongan Madia
 Sakutus
Diklasifikasikan sebagai bangunan tunggaldengan fungsi tunggal sebagai ruang
tidur yang disebut bale meten. Bentuk bangunan persegi panjang dengan delapan
tiang, yang dirangakai menjadi empat-empat. Kontruksi atap dengan system
kampiyah bukan limas an difungsikan untuk sirkulasi udara selain udara yang
datang melalui celah antara atap dan kepala tembok.
Dalam variasinya sakutus diberi atap tonjolan di atas depan pintu. Lantai dari
sakutus lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk estetika.

Golongan Sederhana
 Sakenem
Bangunan yang termasuk perumahan tergolong sederhana bila bahan dan
penyelesaian sederhana. Dapat pula digolongkan madia bila ditinjau dari
penyelesaian untuk sakenem yang dibangun dengan bahan dan cara madia.

 Padma
Fungsi utamanya adalah untuk tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk
yang lengkap, madia dan sederhana masing-masing disebut dengan padmasana.
Bentuk bangunan serupa dengan candi yang dikembangkan lengkap dengan
pepalihan. Bentuk dasar padmasana adalah bujur sangkar dengan tinggi 5m
dengan dimensi 3m X 3m. Bahan menngunakan batu alam.
 Gedong
Bentuknya serupa dengan tugu, hanya pada bagian kepala terbuat dari kontruksi
kayu degan bahan penutup atap berupa alang-alang, ijuk ataupun bahan lainnya
yang dapat disesuaikan dengan bentuk dan fungsinya.
 Meru
Bentuknya menonjolkan keindahan atap yang bertingkat-tingkat yang disebut atap
tumpang. Jumlah tumpang atap selalu ganjil, meru tumpang telu, tumpang lima,
tumpang pitu, tumpang songo, tumpang sewelas sebagai tingkat tertinggi. Bentuk-
bentuk Meru merupakan kontruksi rangka diatas bebaturan (badan) merupakan
kontruksi tahan gempa, dibandingkan degan candi atau bentuk-bentuk bangunan
pemujaan yang tinggi.

Bangunan Tempat Musyawarah


 Bale Sakenem
Bangunan bertiang enam, dengan balai-balai yang mengikat keenam tiang.
Pimpinan musyawarah duduk disalah satu sisi menghadap ketengah. Pangkal kaki
tiang tanpa pen/purus menumpu pada sendi alas tiang. Atap menggunakan
kontruksi atap limas an dengan penutup atap alang-alang.
 Bale lantang
Bentuk bangunan seruoa dengan sakenem, dua deret tiang kea rah panjang
kelipatan dua, delapan tiang, sepuluh tiang atau lebih banyak untuk bangunan
lebih panjang. Bangunan Bale Lantang banyak dipakai tempat untuk beraktifitas.
 Bale Gede
Bangunan bertiang dua belas, berpuncak satu susunan tiang empat-empat tiga
deret. Empat tiang sederet di bagian teben tanpa sunduk, ikatan kepala tiang
dengan sanga wang.
 Bale mandapa
Banguan pokok bertiang dua belas serupa bale gede dengan kemungkinan
variasinya. Bale Mendapa dengan lantai utama dua belas tiang dan lantai teras
dua belas tiang sejajar sepanjang sisi bangunan. Bale mendapa ini difungsikan
untuk sumanggen, yang lebih mengutamakan fungsi untuk upacara adat.
 Bale Matumpang
Pengertian matumpang adalh bertingkat, Gedong dan Meru yang bertingkat adalah
atapnya, bale metumpang atapnya bertingkat untuk wantilan. Untuk menyangga
kontruksi atap tumpang, dibutuhkan kontruksi khusus untuk atap tumpang pada
wantilan.

Bangunan Tempat Penyimpanan


 Kelumpu
Bangunan dengan denah segi empat tiang empat atau enam, memakai atap
pelana. Ruang terkurung dari atas balai-balai sampai kea tap. Memasukkan padike
dalam ruang penyimpanan dari sisi banguanan.
 Jineng
Bangunan tempat penyimpanan padi dengan denah segi empat, Ruang tempat
penyimpanan di bagian atas pada sisi atap yang lengkung. Ruang dibawahnya
untuk tempat bersantai atau duduk-duduk. Struktur dan kontruksinya
menggunakan system struktur bangunan bertingkat.
 Gelebeg
Bentuknya serupa dengan jineng, hanya saja gelebeg menggunakan tiang enam
atau delapan. Perbedaan jineng dan gelebeg adalah pada gelebeg tempat
penyimpanan mulai dari bawah sampai ke balai-balai atau atap.
 Kelingking
Kelingking adalah penggandaan bangunan tipe lumbung atau kelumpu dengan
dimensi yang lebih luas. Bahan penutup atapnya biasana alang-alang untuk
sirkulasi udara yang baik. Dimensi-dimensi disesuaikan dengan pembebanan
stabilitas dan keindahan.
 Gedong Simpen
Struktur dan kontruksinya disesuaikan dengan benda yang disimpan di dalamnya.
Fungsinya adalah untuk menyimpan benda-benda ritual dan sacral. Benda-benda
ritual seni tari seperti wayang gong, kostum barong, rangda dan lain-lainnya juga
membutuhkan gedong simpen.

Anda mungkin juga menyukai