TUJUAN
1. Mengetahui kamera, mekanismenya serta lensa yang digunakan
2. Mengetahui dimensi foto
Nilai
LANGKAH KERJA
HVS Kamera
Identifikasi
Tabel
Fungsi bagian-
perbandingan
bagian kamera
format sesnsor
kamera Keterangan :
: Input
Tabel
Fungsi : Proses
bagian
kamera : Output
Nilai
PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFI [GKP 0204]
HASIL PRAKTIKUM
1. Sketsa model kamera beserta keterangan bagian bagiannya (terlampir)
2. Tabel fungsi bagian bagian kamera (terlampir)
3. Table perbandingan format sensor kamera (terlampir)
Nilai
PEMBAHASAN
Foto udara merupakan salah satu sumber yang dapat diolah menjadi sebuah informasi
baru seperti peta. Foto udara dapat diperoleh melalui pemotretan menggunakan wahana seperti
pesawat atau UAV. Untuk format kecil. Selain wahana, dibutuhkan pula kamera yang berfungsi
untuk merekam objek. Kamera terdiri atas beberapa komponen penting seperti lensa yang
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya, ruang gelap berupa body kamera, diafragma mengatur
luas bukaan lensa, shutter berfungsi untuk menutup kamera, bidang fokal berupa detector yang
berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan, dan beberapa bagian lainnya sebagai fitur
tambahan seperti, viewfinder, cermin, flash, ISO, dan lainnya. Lensa kamera memiliki fokus
yang dapat diukur menggunakan diafragma atau aperture sehingga jarak foto dapat diukur
(linder, 2006). Dalam pemotretan foto udara dibutuhkan kamera udara yang dapat digunakan
pada ketinggian, dapat memotret pada wahana yang bergerak dengan cepat, sehingga hasil
tidak bluratau tidak terlalu gelap. Selain itu dibutuhkan komponen dan pengaturan sehingga
menghasilkan resolusi yang tinggi dan rendah rendah akan distorsi geometris (Konecny, 2014).
Hal ini dikarenakan foto udara menjadi sumber untuk perhitungan geometris dalam pemetaan
sehingga peta hasil dari sumber foto udara menjadi akurat hasiknya.
Kamera berdasarkan proses perekaman nya dapat dibedakan adalah single lens reflex,
simple direct vision camera, live view/electronic viewfinder, dan twin lens reflex. single lens
reflex memanfaatkan satu lensa untuk perekamannya. Bagian lain pada kamera ini diantaranya
adalah badan kamera, viewfinder, dan shutter yang Nampak pada luar kamera. Berbeda dengan
twin lens reflex memanfaatkan dua rangkaian lensa pada perekamannya yaitu viewing lens dan
imaging lens. Untuk simple direct vision camera terdiri dari lensa, badan kamera, shutter, dan
flash sebagai tambahan fitur yang terlihat dari luar kamera. Sedangkan untuk live
PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFI [GKP 0204]
view/electronic viewfinder hamper sama seperti kamera lain hanya saja fiturnya yang lebih
lengkap dan terdapat layer yang menampilkan objek foto sehingga tidak perlu melihat melalui
viewfinder.
Kamera udara dibagi menjadi 3 berdasarkan ukuran formatnya yaitu format standar (23cm
x 23cm), format medium kamera metrik (6cm x6cm) dan format kecil yang menggunakan
kamera non metrik yang biasanya terdapat pada wahana drone (Suyudi dan Subroto, 2014).
Untuk format standar dan medium biasanya dipasang pada wahana yang besar seperti pesawat
karena ukuran kameranya yang cukup besar dan memiliki kemampuan memotret pada wahana
yang mampu bergerak dengan cepat. Berbeda dengan kamera format kecil yang dapat dipasang
pada UAV sehingga biayanya lebih murah dan cukup cepat karena perencanaan yang tidak
rumit.
selain pada setiap kamera berbeda dalam ukuran dan penggunaannya. Sensor pada kamera
yang umum beredar berbeda beda, diantaranya adalah adalah couple change device (CCD) dan
Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS). Selain sensor yang dipakai, ukuran
masing-masing sensor pada setiap kamera berbeda. Pada jenis kamera terdapat kamera dengan
format full-frame untuk format standar kamera, medium frame untuk format medium , pada
kamera non udara ukurannya lebih besar dari pada full frame, dan beberapa format kecil seperti
DX, APS-H,APS-C, Four Third, Faveon,1/2,3” dan 1/1,7”. Untuk format lebih kecil merekam
objek tidak seluas full frame sehingga gambar menjadi terpotong karena ukurannya yang kecil.
Kamera terus mengalami perkembangan dari kamera pinhole singga kamera digital.
Kamera analog merupakan salah satu kamera yang kerap digunakan diawal pemotretan foto
udara. Kamera analog memanfaatkan reaksi kimia dari film pada kamera sehingga terdapat
beberapa kerugian dari masalah kesehatan hingga ketidak-efektifan penyimpanan dan
pengelolaan foto. Sedangkan kamera digital memanfaatkan sensor elektronik yang
memudahkan pengolahan dan penyimpanan (Lillesand, Kiefer, dan chipman, 2015). Kamera
umumnya dapat merekam gelombang cahaya tampak bahkan dapat diperlebar hingga
inframera dekat. Untuk keperluan khusus kamera dapat merekam spektrum yang lebih spesifik
seperti pada band 1 (450-515 nm), Band 2 (525-605 nm), Band 3 (640-690 nm), dan Band
4(750-900 nm) sehingga dapat digabungkan beberapa band dan menghasilkan informasi baru
berdasarkan Panjang gelombang yang terpantul dari objek foto (Jansen,2014). Selain itu,
kamera dapat menunjukkan kesan kedalaman dengan mengatur jumlah cahaya yang masuk ke
PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFI [GKP 0204]
kamera, pengaturan aperture, kecepatan perekaman melalui shutter dan pengaturan ISO atau
kecerahan gambar.
Nilai
KESIMPULAN
1. Kamera merupakan teknologi yang bias merekam suatu objek dengan menagkap
bayangan dan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Kamera memanfaatkan lensa
cembung yang berfungsi mengumpulkan cahaya dan mengatur jarak fokus . selain itu
hasil gambar dapat diatur melalui pengaturan bukaan lensa, kecepatan shutter dan
pengaturan kecerahan cahaya disesuaikan dengan kebutughan perekaman.
2. Dimensi kamera merupakan kesan kedalaman pada kamera yang dipengaruhi oleh
jumlah cahaya yang masuk atau exposure . Hal ini dapat diatur melalui pengaturan ISO,
aperture dan shutter. Kesan kedalaman menunjukan hasil yang terlihat memiliki
kedalaman
Nilai
DAFTAR PUSTAKA
Jensen, JR.2014. Remote Sensing of the Environment: An Earth Resource perspective.
London: Pearson
Konecny, Gottfried.2014. Geoinformation : Remote Sensing , Photogrammetry, and
Geographic Information System. Boca Raton : Tylor&Francis Group.
Lillesand, TM, Kiefer, RW dan Chipman, JW. 2015. Remote Sensing and Imaage
Interpretation. Danvers: Welly and Sons Inc
Linder, Wilfried.2006. Digital Photogrametry : Paractical Course. Netherland : Springer-
Verlag Berlin Haidelberg
Syudi, B dan Subroto, T . 2014. Fotogrametri dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta: STPN
Press
Nilai
PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFI [GKP 0204]
LAMPIRAN
16. Zoom ring Pengatur panjang fokus kamera agar objek yang dibidik
dapat diperbesar atau diperkecil ketika direkam
TUGAS
2. Aperture
Aperture atau bukaan diafragma lensa menentukan banyaknya cahaya yang diteruskan oleh lensa
yang kemudian ditangkap oleh sensor. Aperture berkaitan erat dengan nilai f-stop kamera. Semakin besar
bukaan kamera maka nilai f-stop akan semakin kecil dan cahaya yang diteruskan lensa dalam jumlah yang
besar sehingga waktu shutter speed berlangsung cepat. Aperture yang besar mengakibatkan gambar
terlihat lebih terang namun blur. Aperture kecil atau bukaan lensa yang sempit akan mengakibatkan
gambar terlihat lebih gelap karena cahaya yang diteruskan sedikit namun gambar menjadi lebih fokus.
Efek samping aperture berupa Depth of Field (DoF) aperture lebar akan menghasilkan ruang tajam yang
tipis, sehingga hanya obyek pada jarak fokus saja yang terlihat tajam. Efek ini biasanya digunakan untuk
membentuk blur pada obyek-obyek lain di depan dan belakang obyek. Kebalikannya, pada Aperture
sempit akan menghasilkan ruang tajam yang dalam, dan sering digunakan untuk foto landscape, produk,
macro, dan sebagainya.
PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFI [GKP 0204]
3. Shutter Speed
Shutter Speed atau dikenal juga sebagai Exposure Time menentukan lamanya sensor kamera
menangkap citra dari objek. Penulisan yang sering digunakan adalah 1 per sekian detik. Pada Shutter
Speed cepat, jumlah cahaya yang diterima oleh sensor menjadi sedikit, sehingga gambar yang dihasilkan
akan lebih gelap. Sedangkan dengan Shutter Speed yang lambat, cahaya yang ditangkap sensor menjadi
lebih banyak, dan gambar yang dihasilkan lebih terang. Selain mengatur tingkat terang gambar,
pengaturan shutter speed juga menentukan tertangkap atau tidaknya pergerakan gambar (image motion)
dari obyek. Pada shutter speed cepat, obyek akan terlihat tidak bergerak, atau sering disebut dengan efek
freezing. Sebaliknya, pada shutter speed rendah, obyek akan terlihat kabur atau blur atau disebut image
motion. Dalam fotogrametri, image motion dimanfaatkan untuk menentukan dimensi atau ukuran dari
sebuah objek dalam foto udara.