PENDAHULUAN
Tonometri adalah suatu cara untuk mengukur tekanan intra okuler (TIO)
dengan memakai alat-alat terkalibrasi yang mendatarkan atau menekan apeks
kornea. Dilakukan pada pemeriksaan okular untuk membantu mendeteksi
hipertensi okular dan juga untuk mendiagnosis hipotoni (TIO yang rendah).
Makin tegang bola mata makin besar gaya yang diperlukan untuk mengakibatkan
penekanan. Tekanan antara 10-21 mmHg dianggap sebagai tekanan normal. Ada 2
jenis tonometri yang digunakan yaitu tonometri Applanasi dan indentasi.
Tonometri applanasi seperti: tonometri Goldman, Perkins, tonopen, non kontak
dan tonometri indentasi seperti tonometri Schiotz. Akurasi dari tonometri Schiotz
ini dipengaruhi oleh beberapa keadaan seperti rigiditas okular, ketebalan kornea,
dan ocular blood flow. Pada makalah ini akan membahas mengenai tonometri
indentasi Schiotz. (1,2,3,)
Tonometri Schiotz adalah suatu alat tonometer yang tidak mahal, mudah
dibawa dan digunakan. Tonometri Schiotz ini mempunyai beban dasar 5,5 mg
yang melekat pada plunger. Beban lainya adalah 7,5 mg, 10 mg dan 15 mg untuk
memeriksa tekanan yang lebih tinggi. Ketepatan tonometri schiotz ini mungkin
berkurang akibat teknik yang tidak benar karena tidak dibersihkan dengan baik
dan kalibrasi yang tidak benar. Tonometri schiotz ini banyak dipakai untuk
mendeteksi ( screening ) peningkatan TIO pada glaukoma. (1,3,10,11)
1
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Lapisan luar dari bola mata terdiri dari kornea yang transparan pada bagian
anterior dan sklera yang opag pada bagian posterior. Lapisan korneosklera ini
merupakan lapisan yang kuat, protektif yang berperan dalam kekuatan fokus bola
mata. Kornea mempunyai diameter horizontal 11-12 mm dan diameter vertikal
10-11 mm. Ketebalan kornea sentral kira-kira 0,52 mm dan 0,65 mm di perifer.
Kelengkungan permukaan posterior kornea 6,5 mm (6,0 -7,0 mm ) dan
kelengkungan permukaan anterior 7,8 mm ( 6,8 -8,5 mm ). Kornea mempunyai 5
lapisan yaitu lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, lapisan Descemet dan
lapisan endotel. 90 % dari ketebalan kornea adalah stroma yang terdiri dari serat-
serat kolagen yang teratur . (12,13,14,)
Sklera menutupi 5/6 dari lingkaran bola mata, berwarna putih tebal dan kuat.
Dibagian anterior sklera berlanjut ke kornea pada korneoskleral jungtion (limbus).
Diposterior 2/3 bagian luar sklera bergabung dengan duramater nervus optikus
sedangkan bagian dalam melanjutkan diri menjadi lamina kribrosa. Lamina
kribrosa adalah bagian yang paling lemah dari sklera dan dapat menonjol
kebelakang pada keadaan terjadinya peningkatan tekanan okuler. Ketebalan sklera
berbeda – beda dari bagian anterior sampai kebagian posterior. Sklera yang paling
tipis ( 0,3 mm ) di belakang insersi otot- otot rektus dan yang paling tebal ( 1,0
mm ) di posterior di papilla nervus optikus. Rata-rata ketebalan sklera di bagian
ekuator 0,4 -0,5 mm dan dibagian anterior insersi otot-otot rektus 0,6 mm. fungsi
sklera adalah membentuk rangka yang kuat sehingga menyokong fungsi visual
dari bagian dalam bola mata, menahan kekuatan tekanan intra okular dan
melindungi bola mata dari trauma yang datang dari luar. Sklera terdiri dari 3
lapisan yaitu episklera, stroma dan lamina fuska. Stroma merupakan lapisan
2
terbesar dari sklera yang mengandung pembuluh darah yang jarang dan serat
kolagen. Serat kolagen distroma ini tersusun sejajar dengan permukaan luar
sklera, namun beberapa serat tersusun tidak teratur, bercabang dan bergelombang.
(12,15)
3
2.3 Tonometri Schiozt
4
Gambar Tonometri Schiotz:
Jika plunger menekan bola mata maka akan menimbulkan deformasi pada
bola mata.TIO steady state (Po) meningkat pada tekanan yang lebih tinggi yakni
tekanan yang diinduksi oleh tonometer (Pt). Schiotz melakukan eksperimen
mengunakan suatu manometer untuk dapat mengukur secara akurat TIO mata
yang dienukleasi. Dengan melakukan eksperimen berulang kali dapat dibuat
suatu chart yang dapat memperlihatkan nilai tekanan intra okuler steady state
(Po) untuk tiap beban pada pembacaan beban tertentu. Dari data ini berdasarkan
teknik Schiotz, Friedenwald memperoleh rumus yang dapat menentukan TIO
dengan lebih akurat. Jika tonometer ditempatkan pada mata, selain menunjukkan
indentasi kornea juga mencerminkan distensi bola mata / perubahan volume bola
5
mata (ΔV). Rumus Frendewald mengaitkan distensi ini dengan TIO. Rumus ini
memerlukan konstanta “K” atau koefisien rigiditas okuler, yang merupakan
ukuran resistensi mata terhadap gaya distensi dari tonometer. Dimana :
K = Log ( Pt – Po )
ΔV
6
2.3.3. Cara pemeriksaan tonometri Schiotz
Tabel Schiotz
7
Gambar 4. Dikutip dari kepustakaan no 4
8
Tonometer Sciotz memiliki beberapa sumber kesalahan. Kesalahan
ini dapat disebabkan oleh pengunaan instrumen yang tidak standar, rusak,
kotor atau akibat aplikasi tonometer yang tidak benar pada mata, misalnya
miring atau menekan mata.
Tabel konversi yang umumnya dipakai mengunakan nilai Koefisien
rigiditas okuler rata-rata untuk menghitung tekanan intra ocular. Jika nilai
koefisien yang sebenarnya lebih tinggi dari nilai K rata-rata, maka nilai
tabel akan lebih besar dari sebenarnya dan sebaliknya’. Rigiditas okuler
yang tinggi telah dilaporkan pada pasien dengan hipermetropia yang
tinggi, glaukoma kronis dan terapi vasokonstritor. Rigiditas okuler yang
rendah dapat terjadi pada miopia tinggi, terapi miotik (khususnya
kolinesterase inhibitor), setelah operasi ablasio retina, injeksi gas intra
vitreal dan terapi vasodilator.
Pembacaan TIO yang tinggi palsu juga didapatkan pada kornea yang
tebal atau pada kornea dengan kelengkungan yang yang abnormal. Pada
keadaan patologi kornea yang signifikan dan pada permukaan kornea yang
irregular pengukuran tonometri Schiotz tidak dapat dilakukan. (7,18,19)
9
DAFTAR PUSTAKA
10
17. Kanski jj. Glaukoma. In Clinical Ophthalmology. Fifth Edition. Butterworth
Heinemann. London. 2003: 193-198
18. Kolker AE,Hetherington J. Intraocular Pressure. In Diagnosis and Therapy of the
Glaucoma. Fourth Edition. Mosby Company. Saint Louis. 1976: 59-68
19. Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Glaucoma. In Review of Ophthalmology.
Elsevier Saunders. 2005: 257-260
20. Dubois L. Tonometry. In Clinical Skills for the Ophthalmic Examination. Second
Edition. Slack incorporated. 2006: 78-82
11