Anda di halaman 1dari 5

FORMULASI DAN UJI FISIK SEDIAAN DEODORANT ROLL-ON DENGAN

BAHAN TAMBAHAN MINYAK ZAITUN

Amriatun Windi Arfiyani1, Dea Irania Fany2, Nafla Rafila3, Nizma Ayuningtyas4,
Wiwin Dwi Lestari5
Email : lestariwiwin4@gmail.com
Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Slawi, Jl. Cut Nyak Dien No. 16 Kalisapu, Slawi, Kabupaten Tegal Telp/Fax (0283)
6197570.
ABSTRAK
Berkeringat adalah usaha badan untuk mengatur suhu tubuh, keringat dapat berbau dan
tidak bau yang tidak sedap akan datang bersama bau badan yang disebabkan oleh
aktivitas bakteri. Karena keringat merupakan hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar yang
bermuara pada kulit merupakan sebum, asam lemak tinggi, dan debris (pigmen yang
terkumpul : sisa hasil metabolisme pada kulit), maka keringat dapat membantu
terbentuknya produk berbau hasil dekomposisi (penguraian) oleh bakteri. Bau badan lebih
tercium pada daerah dengan kelenjar apokrin lebih banyak, seperti pada ketiak (aksila)
dan daerah pubik. Secara empiris tawas biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya
untuk mengatasi bau badan dari ketiak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan
deodorant roll-on dengan bahan aktif tawas dan penambahan minyak zaitun yang mampu
membantu mencerahkan ketiak yang gelap. Pembuatan deodorant roll-on ini dengan
menggunakan penambahan PEG 4000, Gliserin, Aquadest, HPMC, Etanol 96 %, Tween
80. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan membuat sediaan deodorant roll-on
dengan uji evaluasi meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, dan uji antiperspirant.

Kata kunci : deodorant roll-on, tawas, minyak zaitun, antiperspirant.

PENDAHULUAN
Kebersihan dan bau badan sisa dari badan. Keringat dapat berbau
merupakan hal utama dan penting dalam dan tidak, bau yang tidak sedap akan
higienitas dan penampilan seseorang. datang bersama bau badan yang
Seseorang akan mempunyai disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bau
kepercayaan diri yang lebih tinggi bila dan manusia bersumber dari kulit,
badannya berbau harum dan rambut, hidung (saluran nafas), mulut
menyegarkan (Hasby,2001). (saluran cerna atas), anus ( saluran cerna
bawah ), vagina (saluran kelamin luar)
Berkeringat adalah usaha badan
dan terutama ketiak. Masyarakat pada
untuk mengatur suhu tubuh. Keringat
umumnya mengatasi bau badan dari
mengandung air, garam, dan zat – zat
ketiak dengan menggunakan tawas, lalu

1
berkembang menjadi deodorant. 1) Antiseptika konsentrasi
(Anonim,1976). tertentu yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri,
Indonesia merupakan suatu
sehingga dapat mengurangi dekomposisi
negara tropis yang selalu disinari
bakterial dan mampu mengontrol bau
matahari, sehingga berkeringat tidak
keringat atau bau badan, dikenal
dapat dihindari. Bagi seseorang
sebagai deodoran.
keluarnya keringat yang berlebihan
dapat menimbulkan masalah seperti 2) Senyawa astringen yang
misalnya dapat menimbulkan bau badan berguna untuk mengurangi laju
yang kurang sedap. Bau badan sangat pengeluaran keringat, disebut sebagai
berhubungan dengan sekresi keringat antiperspiran (Harry RG,1982).
seseorang, dan adanya pertumbuhan
Sediaan kosmetika deodoran
mikroorganisme, serta sangat
mempunyai beberapa bentuk, seperti
berhubungan dengan makanan dan
sediaan serbuk, krim, lotio, batang (deo-
bumbu – bumbuan yang berbau khas
stick), aerosol (spray), dan lain
seperti bawang - bawangan. Karena
sebagainya. Bentuk batang atau stick
keringat merupakan hasil sekresi dari
deodorant adalah suatu sediaan antibau
kelenjar-kelenjar yang bermuara pada
badan yang sangat disukai karena mudah
kulit merupakan sebum, asam lemak
dan praktis digunakan, serta mudah
tinggi, dan debris (pigmen yang
dibawa kemana - mana (Leon
terkumpul:sisa hasil metabolisme pada
A.Greenberg Ph.D.,1954).
kulit), maka keringat dapat membantu
terbentuknya produk berbau hasil METODE PENELITIAN
dekomposisi (penguraian) oleh bakteri. Penelitian ini menggunakan
Bau badan lebih tercium pada daerah metode penelitian eksperimen
dengan kelenjar apokrin lebih banyak, laboratorium yang merupakan penelitian
seperti pada ketiak (aksila) dan daerah yang dilakukan untuk mengetahui akibat
pubik (Mutschler,1991;Gross & yang ditimbulkan dari suatu perlakuan
Keith,2009). yang diberikan secara sengaja oleh
peneliti.
Sediaan topikal antibau badan biasanya
Alat dan Bahan
mengandung :
Alat yang digunakan yaitu
batang pengaduk, mortir dan stemper,
gelas beaker, gelas ukur, timbangan

2
analitik, corong, kompor, cawan Tween 80 1,5%
porselen, pH meter. Aquadest Ad 100 %
Bahan yang digunakan adalah Uji Organoleptis
Tawas, Minyak Zaitun, PEG 4000, Pengamatan terhadap bentuk,
Gliserin, Aquadest, HPMC, Etanol 96%, warna, dan bau dilakukan secara visual.
tween 80, Kapas. Uji pH
Cara Kerja Penentuan pH sediaan dilakukan
Formulasi deodorant roll-on dengan menggunakan alat pH meter.
Menimbang semua bahan terlebih Uji viskositas
dahulu. Membuat thickening agent Pengamatan dilakukan dengan
dengan cara HPMC didispersikan dalam menggunakan alat viskometer.
etanol 96% dan didiamkan sampai Uji antiperspirant
mengembang , dibuat campuran pelarut Pengamatan dengan menggunakan
aquadest, PEG 4000,dan etanol 96%. bahan absorben yang digunakan adalah
Melarutkan tawas dengan menggunakan kapas yang telah ditara. Kapas yang
air panas aduk sampai terlarut. Tween telah terabsobsi keringat kemudiaan
80 diencerkan dengan aquadest. Minyak ditimbang (Ditjen POM, 1985).
zaitun dicampurkan dengan tween 80
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudiaan ditambahkan campuran
Evaluasi sediaan deodorant roll-
pelarut dengan thickening agent yang
on meliputi pemeriksaan organoleptis
sudah mengembang. Terakhir
meliputi warna, bau dan bentuk. Pada
tambahkan larutan tawas. Sediaan
tabel 2 menunjukan hasil warna putih
dihomogenkan , kemudiaan dilakukan
susu, bau khas minyak zaitun dan bentuk
uji evaluasi mutu fisik dan
cair sedikit kental. Pada sediaan
antiperspirant.
deodorant ini memiliki tekstur atau
Tabel 1. Formulasi Deodorant roll-on
bentuk cair yang sedikit kental dapat
Nama Bahan Konsentrasi
dikatakan masih masuk dalam kategori
HPMC 3%
sediaan liquid/cairan, pada saat
Tawas 5%
pengaplikasian sediaan masih mudah
Minyak zaitun 5%
keluar dari wadah karena pada
Gliserin 5%
konsentrasi bahan thickening agent
Etanol 96% 40%
HPMC yang digunakan mempunyai
PEG 4000 15%
viskositas yang optimal dan faktor

3
lainnya dari bahan tambahan (tabel 1) sifat fisik yang sedikit kental.
yang hampir setengahnya mempunyai
Tabel 2. Hasil evaluasi sediaan deodorant roll-on
No. Jenis Uji Hasil
1. Organoleptis
- Bau Khas minyak zaitun
- Warna Putih susu
- bentuk Cair sedikit kental
2. viskositas 1586,8 cP.
3. Uji pH 5
Viskositas. Merupakan salah Hasil pengujian antiperspirant pada
satu sifat fisik yang menentukan mutu sediaan deodorant roll-on menunjukan
deodorant roll-on sebagai suatu produk pada konsentrasi tawas 7% belum
liquid/cairan. Hal ini dikarenakan mempunyai efek antiperspirant.
viskositas dapat dijadikan parameter
KESIMPULAN
yang menunjukan bahwa kestabilan
sistem yang terbentuk. faktor 1. Pada penelitian ini dihasilkan
konsentrasi Hasil evaluasi viskositas pH 5 (asam) sesuai dengan SNI.
(tabel 2) sediaan deodorant roll-on 2. Pada konsentrasi tawas 7%
dengan menggunakan viskometer (30 belum mempunyai efek
rpm) memiliki viskositas 1586,8 cP. antiperspirant.
Pemeriksaan pH. penentuan
pH sediaan dilakukan menggunakan alat SARAN
pH meter. Hasil pemeriksaan pH (tabel
Diharapkan pada penelitian
2) menunjukan bahwa sediaan deodorant
selanjutnya dilakukan variasi
roll-on yang dibuat memiliki pH 5. pH
konsentrasi tawas sehingga
ini masuk dalam range pH fisiologis
didapatkan efektifitas antiperspirant
kulit yaitu 4,5- 6,5 (SNI, 1998). Dengan
yang optimal.
demikian formulasi tersebut memenuhi
standar. DAFTAR PUSTAKA
Uji antiperspirant. Penilaian
antiperspirant ini menggunakan metode Anonim, P.D., 1976.Perfume.

gravitasi. Metode gravitasi adalah Deodorant

metode yang lebih baik untuk Antiperspirant, Drug and

mengevaluasi efektifitas antiperspirant.

4
Cosmetic Industry. Hal Leon, A G., dan David L. (1954).
119 Handbook of Cosmetic
Materials-The Properties.
BSNI,1998. SNI (16-4951-1998).
Uses and Toxic and
Syarat - Syarat Mutu
Dermatologic Actions.
Deodorant Batang. Badan
Interscience Publishes
Standarisasi Nasional
Inc. : New York.
Indonesia.
Mutschler, E., 1991. Dinamika
Ditjen POM. (1985). Formularium
Obat, Edisi V, 88,
Kosmetika Indonesia.
Penerbit ITB, Bandung.
Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 83, 85,
106-132.
Gros, L., dan Keith H. (2009).
Chemistry Changes
Everything-Deodorant
and Antiperspirant.
Chemistry Changes
Everything-CITiEs.
www.cities-
eu.org/sites/.../057_Deodo
rant_antiperspirant.pdf.
Hasby,E.2001. Keringat dan Bau
Badan.
www.Kompas.com.28
April 2005.
Harry. (2011) Akutansi Perusahaan
Dagang dan Jasa.
Bandung: Alfa Beta.
Hendriksen, Eklon S and
Michel F Van Breda.
(2002). Teori Akutansi.
Batam: Interaksara.

Anda mungkin juga menyukai