Anda di halaman 1dari 3

Upaya Pemanfaatan Enzim

Sebagai Katalis Masa Depan


Katalis adalah bagian tak terpisahkan dari industri modern. Kini, di
era pemanasan global dengan polusi yang tak tertahankan,
penggunannya yang tidak ramah lingkungan pun dipersoalkan.
Pendahuluan keberlangsungannya lebih terjamin. Enzim juga
merupakan salah satu sumber daya yang terbarukan

K emajuan teknologi oleh manusia


sudah sampai pada tahapan bahwa
manusia telah dapat memanipulasi
bahan baku dalam industri untuk memenuhi
karena mudah untuk diproduksi. Meskipun begitu,
terdapat beberapa kendala dalam upaya
memanfaatkan enzim untuk proses industri. Seperti
kerja enzim akan optimal pada suhu dan pH tertentu.
kebutuhannya. Misalnya pada proses produksi Kinerja enzim dapat menurun bila kondisi tersebut
polivinil klorida menjadi pipa paralon, nilon menjadi tidak terpenuhi. Bahkan enzim dapat ternaturasi
baju, dan lain-lain. Disinilah terdapat peran katalis (nonaktif) bila suhu dan pH terlalu ekstrem
untuk mewujudkan proses dengan skala industri (McMurry, 2012) kondisi ini sering terjadi terutama
tersebut. Sesuai definisinya, Katalis merupakan pada skala industri.
material yang dapat mempercepat reaksi (Brady dkk,
2012). Kecepatan reaksi yang timbul dari katalis dapat Namun, terlepas dari hambatan tersebut,
menjadikan reaksi untuk skala industri berlangsung para ilmuwan tidak mengesampingkan potensi enzim
secara efektif serta efisien. Di Industri, umumnya sebagai katalis industri. Enzim telah diketahui dapat
katalis yang dipakai merupakan katalis konvensional meningkatkan laju reaksi hingga satu triliun kali lipat
yang terbuat dari material logam seperti litium, (Solomon dkk, 2012). Fakta tersebut membuat
perak, tembaga dan beberapa logam lain. Namun, penggunaannya pada proses industri sangat
material katalis seperti ini mempunyai dampak menjanjikan sehingga usaha untuk memanfaatkan
negatif yaitu tidak ramah lingkungan sebab enzim sampai sekarang terus dilakukan.
limbahnya tidak dapat terurai. Kelemahan lain dari
katalis logam adalah cenderung sulit dipulihkan Enzim Artifisial
(restorasi) sehingga penggunaannya semakin lama Terdapat beberapa metode untuk bisa
semakin tidak efisien. Hal yang perlu memanfaatkan enzim dengan meminimalkan
dipertimbangkan lagi adalah material logam yang kelemahannya agar dapat dipakai dalam proses
termasuk sumber daya tak terbarukan dan sewaktu- industri. Salah satunya adalah dengan membuat
waktu dapat habis. enzim artifisial. Enzim artifisial merupakan material
Kendala-kendala di atas membuat ilmuwan buatan manusia yang memiliki kemampuan untuk
berlomba-lomba untuk menemukan katalis lain meniru fungsi katalistik dari enzim alami
sebagai pengganti katalis konvensional. Salah satu (biomimetik), enzim artifisial terbentuk dari banyak
alternatif yang sedang hangat diperbincangkan oleh jenis material seperti kompleks logam, polimer,
komunitas sains adalah enzim. Enzim merupakan supramolekul, dan biomolekul (seperti asam nukleat,
biokatalis bagi reaksi kimia yang terjadi di dalam dan protein). Pada artifisial enzim dari biomolekul,
tubuh mahluk hidup (McMurry, 2012). Enzim interaksi intermolekul yang ada dalam struktur enzim
terbentuk dari protein yang mudah terurai dan artifisial akan menimbulkan kondisi yang cocok bagi
aktivitas enzim seperti mempercepat reaksi dan
dapat mengikat substrat (Murakami dkk, 1996; pelarut. Tidak seperti enzim alami, enzim baru
Breslow, 1995). Kunci dari membuat enzim artifisial tersebut tidak terdenaturasi dalam pelarut organik,
jenis ini adalah memperbanyak konsentrasi situs bahkan mampu menaikkan kecepatan reaksi sebesar
pengikat substrat yang selektif. 256 kali lipat daripada enzim biasa. Salah satu contoh
penggunaan evolusi enzim terarah pada kehidupan
Enzim artifisial yang terbentuk dari molekul
sehari-hari adalah pemanfaatan enzim lipase
makrosiklis (polimer) tersusun dari dua belas atau
termodifikasi dalam produk deterjen.
lebih struktur cincin. Senyawa makrosiklis memiliki
rongga yang menjadi tempat pengikatan substrat dan Dalam penelitian Kuchner & Arnold (1997),
proses katalitis (Murakami, 1996). Contoh senyawa evolusi enzim terarah dimulai dengan mutagenesis
makrosiklis yang sudah diketahui kemampuan acak pada gen pengode enzim. Lalu, gen
biomimetiknya adalah cyclodextrins dan fullerenes. direkombinasi secara acak. Gen akan diekspresikan
menjadi enzim dengan bantuan bakteri. Enzim yang
Sedangkan enzim yang terbentuk dari
terbentuk dari gen tersebut akan mengalami metode
supramolekul tersusun dari kumpulan molekul yang
screening. Gen yang menghasilkan enzim unggul akan
terpisah dan terikat oleh berbagai jenis ikatan non-
melewati proses evolusi enzim terarah kembali
kovalen. Melalui pengaruh interaksi antar molekul
hingga menghasilkan enzim dengan kriteria ideal
yang kuat pada supramolekul dalam media air,
sedangkan gen dengan mutasi
menjadikan supramolekul memiliki sifat yang sama
merugikan/menghasilkan enzim kurang baik akan
dengan rongga pada struktur senyawa makrosiklis
disingkirkan. Selain screening, metode selection juga
yang dapat berfungsi sebagai situs ikat terhadap
dapat dilakukan. Melalui metode selection, enzim
substrat (Murakami, 1996).
diperoleh dengan memberi tekanan pada bakteri.
Dalam beberapa tahun belakangan ini telah Tekanan tersebut akan memaksa bakteri dan gen
ditemukan alternatif lain dalam pembuatan enzim yang memproduksi enzim yang penting bagi
artifisial berupa pengembangan partikel kehidupannya untuk bermutasi. Lalu, gen dipilah
nanomaterial yang memiliki sifat layaknya enzim atau dengan cara yang sama seperti pada metode
disebut nanozymes. Nanozymes mulai menarik screening.
perhatian, karena modifikasi permukaan untuk
Penutup
pengikatan substrat yang mudah serta dapat
mencapai tingkat kestabilan yang tinggi membuat Kedua metode diatas memiliki kekurangan
nanozymes menjadi enzim alternatif (Wang, 2018). masing-masing. Pembuatan enzim artifisial menuntut
Dalam pembuatan nanozymes, berbagai bahan pemahaman dan pengetahuan akan struktur enzim
seperti yang digunakan dalam pembuatan enzim agar dapat meniru sifat dari enzim. Namun, walaupun
artifisial dapat digunakan, namun senyawa yang struktur primernya hanya tersusun dari 20 jenis asam
digunakan dalam bentuk partikel nano yang berakibat amino, enzim memiliki ribuan hingga jutaan
pada luasnya luas permukaan sehingga dapat kemungkinan bentuk yang tidak mungkin diketahui
mempercepat reaksi. dan dipelajari seluruhnya. Pada evolusi enzim terarah
sendiri, penggunaan metode screening dan selection
Evolusi Terarah
masih menemui tantangan. Metode screening hanya
Metode selanjutnya adalah evolusi enzim bisa diterapkan pada enzim dengan kondisi tertentu.
terarah. Evolusi enzim terarah adalah mekanisme Begitu juga metode selection yang hanya bisa
yang digunakan untuk membuat karakter enzim yang diterapkan pada enzim yang memiliki peran penting
diinginkan (Lutz, 2010). Langkah-langkah proses pada kehidupan bakteri.
evolusi enzim terarah dibuat mirip dengan konsep
Sekarang ini, dunia kimia sedang terjebak
seleksi alam (Arnold&Volvov, 1999). Evolusi enzim
dalam dilema. Ditengah-tengah permintaan industri
terarah pertama kali dikonsepkan oleh Eigen pada
dan tuntutan ekonomi yang semakin membebani,
tahun 1984. Namun, percobaan suksesnya baru
ketersediaan bahan alam justru semakin menurun.
dilaksanakan pada tahun 1993. Arnold (1993) berhasil
Dan tingkat polusi semakin meningkat . Ketiga hal
menciptakan enzim pemutus ikatan peptida dalam
diatas menekan kimiawan untuk menciptakan masa depan dari dunia katalis. Karena itu penelitian
metode baru yang ramah lingkungan namun tetap dan pengembangan pemanfaatan enzim sebagai
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi. Metode baru katalis industri terus dan harus dilakukan.
tersebut bernama green chemistry dan penggunaan
enzim sebagai katalis industri adalah perwujudan dari Syahrul Fachrudin
green chemistry. Enzim mudah dibuat, murah,
ketersediaannya tidak terbatas, serta lebih efektif Caesart Leonardo Kaharudin
dalam mempercepat reaksi. Singkatnya, enzim adalah

Daftar Pustaka
Arnold, F.H. Faseb. 1993, 7:744-749.

Arnold, F.H. & Volkov, A.A. Current Opinion in Chemical Biology. 1999, 3:54–59.

Brady, J.E. (2012). Chemistry The Molecular Nature of Matter. Danvers. John Wiley & Sons.

Breslow, R. Acc. Chem. Res. 1995, 28:146-153.

Kuchner, O.; Arnold, F.H. TIbtech. 1997, 15:523-531.

McMurry, J (2012). Fundamental of Organic Chemistry. Belmont. Brokks/Cole

Murakami, Y.; Kikuchi, H.; Hisaeda, Y.; Hayashida, O. Chem. Rev. 1996, 96:721-758.

Solomon, T.W.G.; Fryhle, C.B (2012). Organic Chemistry. Daanvers. John Wiley & Sons.

Wang, Q.; Wei. H.; Zhang, Z.; Wang. E.; Dong, S.; Trends in Analytical Chemistry. 2018, 105:218-224

Anda mungkin juga menyukai