Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


“ANALISIS JURNAL GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DENGAN METODE PICO”
(Fasilitator : Ns. Maruli Taufandas, M.Kep.)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1


 AYUDIA ARISMA (1709MK689)
 IRMA SRI WAHYUNI (1709MK695)
 MUH.ISMAIL (1709MK700)
 SUDI LESTARI (1709MK704)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT. yang telah memberikan kesehatan jasmani ataupun rohani, dan memberikan
nikmat serta kasih sayang-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kelompok kami dengan baik.
Dan tak lupa pula kita haturkan sholawat dan serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia dari jalan
yang gelap gulita menuju ke jalan yang terang benderang seperti yang sedang kita
rasakan sekarang ini.
Akhirnya, kami bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas di
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III dan pada makalah ini kami
akan membahas suatu judul mengenai “Analisis Jurnal Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Dengan Metode PICO”. Tentunya kami sebagai penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Kami
menginginkan kepada semua pihak yang membaca makalah ini khususnya Bapak
dosen pengampu mata kuliah untuk memberikan masukan berupa kritikan atau
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan isi dari makalah ini.

Lombok Timur, 25 September 2019

Penulis

ii
DAFTARA ISI
Cover
Kata pengantar ................................................................................................ ii
Daftra isi .......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II : ANALISIS JURNAL ....................................................................... 3
A. Judul jurnal .......................................................................................... 3
B. Peneliti ................................................................................................ 3
C. Ringkasan jurnal .................................................................................. 3
D. Tujuan penelitian ................................................................................. 4
E. Kelebihan dan kekurangan jurnal ........................................................ 4
BAB II : ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO ......................... 5
A. P (PROBLEM) .................................................................................... 5
B. I (INTERVENTION) .......................................................................... 6
C. C (COMPARATION) ......................................................................... 6
D. O (OUTCOME) .................................................................................. 9
BAB IV : PENUTUP ...................................................................................... 10
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10
Daftar pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap
integritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun
psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut
adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan
ketidaknyamanan secara verbal maupun non verbal. Padahal rasa nyaman
merupakan salah satu kebutuhan dasar individu dan merupakan tujuan
diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di rumah sakit.
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
dengan umur dibawah 45 tahun, biasanya berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada orang tua, wanita lebih sering mengalami fraktur dari pada laki-laki
berkaitan dengan perubahan hormon pada saat menopause sehingga
meningkatkan insiden osteoporosis.
Berdasarkan data RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, jumlah
pasien fraktur ekstremitas tertutup pada tahun 2009 sebanyak 369 orang,
tahun 2010 sebanyak 409 orang dan tahun 2011 sebanyak 418 orang.
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu
manajemen farmakologi dan manajemen nonfarmakologi. Manajemen
farmakologi merupakan manajemen kolaborasi antara dokter dengan
perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu
menghilangkan sensasi nyeri, sedangkan manajemen nonfarmakologi
merupakan manajemen untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan
teknik manajemen nyeri meliputi, stimulus dan massage kutaneus, terapi es
dan panas (pemberian kompres dingin atau panas), stimulus saraf elektris
transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis, dan teknik relasasi.
Menurut Kozier, (2010) kompres dingin dapat dilakukan di dekat
lokasi nyeri atau di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan
lokasi nyeri, hal ini memakan waktu 5 sampai 10 menit selama 24 sampai

1
48 jam pertama setelah cedera.9 Pengompresan di dekat lokasi aktual nyeri
cenderung memberi hasil yang terbaik, sedangkan Smeltzer & Bare (2002),
mengatakan untuk menghilangkan nyeri pada cidera dapat dilakukan dengan
pemberian kompres dingin basah atau kering ditempat yang cedera secara
intermitten 20 sampai 30 menit selama 24 sampai 48 jam pertama setelah
cedera, dengan pemberian kompres dingin dapat menyebabkan
vasokontriksi, yang dapat mengurangi pendarahan, edema dan
ketidaknyamanan.
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap
Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang
jumlah pasien fraktur ekstremitas tertutup sebanyak 15 orang pasien.

2
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. JUDUL PENELITIAN
“Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur
Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012”
B. PENELITI
Devi Mediarti, Rosnani, Sosya Mona Seprianti.
C. RINGKASAN JURNAL
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu
manajemen farmakologi dan manajemen nonfarmakologi. Manajemen
farmakologi merupakan manajemen kolaborasi antara dokter dengan
perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu
menghilangkan sensasi nyeri, sedangkan manajemen nonfarmakologi
merupakan manajemen untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan
teknik manajemen nyeri meliputi, stimulus dan massage kutaneus, terapi es
dan panas (pemberian kompres dingin atau panas), stimulus saraf elektris
transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis, dan teknik relasasi.
Menurut Kozier, (2010) kompres dingin dapat dilakukan di dekat
lokasi nyeri atau di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan
lokasi nyeri, hal ini memakan waktu 5 sampai 10 menit selama 24 sampai
48 jam pertama setelah cedera.9 Pengompresan di dekat lokasi aktual nyeri
cenderung memberi hasil yang terbaik, sedangkan Smeltzer & Bare (2002),
mengatakan untuk menghilangkan nyeri pada cidera dapat dilakukan dengan
pemberian kompres dingin basah atau kering ditempat yang cedera secara
intermitten 20 sampai 30 menit selama 24 sampai 48 jam pertama setelah
cedera, dengan pemberian kompres dingin dapat menyebabkan
vasokontriksi, yang dapat mengurangi pendarahan, edema dan
ketidaknyamanan.

3
D. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh kompres dingin terhadap nyeri yang
dialami oleh sebagian pasien fraktur ektremitas tertutup yang dirawat di
IGD RSUP Dr Mohammad Hoesin. Sebanyak 15 orang pasien.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. Kelebihan
a. Tehnik ini mudah dilakukan dan membutuhkan alat yang tidak
telalu banyak.
b. Tehnik ini dapat dilakukan pasien secara mandiri setelah diajarkan
oleh perawat.
c. Ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sehingga terlihat
perbedaannya.
d. Sudah dijelaskan secara bagaimana melakukan tehnik kompres
dingin lengkap dengan waktunya juga.
2. Kekurangan
Pada jurnal ini tidak dijelaskan secara rinci berapa orang pasien
yang masuk di kelompok eksperimen dan berapa orang yang masuk
dalam kelompok kontrol saat melakukan terapi kompres dingin ini.
Jadi, pembaca perlu mencari dan membaca referansi lain untuk
mengetahuinya.

4
BAB III
HASIL TELAAH DENGAN METODE PICO

A. P (PROBLEM)
1. Patient
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien fraktur
ektremitas tertutup yang dirawat di IGD RSUP Dr Mohammad Hoesin.
Sebanyak 15 orang pasien. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dengan menggunakan non random sampling dengan metode
porposive sampling.
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian :
a. Semua pasien fraktur estremitas tertutup yang mengeluh nyeri.
b. Laki-laki yang berusia ≥ 14 tahun.
c. Pasien yang dirawat dalam 12-24 jam pasca trauma .
d. Pasien tidak dalam pengaruh obat analgetik (kompres dingin
dilakukan 4 jam setelah pemberian analgetik).
e. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar
persetujuan sebagai responden.
f. Jika terjadi diskolorasi tindakan kompres dingin dihentikan dan
tidak di ikut sertakan kembali menjadi responden penelitian.
g. Bisa berkomunikasi dengan baik dan mengikuti prosedur penelitian
sampai tahap akhir.
2. Population
Populasi pada penelitian yaitu semua pasien fraktur ektremitas
tertutup yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2012.
3. Problem
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan
desain one group pre test-post test (pra-post test dalam satu kelompok)
secara kuantitatif, dimana suatu kelompok diberikan perlakuan untuk
menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah eksperimen, tetapi

5
sebelumnya dilakukan observasi pertama (pre-test), setelah itu dilakukan
post-test.
B. I (INTERVENTION)
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan desain
one group pre test-post test (pra-post test dalam satu kelompok) secara
kuantitatif, dimana suatu kelompok diberikan perlakuan untuk menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah eksperimen, tetapi sebelumnya
dilakukan observasi pertama (pre-test), setelah itu dilakukan post-tes.
Teknik Analisa Data :
1. Analisa univariat untuk melihat karakteristik dan kualitas tiap variabel.
2. Analisa bivariat untuk melihat pengaruh pemberian kompres dingin
terhadap nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup antara pre-test dan
post-test. Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
menggunakan Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak, tetapi varians data tidak perlu diuji karena kelompok
data berpasangan, dari hasil uji normalitas data, didapatkan nilai Pvalue >
α yaitu (0,082 dan 0,107) > 0,05, berarti datanya berdistribusi normal
sehingga uji yang digunakan adalah uji T berpasangan atau Paired T-
Test.
C. C (COMPARISON)
1. Jurnal 2 : Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada
Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun
2012.
Hasil :
Hasil penelitian yang didapat peneliti didukung hasil penelitian
Siti Khodijah (2011), tentang efektifitas kompres dingin terhadap
penurunan intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu B RSUP H. Adam
Malik Medan. Hasil penelitian didapatkan untuk kelompok intervensi
yang diberi kompres dingin selama 10 menit rata-rata nyeri setelah
dilakukan intervensi rata-rata nyeri menjadi 2,13, sedangkan untuk
kelompok kontrol yang diberi kompres air biasa rata-rata nyeri dan
setelah diberi kompres air biasa 4,38. Berdasarkan hasil analisa data

6
diketahui bahwa intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu B RSUP. H
Adam Malik Medan yang diberikan kompres dingin mengalami
penurunan nyeri yang signifikan, nilai p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada
kelompok kontrol yang diberi kompres air biasa tidak mengalami
penurunan yang signifikan pvalue=0,080 dan hasil analisa data
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol setelah diberi kompres dingin dengan
nilai pvalue=0,000.
2. Jurnal 2 : Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia Rsud Arifin Achmad.
Hasil :
Hasil penelitian terhadap 15 responden eksperimen dan 15
responden kontrol didapatkan bahwa nilai rata-rata intensitas nyeri
sebelum diberikan kompres dingin pada kelompok eksperimen adalah
7,00 dan setelah diberikan kompres dingin mengalami penurunan
menjadi 5,47. Rata-rata intensitas nyeri sebelum pada kelompok kontrol
adalah 7,27 dan setelah tetap sebesar 7,27.
Smeltzer & Bare (2004) menyatakan bahwa nyeri dipengaruhi
oleh kadar endorphin seseorang, semakin tinggi kadar endorphin maka
semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan. Produksi endorphin dapat
ditingkatkan melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit salah satunya yaitu
dengan tindakan kompres dingin.
3. Comparation
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri
yaitu manajemen farmakologi dan manajemen nonfarmakologi.
Manajemen farmakologi merupakan manajemen kolaborasi antara dokter
dengan perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu
menghilangkan sensasi nyeri, sedangkan manajemen nonfarmakologi
merupakan manajemen untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri meliputi, stimulus dan massage
kutaneus, terapi es dan panas (pemberian kompres dingin atau panas),

7
stimulus saraf elektris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing,
hipnotis, dan teknik relaksasi.
Menurut Kozier, (2010) kompres dingin dapat dilakukan di
dekat lokasi nyeri atau di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan
dengan lokasi nyeri, hal ini memakan waktu 5 sampai 10 menit selama
24 sampai 48 jam pertama setelah cedera.
Penurunan nyeri lebih banyak pada kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok terkontrol. Sesuai dengan teori Menurut
Kozier, (2010) kompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi nyeri atau
di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri,
hal ini memakan waktu 5 sampai 10 menit selama 24 sampai 48 jam
pertama setelah cedera. Pengompresan di dekat lokasi aktual nyeri
cenderung memberi hasil yang terbaik, sedangkan Smeltzer & Bare
(2002), mengatakan untuk menghilangkan nyeri pada cidera dapat
dilakukan dengan pemberian kompres dingin basah atau kering ditempat
yang cedera secara intermitten 20 sampai 30 menit selama 24 sampai 48
jam pertama setelah cedera, dengan pemberian kompres dingin dapat
menyebabkan vasokontriksi, yang dapat mengurangi pendarahan, edema
dan ketidaknyamanan.
Hasil penelitian didapatkan untuk kelompok intervensi yang
diberi kompres dingin selama 10 menit rata-rata nyeri setelah dilakukan
intervensi rata-rata nyeri menjadi 2,13, sedangkan untuk kelompok
kontrol yang diberi kompres air biasa rata-rata nyeri dan setelah diberi
kompres air biasa 4,38. Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa
intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu B RSUP. H Adam Malik Medan
yang diberikan kompres dingin mengalami penurunan nyeri yang
signifikan, nilai p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok kontrol
yang diberi kompres air biasa tidak mengalami penurunan yang
signifikan pvalue=0,080 dan hasil analisa data menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol setelah diberi kompres dingin dengan nilai pvalue=0,000.

8
D. O (OUTCOME)
Hasil penelitian didapatkan untuk kelompok intervensi yang diberi
kompres dingin selama 10 menit rata-rata nyeri setelah dilakukan intervensi
rata-rata nyeri menjadi 2,13, sedangkan untuk kelompok kontrol yang diberi
kompres air biasa rata-rata nyeri dan setelah diberi kompres air biasa 4,38.
Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa intensitas nyeri pasien
fraktur di Rindu B RSUP. H Adam Malik Medan yang diberikan kompres
dingin mengalami penurunan nyeri yang signifikan, nilai p=0,000 (p<0,05),
sedangkan pada kelompok kontrol yang diberi kompres air biasa tidak
mengalami penurunan yang signifikan pvalue=0,080 dan hasil analisa data
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol setelah diberi kompres dingin dengan nilai
pvalue=0,000.

9
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tehnik untuk
menghilangkan nyeri pada cidera dapat dilakukan dengan pemberian
kompres dingin basah atau kering ditempat yang cedera secara intermitten
20 sampai 30 menit selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera,
dengan pemberian kompres dingin dapat menyebabkan vasokontriksi, yang
dapat mengurangi pendarahan, edema dan ketidaknyamanan.
B. SARAN
Penelitian ini bisa diterapkan di tempat pelayanan kesehatan karena
mudah dilakukan dan tidak membutuhkan banyak alat, dan kien juga bisa
melakukan tehnik ini secara mandiri ketika sudah diajarkan oleh perawat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mediarti, Devi dkk. 2017. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Volume 2, No. 3 :
Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri Pada Pasien
Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang tahun 2012.
https://media.neliti.com/media/publications/181696-ID-pengaruh-
pemberian-kompres-dingin-terhad.pdf4. Di unggah oleh Lusy pada
tanggal 21 mei.
Nurchairia, Andi. dkk. 2014. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau : Efektifitas Kompres Dingin Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia Rsud
Arifin Achmad.
https://www.neliti.com/id/publications/185738/efektifitas-kompres-
dingin-terhadap-intensitas-nyeri-pada-pasien-fraktur-tertutup. Diunggah
pada bulan Oktober.

Anda mungkin juga menyukai